Anda di halaman 1dari 11

Lampiran

Jenis Surat : Peraturan Direktur RS 'Aisyiyah Bojonegoro


Nomor : 2089 J/ Per.Dir/ III.S.AU/ Al2018
Tentang : Revisi Kebijakan Manajemen Operasional Pelayanan Pasien RS 'Aisyiyah
Bojonegoro

KEBIJAKAN MANAJEMEN OPERASIONAL PELAYANAN PASIEN


RUMAH SAKIT 'AISYIYAH BOJONEGORO

A. KEBIJAKAN UMUM PELAYANAN PASIEN


1. Pimpinan unit pelayanan untuk bekerja sama memberikan proses asuhan seragam
dan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro mengatur pelayanan dan asuhan terintegrasi di
dan antar berbagai unit pelayanan.
3. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP), perawat, dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya 24 jam sesudah
pasien masuk rawat inap
4. Rumah Sa kit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan tata cara pemberian instruksi.
5. Tindakan klinis dan diagnostik yang diminta, dilaksanakan dan diterima hasilnya,
serta disimpan di berkas rekam medis pasien.
S. Proses identifikasi pasien berisiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi sesuai populasi
pasiennya, serta menetapkan risiko tambahan yang mungkin berpengaruh pada
pasien risiko tinggi dan pelanan risiko tinggi.
7. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan regulasi pelaksanaan Early Waming
System (EWS).
8. Pelayanan resusitasi yang tersedia dan diberikan selama 24 jam setiap hari di
seluruh area rumah sakit, serta peralatan medis untuk resusitasi dan obat untuk
bantuan hidup dasar terstandar sesuai dengan kebutuhan populasi pasien.
9. Pelayanan darah dan produk darah meliputi butir :
a. pemberian persetujuan (informed consent);
b. pengadaan darah
c. identifikasi pasien
d. pemberian darah
e. monitoring pasien
f. identifikasi dan respons terhadap reaksi transfusi.
10. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan asuhan pasien yang menggunakan
alat bantu hidup dasar atau pasien koma.
11. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan asuhan pasien penyakit menular
dan immune-suppressed.
12. Pelayanan pasien dalam proses meninggal harus meningkatkan ketenangan dan
kehormatannya.
13. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojoneqoro menetapkan regulasi bahwa tidak melayani
asuhan pasien dialisis (cuci darah).
14. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan regulasi pelayanan penggunaan alat
penghalang (restraint).
15. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro untuk memberikan pelayanan khusus terhadap
pasien usia lanjut. mereka yang cacat, anak, serta populasi yang berisiko disiksa
dan risiko tinggi lainnya termasuk pasien dengan risiko bunuh diri.
16. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan regulasi bahwa tidak melayani
pasien yang mendapat kemoterapi
17. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan regulasi pelayanan yang berisiko
tinggi.
18. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan regulasi yang berkaitan dengan
pelayanan gizi.
19. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan regulasi yang berkaitan dengan
terapi gizi terintegrasi.
20. Rumah Sakit 'Aisyiyah Bojonegoro menetapkan regulasi pelayanan pasien untuk
mengatasi nyeri.
21. Asesmen awal dan ulang pasien dalam tahap terminal meliputi :
a. gejala mual dan kesulitan pernapasan;
b. faktor yang memperparah gejala fisik;
c. manajemen gejala sekarang dan respon pasien;
d. orientasi spiritual pasien dan keluarga serta keterlibatan dalam kelompok agama
tertentu;
e. keprihatinan spiritual pasien dan keluarga seperti putus asa, penderitaan. dan
rasa bersalah;
f. status psikososial pasien dan keluarganya seperti kekerabatan, kelayakan
perumahan, pemeliharaan lingkungan. cara mengatasi. serta reaksi pasien dan
keluarganya menghadapi penyakit;
g. kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya;
h. kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan;
i. faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patologis atas kesedihan.

