Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN

MANAJEMEN BENCANA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Dan


Manajemen Bencana
Dosen Pengampu: Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

Disusun oleh:

Nama : Titis Widyastuti


NIM : 20101440120090
Kelas : II B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa krena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Esay tentang gambaran
pelayanan ruang IGD di masa pandemic covid 19” tepat waktu. Makalah
“Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana” disusun guna memenuhi
tugas dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ainnur Rahmanti ,
M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen
Bencana . Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
pada semua teman yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 17 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6
A. Karakteristik Pelayanan ............................................................................ 6
B. Klasifikasi Pasien Gawat Darurat ............................................................. 8
C. Prinsip Utama Penanggualangan Gawat Darurat ...................................... 9
D. Alur Pasien IGD ........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan instansi pelayanan yang memberikan pelayanan personal
bersifat utama meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Instalasi
Gawat Darurat (IGD) merupakan instalasi yang memberikan pelayanan pertama kali
pada pasien yang mengalami ancaman mortalitas dan abnormalitas secara terpadu
(Permenkes, 2010). Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT) yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kegawatdaruratan dan mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/ pasien
gawat darurat serta menurunkan angka kematian dan kecacatan. SPGDT berpedoman
pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat, tenaga kesehatan, pelayanan ambulans gawat
darurat dan sistem komunikasi.
Keanekaragaman pasien di IGD yang datang dari berbagai latar belakang dari sisi
sosial ekonomi, kultur, pendidikan dan pengalaman membuat persepsi pasien atau
masyarakat berbeda-beda. Pasien merasa puas dengan pelayanan perawat di IGD
apabila harapan pasien terpenuhi, seperti pelayanan yang cepat, tanggap, sopan, ramah,
pelayanan yang optimal dan interaksi yang baik. Namun pasien atau masyarakat sering
menilai kinerja perawat kurang mandiri dan kurang cepat dalam penanganan pasien di
IGD. Penilaian itu karena beberapa hal, salah satunya diantaranya adalah ketidaktahuan
pasien dan keluarga tentang prosedur penatalaksanaan pasien oleh perawat di ruang IGD
(Igede, 2012).
Tujuan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat yaitu tercapainya kepuasan pasien
dan keluarga dalam mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dan benar. Tujuan
tersebut akan tercapai jika didukung oleh sumber daya manusia yang mencukupi dan
perencanaan manajemen yang profesional. Instalasi gawat darurat dikelola untuk
menangani pasien gawat darurat mengancam jiwa yang melibatkan tenaga profesional
terlatih serta didukung dengan peralatan khusus, sehingga perawat dalam memberikan

4
pelayanan pasien secara cepat dan tepat. Ketepatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
harus didukung dengan pelaksanaan triage yang benar (Merihot, 2012).
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Memberikan ilmu dan gambaran tentang konsep dan prinsip pelayanan gawat
darurat di ruang IGD di masa pandemic covid 19.
b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pelayanan
Pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di Rumah Sakit telah menjadi
harapan dan tujuan utama dari masyarakat/pasien, petugas kesehatan, pengelola dan
pemilik Rumah Sakit serta regulator. Bahkan di masa pandemik COVID-19 ini pun
pelayanan kesehatan tetap dapat dijalankan dengan mengutamakan keselamatan
pasien dan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan di masa adaptasi
kebiasaan baru akan sangat berbeda dengan keadaan sebelum COVID-19. Rumah
Sakit perlu menyiapkan prosedur keamanan yang lebih ketat dimana Protokol PPI
diikuti sesuai standar. Prosedur penerimaan pasien juga akan mengalami perubahan
termasuk penggunaan masker secara universal, prosedur skrining yang lebih ketat,
pengaturan jadwal kunjungan, dan pembatasan pengunjung/ pendamping pasien
bahkan pemisahan pelayanan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19.
Prinsip utama pengaturan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru
untuk menyesuaikan layanan rutinnya adalah:
• Memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan
menerapkan prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus.
• Melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna
layanan dengan penerapan prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI), penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di unit kerja dan
pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD).
• Menerapkan protokol pencegahan COVID-19 yaitu: harus mengenakan
masker bagi petugas, pengunjung dan pasien, menjaga jarak antar orang >1m
dan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik
atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
• Menyediakan fasilitas perawatan terutama ruang isolasi untuk pasien kasus
COVID-19.

