1. Pengertian Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. Dikenal dua bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanpasien dengan Hordeolum
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Patrang Nomor:
440/996/311.49/2022 tentang Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Patrang
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 5. Prosedur/ 1. Petugas mempersiapkan alat pemeriksaan berupa Langkah - tensimeter, stetoskop, senter, dan set bedah minor langkah 2. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien. Keluhan yang ditemukan kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan, serta perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata. 3. Melakukan pemeriksaan fisik dasar dan penunjang oftalmologis. 4. Menemukan hasil pemeriksaan berupa kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada perabaan. Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksternum). Apabila sudah terjadi abses dapat timbul undulasi. 5. Melakukan penegakan diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. 6. Menentukan diagnosis banding yang berupa selulitis preseptal, kalazion, granuloma piogenik. 7. Memberikan penatalaksanaan berupa : a) mengompres mata dengan air hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup. b) Membersihkan kelopak mata denga air atau sabun atau sampu yang tidak iritatif. c) Tidak menusuk hordeolum. d) Menghindari make-up pada mata. e) Tidak memakai lensa kontak. f) Dan memberikan obat berupa Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap 8 jam. Apabila menggunakan kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam. g) Bila perlu, memberikan terapi oral sistemik erithromisin 500 mg pada dewasa dan anak sesuai berat badan atau diklosasilin 4x sehari selama 3 hari. 8. Memberikan konseling dan edukasi berupa hordeolum dapat berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan keluarga untuk menjaga higiene dan kebersihan lingkungan. 9. Merencanakan tindak lanjut berupa Bila dengan pengobatan konservatif tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Mempertimbangkan merujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut apabila tidak ada respon dengan pengobatan konservatif dan hordeolum berulang 1 Diagram Alir Melakukan Melakukan pemeriksaan fisik dan Pasien Anamnesis pemeriksaan penunjang sederhana datang (Subjective) sesuai kebutuhan(Objective)
Memberikan Menegakkan diagnosa
Memberikan KIE Penatalaksanaan berdasarkan hasil Komprehensif (Plan) pemeriksaan (Assesment)
Menulis SOAP di Menulis diagnosa Pasien
lembar CPPT pasien ke buku pulang/dirujuk register
2 Hal-hal yang perlu
Hasil pemeriksaan dikonsultasikan ke dokter diperhatikan
Ruang Pemeriksaan Umum
3 Unit terkait Ruang MTBS
4 Dokumen terkait Rekam Medis
10. Rekaman Historis Perubahan
No Yang Di Ubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan 1. No. Dokumen PS-UP-44-01 15 November 2022
2. Nama Kepala dr. Sri isna Amelia 15 November 2022
Puskesmas 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD 15 November 2022 Puskesmas Patrang Nomor: 440/996/311.49/2022 tentang Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Patrang 4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan 15 November 2022 Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis