PERATURAN
DIREKTUR RSUD “NGUDI WALUYO” WLINGI
NOMOR : /2019
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah “Ngudi
Waluyo” Wlingi ditetapkan Panduan Praktek Klinik Penyakit
Mata di RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
Ditetapkan di : WLINGI
pada tanggal : 05 Juli 2019
DIREKTUR
RSUD “NGUDI WALUYO” WLINGI
1. Pengertian Kelainan mata yang terjadi karena Tekanan Intra Okuler (TIO)
(Definisi) meningkat dengan cepat akibat tertutupnya sudut bilik mata depan
(BMD) secara total dan mendadak karena kondisi primer bola mata
dengan segmen anterior yang kecil.
2. Anamnesis Keluhan: nyeri periokuler hebat, mual muntah, penglihatan
menurun mendadak, melihat warna pelangi di sekitar sumber
cahaya (lampu).
3. Pemeriksaan Berdasarkan gambaran klinis hiperemi konjungtiva dan limbal,
Fisik edema kornea, iris bombans, BMD dangkal dan terdapat flare dan
cell, pupil midriasis, TIO sangat tinggi, sudut BMD tertutup pada
pemeriksaan gonioskopi.
4. Kriteria 1. Anamnesis mata erah, silau, nyeri, berair.
Diagnosis 2. Penurunan visus
3. Hiperemi silier, edema kornea, bmd dangkal, iris bombans.
4. Peningkatan TIO akut > 21 mmHg
5. Sudut tertutup pada gonioskopi
5. Diagnosis Glaukoma Sudut Tertutup Primer Akut
6. Diagnosis 1. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena faktor lensa.
Banding 2. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena inflamasi intra
okuler
3. Glaukoma neovaskuler
4. Glaukoma maligna
7. Pemeriksaan 1. Gonioskopi kedua mata
Penunjang 2. Lab: BSN/2jam pp
3. Pemeriksaan Cardiologi pre operatif
8. Terapi 1. Turunkan TIO dengan larutan hiperosmotik Glycerine
1.5g/kgBB bentuk 50% larutan per oral, atau Manitol 1-
1.5g/kgBB bentuk 20%larutan intravena (dalam infus 3-
5cc/menit = 60-100 tetes/menit).
2. Acetazolamide 500 mg intravena atau 500mg oral
dilanjutkan 4x250mg.
3. Tmolol 0.5% tetes mata, 2x sehari
4. Steroid tetes mata: Prednisolon 1% atau Dexamethasone
0.1% 4x sehari.
5. Bila kondisi mata sudah mulai tenang dan kornea lebih
jernih, dilakukan Bedah Iridektomi Perifer (Bedah IP) atau
Laser Peripheral Iridectomy (laser PI).
9. Edukasi Bila dari pemeriksaan gonioskopi mata jiran didapatkan keadaan
sudut yang tertutup, edukasi pasien untuk dilakukan iridektomi
preventif pada mata jiran.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad malam
11. Tingkat IV
Evidens
12. Tingkat C
Rekomendasi
13. Penelaah dr. Henny Budhi Prajitno, Sp.M.
Kritis
14. Indikator 1. TIO menurun.
Medis 2. Visus membaik.
15. Kepustakaan 1. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Mata
Edisi III RSU dr.Soetomo Surabaya 2006.
2. Pedoman Standar Pelayanan Diagnostik dan Tindakan
Medis RS Mata Cicendo Bandung 2010.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSU AN-NISAA’ BLITAR JAWA TIMUR
2018 – 2021
ECCE
a. Rawat Inap, bila incisi corneosclera 9 mm atau lebih,
karena untuk menghindari komplikasi durante operasi
seperti ruptur capsul posterior, prolaps corpus vitreous,
IOL yang tidak bisa dipasang dan untuk menghindari
resiko infeksi, prolaps iris, corpus vitreous pasca operasi.
b. Rawat jalan, bila incisi corneosclera kurang dari 9 mm.
SICS
a. Rawat jalan
b. Rawat inap, bila ada komplikasi durante operasi.
1. Pengertian Radang akut pada jaringan iris, badan siliar atau keduanya.
(Definisi)
2. Anamnesis 1. Mata terasa ngeres.
2. Mata merah.
3. Nyeri, baik ditekan maupun digerakkan.
4. Fotofobia.
5. Blefarospasme.
6. Penglihatan kabur.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Kelopak mata edema disertai ptosis ringan.
2. Konjungtiva merah, kadang-kadang disertai kemosis.
3. Hiperemi perikorneal.
4. Bilik mata depan keruh, disertai adanya hipopion atau
keratik presipitat.
5. Iris edema dan warna menjadi pucat.
6. Sinekia posterior.
7. Pupil menyempit, bentuk tidak teratur, reflek lambat
sampai negatif.
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan pemeriksaan klinik.
5. Diagnosis Kerja Uveitis Anterior Akut (ICD 10: H20.0)
6. Diagnosis Banding 1. Konjungtivitis akut. (ICD 10: H10.3)
2. Glaukoma akut. (ICD 10: H40.2)
7. Pemeriksaan 1. Skin Test untuk pemeriksaan tuberkulosis dan histoplasmosis.
Penunjang 2. tes fiksasi komplemen untuk pemeriksaan toxoplasmosis.
8. Terapi Obat yang diberikan :
1. Medriatika :
a. Sulfas atropin 1% 3X 1 tetes/hari.
b. Homatropin 2% 3X1 tetes/hari.
c. scopolamin 0,2% 3X 1 tetes/hari. (terutama untuk
penderita anak)
2. Anti inflantasi :
Dewasa :
a. Preparat kortikosteroid :
(1) Oral : Prednison 3 X 2 tablet/hari.
(2) Subkonjungtiva : hidrokortison 0,3 cc.
b. Preparat non kortikosteroid.
Anak :
c. Klorampenikol 25 mg/kg BB, 3-4 X/hari.
3. Antibiotika :
4. Anak :
9. Edukasi Berobat secara teratur
10. Prognosis Baik.
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis dr. Henny Budhi Prajitno, Sp.M
14. Indikator Medis Visus membaik.
15. Kepustakaan 1. Kansky J. Jack : Uveitis, Butterworth & Co, 1987.
2. Spenser W.H : Uveal tract, Op.
3. Hilton G.F, Mc Lean E.B, Norton E.W : Retinal Detachment a
Manual prepared for the Use of graduate in Medicine, 4th ed,
American Academy of Ophthalmology, San Francisco, 1981,
pp. 42 – 46, 58, 77-91.
4. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12th ed,
Lange Medical Publication, Maruzen asia, 1989, pp 156-158.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSU AN-NISAA’ BLITAR JAWA TIMUR
2018 – 2021