Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tiara Shinta Dewi

Kelas : 2B D3 Keperawatan
NIM : A02020068
Matkul: AIK II

TUGAS MANDIRI 1
KAJIAN KITAB SYARH BULUGHUL MARAM

Topik : Bab Zuhud wal Wara


Bersama : Ust. Puji Handoko, S.Ag, M.Pd
Waktu : Kamis, 16 September 2021

Diriwayatkan dalam Al-Quran bahwa hadis nabi tidak pernah buruk. Manusia
mempunyai peluang berbuat baik dan berbuat salah. Apabila manusia terjatuh pada perbuatan
salah, seharusnya manusia tersebut segera bertaubat dan tidak boleh ditunda-tunda. Taubat
menurut bahasa artinya kembali. Yang dimaksud dengan kembali disini adalah kembali
kepada ketaatan. Setiap anak Adam adalah pembuat dosa, maka manusia tidak selamat dari
dosa. Unsur taubat ada 3, biasanya disingkat dengan NII :
1. Nadham atau menyesal
Artinya menyesal telah melakukan perbuatan buruk
2. Ikhlak atau melepas
Artinya tidak melakukan perbuatan itu lagi
3. Iqdal atau mengganti
Artinya yaitu mengganti perbuatan yang buruk dengan yang baik.
Karna kemuliaan Allah, Allah membuka pintu taubat pada manusia. Obat untuk
kesalahan yaitu dengan cara bertaubat.
Menurut Hadis An-Nass; rasulullah saw bersabda : “diam adalah hikmah dan sedikit
yang melakukannya.”
Allah memerintah umatnya untuk menjaga lisan sehingga harus berdiam. Nabi
bersabda: “apakah manusia di neraka wajahnya bakal terbakar, iya karena perbuatan dari
lisannya yang akan membakar wajahnya kelak di neraka.” Maka berkata itu harus dijaga,
jika tidak pantas untuk diucapkan, maka jangan diucapkan, karena kata-kata bisa
menyebabkan syirik, hibah, mengadu domba, cacian dan juga celahan. Barang siapa yang
bisa menjamin diantara dua jenggot dan diantara dua kakinya aku jamin di aitu syurga, dan
barang siapa yang bisa menjaga lisan dan kemaluannya aku tanggung di aitu syurga. Orang
yang sedikit bicara akan berbicara jika di dalamnya terdapat kebaikan atau manfaat tapi jika
tidak ada maka lebih baik diam.
Bukti kehadiran :
A. RESUME AIK KAJIAN 2

HUKUM EUTANASIA
Topik : Terminasi hidup, perawatan paliatif & penyantunan kaum senior
Bersama : Ust. Puji Handoko, S.Ag, M.Pd
Waktu : Kamis, 23 September 2021

Dilihat dalam kasus BS yang mengajukan permohonan untuk dieutanasia karena penyakit
yang dideritanya, yaitu lumpuh, penyakit kronis, infeksi peradangan tulang dan asma
sehingga tidak dapat melakukan aktivitas apa pun.
Beberapa kasus euthanasia :
• Permohonan eutanasia diajukan BS ke Pengadilan Negeri Banda Aceh pada bulan
Mei 2017,
• Permintaan eutanasia lainnya adalah kasus SJ pada tahun 2005
• Sepanjang tahun 1990 tercatat bahwa dokter-dokter Belanda telah melaksanakan
eutanasia atas permintaan sebanyak 2300 orang, bunuh diri atas bantuan medis
sebanyak 400 kasus dan eutanasia tanpa permintaan pasien sebanyak 1000 kasus.
• Pada tahun 2007 tercatat 2120 kasus terminasi hidup yang dilaporkan dan pada tahun
2017 meningkat menjadi 6585 kasus terminasi hidup yang dilaporkan.
Terminasi hidup adalah perbuatan mengakhiri atau menyebabkan berakhirnya hidup
pasien yang dilakukan oleh dokter sendiri atau oleh pasien di bawah bantuan dokter
dengan sengaja dan dikehendaki akibatnya atas dasar belas kasih guna membebaskannya
dari penderitaan.
Unsur-unsur terminasi hidup yang meliputi beberapa hal berikut:
1. Adanya suatu perbuatan mengakhiri hidup seseorang dengan cara
2. Terminasi hidup dilakukan dalam konteks dan dengan fasilitas medis yang dilakukan
oleh dokter (physician-administrated euthanasia) atau oleh pasien sendiri dengan
bantuan dokter yang memberikan resep atau menjelaskan cara menggunakan alat.
3. Tindakan terminasi dilakukan atas dasar belas kasih dan untuk membebaskan pasien
dari penderitaan yang tidak tertahankan.
Terminasi hidup manusia dengan fasilitas medis itu ada dua macam, yaitu:
(1) eutanasia yang dilakukan dokter (physician-asministered euthanasia) dan
(2) bunuh diri dengan bantuan dokter (physician-assisted suicide).
Norma –norma syariah agama islam
Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan berupa petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia
dan Akhirat.
Norma-norma tersebut tersusun dalam jenjang norma yang bersifat hirarkis, meliputi :
(1) nilai-nilai dasar agama,
(2) asas-asas umum (al-uṣūl al-kulliyyah), dan
(3) ketentuan hukum cabang (peraturan hukum konkret / al-aḥkām al-farʻiyyah
Asas-asas umum hukum syariah (al-uṣūl al-kulliyyah) yang menyatakan antara lain:
1. Larangan mengakhiri hidup orang lain maupun hidup sendiri.
2. Pada sisi lain terdapat asas
Dari nilai dasar ta‘āwun dan solidaritas sosial dapat diturunkan suatu asas bahwa perawatan
pasien muḥtaḍar dan orang sakit pada umumnya serta kaum lanjut usia adalah suatu
kewajiban sosial dan merupakan bagian dari tugas pengurusan hidup yang harus dilakukan
dengan penuh rasa belas kasih, empati, dan profesionalisme
Ketentuan Hukum Eutanasia
Dengan memperlihatkan norma-norma syariah yang dikemukakan di atas, dapat diputuskan:
1. Terminasi hidup sebagaimana didefinisikan terdahulu dilarang menurut ketentuan hukum
syariah karena
a. Bertentangan dengan dengan nilai-nilai dasar agama Islam yang berbasis iman kepada
Allah dan termasuk ke dalamnya adalah iman bahwa yang menciptakan mati dan hidup itu
adalah Allah, bahwa manusia adalah milik Allah, karena itu manusia tidak berhak
mengakhiri hidupnya atas kehendaknya sendiri dan atas kehendak orang lain.
b. Bertentangan dengan asas yang melarang membunuh jiwa yang diharamkan Allah
membunuhnya kecuali karena alasan yang hak, dan terminasi hidup tidak termasuk ke dalam
alasan yang hak itu
c. Bertentangan dengan hukum far’ī syariah yang menyatakan larangan bunuh diri secara
umum atau mengakhiri hidup karena derita atau sakit yang menimpa seseorang secara
khusus sebagaimana dikutip di atas.
2. Tidak termasuk ke dalam kategori terminasi hidup dengan fasilitas medis adalah:
a. Tidak menerapkan sarana pengobatan yang tersedia secara maksimal atas penilaian bahwa
penerapannya tidak akan memberi efek dan pengaruh apa-apa bagi kondisi kesehatan pasien
yang tidak mungkin lagi disembuhkan karena tindakan tersebut dapat membawa kepada
mubazir terutama apabila penggunaan sarana bersangkutan mahal dan juga akan membebani
pasien atau keluarganya dengan beban yang sesungguhnya tidak perlu.
b. Memberikan pengobatan dengan dosis lebih tinggi yang mempunyai efek ganda
c. Tidak melanjutkan proses pengobatan yang sedang berlangsung karena berdasarkan
pertimbangan tim dokter ahli pengobatan itu tidak lagi efektif dan tidak memberi pengaruh
apa-apa bagi kondisi kesehatan pasien, karena hal itu dapat mengarah kepada perbuatan
mubazir serta membebani keluarga secara tidak perlu.
Perawatan Paliatif dan Penyantunan Kaum Senior
Ajaran Islam yang menekankan arti sosialitas manusia ini bertolak belakang dengan filsafat
modern yang menekankan individualisme, yang berarti bahwa manusia harus hidup di atas
kaki sendiri, dan tidak bergantung kepada orang lain. Ini didukung oleh filsafat sosial
Darwin yang berbasis pada, “Kelangsungan hidup (hanya) bagi yang mampu menyesuaikan
diri terhadap seleksi alam.” Dalam kaitan ini yang lemah dan tidak mampu menghadapi
seleksi alam harus menyingkir dari kehidupan dunia.
Hidup bergantung kepada belas kasih masyarakat adalah suatu kehinaan. Perasaan ini
mendorong maraknya praktik terminasi hidup dengan fasilitas medis di dunia Barat. ,
terminasi hidup semula dipraktikkan terbatas bagi mereka yang mengalami sakit terminal dan
tak tertahankan, lalu kemudian berkembang meliputi berbakai tingkat sakit, bahkan terhadap
mereka yang tidak sakit, tetapi menderita rasa kesendirian dan kehilangan makna hidup. Bagi
mereka yang menentang terminasi hidup, eutanasia dan bunuh diri dengan fasilitas medis,
bukanlah jalan yang tepat untuk dipilih. Praktik ini berentangan dengan fundasi etika profesi
kedokteran.
WHO mendefinisikan perawatan paliatif (palliative care) sebagai suatu pendekatan yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup para pasien dan keluarga mereka yang menghadapi
problem-problem terkait penyakit yang mengancam hidup, melalui pencegahan dan
penghilangan penderitaan dengan cara identifikasi dini dan pemeriksaan yang layak dan
penanganan rasa sakit dan problem lain baik fisik, psikososial, maupun spiritual. perawatan
paliatif dan hospis yang komprehensif dalam sudut pandang Islam. Atas dasar itu, maka
institusi Muslim dan organisasi sosial Islam yang menyediakan layanan kesehatan dan sosial
harus bergerak lebih maju dalam arah ini dengan menyediakan tenaga profesional yang
handal dan sumber dana pendukung yang memadai. Dalam konteks ini apabila ada pasien
terlantar di sebuah rumah sakit Islam karena tidak mampu membayar administrasi, dan juga
apabila ada pasien terminal diisolasi dan dibiarkan di ruang isolasi untuk menunggu ajalnya
tanpa mendapatkan santunan psiko-sosial dan spiritual yang maksimal, maka kondisi ini
sangat bertentangan dengan prinsip masyarakat perawat, penyantun, dan pembawa rahmat
yang merupakan pesan etis utama Islam. Dari data praktik eutanasia, tidak semua mereka
yang meminta eutanasia atau bantuan bunuh diri dilatarbelakangi oleh sakit terminal yang
tidak memiliki kemungkinan untuk pulih kembali, tetapi juga karena faktor kesepian
(loneliness) dan kehilangan makna dan arti hidup. Oleh karena itu dalam masyarakat perawat,
penyantun, dan pembawa rahmat, perawatan tidak hanya sekedar merawat orang sakit, tetapi
juga merawat dan menyantuni kaum senior (lanjut usia) dengan memberikan dukungan moril,
psiko-sosiologis, spriritual dan finansial sebagai tanggung jawab etis yang inheren dalam
hidup manusia sebagai makhluk sosial.
Pengembangan kesadaran menjadi masyarakat perawat dan penyantun (masyarakat
yang menyantuni) sebagaimana dikehendaki oleh ajaran Islam sesuai pula dengan Pancasila,
khususnya sila pertama. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengharuskan pemenuhan
kebutuhan spiritual kaum lansia. Sila kedua mengharuskan perlakuan yang beradab dan
berperikemanusiaan terhadap mereka (bukan mendorong mereka untuk bunuh diri agar tidak
membebani generasi produktif seperti dalam pikiran masyarakat Barat). Sila kelima
menghendaki perlakuan sosial yang adil terhadap mereka sebagai segmen masyarakat yang
juga berhak atas kebahagiaan dan yang wajib disediakan oleh masyarakat perawat dan
penyantun di bawah pengayoman negara.

Bukti Kehadiran :

Anda mungkin juga menyukai