PENDAHULUAN
Lebih dari sepertiga kematian global dapat dikaitkan dengan sejumlah kecil faktor
risiko, diantaranya tekanan darah tinggi yang menyumbang sebesar 13% dari kematian
global, konsumsi tembakau sebesar 9%, glukosa darah yang tinggi sebesar 6%, kurangnya
aktivitas fisik sebesar 6% dan obesitas sebesar 5%. Faktor-faktor risiko ini mengakibatkan
meningkatnya kejadian penyakit kronis seperti penyakit jantung , diabetes, dan kanker yang
mempengaruhi hampir semua kelompok negara dari negara dengan pendapatan tinggi,
menengah, dan rendah.
Adapun dampak global utama yang diakibatkan suatu penyakit adalah adanya DALYs
(Disability-Adjusted Life Years) akibat underweight sebesar 6% dari global DALYs, seks
tidak aman sebesar 5%, konsumsi alkohol sebesar 5%, akses air bersih dan sanitasi yang
belum memenuhi syarat kesehatan sebesar 4%. Dimana tiga dari risiko ini secara khusus
mempengaruhi populasi di negara-negara berpenghasilan rendah terutama di kawasan Asia
Tenggara dan sub-Sahara Afrika.
Sebanyak 10,4 juta anak meninggal pada tahun 2004, kebanyakan di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Diperkirakan 39% dari kematian ini atau sebanyak 4,1 juta disebabkan
oleh defisiensi mikronutrien, kekurangan berat badan, pemberian ASI yang kurang optimal
dan risiko lingkungan yang dapat dicegah. Sebagian besar kematian yang dapat dicegah ini
terjadi di Wilayah Afrika (39%) dan Wilayah Asia Tenggara (43%). Faktor risiko lingkungan
dan perilaku berperan dalam 45% kematian akibat kanker di seluruh dunia, dan untuk kanker
tertentu proporsinya dapat lebih tinggi seperti merokok yang menyebabkan 71% kematian
akibat kanker paru di seluruh dunia (WHO, 2009)
Untuk itu memahani pentingnya peran dari faktor-faktor risiko ini sangat penting dalam
rangka mengembangkan strategi yang jelas dan efektif untuk meningkatkan Kesehatan
global. (Birn, dkk, 2009)
BAB II
Meskipun semua penyebab mortalitas dan morbiditas terjadi karena proses alamiah
dan patogen yang seringkali tidak dapat dihindari, tetapi dibentuk pengaruh politik, ekonomi,
dan demografis yang lebih besar berpengaruh.
Peran faktor risiko adalah kunci untuk mengembangkan strategi yang jelas dan efektif
untuk meningkatkan kesehatan global. Lima risiko global utama kematian di dunia adalah
tekanan darah tinggi, penggunaan tembakau, glukosa darah tinggi, aktivitas fisik, dan
kelebihan berat badan serta obesitas. Faktor risiko tersebut berdampak pada penyakit kronis,
seperti penyakit jantung dan kanker yang mempengaruhi negara di semua kelompok
pendapatan baik tinggi, menengah maupun rendah (WHO, 2009)
Pola penyakit sangat bervariasi di seluruh dunia dan bergantung pada konteks politik,
ekonomi, dan sosial, serta kerentanan biologis atau kondisi iklim. Adapun tiga negara yang
menjadi objek observasi dalam literatur ini adalah Denmark sebagai negara dengan
penghasilan ekonomi tinggi, Mesir sebagai negara dengan penghasilan ekonomi menengah,
dan Nigeria sebagai negara dengan penghasilan ekonomi rendah.
1. Denmark
Denmark memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi, serta manfaat sosial yang
didistribusikan secara relatif merata di semua kelas sosial. Akibatnya, angka harapan hidup di
Denmark tinggi (78 tahun) dan angka kematian bayi dan anak di bawah 5 kematian / 1.000
kelahiran hidup (termasuk yang terendah di dunia). Angka kematian ibu juga rendah, yaitu 7
kematian / 100.000 kelahiran hidup. Namun, Denmark angka kematian akibat kanker lebih
tinggi dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah dan menengah.
2. Mesir
3. Nigeria
Nigeria adalah negara berpenghasilan rendah, sedikit redistributif dengan indeks
kesehatan yang sangat buruk. Harapan hidup di Nigeria hanya 46 tahun. Angka Kematian
Bayi (AKB) adalah 100 kematian / 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak adalah
197 kematian / 1.000 kelahiran hidup (hampir satu dari lima anak meninggal sebelum ulang
tahun kelima). Kematian ibu sangat tinggi, 800 kematian / 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian di Nigeria adalah akibat penyakit menular seperti HIV / AIDS,
malaria, campak, dan tuberkulosis (TB) menyebabkan 37% dari semua kematian, infeksi
saluran pernapasan bawah dan penyakit diare berkontribusi sebesar 18%. Lebih dari 50% dari
semua penyebab kematian adalah penyakit menular, sedangkan penyakit tidak menular hanya
menyebabkan 7% dari semua kematian (Birn, dkk, 2009)
Pencegahan dan pengendalian berfokus pada biomedis dan perilaku, seperti diet dan
aktifitas fisik untuk mengurangi risiko penyakit menular, mencuci tangan, gizi seimbang pada
bayi, penggunaan kondom untuk mencegah penyakit menular. Pendekatan biomedis dengan
mempromosikan pengobatan, imunisasi, dan intervensi medis lainnya, dengan fokus pada
individu dan penyakit tertentu. Kesehatan masyarakat global, meskipun biasanya dipengaruhi
oleh pendekatan biomedis dan perilaku, juga menggunakan strategi pencegahan yang luas
untuk meningkatkan kesehatan pada tingkat populasi. Kegiatan pencegahan diklasifikasikan
sebagai pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan untuk
mencegah infeksi atau pajanan, menghindari perkembangan penyakit, dan meningkatkan
kesehatan yang baik secara keseluruhan. Beberapa tindakan pencegahan utama termasuk
imunisasi, penggunaan sabuk pengaman, berhenti merokok, penggunaan kondom, dan
dietdan olahraga. Kegiatan pencegahan sekunder melalui deteksi dini penyakit untuk
mencegah perkembangannya seperti pemantauan tekanan darah, tes darah, rontgen, atau
pemeriksaan fisik disertai dengan pengobatan atau tindakan perubahan perilaku untuk
menghentikan perkembangan penyakit lebih lanjut. Pencegahan tersier mirip dengan
manajemen penyakit dan upaya untuk mengurangi efek negatif dari komplikasi atau
kecacatan yang timbul dari suatu penyakit setelah seseorang didiagnosis.
Selama beberapa tahun terakhir kesehatan tidak lagi menjadi fokus perhatian, yang menjadi
pusat perhatian dalam global adalah keamanan nasional, pembangunan ekonomi,
pemerintahan demokratis, dan hak asasi manusia. Kita berada di ambang era kesehatan global
baru, yang menghadirkan tantangan tambahan pengakuan pentingnya kesehatan telah
mendorong perluasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bantuan pembangunan
untuk kesehatan. Menurut Christopher Murray dan rekannya dari Institute for Health Metrics
and Evaluation, bantuan pembangunan meningkat dari US $ 10,5 miliar pada tahun 2000
menjadi US $ 26,8 miliar pada tahun 2010. Hal ini juga mengarah pada pembentukan
organisasi-organisasi baru, dimana sekarang ada hampir 120 badan multilateral dan
kemitraan yang aktif di bidang kesehatan. Jadi dalam menghadapi tantangan masalah
kesehatan global, kita perlu memperbarui kerja sama global, dengan masalah kesehatan yang
kompleks terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebagian besar negara
ini menderita tiga beban penyakit yakni penyakit infeksi, kekurangan gizi, dan kematian ibu,
tantangan penyakit tidak menular yang muncul, seperti kanker, diabetes, penyakit jantung,
dan penyakit mental, dan masalah yang terkait langsung dengan globalisasi, seperti pandemi
dan konsekuensi kesehatan dari perubahan iklim (Frank, dkk, 2011).
