Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. W DENGAN DEMAM THYPOID

DI RUANGAN SANUR 12 RUMAH SAKIT SUMBER KASIH

KELOMPOK 2

CICA FIKROTUN AENI 421.J.0015

DHIYA ULHAQ 421.J.0006

KHOIRUNNISA 421.J.0081

SITI KOMALASARI 421.J.0031

TRIYANI 421.J.0033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

CIREBON

2021-2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. W DENGAN DEMAM THYPOID

DI RUANGAN SANUR 12 RUMAH SAKIT SUMBER KASIH

Laporan Mata Kuliah Keperawatan Anak Program Profesi Ners

Telah Disetujui Oleh Tim Preseptor Pada Tanggal

Cica Fikrotun Aeni 421.J.0015

Dhiya Ulhaq 421.J.0006

Khoirunnisa 421.J.0081

Siti Komalasari 421.J.0031

Triyani 421.J.0033

Menyetujui,

Preseptor Akademik

(…………………………)

Preseptor Klinik

(…………………………)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Astuti, 2014).
Faktor- faktor yang mempengaruhi adalah daya tahan tubuh, higienitas, umur, dan jenis
kelamin. Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan ulserasi plaque
peyeri di distal ileum (Putra, 2018). Tifoid terutama ditemukan pada kelompok umur usia-
sekolah, sedangkan diare pada kelompok balita. Dengan demikian diperlukan pemecahan
masalah lebih lanjut untuk menekan jumlah kasus demam tifoid, khususnya pada anak.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh inisiasi serangkaian
reaksi kompleks karena masuknya zat-zat seperti bakteri, virus, dan antigen lainnya ke
dalam tubuh (Mubarak, 2015). Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal
dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh diatas 40°C yang
diukur per rectal bisa membahayakan apabila terjadi pada waktu yang lama, yaitu dapat
menimbulkan sejumlah kerusakan otak permanen dan bisa berakibat fatal (Laino, 2018).
Maka dari itu perlu penanganan yang cepat untuk menghindari akibat yang lebih parah.
Termoregulasi Biasanya terganggu karena faktor-faktor seperti ketidakstabilan
hemodinamik, gangguan saraf dan perubahan tingkat metabolisme. Mempengaruhi
homeostasis termal, membandingkan penerapan kompres hangat dan resep mandi air
hangat untuk anak-anak untuk membantu dalam penguranganan suhu tubuh mereka
dengan demam, baik sendiri atau dikombinasikan dengan antipiretik. Kompres air hangat
sangat efektif dalam pengurangan suhu tubuh meraka dengan demam. Terapi Pemberian
kompres hangat merupakan suatu metode untuk menurunkan suhu tubuh biasanya
diberikan pada suhu dibawah 38,3°C (Safitri, 2019).
Hasil penelitian Fatkularini (2014), mengemukakan bahwa kompres air hangat lebih
efektif dibandingkan kompres dingin dalam menurunkan suhu tubuh pada anak dengan
demam.. Hasil penelitian Rahmawati (2015), membuktikan bahwa kompres hangat pada
daerah axilla lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami
kenaikan suhu tubuh. Hasil penelitian Haryani (2018), mengemukakan bahwa kompres
tepid sponge hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan demam. Hasil
penelitian Dewi (2016), mengemukakan bahwa kompres tepid sponge efektif untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kompres yang diberikan kepada anak dengan
kenaikan suhu tubuh efektif untuk menurunkan suhu tubuh.
Saat ini, penggunaan kompres hangat mulai jarang dilakukan terutama di Rumah
Sakit, karena tersedianya obat-obatan seperti antirpiretik umum yaitu paracetamol.
Penggunaan antipiretik secara berkepanjangan dapat menimbulkan efek toksik bagi organ
tubuh seperti yang dijelaskan oleh Hidayati (2014) bahwa pada dasarnya tidak ada obat
yang tidak berisiko menimbulkan efek samping.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Laporan makalah ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan tekhnik kompres
hangat tepid sponge pada anak demam thypoid.
b. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui konsep penyakit demaam thypoid pada anak
b) Untuk mengetahui tekhnik kompres hangat tepid sponge pada anak
c) Untuk mengetahui kefektifan tekhnik kompres hangat tepoid sponge pada anak
C. Manfaat
Manfaat dari pemberian kompres hangat
tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam,
memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibat oleh penyakit
yang mendasari demam. Tepid sponge juga bermanfaat pada anak yang memiliki riwayat
kejang demam.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Demam thypoid
1.1 Definisi
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang disebabkan oleh Salmonella Thypi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella typi (Bruner
and Sudart, 2014). Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut pada saluran cerna
bagian bawah (usus halus) dengan gejala demam kurang lebih satu minggu disertai
gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. penyakit ini
disebabkan oleh Salmonella thypi A, B , dan C (Syaifullah Noer, 2015).
Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M.
Wilson, 2015).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa demam typoid adalah suatu
penyakit yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhii,
Penyakit ini mudah menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
oleh salmonella typi.
1.2 Etiologi
Etiologi Demam Typhoid Menurut Suratun dan Lusianah (2016) disebabkan
oleh Salmonella typhi (S. Typhi), Paratyphi A, Paratyphi B, and Paratyphi C.
Salmonella typhi merupakan basil garam negatif, berflagel dan tidak berspora,
anaerob fakultatif masuk ke dalam keluarga enterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan
lebar 0.5-0.7 um, berbentuk batang single atau berpasangan. Salmonella typhi hidup
dengan baik pada suhu 370C dan dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin,
air tanah, air laut dan debu selama berminggu minggu, dapat hidup berbulan-bulan
dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku. Parasite hanya pada tubuh
manusia. Dapat dimatikan pada suhu 600C selama 15 menit. Hidup subur pada
medium yang mengandung garam empedu. Salmonella typhi memiliki 3 macam
antigen O (somatic berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen
Vi. dalam serum penderita demam tifoid akan berbentuk antibody terhadap ketiga
macam antigen tersebut.
1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Wibisono et al (2014) masa tunas sekitar 10-14 hari. Gejala yang
timbul bervariasi dari ringan sampai berat. Tanda gejalanya yaitu:
1. Minggu pertama muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoraksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak nyaman
diperut. Demam yang terjadi berpola seperti anak tangga dengan suhu semakin
tinggi dari hari kehari. Lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore hari.
(wibisonet al 2014).
2. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia,
relatif, lidah thyfoid (kotor ditengah, dan ujung bewarna merah disertai
tremor).Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran
(Wibisono et al 2014).
1.4 Patofisiologi
Bakteri salmonella thypi masuk kedalam tubuh melalui makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan sebagian masuk ke
usus halus, mencapai plague peyeri di ileum terminalis yang hipertropi. Salmonella
thypi memiliki fimbria khusus yang dapat menempel kelapisan plague peyeri,
sehingga bakteri dapat difagositosis. Setelah menempel, bakteri memproduksi
protein yang mengganggu brush bobder usus dan memaksa sel usus dan di
presentasikan kemakrofag. Kuman memiliki berbagi mekanisme. sehingga dapat
terhindar dari serangan system imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan
mikrofag sebagai kendaraan dan gen salmonella patogencity island 2 . setelah
sampai kelenjar getah bening menseterika, kuman kemudian masuk kealiran darah
melalui ductustorasikus sehingga terjadi bakterimia pertama asimtomatik.
Salmonella thypi juga bersarang dalam system retikulo endothelial terutama
limpa dan hati, dimana kuman meninggalkan selfagosit berkembangbiak dan masuk
sirkulasi darah lagi sehingga terjadi bakterimia kedua dengan gejala siskemik.
Salmonella typhi menghasilkan endoktoksin yang berperan dalam inflamasi local
jaringan tempat kuman berkembangbiak merangsang pelepasan zat pirogen dan
leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala siskemik lain. Perdarahan
saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembulu darah sekitar plague peyeri. Apabila
proses patologis semakin berkembang, perforasi dapat terjadi (Wibisono et al, 2014)
1.5 Patway