6
• Terintegrasi dalam sistem penanganan COVID-19 di daerah masing-masing
sehingga terbentuk sistem pelacakan kasus, penerapan mekanisme rujukan
yang efektif dan pengawasan isolasi mandiri dan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat.
• Melaksanakan kembali pelayanan yang tertunda selama masa pandemik
COVID-19.

Untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip tersebut, Rumah Sakit dianjurkan:


• Membuat pembagian dan pengaturan zona risiko COVID-19 dan pembatasan
akses masuk di Rumah Sakit.
• Pemanfaatan teknologi informasi untuk inovasi layanan kesehatan seperti:
a. Sistem pendaftaran melalui telepon atau secara online untuk membatasi
jumlah orang yang berada di Rumah Sakit dalam waktu yang bersamaan.
Pada aplikasi daftar online pasien juga dapat diminta mengisi kajian
mandiri COVID-19 untuk memudahkan dan mempersingkat proses
skrining ketika mengunjungi Rumah Sakit.
b. Layanan telemedicine untuk mengurangi jumlah orang yang berada di
Rumah Sakit.
c. Rekam medik elektronik
d. Sistem pembayaran secara online / melalui uang elektronik
• Mengembangkan sistem “drug dispencing” dimana pasien yang telah
menerima layanan telemedicine tidak perlu datang ke Rumah Sakit hanya
untuk mengambil obat. Rumah Sakit dapat mengembangkan layanan
pengantaran obat atau bekerjasama dengan penyedia jasa lain untuk
mengantarkan obat kepada pasien. Dalam penerapan layanan antar obat harus
memperhatikan prosedur pelayanan farmasi di Rumah Sakit.
(Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2020)

7
B. Klasifikasi Pasien Gawat Darurat
1) Triage pada masa pandemi covid-19
Triage pada masa pandemi covid-19, pemilahan dan klasifikasi pasien untuk
menentukan prioritas kebutuhan dan penentuan tempat perawatan yang sesuai
menggunakan indikator tingkat kegawatdaruratan berdasarkan penilaian primary
survey yang terdiri atas airway, breathing, circulation, disability eksposure dan
penilaian tingkat virulensi pasien berdasarkan indikator EWS Screening Covid-19.
Hal yang perlu diketahui dalam EWS Screening Covid 19, yakni :
- EWS screening COVID-19 memungkinkan tenaga kesehatan untuk mendeteksi
lebih cepat dan relatif lebih akurat pada pasien yang dicurigai COVID-19
- EWS sreening covid-19 berbeda dengan EWS monitoring Covid-19
- Parameter yang digunakan pada EWS Screening Covid-19, yakni :

2) Algoritma Triage pada masa pandemi


Tim ilmiah Gugus Tugas Covid-19 DPP HIPGABI sangat merekomendasikan
pemisahan alur pelayanan dan ruangan antara pasien dengan keluhan ISPA dan non
ISPA.

a. Pengkajian di Triase Primer : Tujuannya untuk pemilahan pasien berdasarkan


riwayat dan keluhan terkait ISPA

8
b. Pengkajian di Triase Sekunder : Tujuannya untuk pemilahan pasien
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan dan tingkat virulensi pasien

Triage pada masa pandemi COVID-19 harus memasukan penilaian awal terkait
tingkat virulensi pasien menggunakan EWS screening COVID-19. EWS screening
COVID-19 tidak menggantikan triage sehari-hari yang telah dilakukan di IGD
hanya menambah elemen kewaspadaan pada proses triage. Proses triage pandemi
yang efektif dapat mencegah transmisi virus penyebab COVID-19 ke pasien dan
tenaga kesehatan. (Zulkifli B, 2021).

C. Prinsip Utama Penanggulang Gawat Darurat


Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis)
dan tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang (tidak
panik), walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam
kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, tepat dan terarah (Maryunani A dan
Eka P, 2013:1 - 3).

9
1) Menghormati pasien:
a. Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang
status sosial dan ekonominya.
b. Dalam hal ini petugas juga harus memahami dan peka bahwa dalam situasi
dan konidisi kegawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan kepribadian
adalah wajar bagi setiap manusia dan keluarga yang mengalaminya.
2) Kelembutan
a. Dalam melakukan penegakan diagnosis, setiap langkah harus dilakukan
dengan penuh kelembutan.
b. Dalam hal ini, termasuk dalam menjelaskan keadaan pasien bahwa rasa sakit
atau kurang enak badan tidak dapat dihindari sewaktu melakukan
pemeriksaan dan memberikan pengobatan, tetapi prosedur itu akan
dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu di upayakan
sedikit mungkin.
3) Komunikatif
a. Petugas kesehatan harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi,
tentunya dalam bahasa dan kalimat yang mudah dimengerti, mudah
dipahami, dan memperhatikan nilai norma kebudayaan setempat.
b. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya pada paien sangatlah penting.
4) Hak pasien
Hak – hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan dalam pemberian
persetujuan tindakan (inform consent).
5) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting bagi pasien. Oleh karena itu, petugas
kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi akhir pasien,
peka akan masalah keluarga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan
(finansial), keterbatasan transportasi, dan sebagainya.

10
D. Alur Paien di UGD
(1) Alur Pasien
Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat melalui IGD
atau melalui area rawat jalan. Proses masuknya pasien melalui pintu utama tersebut
dapat melalui tiga cara yaitu :
a. Langsung ke Rumah Sakit (atas permintaan pasien sendiri dan tanpa perjanjian).
Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini harus melalui proses
skrining. Bila dari hasil skrining dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan
menuju triase IGD atau rawat jalan khusus COVID-19. Sebaliknya bila dari
skrining tidak dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju triase IGD
atau rawat jalan non COVID-19 sesuai kebutuhan pasien.
b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau
(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) ).
a) Rujukan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak perlu dilakukan
skrining dan langsung diarahkan ke triase COVID-19.
b) Rujukan pasien kasus non COVID-19 yang dengan hasil pemeriksaan
COVID-19 negatif atau yang belum dilakukan pemeriksaan COVID-19 tetap
harus melewati proses skrining.
c. Melalui registrasi online. Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui registrasi
online diharuskan mengisi kajian mandiri terkait COVID-19, bila terindikasi
gejala COVID-19 langsung diarahkan ke triase rawat jalan COVID-19.
Sedangkan pasien dengan hasil assessment tidak terkait COVID-19 tetap melalui
proses skrining (Isian kajian mandiri terlampir).
(2) Skrining
Skrining merupakan proses penapisan pasien di mana seorang individu
dievaluasi dan disaring menggunakan kriteria gejala dan riwayat epidemiologis,
untuk menentukan pasien tersebut masuk ke dalam kategori dicurigai COVID-
19 atau bukan.
Tujuan skrining :
1. Memisahkan pasien yang dicurigai COVID-19 dengan pasien non COVID-
19.

11
2. Mengurangi pajanan untuk pasien lain, pengunjung dan petugas Rumah
Sakit.
3. Membantu mencegah penyebaran penyakit di dalam fasilitas kesehatan.
4. Memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) digunakan sesuai
pedoman penggunaan APD.
Skrining dilakukan pada semua orang yang mengunjungi Rumah Sakit (pasien,
petugas Rumah Sakit atau pengunjung Rumah Sakit lainnya)
(3) Triase
➢ Pada prinsipnya proses triase adalah untuk mengidentifikasi pasien yang
memerlukan intervensi medis segera, pasien yang dapat menunggu, atau
pasien yang mungkin perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tertentu
berdasarkan kondisi klinis pasien.
➢ Triase dilakukan di pintu masuk pasien yaitu di IGD dan rawat jalan.
➢ Tindakan yang dilakukan pada triase IGD khusus COVID-19 selain untuk
penanganan kegawatdaruratan pasien adalah untuk menentukan derajat
infeksi COVID-19 yang dideritanya, melalui anamnesis lengkap,
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.
➢ Tindakan triase rawat jalan khusus COVID-19 dilakukan untuk
menentukan derajat infeksi COVID-19 yang dideritanya, melalui
anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang
pasien, sesuai tata laksana manejemen klinis pasien COVID-19 sesuai
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.
(Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
2020)

12
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI No.147/ Menkes/Per/I/2010. Tentang Perizinan Rumah Sakit. Jakarta.


Diakses pada 17 Februari 2022 pukul 17.55 WIB.
Atmaja, I Dewa Gede, 2012, Ilmu Negara, Malang: Setara Press. Diakses pada 17
Februari 2022 pukul 19.45 WIB.
Merihot, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo, Jakarta. Diakses pada 17
Februari 2022 pukul 22.25 WIB.
Zulkifli B. Keperawatan Gawat Darurat, Universitas Negeri Gorontalo, 2021. Diakses
pada 18 Februari 2022 pukul 16.20 WIB.
Anik Maryunani dan Eka puspita Sari (2013) Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Trans Info media. Diakses pada 18 Februari 2022 pukul
22.30 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai