Disusun oleh :
1. Anyelir Belita (1901016003)
2. Mutiara Afifah Ginting (1901016016)
3. Faidatul Fatonah (1901016017)
Pada dasarnya manusia menginginkan dirinya sehat, baik jasmani maupun rohani,
Allah menurunkan Al-Qur’an yang di dalamnya ada petunjuk dalam pengobatan terhadap
penyakit yang menjangkit pada diri manusia baik fisik maupun psikis, sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S. Al-Isra: 82.
ٰ ونُنَ ِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْلم ْؤمن ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد
الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل خَ َسارًا ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian.1
Sebagian besar orang yang sedang sakit akan mengalami timbulnya goncangan mental
dan jiwanya karena penyakit yang dideritanya. Pasien yang mengalami kondisi tersebut
sangat memerlukan bantuan spiritual yang dapat menimbulkan rasa optimis dan selalu
sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan
manusia untuk selalu sabar dalam menghadapi segala musibah yang menghadangnya,
baik itu ujian, cobaan, ataupun peringatan dari Allah. Karena jika dia sabar, maka Allah
akan menampakkan kebaikannya, dengan tujuan agar selanjutnya manusia bias
memahami kemaslahatan yang tersembunyi dibalik itu.
Namun dalam kenyataannya sebagian besar orang yang menderita sakit tidak bisa
menerima keadaannya. Dalam kondisi seperti ini mereka menghadapi dilema di luar
kemampuannya. Seperti, perasaan cemas, marah, tidak percaya diri dan mudah putus asa,
dengan kondisi semacam itu maka perlu adanya bimbingan keagamaan bagi pasien di
rumah sakit. Dengan tujuan agar pasien mendapatkan keikhlasan, kesabaran dan
ketenangan dalam menghadapi sakitnya. Setiap Rumah sakit berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan. Pelayanan diwujudkan melalui upaya penyembuhan pasien
(kuratif),
pemulihan kesehatan pasien (rehabilitatif), yang ditunjang upaya peningkatan kesehatan
(promotif) dan pencegahan gangguan kesehatan (preventif), secara menyeluruh (holistik)
dengan pendekatan biopsikososiospiritual sebagaimana disebutkan oleh Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO). Namun demikian, terdapat kecenderungan pendekatan yang
dilakukan pada pasien-pasien di Rumah Sakit tidak secara holistik, hanya ditujukan pada
pendekatan fisik (biologis) semata dan melupakan pendekatan spiritual, padahal
pendekatan spiritual (rohani) merupakan pendekatan yang urgen,karena sebagai
kebutuhan dan kewajiban. Artinya tidak semua rumah sakit menyediakan pelayanan
bimbingan rokhani.
1
Departemen Agama Islam RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV Nala Dana, 2007, hal. 396.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pasien?
2. Bagimana Karakteristik pasien berdasarkan jenis penyakitnya?
3. Bagaimana pengertian dan ragam model bimroh?
4. Bagimanakah pengertian dan macam tehnik evaluasi bimroh?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pasien
2. Untuk mengetahui dan memahami Karakteristik pasien berdasarkan jenis penyakitnya
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan ragam model bimroh
4. Untuk mengetahui dan memehami pengertian dan macam-macam tehnik evaluasi
bimroh
BAB II
PENDAHULUAN
A. Pengertian pasien
Definisi pasien
Kata pasien berasal dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa
Inggris. Patient diturunkan dari bahasa latin ialah yang mempunyai ke samaan makna
dengan kata kerja pati yang artinya menderita.2
Menurut “Kamus Besar Bahasa Indinesia” pasien ialah orang sakit yang yeng di
rawat oleh tenaga medis; penderita sakit.3 Pasien ialah orang sakit, atau memiliki
kelemahan mental baik fisik maupun jiwa, baik yang menjalani rawat inap pada suatu
pelayanan kesehatan tersebut maupun tidak. Dan seseorang dapat dikatakan sakit apabila
orang tersebut tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari
dikarenakan fisiknya yang kurang sehat maupun kejiwaannya yang terganggu.4
2
http://wikipedia.org.id/2009/0116/indox.html,pada tanggal 19 januari2017 jam 14.00
3
Depatermen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,2001), hlm 834
4
Dadang Hawari, Pelatihan Relawan Bimbingan Rohani Pasien,Sawangan : Dompet Dhuafa Republik,tanggal,9 jilid
2003
keramahan, dan harga diri yang berbeda. ketergantungan tergantung pada tingkat
keparahan penyakit.
Orang yang dirawat dirumah sakit mendapatkan pengalaman yang unik. Setiap orang
memposisikan diri sesuai dengan karakter, temperamen, dan sejarah kehidupan. Ketika
satu individu diremehkan oleh orang lain, ia memanifestasikan dirinyasebagai penyakit
utama. Pasien lain yang sudah dalam kondisi sekarat merasa baik-baik saja, meski malu-
malu baru dirawat di rumah sakit sudah mencium kematian. Dengan kata lain, itu bukan
salah satu gejala secara obyektif, tetapi secara subyektif berbeda untuk setiap individu
(Brauwer, 1983: 21-22).
Salah satu contoh pada pasien depresi adalah menunjukkan dirinya sebagai seseorang
yang murung, suka menangis, dan tidak mau berinteraksi. Dia sering menutup mulutnya
bahkan ketika dia tidak sehat atau tidak enak badan. Dia terlihat lalai dan bodoh, dia
sering menolak makan , dan pada jam tiga pagi menolak untuk tidur lagi. Pasien juga
tampak depresi karena tidak mau bangun dari tempat tidur di pagi hari dan mulai
menangis. Nasib yang mengerikan bahwa waktu tidur dilupakan sejenak, waktu bangun
muncul kembali dalam jiwa pasien, dan dia mulai menangis atau merintih (Brauwer,
1983: 22).
Sesuai uraian pasien di atas, meskipun pasien memiliki karakteristik yang berbeda, ulama
harus menetapkan proses dan teknik yang sesuai untuk melakukan bimbingan rohani
islam, yang diharapkan dapat menenangkan hati dan jiwa pasien sesuai dengan rasa sakit
dan penderitaandi rumah sakit demi kepentingan kesembuhan pasien.
5
Didin Solehudin, Ridwan Farid,” METODE BIMBINGAN ROHANI BAGI PASIEN TUBERKULOSIS”. Sekolah Tinggi Ilmu
Dakwah (STID) Sirrnarasa. Vol.2 No.1 , 2020, hal 38.
6
Hallen, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
7
Sulistyarini dan Mohammad Jauhar, dasar-dasar konseling, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014).
individu tersebut memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah itu sendiri dan
mencapai kebahagiaan,baik kebahagiaan individu dan sosial yang baik.8
3) Tolbert menjelaskan bimbingan merupakan semua tindakan dan layanan yang
ditujukan untuk membantu orang dalam merumuskan dan menerapkan strategi untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.9
Oleh karena itu, bimbingan dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan oleh para
ahli, yang memiliki pengertian bahwa individu dibantu dan dibimbing agar dapat hidup
bahagia dan sejahtera serta mampu hidup sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga menghasilkan kebaikan, kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut bahasa Arab, rohani yang berasal dari رحانيyang artinya "jiwa." Secara istiah,
rohani dapat dijelaskan sebagai kesadaran batin yang universal, seperti yang diungkapkan
oleh Prof. Dr. Nazarudin Umar dalam bukunya Spirituality Of Names, “setiap manusia
memiliki sifat universal ini, dan dalam Asma'ul Husna, setiap manusia dihimbau untuk
meniru sifat-sifat atau sifat-sifat Allah.”10
Bimbingan Rohani adalah jenis layanan yang ditawarkan kepada individu yang ingin
belajar bagaimana menjadi lebih tulus, sabar, dan damai dalam menghadapi kesulitan.
Jenis layanan rohani ini berusaha meyakinkan pasien bahwa kesembuhan dan kesehatan
datang dari nikmat dan kekuatan Allah swt.11
Bimbingan rohani islam merupakan layanan yang memberikan ajaran spiritual kepada
pasien dan keluarganya berupa inspirasi untuk tegar, ikhlas, dan sabar dalam menghadapi
kesulitan, serta arahan doa, cara bersuci, berdoa, dan kegiatan ibadah lainnya yang
dilakukan saat sedang sakit. (Bukhori. 2005:19).
Dapat disimpulkan Bimbingan Rohani adalah metode membantu orang lain dalam
memperkuat dan memahami ajaran agama Islam melalui pemberian arahan kepada
mereka yang di bimbing. Bimbingan rohani juga akan membentuk dan mengoptimalkan
kecerdasan spiritual seseorang agar pasien mampu menyesuaikan diri dengan masalah
yang dihadapinya sesuai dengan ajaran Islam. Suatu metode pendampingan seseorang
dengan pembinaan dan penanganannya agar dapat memenuhi potensinya dan kembali ke
fitrahnya, berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad, sehingga individu
tersebut senantiasa hidup rukun dalam habbluminallah, habbliminaalam, dan
habbluminnas.
8
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah, (Bandung: YRAMA WIDYA, 2014).
9
Fenti hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010).
10
Hana Makmun, Life Skill Personal Self A Warenes: Kecakapan Mengenal Diri, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2017).
11
Didin Solehudin, Ridwan Farid,” METODE BIMBINGAN ROHANI BAGI PASIEN RAWAT TUBERKULOSIS”. Sekolah
Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirrnarasa. Vol.2 No.1, 2020, hal 38.
Model bimbingan yang digunakan petugas bina rohani Islam dalam menanmkan
kesabaran kepada pasien rawat inap di rumah sakit terbagi menjadi dua diantaranya ialah
bimbingan secara langsung dan bimbingan secara tidak langsung. Model bimbingan yang
secara langsung biasanya terdiri dari dari pemberian motivasi, mendoakan pasien
tersebut, dan pembacaan Al-quran serta dzikir, ataupun Tanya jawab (sharing persoalan
yang menyangkut kegiatan pribadi, bahkan menganjurkan sholat bagi pasien dengan
khusyuk dan mengambil I’tibar kisah-kisah nabi dan ulama terdahulu. Sedangkan model
bimbingan secara tidak langsung terdiri dari media, audio, buku atau lukisan dan tulisan
ayat-ayat Al-quran dan hadist. Kendala yang dirasakan saat memberikan bimbingan
rohani islam ini adalah dalam menanmkan kesabaran kepada pasien rawat barasal dari
keluarga maupun pasien itu sendiri. Pendidikan dan pemahaman yang kurang pun
menjadi kendala saat bina rohani menanamkan kesabaran terhadap pasien karena pasien
akan merasa benar sesuai dengan pengetahuan yang kurang atau terbatas tersebut.