Kuman Sallmonella Typhi

Makanan-Minuman Feses urine Fomitus (Muntahan) Jari-jari

Dibawa lalat

Masuk kedalam lambung Masuk kedalam saluran cerna melalui mulut Masuk kedalam usus
kedalam usus

Asam lambung Kuman mati DEMAM TYPHOID Kuman berkembang Menghasilkan


biak dalam usus toksin
Mual, muntah Sisa muntah menempel di lidah
Masuk ke saluran Imunitas humoral
Proses inflamasi
limfatik (IgA) kurang baik
lokal pada usus
Intake nutrisi Fungsi pengecapan
halus
Di ileum Kuman menembus usus
BB terminalis Respon
membentuk patologis
limpoid plaque Masuk aliran darah
Perubahan Nutrisi Endotoksin
Anoreksia payeri (baktermia)
Kurang dari Kebutuhan Sekresi cairan
Terjadinya dan mucus
kerusakan sel

Isi usus
Merangsang pelepasan
berlebihan
zat pirogen oleh leukosit
1 Makanan dengan
Zat pirogen beredar
cepat terdorong ke
dalam darah
anus

Mempengaruhi Diare
termoregulasi di
Sebagian masuk
hipotalamus
ke lamina propia

Suhu tubuh Kehilangan Pengeluaran


banyayak air & feses
Masuk ke aliran limfe
elektrolit

Hipertermi Feses telah


Risiko Defisit terkontaminasi
Menyerang organ RES
volume cairan oleh
samnolnela
typii
Dehidrasi

