1. Rumah sakit menetapkan tentang pelayanan yang seragam, terefleksi sebagai berikut :
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai dan diberikan PPA yang
kompeten tidak bergantung pada hari setiap minggu atau waktunya setiap hari.
b. Penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan pemeriksaan
diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasi yang sama
c. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien contoh pelayanan anastesi sama di
semua unit pelayanan rumah sakit.
d. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setara diseluruh rumah sakit.
e. Penerapan serta penggunaan regulasi dan form dalam bidang klinis antara lain
metode asesmen IAR (Informasi, Analisis, Rencana), Form asesman awal – asesmen
ulang, panduan praktik klinis (PPK), alur klinis terintegrasi/clinical pathway,
pedoman manajemen nyeri dan regulasi untuk berbagai tindakan antara lain water
sealed drainage, pemberian transfusi darah, biopsi ginjal, pungsi ginjal dan
sebagainya.
2. Rumah sakit menetapkan pedoman manajemen nyeri.
3. Rumah sakit menetapkan proses untuk melakukan integrasi serta koordinasi pelayanan
dan asuhan kepada setiap pasien. Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi pusatnya
adalah pasien dan mencakup elemen antara lain :
a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
b. DPJP sebagai ketua tim PPA (Clinical Team Leader)
c. PPA bekerja sebagai tim interdisiplindengan kolaborasi interprofesional antara lain
memakai panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya disertai Alur
Klinis Terintegrasi/Clinical Pathway dan Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.
d. Perencanaan Pemulangan Pasien/Discharge Planning Terintgrasi
e. Asuhan Gizi Terintegrasi
f. Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager
3. Rumah sakit menetapkan rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan
didokumentasikan. Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan yang
diberikan kepada seorang pasien.
4. Rumah sakit menetapkan tata cara pemberian yang mengatur metode pemberian
instruksi oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang dalam
menuliskan instruksi dan dicatat di rekam medic pasien.
a. Jenis instruksi harus tertulis dan dicatat
b. Permintaan pemeriksaaan semua laboratorium (antara lain termasuk pemeriksaan
laboratorium PA) dan diagnostik imaging tertentu harus disertai indikasi klinis.
c. Pengecualian dalam keadaan khusus seperti antara lain di unit darurat dan unit
intensif.
d. Siapa yang diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah diletakkan di dalam
berkas rekam medik pasien
5. Rumah sakit menetapkan tindakan klinis dan diagnostik yang diminta serta lokasi atau
formulir pencatatannya di rekam medik.
6. Rumah sakit menetapkan asuhan pasien risiko tinggi dan pemberian pelayanan risiko
tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis dan peraturan perundang-
undangan. Rumah sakit bertanggung jawab sesuai dengan populasi pasien untuk:
a. Identifikasi pasien yang digolongkan sebagao resiko tinggi
b. Identifikasi pelayanan yang digolongkan sebagai risiko tinggi
c. Melalui proses kolaborasi menetapkan regulasi asuhan
d. Melatih staf untuk melaksanakan regulasi
7. Rumah Sakit menetapkan asuhan yang disesuaikan dengan populasi pasien risiko tinggi
dan pelayanan risiko tinggi yang berguna untuk menurunkan risiko. Dalam hal ini
penting dipahami bahwa prosedur dapat mengidentifikasi :
a. Bagaimana rencana akan berjalan, termasuk identifikasi perbedaan populasi anak
dengan dewasa atau pertimbangan khusus lainnya.
b. Dokumentasi yang dibutuhkan agar tim asuhan dapat bekerja dan berkomunikasi
efektif
c. Keperluan informed consent
d. Keperluan monitor pasien
e. Kualifikasi khusus staf yang terlibat dalam proses asuhan
f. Teknologi medis khusus tersedia dan dapat digunakan.
8. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan regulasi untuk pasien risiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi meliputi :
a. Pasien emergensi
b. Pasien dengan penyakit menular
c. Pasien koma
d. Pasien dengan alat bantuan hidup dasar
e. Pasien immune-suppressed
f. Pasien dengan restraint
g. Pasien dengan risiko bunuh diri
h. Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak dan pasien berisiko tindak kekerasan atau
ditelantarkan.
Untuk pelayanan risiko tinggi meliputi :
a. Pelayanan pasien dengan penyakit menular
9. Rumah sakit menetapkan pelaksanaan EWS (Early Warning System) untuk
meningkatkan kemampuan staf mengidentifikasi keadaaan pasien yang memburuk
sedini-dininya.
10. Rumah sakit menetapkan pelayanan resusitasi yang tersedia di seluruh area rumah sakit
dimana pelayanan resusitasi sebagai intervensi klinis pada pasien atau korban yang
mengalami kejadian mengancam hidupnya seperti henti jantung atau paru. Setidaknya
menghindari kerusakan jaringan otak. Resusitasi yang berhasil pada pasien dengan henti
jantung - paru bergantung pada intervensi yang kritikal seperti secepat-cepatnya
dilakukan defibrilasi dan bantuan hidup lanjut yang akurat (code blue). Pelayanan
seperti ini harus tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari.
11. Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang
undangan dimana pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan meliputi:
a. Pemberian persetujuan (informed Consent)
b. Pengadaan darah
c. Indentifikasi darah
d. Pemberian darah
e. Monitoring darah
f. Identifikasi dan respons terhadap reaksi transfusi
12. Rumah sakit menetapkan asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup
dasar atau pasien koma.
13. Rumah sakit menetapkan asuhan pasien penyakit menular dan immune-suppressed..