2
22. Pelayanan pasien dalam tahap terminal meliputi :
a. Intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri;
b. Memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan mempertimbangkan
keinginan pasien dan keluarga;
c. Menyampaikan secara hati-hati soal sensitif seperti autopsi atau donasi organ;
d. Menghormati nilai, agama, serta budaya pasien dan keluarga;
e. Mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan;
f. memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual, serta budaya
pasien dan keluarga.
23. Untuk menghindari penumpukan di unit gawat darurat disediakan ruang rawat inap
yang tersedia sebagai ruang transit sementara.
24. Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti penerimaan asesmen dan
tindakan transfer pasien serta pemulangan) dilaksanakan agar dapat mengurangi
penundaan asuhan kepada pasien.
25. RS mengatur alur pasien yang terdiri dari beberapa komponen, antara lain:
a. Ketersediaan tempat tidur rawat inap.
b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis, dan
kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien.
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien dibeberapa lokasi
sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat.
d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan
(seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi dan unit pasca
operasi).
e. Efisiensi pelayanan non klinis penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien
(seperti kerumah tanggaan dan transportasi).
f. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai kebutuhan pasien.
g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial, keagamaan
atau bantuan spiritual dan sebagainya).

B. SKRINING DAN TRIASE


1. Skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam maupun di luar RS untuk
menetapkan apakah pasien dapat dilayani atau tidak oleh Rumah Sakit Aisyiyah
Bojonegoro.
2. Skrining pasien didalam rumah sakit dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dan Instalasi Rawat Jalan (IRJ).
3. Skrining dilakukan melalui evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostic imaging sebelumnya.
3
4. Kebutuhan pasien yang darurat, sangat mendesak atau yang membutuhkan
pertolongan segera diidentifikasi dengan proses triase berbasis bukti untuk
memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergency.
5. Dalam proses skrining pasien rawat inap, ditentukan juga kebutuhan pasien yang
terlebih dulu dipenuhi atau diprioritaskan yaitu kebutuhan pelayanan preventif,
paliatif, kuratif dan rehabilitatif.
6. Rumah sakit menerima pasien sebagai rawat inap atau didaftar untuk pelayanan
rawat jalan berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah
diidentifikasi sesuai kemampuan rumah sakit.
7. Semua pasien rawat inap wajib melalui IGD dan dilakukan asesmen dan
pemeriksaan fisik.
8. Selain asesmen dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan pemeriksaan
penunjang yang disesuaikan dengan kondisi pasien, antar lain :
a. Semua pasien rawat inap dilengkapi dengan pemeriksaan darah lengkap dan
GDA.
b. Semua pasien rawat inap yang berusia lebih dari 45 tahun wajib dilakukan
pemeriksaan EKG.
c. Semua pasien anak yang rawat inap dilakukan pemeriksaan DL, GDA, Na, K.
d. Semua pasien.
9. Bila kondisi klinik rawat jalan tutup, pasien rawat jalan bisa dilayani di IGD.
10. RS ‘Aisyiyah Bojonegoro memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien dan
kemampuan rumah sakit, yang pada prinsipnya rumah sakit tidak menolak pasien.

C. KEBIJAKAN ASESMEN PASIEN


1. Rumah sakit menentukan isi, jumlah, dan jenis asesmen awal sesuai isi minimal
asesmen awal antara lain :
a. Status fisik.
b. Psiko-sosio-spiritual.
c. Ekonomi.
d. Riwayat kesehatan pasien.
e. Riwayat alergi.
f. Asesmen nyeri.
g. Risiko jatuh.
h. Asesmen fungsional.
i. Risiko nutrisional.
j. Kebutuhan edukasi.
k. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning).

4
2. Rumah sakit menetapkan kerangka waktu 60 menit untuk penyelesaian asesmen
awal pasien rawat jalan.
3. Rumah sakit menetapkan asesmen gawat darurat diselesaikan maksimal 2 jam
setelah dilakukan pemeriksaan.
4. Rumah sakit menetapkan kriteria risiko nutrisional dengan menggunakan skor
MUST yang dikembangkan bersama stat yang kompeten dan berwenang untuk
melakukan skrining risiko nutrisional sebagai bagian dari asesmen awal dan
kemudian pasien dengan risiko nutrisional dilanjutkan dengan asesmen gizi.
5. Rumah sa kit menetapkan kriteria asesmen kebutuhan tungsional dengan
menggunakan (Skala Barthel indeks) dan fisiko jatuh dengan menggunakan (Skala
Morse, Skala Humpty Dumpty, Skala get up and go) yang dikembangkan bersama
stat yang kompeten dan berwenang untuk melakukan skrining kebutuhan tungsional
termasuk risiko jatuh kemudian memenuhi kebutuhan fungsional lanjutan termasuk
risiko jatuh untuk memperoleh asuhan yang sesuai ketentuan rumah sakit.
6. Rumah sakit menetapkan regulasi semua pasien rawat inap dan raw at jalan
diskrining terhadap nyeri dan jika ada nyeri dilakukan asesmen.
7. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang asesmen tambahan untuk populasi
pasien tertentu antara lain :
a. Neonatus.
b. Anak.
c. Obstetril maternitas.
d. Geriatri (di Instalasi Rawat Jalan).
e. Pasien dengan kebutuhan untuk P3 (Perencanaan Pemulangan Pasien).
f. Sakit terminal/menghadapi kematian.
g. Pasien dengan rasa sa kit kronik atau nyeri (intense).
8. Asesmen ulang oleh dokter penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP), perawat
dan protesional pemberi asuhan (PPA) lainnya untuk evaluasi respons pasien
terhadap asuhan yang diberikan sebagai tindak lanjut, diantaranya :
a. Pelaksanaan asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari,
termasuk akhir minggul libur untuk pasien akut.
b. Pelaksanaan asesmen ulang oleh perawat minimal satu kali per shift atau
sesuai dengan perubahan kondisi pasien.
c. Asesmen ulang oleh protesional pemberi asuhan (PPA) lainnya dilaksanakan
dengan interval sesuai regulasi rumah sakit.

d. Asesmen ulang dicatat di dokumen Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi


(CPPT).

5
9. Rumah sakit menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar-Iembar RM agar
mudah dicari kernbali diakses dan terstandar, profesional pemberi asuhan (PPA)
dapat menemukan dan mencari kembali hasil asesmen di rekam medis. Hasil
seluruh asesmen dicatat di berkas rekam medis dan untuk memudahkan
menemukan hasil kembali yaitu:
a. Mencantumkan daftar isi pada berkas rekam medis.
b. Berkas warna merah muda untuk lemat CPPT dan informed consent bedah.
c. Berkas warna hijau untuk asesmen awal rawat inap.
d. Berkas warna kuning untuk informed consent anestesi.
e. Berkas warna biru muda untuk transfer pasien pre dan post bedah.
10. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang PPA yang kompeten dan
diberi kewenangan melakukan asesmen awal dan asesmen ulang dan asesmen
gawat darurat hanya dilaksanakan oleh medis, perawat, dan profesional pemberi
asuhan (PPA) lainnya yang kompeten dan berwenang yang memerlukan pendidikan
khusus, pelatihan, pengetahuan dan keahlian bagi profesional pemberi asuhan
(PPA) dan telah mendapatkan SPK dan RKK termasuk asesmen gawat darurat.
Identifikasi bagi mereka yang memenuhi syarat melakukan asesmen dan tanggung
jawabnya ditentukan secara tertulis. Asesmen dilakukan oleh setiap disiplinJ
profesional pemberi asuhan (PPA) dalam lingkup prakteknya, izin, peraturan
perundangan, dan sertifikasi.

D. ASUHAN PASIEN
1. Setiap pasien di RS Aisyiyah Bojoneqoro harus dikelola oleh Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan ( DPJP ) untuk memberikan asuhan kepada pasien.
2. Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berfokus pada pasien dan mencakup
elemen sebagai berikut :
a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.
b. DPJP sebagai ketua tim PPA.
c. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional dibantu
antara lain oleh PPK, panduan asuhan PPA lainnya, alur klinisJ clinical pathway
terintegrasi, algoritme, protokol, prosedur, standing order dan CPPT.
d. Perencanaan pemulangan pasien terintegrasi.
e. Asuhan gizi terintegrasi.
f. Peran MPP dalam penerapan pelayanan dan asuhan yang terintegrasi antar
PPA.

6
3. Proses dan pelaksanaan untuk mendukung kesinambungan dan koordinasi asuhan,
sebagai asuhan pasien terintegrasi yang berpusat pada pasien (patient centered
care).
4. MPP bukan merupakan Profesional Pemberi Asuhan aktif dan dalam menjalankan
manajemen pelayanan pasien mempunyai peran minimal sebagai berikut :
a. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien.
b. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien.
c. Mengoptimalkan proses reimbursemen, dan dengan fungsi sebagai berikut :
Assesmen untuk manajemen pelayanan pasien.
Perencanaan untuk manajemen pelayanan pasien.
Komunikasi dan koordinasi.
Edukasi dan advokasi.
Kendali mutu dan biaya pelayanan pasien.

E. PENUNDAAN PELAYANAN
1. Rumah sakit memperhatikan kebutuhan klinik pasien rawat jalan dan rawat inap
pada waktu menunggu (penundaan dan atau kelambatan) untuk pelayanan
diagnosis dan pengobatan.
2. Pasien diberikan informasi tentang alasan dan sebab terjadinya penundaanl
kelambatan atau harus menunggu serta diberitahu tentang alternatif yang tersedia.

F. TRANSFER PASIEN
1. Transfer dilaksanakan sesuai dengan criteria yang sudah ditetapkan.
2. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.
3. Proses transfer pasien didokumentasikan didalam berkas rekam medis pasien.

G. RUJUKAN

1. Rujukan dilaksanakan atas persetujuan pasien atau keluarga.


2. Persetujuan rujukan dilakukan setelah pasien dan atau keluarganya mendapatkan
penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.
3. Penjelasan rujukan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Diagnosis dan terapi dan atau tindakan medis yang diperlukan
b. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan
c. Resiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan
d. Transportasi rujukan
e. Resiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam oerialanan
7
4. Hal hal yang harus dilakukan sebelum melakukan rujukan adalah :
a. Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi pasien
sesuai indikasi medis, serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan.
b. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien sesuai dengan kebutuhannya.
c. Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.
5. Surat pengantar rujukan berisi tentang :
a. Identitas pasien.
b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang)
yang telah dilakukan.
c. diagnosis keria.
d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan.
e. tujuan rujukan.
f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
6. Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
7. Selama proses transportasi rujukan ada staf yang kompeten sesuai dengan kondisi
pasien yang selalu memonitor dan mencatatnya dalam rekam medis.
8. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan.
9. Pasien atau keluarga diberi penjelasan apabila rujukan yang dibutuhkan tidak dapat
…4laksanakan.

H. PEMULANGAN PASIEN
1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan asuhan pasien, harus dilakukan
rencana pemulangan pasien yang terintegrasi.
2. Bila diperlukan pada pemulangan pasien dapat dirujuk kepada fasilitas kesehatan
baik perorangan ataupun institusi yang berada dikomunitas dimana pasien berada,
yang bertujuan untuk memberikan kelanjutan pelayanan dan asuhan.
3. Rencana pemulangan yang kompleks dimulai segera setelah pasien masuk rawat
inap.

4. Kriteria pasien yang membutuhkan perencanaan pemulangan pasien (P3) adalah :


a. Usia lanjut ( 60 tahun atau lebih).
b. Pasien dengan gangguan mobilitas, sehingga tidak mampu atau mengalami
kesulitan untuk aktivitas kesehariannya.
c. Pasien yang masih memerlukan pertolongan untuk melanjutkan terapi atau
perawatan di rumah.

8
5. Pasien rawat jalan dengan asuhan yang kompleks atau yang diagnosisnya kompleks
diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ).
6. Pasien rawat jalan yang memerlukan PRMRJ adalah :
a. Pasien dengan diagnosis yang kompleks dengan criteria pasien dengan dua
jenis diagnosis medis atau lebih
b. Pasien dengan asuhan yang kompleks dengan criteria pasien yang dating
berulang dengan masalah kesehatan yang kompleks, pasien yang menjalani
lebih dari satu tindakan, dan pasien yang dilakukan pemeriksaan di beberapa
klinik yang berbeda.
7. Penyimpanan berkas PRMRJ harus mudah untuk dicari kembali.
8. Pelaksanaan pembuatan PRMRJ dievaluasi agar dapat memenuhi kebutuhan para
DPJP untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
9. Ringkasan pasien rawat inap dibuat oleh DPJP atau DPJP utama sebelum pasien
pulang.
10. Rumah sakit mengatur proses pasien yang diperbolehkan meninggalkan rumah sakit
sementara dalam proses rencana pengobatan dengan ijin yang disetujui untuk waktu
tertentu (cuti).
11. Ringkasan pasien pulang berisi :
a. Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik
b. Indikasi pasien dirawat inap,diagnosis, dan komorbiditas lain
c. Prosedur terapi dan tindakan yang telah dikerjakan
d. Obat yang diberikan dan obat setelah pasien keluar rumah sakit
e. Kondisi kesehatan pasien ( status present) saat akan pulang dari rumah sakit
f. Instruksi tindak lanjut
12. Salinan ringkasan pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
13. Salinan ringkasan pasien pulang diberikan kepada pasien atau keluarga, praktisi
kesehatan perujuk serta pihak penjamin pasien.
14. Setiap pasien yang yang menderita penyakit yang membahayakan dirinya sendiri
atau lingkungan dilakukan identifikasi.
15. Pasien rawat inap dan rawat jalan yang meninggalkan Rumah Sakit tanpa
pemberitahuan ( melarikan diri) dilaporkan kepada pihak berwajib.

I. TRANSPORTASI

1. Transportasi milik RS Aisyiyah Bojonegoro harus sesuai dengan hukum dan


peraturan yang berlaku berkenan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
2. Transportasi disediakan bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan dan
pengaturannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
9
3. Obat, bahan medis habis pakai, serta alat kesehatan yang digunakan dalam proses
transportasi pengaturannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
4. Oekontaminasi alat transportasi milik RS Aisyiyah Bojonegoro disesuaikan dengan
standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
5. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi milik rumah sakit atau
pihak ketiga, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan
medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien.

J. AKSES KE RS DAN KONTINYUITAS


1. Semua pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien gawat darurat di RS
Aisyiyah Bojonegoro dilakukan pendaftaran sesuai SPO yang telah ditetapkan.
2. Apabila tempat tidur penuh, pihak RS menginformasikan kepada pasien atau
keluarga dan memberikan alternatif untuk ditempatkan di ruangan lain yang tersedia
sebagai ruang transit,menunggu di IGO, atau bila pasien atau keluarga tidak
bersedia maka akan dirujuk ke RS lain.
3. Setiap pasien baru yang kondisinya tidak stabil, maka dilakukan stabilisasi terlebih
dahulu di IGO dan dilakukan observasi sesuai dengan SPO serta diberikan informasi
kepada pasien atau keluarga.
4. RS Aisyiyah Bojonegoro menetapkan alur pasien rawat inap yang efektif untuk
menghindari terjadinya penumpukan pasien di IGO dengan memperhatikan
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Ketersediaan tempat tidur di rawat inap.
b. Pemilihan ruang penempatan sementara pasien yang didalamnya tersedia
fasilitas, peralatan, teknologi medis dan kebutuhan lain yang sesuai standar.
c. Adanya tenaga yang dialokasikan untuk menghadapi dan mengurai
penumpukan pasien, baik di IGO maupun rawat inap.
d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan dan pelayanan (unit
rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi dan unit pasca-anestesi).
e. Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan
(kerumahtanggaan dan transportasi).
f. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien.
g. Akses layanan pendukung (pekerja sosial, keagamaan, dan lain-lain).
5. Rumah Sakit membuat dan menetapkan Kriteria pasien yang membutuhkan
pelayanan pada unit intensif. Kriteria masuk dan keluar unit intensif berdasarkan
criteria prioritas, diagnostic, parameter objektif, serta criteria berbasis fisiologi dan
kualitas hidup (quality of life).

10
6. Dalam menetapkan kriteria tersebut. RS melibatkan stat kompeten dan berwenang
serta memberikan pelatihan kepada stat unit yang terlibat.

11

Anda mungkin juga menyukai