OLEH :
LEDY ANGGARE LARASATI
2019.C.11a.1048
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 2019.C.11a.1048
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
An. A Dengan Diagnosa Media Thypoid Fever Di Ruang Flamboyan RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Pak Efri Dulie,S.Kep.Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Nur Sa’adah S.Kep.,Ners selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
ini jauh dari sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
1) Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore
dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal
kembali.
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung.
Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
21
4) Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid,
akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua
setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut
teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak
dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
1.4 Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika
respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella
akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan
berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah
bening mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui
ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh,
terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa
(splenomegali). Di organ ini, kuman salmonlla thypi berkembang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang
disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
22
1.5 Komplikasi
1.5.1 Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
1.5.2 Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
1.7.2 Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
1.7.3 Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat antibiotik
adalah :
1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
2) Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi ampisilin
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena
saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
3) Amoksisilin amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
4) kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-
7 hari.
6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin
untuk demam thypoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan
26
perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin).
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal
3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian
dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
2.3 Implementasi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus
Tujuan : suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil ;
1) Tidak demam
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 – 4 jam.
R/: Mengetahui keadaan umum pasien
2) Berikan kompres dingin.
R/: Mengurangi peningkatan suhu tubuh
3) Atur suhu ruangan yang nyaman.
R/: Memberikan suasana yang menyenangkan dan menghilangkan ketidaknyamanan.
4) Anjurkan untuk banyak minum air putih
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak
5) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik
R/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik
menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
Intervensi:
1) Kaji pola eliminasi pasien
R/: Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan intake yang sesuai
2) Berikan minuman oralit
R/: Untuk menyeimbangkan elektrolit
3) Kolaborasi dengan dokter dalam obat
R/ : Untuk mengetahui dosis yang tepat menghentikan diare
4) Auskultasi bising usus
R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan
fekalit
5) Selidiki keluhan nyeri abdomen
R/: Berhubungan dengan distensi gas
6) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
R/: Indikator kembalinya fungsi gi, mengidentifikasi ketepatan intervensi
7) Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang bab
R/: Mengatasi konstipasi yang terjadi
8) Kolaborasi berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi
R/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
4. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh b/d mual, muntah,
anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Tidak demam
2) Mual berkurang
3) Tidak ada muntah
4) Porsi makan tidak dihabiskan
Intervensi:
1) Berikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dan sajikan dalam
keadaan hangat
31
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Ledy Anggare Larasati
Nim : 2019.C.11a.1048
Tempat Praktek : Flamboyan
Tanggal Pengkajian & Jam :
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. A
TTL : 08 September 2007
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl, Kalimantan Gang damai no 22
Diagnosa Medis : Thypoid Fever
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn D
TTL : -
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : SMA
Warna rambut hitam (tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam).
3) Kepala
Keadaan kulit kepala bersih (tidak ada peradangan atau benjolan), massa tidak ada.
4) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil mengecil
ketika diberikan rangsangan cahaya, tidak terdapat oedem palpebra, ketajaman
penglihatan (pasien dapat melihat gambar yang diunjukan).
5) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada peradangan, ketajaman
pendengaran baik dan jelas (pasien menoleh ketika dipanggil).
6) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ditemukan sekret, tidak terpasang oksigen, fungsi
penciuman baik (pasien pasien menghindar ketika mencium bau minyak angin)
7) Mulut
Tidak intake, tidak stanosis, keadaan kering, palatum lunak.
8) Gigi
Tidak terdapat carries gigi, dan jumlah gigi 20 buah.
2.1.2.2 Leher dan Tenggorokan
Bentuk leher simetris, reflek menelan baik, tidak di temukan pembesaran tonsil dan
vena jugularis, tidak ada benjolan atau peradangan.
2.1.2.3 Dada
Dada simetris, bunyi nafas normal (vesikuler), tipe pernafasan dada dan perut, bunyi
jantung lub dup, tidak tampak iktus cordis, tidak terdapat bunyi tambahan, tidak
terdapat nyeri dada, keadaan payudara normal simetris.
2.1.2.4 Punggung
Bentuk simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan dan lain-lain
2.1.2.5 Abdomen
Bentuk simetris, bising usus 10x/menit, tidak terdapat asites, tidak ada massa, tidak
mengalami hepatomegali, spenomegali, dan nyeri.
2.1.2.6 Ekstremitas
Pergerakan/ tonus otot bebas dengan kekuatan penuh, tidak di temukan adanya
oedem dan sianosis, tidak ditemukan clubbing finger, keadaan kulit/turgor elastis < 2
detik.
40
Jenis Makanan Nasi, sayur, lauk pauk Nasi, sayur, lauk pauk
Nutrisi
a. Frekuensi
a. 3x/hari
b. Nafsu Makan/selera
b. kurang
c. Jenis Makanan
c. nasi, sayur, lauk pauk
41
Eliminasi
a. BAB
a. .......1..... x/hari
b. BAK
b. ...........4-6 kali....... sehari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. .......±3....... jam
b. Malam/jam b. .......±10....... jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. ....2... x/hari
b. Oral Hygene
b. ....2... x/hari
ANALISA DATA
Intake cairan yang tidak adekuat Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh,
intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah)
DS: ayah klien mengatakan änak saya
muntah 7 kali, bab cair.
DO: - kesadaran compos mentis
- Keadaan umum: lemah
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan, mual muntah ditandai dengan nyeri
2. Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah)
17
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: An A
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: An A
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
Daftar Pustaka
Arif mansjoer, dkk. 2010. Kapita selekta kedokteran. Penerbit media aesculapius.
Jakarta : FKUI
Donna l.wong, dkk. 2009 .buku ajar leperawatan pediatrik ed 6. Jakarta : EGC
24