Anda di halaman 1dari 13

PERAWATAN PALIATIF DALAM PERSPEKTIF

AGAMA DAN SPIRITUAL

Kelompok 2
Putri Hisaanah (131511133015)
Galang Tegar Indrawan (131611133106)
Dwi Yanti Rachmasari Tartila (131611133112)
Emmalia Adhifitama (131611133113)
Novita Dwi Andriana (131611133116)
Eka Aprillia Diyah Santi K (131611133125)
Siti Nur Aisa (131611133138)
Nafiul Ikroma Wijayanti (131611133149)
Definisi

• Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan k
eluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat menganc
am jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (KEPMENK
ES RI NOMOR: 812, 2007). Menurut
• KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang diper
sepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, ter
masuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup yaitu Gejala fisik, Kema
mpuan fungsional (aktivitas), Kesejahteraan keluarga, Spiritual, Fungsi sosial, Kepuasan terha
dap pengobatan (termasuk masalah keuangan), Orientasi masa depan, Kehidupan seksual, te
rmasuk gambaran terhadap diri sendiri, Fungsi dalam bekerja.
• Sasaran
kebijakan pelayanan paliatif adalah seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluar
ga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indone
sia.
Tujuan umum
Kebijakan palliative sebagai payung h
ukum dan arahan bagi perawatan pali
atif di Indonesia.

Tujuan khusus
Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu
sesuai standar yang berlaku di seluruh Indones
ia, tersusunnya pedoman-pedoman pelaksana
an/juklak perawatan paliatif, tersedianya tenag
a medis dan non medis yang terlatih, tersedian
ya sarana dan prasarana yang diperlukan.
Pelaksana perawatan paliatif
• Dokter
• Perawat
• Tenaga kesehatan lainnya
Institusi-institusi terkait
• Tenaga terkait lainnya
• Dinas kesehatan propinsi dan dinas
kesehatan kabupaten/kota
• Rumah Sakit pemerintah dan swast
a
• Puskesmas,
• Rumah perawatan/hospis
• Fasilitas kesehatan pemerintah dan
swasta lain
Perspektif Agama Mengenai Ajal Dan Musibah

Islam
3 manfaat musibah (sakit) : sebagai penghapus dosa, sebagai ujian kesabaran, tangga untuk mencap
ai derajat yang lebih tinggidi sisi Allah SWT.
Kristen
Makna penderitaan : sebagai karunia, merupakan bagian dari orang kristen, suatu yang bahagia mem
iliki maksud tujuan tertentu, bersifat sementara dan diakhiri dengan berkat.
Budha
Makna kematian untuk menyadarkan setiapmanusia akan berakhir kehidupannya bahwa betapa tinggi
pun tempatnya, apapun bantuan teknologi atau ilmu kedokteran yang miliknya,pada akhirnya tetap ha
rus mengalami hal yang sama yaitu di dalam kubur atau menjadi segenggam debu.
Hindu
Kematian adalah hal yang sangat penting yang menentukan arti kehidupan seseorang, jadi harus sela
lu mengingat tuhan menjelang ajal sehingga mampu menghantarkan ke tempat yang indah dalam spir
itual.
Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau p
emujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, i
nisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, se
ni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Aga
ma juga mungkin mengandung mitologi.
Konsep Spiritual

Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, sem


angat untuk mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup. Spirit
ualitas merupakan suatu kecenderungan untuk membuat makna hidup
melalui hubungan intrapersonal, interpersonal dan transpersonal dala
m mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Asuhan Keperawatan Secara Spiritual dan Agama

• Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat me
nyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa berma
kna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993) menggambarkan respon t
erhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
1. Fase Prediagnostik
Terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.
2. Fase Akut
Berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi me
dis, interpersonal, maupun psikologis
3. Fase Kronis
Klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. pasti terjadi.
4. Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun so
cial-spiritual.
Faktor-faktor yang perlu dikaji
1. Faktor Psikologis
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengen
ali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat
harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
2. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini
pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya te
ntang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi.
Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukung
an social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
3. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien
menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin b
erontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien men
gharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
Peran perawat
Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian pasien terminal nilai, sikap, keyakinan, da
n kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar
belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi k
ematian atau menjelang ajal.
1. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, d
an budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
2. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan.
3. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual.
4. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehi
ngga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.
Kasus
Ny. Z berumur 40 tahun, harus di rawat di rumah sakit Dr.Soetomo sejak 2 minggu yang l
alu. Ny. Z di diagnosa mengidap penyakit kanker payudara stadium III. Akhir- akhir ini Ny
.Z sering sekali berdiam diri dan melamun ketika diajak ngobrol dengan suami dan anak
nya. Ny.Z juga terlihat lemas sehingga untuk menunaikan ibadah sholat 5x sehari sudah
tidak mampu. Keluarga sudah mencoba mengajak Ny. Z untuk tetap beribadah, namun
Ny.Z hanya berdiam diri, melamun dan terkadang marah dan juga kesal karena Ny.Z bel
um bisa menerima penyakit yang dibadapinya sekarang. Dengan keadaan seperti ini san
gat menghawatirkan karena sel kanker akan cepat berkembang apabila Ny.Z stress dan
tidak mempunyai semangat hidup.
Terima kasih
Pertanyaan

• Sesi 1
• Sesi 2

Anda mungkin juga menyukai