Anda di halaman 1dari 9

KEBIJAKAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH SEI LEKOP


TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN ASUHAN PASIEN RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH SEI LEKOP

1. Rumah sakit menetapkan tentang pelayanan yang seragam, terefleksi sebagai berikut :
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai dan diberikan PPA yang
kompeten tidak bergantung pada hari setiap minggu atau waktunya setiap hari.
b. Penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan pemeriksaan
diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasi yang sama
c. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien contoh pelayanan anastesi sama di
semua unit pelayanan rumah sakit.
d. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setara diseluruh rumah sakit.
e. Penerapan serta penggunaan regulasi dan form dalam bidang klinis antara lain
metode asesmen IAR (Informasi, Analisis, Rencana), Form asesman awal – asesmen
ulang, panduan praktik klinis (PPK), alur klinis terintegrasi/clinical pathway,
pedoman manajemen nyeri dan regulasi untuk berbagai tindakan antara lain water
sealed drainage, pemberian transfusi darah, biopsi ginjal, pungsi ginjal dan
sebagainya.
2. Rumah sakit menetapkan pedoman manajemen nyeri.
3. Rumah sakit menetapkan proses untuk melakukan integrasi serta koordinasi pelayanan
dan asuhan kepada setiap pasien. Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi pusatnya
adalah pasien dan mencakup elemen antara lain :
a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
b. DPJP sebagai ketua tim PPA (Clinical Team Leader)
c. PPA bekerja sebagai tim interdisiplindengan kolaborasi interprofesional antara lain
memakai panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya disertai Alur
Klinis Terintegrasi/Clinical Pathway dan Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.
d. Perencanaan Pemulangan Pasien/Discharge Planning Terintgrasi
e. Asuhan Gizi Terintegrasi
f. Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager
3. Rumah sakit menetapkan rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan
didokumentasikan. Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan yang
diberikan kepada seorang pasien.
4. Rumah sakit menetapkan tata cara pemberian yang mengatur metode pemberian
instruksi oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang dalam
menuliskan instruksi dan dicatat di rekam medic pasien.
a. Jenis instruksi harus tertulis dan dicatat
b. Permintaan pemeriksaaan semua laboratorium (antara lain termasuk pemeriksaan
laboratorium PA) dan diagnostik imaging tertentu harus disertai indikasi klinis.
c. Pengecualian dalam keadaan khusus seperti antara lain di unit darurat dan unit
intensif.
d. Siapa yang diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah diletakkan di dalam
berkas rekam medik pasien
5. Rumah sakit menetapkan tindakan klinis dan diagnostik yang diminta serta lokasi atau
formulir pencatatannya di rekam medik.
6. Rumah sakit menetapkan asuhan pasien risiko tinggi dan pemberian pelayanan risiko
tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis dan peraturan perundang-
undangan. Rumah sakit bertanggung jawab sesuai dengan populasi pasien untuk:
a. Identifikasi pasien yang digolongkan sebagao resiko tinggi
b. Identifikasi pelayanan yang digolongkan sebagai risiko tinggi
c. Melalui proses kolaborasi menetapkan regulasi asuhan
d. Melatih staf untuk melaksanakan regulasi
7. Rumah Sakit menetapkan asuhan yang disesuaikan dengan populasi pasien risiko tinggi
dan pelayanan risiko tinggi yang berguna untuk menurunkan risiko. Dalam hal ini
penting dipahami bahwa prosedur dapat mengidentifikasi :
a. Bagaimana rencana akan berjalan, termasuk identifikasi perbedaan populasi anak
dengan dewasa atau pertimbangan khusus lainnya.
b. Dokumentasi yang dibutuhkan agar tim asuhan dapat bekerja dan berkomunikasi
efektif
c. Keperluan informed consent
d. Keperluan monitor pasien
e. Kualifikasi khusus staf yang terlibat dalam proses asuhan
f. Teknologi medis khusus tersedia dan dapat digunakan.
8. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan regulasi untuk pasien risiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi meliputi :
a. Pasien emergensi
b. Pasien dengan penyakit menular
c. Pasien koma
d. Pasien dengan alat bantuan hidup dasar
e. Pasien immune-suppressed
f. Pasien dengan restraint
g. Pasien dengan risiko bunuh diri
h. Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak dan pasien berisiko tindak kekerasan atau
ditelantarkan.
Untuk pelayanan risiko tinggi meliputi :
a. Pelayanan pasien dengan penyakit menular
9. Rumah sakit menetapkan pelaksanaan EWS (Early Warning System) untuk
meningkatkan kemampuan staf mengidentifikasi keadaaan pasien yang memburuk
sedini-dininya.
10. Rumah sakit menetapkan pelayanan resusitasi yang tersedia di seluruh area rumah sakit
dimana pelayanan resusitasi sebagai intervensi klinis pada pasien atau korban yang
mengalami kejadian mengancam hidupnya seperti henti jantung atau paru. Setidaknya
menghindari kerusakan jaringan otak. Resusitasi yang berhasil pada pasien dengan henti
jantung - paru bergantung pada intervensi yang kritikal seperti secepat-cepatnya
dilakukan defibrilasi dan bantuan hidup lanjut yang akurat (code blue). Pelayanan
seperti ini harus tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari.
11. Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang
undangan dimana pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan meliputi:
a. Pemberian persetujuan (informed Consent)
b. Pengadaan darah
c. Indentifikasi darah
d. Pemberian darah
e. Monitoring darah
f. Identifikasi dan respons terhadap reaksi transfusi
12. Rumah sakit menetapkan asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup
dasar atau pasien koma.
13. Rumah sakit menetapkan asuhan pasien penyakit menular dan immune-suppressed..

14. Rumah sakit menetapkan pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint).


Penggunaan alat penghalang (restraint) diarahkan oleh kebijakan dan prosedur yang
sesuai dengan rumah sakit.
a. Pelayanan pasien yang menggunakan penghalang (restraint) dikelola melalui
intervensi pasien risiko jatuh.
b. Alat pengikat (restraint) hanya boleh digunakan pada pasien yang tidak kooperatif
atau pasien risiko jatuh tinggi yang dirawat pada tempat tidur tanpa pengaman.
Pasien dengan alat penghalang menerima asuhan sesuai kebijakan dan prosedur yang
berlaku di rumah sakit.
c. Restraint dilakukan setelah diberikan informed consent kepada pasien atau keluarga.
15. Rumah sakit memberikan pelayanan khusus terhadap pasien usia lanjut, mereka yang
cacat, anak serta populasi yang beresiko disiksa dan resiko tinggi lainnya termasuk
pasien dengan risiko bunuh diri.
16. Rumah sakit menetapkan pelayanan khusus terhadap pasien yang mendapat kemoterapi
atau pelayanan lain beresiko tinggi (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan radiologi
intervensi).
17. Rumah sakit menyediakan makanan sesuai kebutuhan pasien.
18. Rumah sakit menetapkan proses pemesanan makanan pasien melalui sistem medifrans
sesuai dengan status gizi dan kebutuhan pasien.
19. Rumah sakit menetapkan berbagai pilihan makanan sesuai dengan status gizi pasien dan
konsisten dengan asuhan klinisnya. Makanan atau nutrisi yang sesuai sangat penting
bagi kesehatan pasien dan penyembuhannya. Pilihan makanan disesuaikan dengan usia,
budaya, pilihan, rencana asuhan, diagnosis pasien termasuk juga antara lain diet khusus
seperti rendah kolestrol dan diet Diabetes Mellitus.
20. Pasien dengan resiko nutrisi menerima terapi gizi terintegrasi. Pasien pada asesmen awal
diskrining untuk risiko nutrisi. Pasien ini dikonsulkan ke ahli gizi untuk dilakukan
asesman lebih lanjut. Jika ditemukan risiko nutrisi maka dibuat rencana terapi gizi dan
dilaksanakan.
21. Rumah sakit menetapkan pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri. Nyeri dapat
diakibatkan oleh kondisi, penyakit pasien, tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan
sebagai bagian dari rencana asuhan pasien diberi informasi tentang kemungkinan
timbulnya nyeri akibat tindakan dan pasien diberitahu pilihan yang tersewdia untuk
mengatasi nyeri. Rumah sakit menetapkan proses untuk melakukan skrining, asesman
dan pelayanan untuk mengatasi nyeri meliputi:
a. Identifikasi pasien untuk rasa nyeri asesmen awal dan asesmen ulang
b. Memberi informasi kepada pasien bahwa nyeri dapat disebabkan oleh tindakan atau
pemeriksaan
c. Melaksanakan pelayanan untuk mengatasi nyeri terlepas dari mana nyeri itu berasal.
d. Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga perihal pelayanan
untuk mengatasi nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai pasien
dan keluarga.
e. Melatih PPA tentang asesman dan pelayanan untuk mengatasi nyeri.
22. Rumah sakit menetapkan asesmen dan asesmen ulang terhadap pasien dalam tahap
terminal dan keluarganya sesuai dengan kebutuhan mereka. Asesmen dan asesmen
ulang harus menilai kondisi pasien seperti :
a. Gejala mual dan kesulitan pernapasan,
b. Faktor yang memperparah gejala fisik,
c. Manajemen gejala sekarang dan respon pasien,
d. Orientasi spriritual pasien dan keluarga serta keterlibatan dalam kelompok agama
tertentu
e. Keprihatinan spiritual pasien dan keluarga seperti putus asa, penderitaan dan rasa
bersalah
f. Status psikososial pasien dan keluarganya seperti kekerabatan, kelayakan
perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara menatasi serta reaksi pasien dan
keluarganya menghadapi penyakit
g. Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya
kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan
h. Faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patologis atas kesedihan.
23. Rumah Sakit memberikan pelayanan pasien dalam tahap terminal dengan
memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga serta mengoptimalkan kenyamanan dan
martabat pasien yang didokumentasikan dalam rekam medis.
24. Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelolah asuhan pasien dalam tahap terminal
meliputi :
a. Intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri
b. Memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan mempertimbangkan keinginan
pasien dan keluarga
c. Menyampaikan secara hati-hati soal sensitive seperti autopsy atau donasi organ
d. Menghormati nilai, agama serta budaya pasien dan keluarga
e. Mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan
f. Memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual serta pasien dan
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai