KELOMPOK 2
KHOIRUNNISA 421.J.0081
TRIYANI 421.J.0033
CIREBON
2021-2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Khoirunnisa 421.J.0081
Triyani 421.J.0033
Menyetujui,
Preseptor Akademik
(…………………………)
Preseptor Klinik
(…………………………)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Astuti, 2014).
Faktor- faktor yang mempengaruhi adalah daya tahan tubuh, higienitas, umur, dan jenis
kelamin. Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan ulserasi plaque
peyeri di distal ileum (Putra, 2018). Tifoid terutama ditemukan pada kelompok umur usia-
sekolah, sedangkan diare pada kelompok balita. Dengan demikian diperlukan pemecahan
masalah lebih lanjut untuk menekan jumlah kasus demam tifoid, khususnya pada anak.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh inisiasi serangkaian
reaksi kompleks karena masuknya zat-zat seperti bakteri, virus, dan antigen lainnya ke
dalam tubuh (Mubarak, 2015). Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal
dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh diatas 40°C yang
diukur per rectal bisa membahayakan apabila terjadi pada waktu yang lama, yaitu dapat
menimbulkan sejumlah kerusakan otak permanen dan bisa berakibat fatal (Laino, 2018).
Maka dari itu perlu penanganan yang cepat untuk menghindari akibat yang lebih parah.
Termoregulasi Biasanya terganggu karena faktor-faktor seperti ketidakstabilan
hemodinamik, gangguan saraf dan perubahan tingkat metabolisme. Mempengaruhi
homeostasis termal, membandingkan penerapan kompres hangat dan resep mandi air
hangat untuk anak-anak untuk membantu dalam penguranganan suhu tubuh mereka
dengan demam, baik sendiri atau dikombinasikan dengan antipiretik. Kompres air hangat
sangat efektif dalam pengurangan suhu tubuh meraka dengan demam. Terapi Pemberian
kompres hangat merupakan suatu metode untuk menurunkan suhu tubuh biasanya
diberikan pada suhu dibawah 38,3°C (Safitri, 2019).
Hasil penelitian Fatkularini (2014), mengemukakan bahwa kompres air hangat lebih
efektif dibandingkan kompres dingin dalam menurunkan suhu tubuh pada anak dengan
demam.. Hasil penelitian Rahmawati (2015), membuktikan bahwa kompres hangat pada
daerah axilla lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami
kenaikan suhu tubuh. Hasil penelitian Haryani (2018), mengemukakan bahwa kompres
tepid sponge hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan demam. Hasil
penelitian Dewi (2016), mengemukakan bahwa kompres tepid sponge efektif untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kompres yang diberikan kepada anak dengan
kenaikan suhu tubuh efektif untuk menurunkan suhu tubuh.
Saat ini, penggunaan kompres hangat mulai jarang dilakukan terutama di Rumah
Sakit, karena tersedianya obat-obatan seperti antirpiretik umum yaitu paracetamol.
Penggunaan antipiretik secara berkepanjangan dapat menimbulkan efek toksik bagi organ
tubuh seperti yang dijelaskan oleh Hidayati (2014) bahwa pada dasarnya tidak ada obat
yang tidak berisiko menimbulkan efek samping.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Laporan makalah ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan tekhnik kompres
hangat tepid sponge pada anak demam thypoid.
b. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui konsep penyakit demaam thypoid pada anak
b) Untuk mengetahui tekhnik kompres hangat tepid sponge pada anak
c) Untuk mengetahui kefektifan tekhnik kompres hangat tepoid sponge pada anak
C. Manfaat
Manfaat dari pemberian kompres hangat
tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam,
memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibat oleh penyakit
yang mendasari demam. Tepid sponge juga bermanfaat pada anak yang memiliki riwayat
kejang demam.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Demam thypoid
1.1 Definisi
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang disebabkan oleh Salmonella Thypi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella typi (Bruner
and Sudart, 2014). Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut pada saluran cerna
bagian bawah (usus halus) dengan gejala demam kurang lebih satu minggu disertai
gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. penyakit ini
disebabkan oleh Salmonella thypi A, B , dan C (Syaifullah Noer, 2015).
Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M.
Wilson, 2015).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa demam typoid adalah suatu
penyakit yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhii,
Penyakit ini mudah menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
oleh salmonella typi.
1.2 Etiologi
Etiologi Demam Typhoid Menurut Suratun dan Lusianah (2016) disebabkan
oleh Salmonella typhi (S. Typhi), Paratyphi A, Paratyphi B, and Paratyphi C.
Salmonella typhi merupakan basil garam negatif, berflagel dan tidak berspora,
anaerob fakultatif masuk ke dalam keluarga enterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan
lebar 0.5-0.7 um, berbentuk batang single atau berpasangan. Salmonella typhi hidup
dengan baik pada suhu 370C dan dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin,
air tanah, air laut dan debu selama berminggu minggu, dapat hidup berbulan-bulan
dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku. Parasite hanya pada tubuh
manusia. Dapat dimatikan pada suhu 600C selama 15 menit. Hidup subur pada
medium yang mengandung garam empedu. Salmonella typhi memiliki 3 macam
antigen O (somatic berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen
Vi. dalam serum penderita demam tifoid akan berbentuk antibody terhadap ketiga
macam antigen tersebut.
1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Wibisono et al (2014) masa tunas sekitar 10-14 hari. Gejala yang
timbul bervariasi dari ringan sampai berat. Tanda gejalanya yaitu:
1. Minggu pertama muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoraksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak nyaman
diperut. Demam yang terjadi berpola seperti anak tangga dengan suhu semakin
tinggi dari hari kehari. Lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore hari.
(wibisonet al 2014).
2. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia,
relatif, lidah thyfoid (kotor ditengah, dan ujung bewarna merah disertai
tremor).Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran
(Wibisono et al 2014).
1.4 Patofisiologi
Bakteri salmonella thypi masuk kedalam tubuh melalui makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan sebagian masuk ke
usus halus, mencapai plague peyeri di ileum terminalis yang hipertropi. Salmonella
thypi memiliki fimbria khusus yang dapat menempel kelapisan plague peyeri,
sehingga bakteri dapat difagositosis. Setelah menempel, bakteri memproduksi
protein yang mengganggu brush bobder usus dan memaksa sel usus dan di
presentasikan kemakrofag. Kuman memiliki berbagi mekanisme. sehingga dapat
terhindar dari serangan system imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan
mikrofag sebagai kendaraan dan gen salmonella patogencity island 2 . setelah
sampai kelenjar getah bening menseterika, kuman kemudian masuk kealiran darah
melalui ductustorasikus sehingga terjadi bakterimia pertama asimtomatik.
Salmonella thypi juga bersarang dalam system retikulo endothelial terutama
limpa dan hati, dimana kuman meninggalkan selfagosit berkembangbiak dan masuk
sirkulasi darah lagi sehingga terjadi bakterimia kedua dengan gejala siskemik.
Salmonella typhi menghasilkan endoktoksin yang berperan dalam inflamasi local
jaringan tempat kuman berkembangbiak merangsang pelepasan zat pirogen dan
leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala siskemik lain. Perdarahan
saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembulu darah sekitar plague peyeri. Apabila
proses patologis semakin berkembang, perforasi dapat terjadi (Wibisono et al, 2014)
1.5 Patway
Dibawa lalat
Masuk kedalam lambung Masuk kedalam saluran cerna melalui mulut Masuk kedalam usus
kedalam usus
Isi usus
Merangsang pelepasan
berlebihan
zat pirogen oleh leukosit
1 Makanan dengan
Zat pirogen beredar
cepat terdorong ke
dalam darah
anus
Mempengaruhi Diare
termoregulasi di
Sebagian masuk
hipotalamus
ke lamina propia
Hygien tidak
Hati Limpa adekuat
Kelemahan,
wajah pucat
Risiko penyebaran
Hematomegali splenomegali infeksi
Intoleransi
aktivitas
Untuk mengatasi masalah klien, salah satu intervensi yang dapat dilakukan
perawat adalah melakukan tepid sponge.
2.4 Prosedur pemberian tehnik kompres hangat tapid sponge
Tahap - tahap pelaksanaan tapid sponge (Yunianti, 2019) meliputi :
1) Tahap persiapan
a. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tapid sponge.
b. Persilahkan keluarga jika ada yang ingin di tanyakan tentang prosedur yang
telah dijelaskan.
c. Persiapan alat meliputi ember atau waskom tempat air hangat (26°C-35°C),
waslap 5 buah, handuk 1 buah, perlak besar 1 buah, termometer air raksa,
2) Tahap pelaksanaan
a. Ukur suhu tubuh dan catat. Catat antiperetik yang telah
diminum klien untuk menurunkan suhu tubuh.
b. Buka seluruh pakaian klien. Letakkan waslap di dahi,
aksila, dan pangkal paha. Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan
bokong selama 10-15 menit. Lakukan mengelap tubuh klien selama 20 menit.
Pertahankan suhu air (26°-35°C).
c. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil
atau segera setelah suhu tubuh klien mendekati normal (37,5°C). Selimuti klien
dengan selimut tidur. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat.
d. Catat suhu tubuh klien sebelum dan sesudah prosedur.
B. Kerangka Teori
Penurunan suhu
tubuh anak
‘
A. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
Pendidikan :-
Alamat : Suranenggala-Cirebon
Nama Ayah
Nama : Tn.W
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Suranenggala-Cirebon
Nama Ibu
Nama : Ny.S
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat :Suranenggala-Cirebon
2. Keluhan Utama
Ya/Tidak : tidak
Ya/Tidak : tidak
g. Apakah pernah mendapatkan pengobatan/terapi dalam waktu > 1
bulan?
Ya/Tidak : tidak
b. Genogram
Keterangan
: garis keturunan
: pasien (an.w)
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
A. Prenatal
4) BB sekarang : 12,3 kg
6) TB sekarang : 95 cm
C. Postnatal
Sebelum
No Pola kebiasan (ADL) Sakit Sesudah
sakit
Nutrisi
1
A. makan
a. jenis Nasi Bubur/tim
b. frekuensi 3x perhari 2x perhari
c. reflek menghisap - -
d. keluhan Tidak ada Tidak nafsu
makan
B. Minum
a. Jenis Air putih Air putih
b. Frekuensi 5-6 kali 4 kali
c. Jumlah (cc) 600-800 ml < 600 ml
d. keluhan Tidak ada Rewel
ELIMINASI
2
A. BAB
a. frekuensi 1-2x perhari Belum bab
b. waktu Tidak nentu -
c. warna Khas -
d. konsistensi Padat -
e. obstipasi Tidak -
f. penggunaan pencahar Tidak -
g. diare (cantumkan.........cc) Tidak -
h. melena Tidak -
i. stoma (colostomy, ileustomy) Tidak -
j. cara pengeluaran Sendiri -
sendiri/dibantu
k. keluhan Tidak ada -
B. BAK
3x 2x
a. Frekuensi
b. jumlah urine output (cc) 3x ganti pampers 2x ganti
pampers
c. warna Kuning Kuning
d. ada bau/tidak khas Khas
e. ada darah/hematuria tidak Tidak
f. inkontinensia tidak Tidak
g. penggunaan kateter Tidak Tidak
h. cara pengeluaran Pake pampers Pake pampers
dibantu/sendiri
i. keluhan Tidak ada Tidak ada
ISTIRAHAT DAN TIDUR
3
9 jam 6 jam
a. waktu tidur malam
b. waktu tidur siang 2 jam 2 jam
c. lamanya
d. kebiasaan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
e. kebiasaan yang dilakukan saat Tidak ada Tidak ada
istirahat
f. keluhan Tidak ada Rewel
PERSONAL HYGINE
4
A. Mandi
a. frekuensi 2x Belum mandi
b. penggunaan sabun/tidak Ya -
c. air yang digunakan Air biasa -
d. melakukan sendiri/dibantu dibantu -
B. ORAL HYGINE
1x -
a. Frekuensi
b. penggunaan pasta gigi/tidak Ya -
c. cara melakukan sendiri/tidak dibantu -
C. MENCUCI RAMBUT
1x -
a. Frekuensi
b. penggunaan sampo Ya -
c. penggunaan air
AKTIVITAS BERMAIN
5
Pagi - siang -
a. waktu bermain
b. jenis permainan Dengan teman -
c. senang bermain Kelompok -
sendiri/kelompok
6. Pengkajian Fisik
1) Penampilan umum : baik
2) Pengkajian Nyeri
Tidak ada nyeri
6) Penampilan Umum
Status Kesadaran : compos mentis
7) Kulit
Tekstur : hangat
Suhu : 39,5C
Turgor : elastis
8) Kepala
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak ada
lesi.