Pada tahun 1960 terjadi 20 juta kematian anak di bawah usia 5 tahun dan terjadi
penurunan yang cukup fantastik pada tahun 2006 yang berkurang menjadi 9,7 juta diman 4,8
juta terjadi di sub-Sahara Afrika saja. Terlepas dari kemajuan ini, jumlahnya kematian masih
sangat tinggi yaitu setara dengan 26.000 anak yang meninggal setiap hari, dimana hampir
semua kematian yang terjadi karena penyebab yang semestinya dapat dicegah. Lebih dari
sepertiga meninggal dalam bulan pertama kehidupan, biasanya di rumah dan tanpa akses ke
perawatan kesehatan. Saat ini, sebagian besar kematian pada anak di bawah usia 5 tahun
terjadi hanya di 60 negara dan terutama disebabkan oleh penyebab yang dapat diobati atau
dicegah seperti pneumonia, malaria, campak, diare, dan HIV/ AIDS. Diantara tahun 1960 dan
2003, angka kematian anak global menurun dari 198 kematian / 1.000 kelahiran hidup
menjadi 72 / 1.000 (UNICEF, 2008)
Angka Kematian Bayi (AKB) sering disebut sebagai indikator paling sensitif dari
tingkat “perkembangan” umum dan keadaan kesehatan suatu penduduk. AKB tinggi
mencerminkan ketidakcukupan yang mendasari kondisi sosial ekonomi dan sanitasi. Banyak
penyebab utama kematian bayi dan anak dapat dicegah melalui struktural dan redistributif
pendekatan kebijakan. Malnutrisi dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit menular,
dan merupakan penyebab utama dari sebagian besar kematian anak (Black, Morris, dan Bryce
2003). Dimana kekurangan gizi kronis menyebabkan kegagalan untuk tumbuh, terlambatnya
perkembangan, gangguan pembelajaran, dan pada akhirnya menyebabkan rendahnya
produktivitas pada angkatan kerja.
Selama beberapa dekade terakhir, penyakit menular baru telah muncul bersama
dengan faktor-faktor yang umum terjadi pada modernisasi dan globalisasi yang pesat. Selain
itu, peningkatan pengawasan terhadap penyakit baru telah meningkatkan kemampuan kita
untuk mendeteksinya. Industrialisasi dan urbanisasi telah secara dramatis mengubah banyak
pola hidup dan produksi dari pedesaan ke perkotaan, namun penularan penyakit terjadi di
kedua arah. Misalnya, terdapat bukti di sejumlah negara laki-laki yang bekerja di daerah
perkotaan, terinfeksi TB atau HIV, dan kemudian membawa infeksi tersebut kembali ke desa
asalnya. Pusat kota yang sangat padat sering kali merupakan konteks stres tinggi bagi para
pekerja, dengan tingkat perlindungan pekerja yang rendah dan perumahan yang padat,
menyediakan transmisi patogen yang secara mudah ke populasi.
KESIMPULAN
Masalah kesehatan global terjadi hampir di semua negara lintas regional baik negara
dengan pendapatan tinggi, menengah ataupun rendah. Selain masalah penyakit menular yang
masih belum teratasi di negara penghasilan menengah dan rendah, masih tingginya masalah
gizi dan angka kematian batyi dan anak, serta penyakit tidak menular yang sudah mulai
menyerang negara dengan penghasilan menengah ke bawah. Sebagian besar masalah
kesehatan global sebenarnya dapat diatasi melalui upaya promotif dan preventif dibidang
biomedis dan perilaku yaitu pencegahan secara primer, sekunder dan tersier. Selain itu
kerjasama lintas negara telah dilaksanakan melalui penyaluran dana dari pendonor dan
lembaga internasional kepada negara dengan penghasilan menengah dan rendah.