PELAYANAN ROHANI
Sakit bukan hanya masalah fisik semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyangkut
masalah psiko. Dengan demikian kepedulian terhadap mereka yang sakit seharusnya perlu
dilihat secara utuh dan menyeluruh dari segi bio, psiko, sosial, spiritual. Pola Pelayanan
Holistik adalah penting bagi kesembuhan setiap pasien
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr.
Mohammad Fanani, SpKJ(K) menyampaikan, manusia adalah makhluk fisik sekaligus
psikologis yang saling berkaitan. Setiap penyakit yang menyerang fisik manusia, pastilah juga
mempengaruhi kondisi psikisnya, sedangkan kondisi psikisnya dipengaruhi religiusitasnya.
Religiusitasnya adalah perasaan Agama, ini berhubungan dengan keimanan kepada Tuhan.
Karena itu menurutnya, terapi penyembuhan pasien haruslah melibatkan sisi Agama.
Jadi setiap rumah sakit harus menerapkan terapi holistik. Pengobatan jasmani sekaligus rohani
bagi pasiennya. Jika hanya fisik, selain menyalahi kodrat juga tidak akan berhasil, bahkan
gagal. Rumusan SEHAT yaitu Rumusan Bio- Psiko-Sosio- Spiritual.
Kondisi psikologi yang buruk sering terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Depresi, kecemasan dan post traumatic stres disorder terjadi pada 20-30% pasien kanker1,2,
pasien dengan penyakit lanjut3, pasien ICU4 dan pasien rawat inap5. Gejala depresi bahkan
sudah dirasakan oleh pasien rumah sakit sebelum diagnosa ditegakkan 6. Pada kondisi tertentu
gangguan emosional dapat tetap dirasakan pasien setelah pasien keluar dari rumah sakit.
Berdasarkan penelitian pada 1.124 pasien penyakit jantung yang diperbolehkan pulang dari
unit emergensi menunjukkan bahwa 70% dari pasien tersebut tetap mengalami gangguan
emosional selama empat bulan7.
Kondisi psikologi yang buruk serta keadaan emosional yang kurang baik, menurunkan
efek pengobatan terhadap pasien. Berdasarkan penelitian mengenai emotional distress dan
Coronary heart disease dilaporkan bahwa depresi, rasa marah, stress dan emosi negatif secara
umum, sangat berkaitan dengan peningkatan kematian akibat serangan jantung 8. Pratt et al
pada penelitiannya mengungkapkan bahwa depresi meningkatkan resiko Myocardial
infarction9. Selain itu Anda et al pada penelitiannya juga mengungkapkan bahwa depresi dan
perasaan putus asa meningkatkan kematian akibat Iscemic heart disease10.
Buruknya kondisi psikologis seseorang dapat meningkatkan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. Pada pasien di rumah sakit hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap keluhan
pasien dan lama pengobatan. Berdasarkan penelitian levenson et al ditemukan bahwa pasien
rawat inap yang mengalami depresi membutuhkan waktu rawat inap yang lebih lama dan
membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih banyak sehingga menghabiskan biaya yang
lebih besar11. Tanpa disadari oleh pasien dan pihak rumah sakit, depresi sangat mudah terjadi
pada pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan psikologi dan emosionalnya. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Kent et al12.
Pemenuhan kebutuhan Psikologis pasien dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan
pasien. Kiecolt-glaser J.K et al dan Selye H pada studi yang berbeda menemukan bahwa
respon fisiologis yang positif dirasakan pada pasien yang mendapatkan kenyamanan emosional
dan spritual13,14. Tiga studi menemukan bahwa intervensi psikososial yang bersifat positif
mengurangi angka kematian pada pasien kanker15,16,17. Blumental et al dalam penelitiannya
menemukan bahwa manajamen intervensi stress mengurangi cardiac morbidity. Selain itu,
mengurangi emosional distress pada pasien dengan coronary heart disease meningkatkan lama
angka harapan hidup pada pasien18,19.
Pemenuhan kebutuhan Psikologis pasien juga memberikan dampak positif terhadap
rumah sakit seperti peningkatan citra rumah sakit serta menurunnya resiko tuntutan
malpraktek. Sebaliknya pasien akan bersikap antipati terhadap rumah sakit serta tidak ingin
menggunakan pelayanan kesehatan dari rumah sakit tersebut apabila rumah sakit tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan psikologis pasien.
2.1 Definisi
Pelayanan rohani merupakan suatu usaha dalam berbagai bentuk dan media salah
satunya adalah bimbingan rohani yang dilaksanakan terhadap pasien Rumah Sakit Thursina
sesuai dengan nilai – nilai budaya dan Kepercayaan yang dianut. Pelayanan rohani
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengobatan yang menyeluruh terhadap pasien dimana
pasien tidak hanya diobati secara fisik namun juga secara psikologis disamping itu juga
bertujuan untuk menghormati nilai – nilai yang sudah dianut oleh pasien.
Pihak Rumah Sakit Thursina menyadari dengan sepenuhnya bahwa setiap pasien
memiliki nilai – nilai yang berbeda seperti budaya, Kepercayaan (Agama) dsb. Dimana nilai –
nilai tersebut juga mempengaruhi pola pikir dalam mengambil keputusan serta dalam
menghadapi penyakit yang diderita pasien. Disamping itu pasien juga harus menghadapi
kenyataan dalam menghadapi penyakit yang dideritanya yang dapat menimbulkan gangguan
psikologis dan emosional yang dapat mempengaruhi lama dan proses pengobatan yang
dibutuhkan.
Gangguan Psikologis adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),
kemauan(volition), emosi (affective) dan perilaku (psychomotor). Dari berbagai penelitian
dapat dikatakan bahwa Gangguan Psikologis adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan
terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan
(tension), rasa putus asa, murung, gelisah, cemas, perilaku kompulsif, histeria, rasa lemah,
tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran negatif dan sebagainya.
Gangguan Emosional adalah Seseorang akan disebut mengalami gangguan emosi jika
keadaan emosi yang dialami menimbulkan gangguan pada dirinya. Baik karena emosi yang
dialami terlalu kuat (misalnya sangat sedih), tidak ada emosi yang hadir (misalnya tidak
merasa bahagia) atau emosinya menimbulkan konflik (misalnya terlalu sering marah).
Theodorson dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang
abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah
laku. Nilai Budaya adalah konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian
besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai
yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena
itu, nilai budaya dan Agama yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan
alternatif, cara – cara, alat – alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.
2.2 Ruang lingkup
1. Pelayanan Rohani diberikan kepada pasien Rawat Inap .
2. Pelaksana Panduan ini adalah semua Petugas Pelaksana Pelayanan Rohani Rumah
Sakit Thursina dan pihak luar yang menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit Thursina
dalam rangka menyediakan Pelayanan Rohani di lingkungan Rumah Sakit Thursina.
2.3 Prinsip
1. Identifikasi Jenis Kebutuhan Pelayanan Rohani dilakukan terhadap setiap Pasien di
Instalasi rawat inap .
2. Setiap Pasien di Rumah Sakit Thursina berhak mendapatkan atau menolak Pelayanan
Rohani.
3. Pada Pasien yang tidak sadar atau tidak dapat mengambil keputusan, Pelayanan Rohani
diberikan berdasarkan persetujuan keluarga pasien.
4. Terhadap Pasien yang melakukan usaha bunuh diri atau meyakiti diri sendiri,
Pelayanan Rohani diberikan berdasarkan keputusan Keluarga Pasien.
5. Pasien berhak untuk mengubah keputusan terkait persetujuan mengenai pelayanan
rohani selama menjalani proses pengobatan di Rumah Sakit Thursina yang dituangkan
secara tertulis pada Form Permintaan Bimbingan Rohani.
6. Kuantitas dan kualitas pelayanan rohani yang dberikan disesuaikan dengan kebutuhan
dan keadaan Pasien.
2.5 Sikap dan Karakter yang harus dimiliki oleh Rohaniawan antara lain :
1. Menyakini akan kebenaran Agamanya, menghayati dan mengamalkannya karena ian
menjadi pembawa norma agama
2. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik terhadap klien (pasien) khususnya dan
kepada orang disekitarnya pada umumnya
3. Mamiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti tinggi serta loyalitas terhadap tugas dan
pekerjaan
4. Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak, menghadapi permasalahan yang
memerlukan pemecahan
5. Mampu mengadakan komunikasi (hubungan) timbal balik terhadap klien (pasien) dan
lingkungan sekitarnya.
6. Mempunyai keyakinan dan perasaan terikat terhadap nilai – nilai kemanusiaan yang
harus ditegakkan terutama pada klien (pasien)
7. Mempunyai keyakinan bahwa tiap klien (pasien) memiliki kemampuan dasar yang baik
dan dapat dibimbing menuju kearah perlembagaan yang optimal
8. Memiliki rasa cinta yang mendalam dan meluas pada klien (pasien)
9. Memiliki ketangguhan, kesabaran, serta keuletan dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya.
10. Memiliki sikap yang tanggap dan peka terhadap kebutuhan klien (pasien)
11. Memiliki watak dan kepribadian yang familiar sehingga orang yang berada disekitar
suka bergaul dengannya.
12. Memiliki jiwa yang progresif dalam kariernya dengan meningkatkan kemampuan
melalui belajar tentang pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugasnya.
13. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh tidak berjiwa terpecah – pecah pandangan
yang teguh dan konsisten.
14. Memiliki pengetahuan teknis termasuk metode tentang bimbingan mental serta mampu
menerapkan dalam tugas.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN ROHANI
Berdasarkan keadaan pasien Pelayanan Bimbingan Rohani dilaksanakan dalam berbagai bentuk
antara lain :
3. Doa Bersama
Berdoa merupakan kebutuhan bagi setiap insan manusia karena hakekatnya setiap insan
manusia tidak bisa terlepas dari kuasa Tuhan YME. Doa bersama dilakukan melalui
dua metoda :
o Secara tidak langsung, kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan media
sound system rumah sakit. Doa bersama secara tidak langsung dilaksanakan
setiap pagi, kecuali hari libur. Doa dibimbing oleh rohaniawan atau petugas
yang berkompeten.
o Secara langsung, kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setelah siraman rohani.
Pada pasien yang tidak sadar, doa bersama tetap dilaksanakan secara hikmat
oleh Rohaniawan dan Keluarga Pasien. Frekuensi doa bersama yang
dilaksanakan secara langsung adalah 2 kali dalam satu minggu, atau lebih sesuai
dengan persetujuan Pasien/ keluarga pasien/ Rohaniawan.
4.1. Dokumentasi
1. Setiap jajaran manajemen Rumah Sakit Thursina melakukan monitoring secara berkala
terhadap pelaksanaan Pelayanan Rohani di Rumah Sakit Thursina.
2. Rohaniawan melakukan evaluasi dan melaporkan secara berkala kepada manajemen
Rumah Sakit Thursina selambatnya setiap tiga bulan, terkait Jumlah pasien yang
berpartisipasi, jumlah pasien yang menolak, serta kendala dalam pelaksanaan Pelayanan
Rohani di Rumah Sakit Thursina
Alur Pelayanan Rohani Rumah Sakit Thursina
Pasien Berobat
ke RSUD
Identifikasi Nilai
Pendaftaran Kepercayaan atau
agama pasien
RAWAT INAP
Pengisian Formulir
Identifikasi Kebutuhan Permintaan
Pelayanan Rohani Bimbingan Rohani
Pelaksanaan Bimbingan
Rohani Rumah Sakit
Thursina Dokumentasi
Evaluasi
Pasien Pulang/di
rujuk/ Meninggal
Dunia
SURAT PERMINTAAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN (BRP)
Nama :
Status : *Pasien/ keluarga pasien : Orang tua/ saudara kandung/ suami/
istri/ anak/..........................................................)
Umur / Tanggal Lahir :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
Mengajukan permohonan kepada pihak Rumah Sakit Thursina untuk mendapatkan Bimbingan
Rohani Pasien Agama *(Islam/ Kristen Protestan/ Kristen Katolik/ Hindu/ Budha/ Kong Hu Cu) )
selama saya/ keluarga saya dalam kondisi :
Adapun metode dan kandungan materi dari Bimbingan Rohani telah diterangkan oleh
Petugas Rumah Sakit kepada Saya dengan sejelas – jelasnya yang secara umum terdiri dari
Siraman rohani, Pemberian motivasi dan konsultasi, doa bersama, bimbingan rohani pasien kritis.
Saya menyadari bahwa dalam proses pengobatan saya/ keluarga saya bisa berubah pikiran
atau mencabut persetujuan saya. Namun saya dengan ini menyatakan tidak akan Menuntut
Rumah Sakit Thursina/ Pegawai Rumah Sakit Thursina/ Penyedia Layanan Bimbingan
Rohani terkait Pelayanan Rohani yang diberikan.
Demikian Surat ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Semoga
Bimbingan Rohani Pasien yang diberikan dapat membantu kesembuhan/ pemulihan pasien.