9) Leher
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada leher.
10) Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva normal,pupil
isokor,tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.
11) Telinga
Bersih tidak ada lesi, pendengaran baik, bentuk normal tidak ada kelainan
12) Hidung
Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping hidung,
tidak terdapat polip, pernafasan 26 x/menit.
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada odema
P : Sonor
15) Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.
P : Redup
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup
16) Abdomen
I : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada distensi abdomen
P : Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2 detik.
P : Timpani
A : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit
17) Genitalia
Vagina normal tidak ada kelainan
18) Anus
Punggung
Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada
tulang punggung pasien
Tidak terkaji.
1) Laboratorium
Hari/Tanggal Jenis Nilai Nilai Normal
13-01-2022 Darah rutin
HB 8,9 10.8-12.8
Hematokrit 26 35-44
Leukosit 6.900 5,500-15.500
Trombosit 219 229-5,2
Eritrosit 3.92 3,6-5,2
Hitung jenis leukosit
-basofil 0 0-1
-eosinofil 0 2-4
-neutrofil batang 0 3-6
-neutrofil segmen 62 25-60
-lomfosit 30 25-50
-monosit 8 1-6
Index eritrosit
MCV 66 73-101
MCH 20 23-31
MCHC 31 26-34
RDWCV 17.2 10-15
NLR 2.07 0.78-3.53
2) Terapi dan pengobatan
2. DS :
proses penyakit pada anak
- Ibu mengatakan anaknya Defisit nutrisi
tidak nafsu makan
penurunan nafsu makan
- mual dan muntah
- makan hanya 2 sendok
nutrisi kurang dari kebutuhan
- ibu mengatakan bb pasien tubuh
turun selama sakit tidak
mau makan
defisit nutrisi
DO :
- porsi makanan tidak
dihabiskan
- pasien menangis saat
diberi makan
- bb awal 9,3 kg bb di rs
9kg
- pasien tampak pucat dan
lemas
- mukosa bibir kering
3. DS :
- ibu mengatakan khawatir Ansietas
Proses sakit pada anak
akan kondisi anaknya saat
ini
Anak dirawat di RS
- ibu khawatir anaknya akan
kejang lagi
Orangtua merasa khawatir
- ibu mengatakan tidak bisa dengan keadaan anaknya
tidur dengan tenang karena
menjaga anaknya Merasa cemas
DO: Ansietas
- ibu tampak gelisah
- akral teraba dingin
- pola tidur ibu tidak teratur
10. Diagnosa keperawatan yang muncul beradasarkan prioritas
1) Hipertermia b.d proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas normal
2) Defisit nutrisi b.d keengganan untuk makan ditandai dengan nafsu makan
menurun
3) Ansietas b.d kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa khawatir
akibat kondisi yang dihadapi
11) Rencana Asuhan Keperawatan
Umur : 2 tahun
Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Outcome Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermia 1.) untuk memantau 1) memonitor suhu tubuh 1) suhu tubuh pasien
tindakan keperawatan (I.15506) perubahan suhu tubuh 2) menganjurkan memakai menurun
selama .. masalah 1) monitor suhu tubuh 2.) membantu menurunkan pakaian tipis atau longgar 2) pasien menggunakan
hipertermia dapat teratasi 2) anjurkan memakai suhu tubuh 3) memberikan cairan oral pakaian tipis
dengan kriteria hasil : pakaian tipis atau 3.) untuk mencegah 4) melakukan pendinginan 3) pasien sering diberi
Indikator Saat Targ longgar dehidrasi atau eksternal (kompres hangat minum
ini et 3) berikan cairan oral kehilangan cairan dengan teknik tepid 4) pasien diberikan
Kejang 3 1 4) lakukan pendinginan berlebih sponge) komopres hangat
Pucat 4 1 eksternal (kompres 4.) meningkatkan 5) Kolaborasi pemberian 5) pasien terpasang infus
Demam 1 4 hangat dengan teknik penguapan dan cairan dan elektrolit RL 20/tpm mikro
tepid sponge) mempercepat intravena
5) Kolaborasi pemberian penurunan suhu tubuh
cairan dan elektrolit 5.) untuk mengganti cairan
intravena yang hilang
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1) Makanan yang 1) Mengidentifikasi alergi 1) pasien tidak memiliki
tindakan keperawatan (I.03119) menyebabkan alergi 2) monitor penurunan dan alergi
selama .. masalah 1) identifikasi alergi akan menyebabkan peningkatan BB selama 2) pasien mengalami
kebutuhan nutrisi dapat 2) monitor penurunan dan perubahan selera sakit penurunan BB ketika sakit
teratasi dengan kriteria peningkatan BB selama makan pada pasien 3) Memonitor asupan 3) pasien masih belum mau
hasil : sakit 2) Untuk mengetahui makanan makan
Indikator Saat Targ 3) monitor asupan makanan perubahan bb pada 4) menganjurkan makan 4) orangtua pasien
ini et 4) anjurkan makan sedikit pasien sedikit tapi sering menyuapi makan sedikit
Nafsu 2 4 tapi sering 3) Mengetahui nutrisi apa 5) Menyajikan makanan tapi sering
makan 5) Sajikan makanan yang saja yang masuk yang menarik 5) orangtua pasien
frekuensi 2 4 menarik 4) Makan dalam porsi 6) Kolaborasi dengan ahli memberikan makanan
makan 6) Kolaborasi dengan ahli kecil tapi sering gizi untuk menentukan sesuai keinginan pasien
Membra 2 4 gizi untuk menentukan memudahkan organ jumlah kalori dan jenis 6) pasien mendapat diit
n jumlah kalori dan jenis pencernaan dalam nutrisi yang dibutuhkan dari ahli gizi RS
mukosa nutrisi yang dibutuhkan metabolisme
BB 2 4 5) Untuk memotivasi agar
mau makan
6) Untuk membantu
pencegahan penurunan
BB
3. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas 1) untuk mengetahui 1) Memonitor tanda-tanda 1) orang tua pasien merasa
tindakan keperawatan 1) Monitor tanda-tanda tanda tanda ansietas ansietas cemas
selama .. masalah ansietas ansietas 2) memberikan rasa 2) mendengarkan dengan 2) orangtua pasien selalu
dapat teratasi dengan 2) Dengarkan dengan nyaman dan percaya penuh perhatian menanyakan terkait kondisi
kriteria hasil : penuh perhatian pada ibu dan keluarga 3) menginformasikan anaknya
Indikator Saat targ 3) Informasikan secara 3) agar ibu mengerti secara faktual mengenai 3) orangtua memahami
ini et faktual mengenai penyakit yang di alami diagnosis, pengobatan mengenai diagnosis,
Verbalis 3 4 diagnosis, pengobatan oleh anaknya dan prognosis pengobatan dan prognosis
asi dan prognosis 4) agar pasien selalu 4) menganjurkan untuk yang dialami anaknya
khawatir 4) Anjurkan untuk selalu terpantau dan tidak selalu menemani pasien 4) orangtua selalu
Gelisah 2 4 menemani pasien kesepian menemani pasien
Pola 2 4
tidur
12. Implementasi Keperawatan
1) Mengidentifikasi alergi
2. 14-01-2022 Defisit nutrisi S : ibu mengatakan
2) monitor penurunan dan
nafsu makan anaknya
peningkatan BB selama
menurun, bb sebelum
sakit
sakit 12,3kg bb ketika
3) Memonitor asupan
sakit 11 kg, tidak ada
makanan
riwayat alergi,
4) menganjurkan makan
O : porsi makan tidak
sedikit tapi sering
habis
5) Menyajikan makanan
A : defisit nutrisi
yang menarik
P : menganjurkan
6) Kolaborasi dengan ahli
makan sediki tapi
gizi untuk menentukan sering
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
1) Mengidentifikasi alergi
2) monitor penurunan dan S : Ibu mengatakan
15-01-2022 Defisit nutrisi peningkatan BB selama anaknya mau makan
sakit hanya 2-4 sendok, tapi
3) Memonitor asupan sudah tidak ada muntah
makanan O : pasien tampak mau
4) menganjurkan makan makan, tidak muntah
sedikit tapi sering A : defisit nutrisi
5) Menyajikan makanan P : lanjutkan intervensi
yang menarik
6) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
1) Memonitor tanda-tanda
ansietas S : Ibu mengatakan
3. 14-01-2022 Ansietas 2) mendengarkan dengan khawatir dengan
penuh perhatian kondisi anaknya saat
3) menginformasikan ini
secara faktual mengenai O : tampak cemas dan
diagnosis, pengobatan khawatir
dan prognosis A : ansietas
4) menganjurkan untuk P : memberikan
selalu menemani pasien informasi faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
1) Memonitor tanda-
tanda ansietas S : Ibu mngatakan
15-01-2022 Ansietas 2) mendengarkan dengan sudah sedikit stenang
penuh perhatian karna sudah
3) menginformasikan mengetahui penyakit
secara faktual anaknya, pengobatan
mengenai diagnosis, dll
pengobatan dan O : ibu tampak tenang,
prognosis tampak selalu
4) menganjurkan untuk menemani anaknya
selalu menemani A : ansietas
pasien P : lanjut intervensi
1) Memonitor tanda-tanda
ansietas S : ibu mengatakan
16-01-2022 Ansietas 2) mendengarkan dengan sudah tidak cemas
penuh perhatian dengan kondisi
3) menginformasikan anaknya karena suhu
secara faktual mengenai tubuhnya sudah stabil
diagnosis, pengobatan dan O : ibu tampak tenag
prognosis A : masalah teratasi
4) menganjurkan untuk sebagian
selalu menemani pasien P : hentikan intervensi
Keperawatan (SOAPIER)
14-01-2022 Hipertermia S : ibu mengatakan anaknya demam naik
turun suhu awal 39,8 suhu tinggi ketika sore
sampai malam hari
O : akral hangat, suhu 39,5 anak tampak
rewel
A : hipertermia
P : monitor suhu tubuh
I : menganjurkan kompres hangat
E : suhu tubuh masih tinggi
R : menganjurkan kompres hangat
(menggunakan teknik tepid sponge)
Keperawatan (SOAPIER)
15-01-2022 Hipertermia S : ibu mengatakan suhu anaknya masih naik
turun, demam ketika sore atau malam hari
O : saat dikaji hari ke 2 suhu awal 39,5
Saat setelah dilakukan kompes tepid sponge
selama 15 menit sebanyak 3x kompres suhu
menjadi 39,0 saat dilakukan kompres dengan
waktu 30 menit suhu tubuh menurun menjadi
38,7C
A : Hipertermia
P : evaluasi tindakan tepid sponge
I : perawat melakukan kompres hangat tepid
sponge selama 30 menit dengan 6 x kompres
E : suhu tubuh menurun
R : menganjurkan kompres hangat
(menggunakan teknik tepid sponge)
Keperawatan (SOAPIER)
16-01-2022 Hipertermia S : ibu mengatakan suhu anaknya sudah
stabil
O : saat dikaji hari ke 3 suhu dalam batas
normal 37,4C
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
I : menganjurkan ibu pasien melakukan
kompres hangat tepid sponge jika suhu tubuh
anak Kembali naik
E : suhu tubuh stabil
R : menganjurkan kompres hangat jika suhu
tubuh Kembali naik (menggunakan teknik
tepid sponge)
A. HASIL
Penerapan Evidance Based Practice pada anak demam thypoid dengan
menerapkan tekhnik kompres hangat tepid sponge didapatkan hasil setelah
dilakukan tindakan selama 15 menit sebanyak 3 kali kompres, suhu tubuh
anak menurun menjadi 39,0oC. kemudian dalam rentang 30 menit diberikan
Kembali tindakan kompres hangat tepid sponge selama 15 menit sebanyak 3
kali kompres, dan didapatkan hasil suhhu tubuh anak Kembali menurun
menjadi 38,7oC. hal ini menunjukan bahwa adanya keefektifan dalam
pemberian kompres hangat tepod sponge pada anak demam thypoid yang
dibuktikan dengan adanya penurunn suhu tubuh pada anak.
B. PEMBAHASAN
Interpretasi hasil penerapan evidence based practice kompres hangat pada
anak demam thypoid dengan tujuan yang telah kami terapkan pada bab
sebelumnya, yaitu agar teridentifikasinya keefektifan tekhnik kompres hangat
tepid sponge pada anak demam thypoid. Oleh karena itu, interpretasi dan
diskusi hasil ini disesuaikan dengan tujuan umum dan khusus. Berikut ini
uraian interpretasi dan hasil diskusi penerapan evidence based practice.
Hasil penerapan evidence based practice yang dilakukan pada An. W
dengan demam thypoid di ruangan sanur RS Sumber Kasih Cirebon
didapatkan hasil yang efektif dalam penurunan suhu tubuh setelah dilakukan
tindakan pemberian tekhnik kompres hangat tepid sponge selama 30 menit
dengan 6 kali tindakan kompres didapatkan penurunan suhu tubuh sebesar
1oC.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Karra, dkk (2019) tekhnik
kompres hangat tepid sponge lebih berpengaruh terhadap penurunan suhu
tubuh dalam 15 menit setelah pengompresan. Pada 30 menit setelah
pengompresan didapatkan mampu menurunkan suhu tubuh rata-rata sebesar
0,110oC. sejalan dengan penelitian Mulyani, dkk (2020) didapatkan hasil
penelitian terhadap anak dengan suhu tubuh 38,8oC yang diberikan tindakan
kompres hngat tepid sponge selama 2x2 jam didapatkan penurunan suhu
sebesar 1oC.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan hipertermia dapat dilakukan tindakan mandiri oleh perawat,
salah satunya tindakan dengan pemberian tekhnik kompres hangat tepid
sponge. Kompres hangat tepid sponge adalah sebuah tekhnik kompres hangat
yang menggabungkan tekhnik blok pada pembuluh darah supervisialis dengan
tekhnik seka. Pada proses tindakan kompres hangat tepid sponge ini
mekanisme kerjanya memberikan efek adanya penyaluran sinyal ke
hipotalamus melalui keringat dan vasodilatasi perifer sehingga proses
perpindahan panas yang diperoleh dari tindakan kompres hangat tepid sponge.
Hal ini berlangsung melalui dua proses yaitu konduksi dan evaporasi dimana
proses perpindahan panas melalui proses konduksi dimulai dari tindakan
mengkompres anak dengan waslap dan proses evaporasi diperoleh dari adanya
seka pada tubuh saat pengusapan yang dilakukan sehhingga terjadi proses
penguapan panas menjadi keringat (Sodikin, 2012).
C. KETERBATASAN
Pada saat penerapan evidence based practice mendapat keterbatasan
mengenai kenyamanan anak. Pada saat awal tindakan anak selalu merengek,
tetapi setelah diberikan pengalihan perhatian terhadap beberapa permainan
anak mulai tenang sehingga pemberian tindakan kompres hangat tepid sponge
dapat dilakukan dengan efektif.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Demam typoid adalah suatu penyakit yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella Typhii, Penyakit ini mudah menyebar melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh salmonella typi. Tanda dan
gejala Minggu pertama muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoraksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak nyaman diperut. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas
dengan demam, bradikardia, relatif, lidah thyfoid (kotor ditengah, dan ujung
bewarna merah disertai tremor).Hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan kesadaran (Wibisono et al 2014)
B. SARAN
a. Bagi keluarga pasien
Di harapkan agar untuk menerapkan tekhnik kompres hangat tepid
sponge ketika anak demam di rumah
b. Bagi rumah sakit
Diharapkan untuk melakukan pemantauan tekhnik kompres hangat
tepid sponge kepada pasien demam dan memberikan edukasi tentang
kompres hangat tepid sponge
DAFTAR PUSTAKA
2. Pelaksanaan penerapan
E. Daftar Pustaka
Karra, Aulya Kartini., Muh. Aswar Anas., Muh. Anwar Hafid., & Rosdiana
Rahim. (2019). The Different Between The Conventional Warm
Compress And Tepid Sponge Technique Warm Compress In The
Body Temperature Changes Of Pediatric Patients With Typhoid
Fever. Vol. 14, No. 3, Special Issue 2019.
http://dx.doi.org/10.20473/jn.v14i3(si).17173
Faradilla, Fera., & Rusli Abdullah. (2020). The effectiveness of the water
tepid sponge to decrease the body temperature in children with
febrile seizure. Vol. 3, No. 2, December 2020. plSSN : 2654-5241
elSSN: 2722-7537
Iqomah, M. K. B., Nurhaeni, N., & Wanda, D. (2019). Reduction of Body
Temperature Using Tepid Water Sponging with the Levine
Conservation Approach. 11(Maret), 33–40.
F. Lampiran dokumentasi kegiatan pelaksanaan