Hygien tidak
Hati Limpa adekuat
Kelemahan,
wajah pucat
Risiko penyebaran
Hematomegali splenomegali infeksi
Intoleransi
aktivitas

Nyeri tekan abdomen Menekan diafragma

Nyeri Ekspansi paru Pola nafas tidak efektif


1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 ada pun pemeriksaan penunjang yang ada
pada demam tifoid antara lain :
1. Pemeriksaan darah
Dapat ditemukan Leucopenia, leukositosis, anemia jaringan, trombositopenia
2. Uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typhi maka penderita membuatantibody (agglutinin).
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
4. Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya
demam.
1.7 Penatalaksanaan
Menurut Widodo (2016), penatalaksanaan pada pasien demam tifoid meliputi :
1) Farmakologis
a. Antibiotic (membunuhkuman):
1. Klorampenicol, dosis 50 mg/kg/BB/terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau
IV selama 14 hari
2. Amoxilin dosis 50 mg diberikan selama 2 minggu
3. Kotrimoxasol 2 x 2 tablet
4. pada kasus berat dapat diberikan Ceftriaxon 2 kali pemberian
5. Cefixim
b. Antipiretik (menurunkan panas)
1. Paracetamol
2) Keperawatan
a. Observasi kesehatan
b. klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan
usus
c. mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila ada
komplikasi perdarahan
d. Diet
1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur sarig
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari’
g. Pola hidup bersih dan sehat
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
2. Menjaga kebersihan lingkungan rumah
1.8 Komplikasi
Demam tifoid menurut Ngastiyah (2014) dapat memiliki komplikasi pada
berbagi sistem organ tubuh. Diantaranya adalah :
1. Pendarahan usus.
Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin.
Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai nyeriperut
dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus.
Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi pada bagian distal
ileum.
3. Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen
tegang, dan nyeri tekan
4. Komplikasi diluar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu meningitis,kolesistisis,
ensefalopati, danlain-lain.
2. Tehnik Kompres hangat tapid sponge
2.1 Definisi
Tapid sponge merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol kehilangan
panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien
yang mengalami demam tinggi (Ratna Hidayati dkk, 2014).
Tapid sponge adalah sebuah tehnik kompres hangat yang
menggabungan tehnik kompres blok pada pembuluh darah besar
superficial dengan tehnik seka. Kompres tapid sponge ini hampir sama dengan
kompres air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2
pagkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan
kain. Basahi lagi kain bila kering (Safitri, 2019).
2.2 Indikasi
Klien dengan panas suhu yang sangat tinggi
2.3 Kontraindikasi
Tidak terdapat kontraindikasi pada pemberian tepid sponge
2.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Setiawati (2015) yaitu :
1) Hentikan tindakan jika klien mulai menggigil
2) Ajarkan orang tua untuk selalu menggunakan air hangat (sekitar 37◦ celsius),
jangan menggunaka air dingin atau menambahkan alkohol dalam air.
3) Pengkajian
a) Kaji temperatur badan dan nadi klien.
b) Kaji tingkat pengetahuan klien atau orangtua klien tentang prosedur dan
bahaya akibat panas yang tinggi.
4) Masalah keperawatan yang terkait
Hipertermia
5) Rencana tindakan keperawatan

Untuk mengatasi masalah klien, salah satu intervensi yang dapat dilakukan
perawat adalah melakukan tepid sponge.
2.4 Prosedur pemberian tehnik kompres hangat tapid sponge
Tahap - tahap pelaksanaan tapid sponge (Yunianti, 2019) meliputi :
1) Tahap persiapan
a. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tapid sponge.
b. Persilahkan keluarga jika ada yang ingin di tanyakan tentang prosedur yang
telah dijelaskan.
c. Persiapan alat meliputi ember atau waskom tempat air hangat (26°C-35°C),
waslap 5 buah, handuk 1 buah, perlak besar 1 buah, termometer air raksa,
2) Tahap pelaksanaan
a. Ukur suhu tubuh dan catat. Catat antiperetik yang telah
diminum klien untuk menurunkan suhu tubuh.
b. Buka seluruh pakaian klien. Letakkan waslap di dahi,
aksila, dan pangkal paha. Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan
bokong selama 10-15 menit. Lakukan mengelap tubuh klien selama 20 menit.
Pertahankan suhu air (26°-35°C).
c. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil
atau segera setelah suhu tubuh klien mendekati normal (37,5°C). Selimuti klien
dengan selimut tidur. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat.
d. Catat suhu tubuh klien sebelum dan sesudah prosedur.
B. Kerangka Teori

Anak dengan Menurunkan set point


DEMAM dengan Pemberian kompres thermostat hipotalamus
karakteristik : hangat teknik tepid
sponge
1. Umur Meningkatkan vasodilatasi
2. Tipe Demam vaskuler
3. Status hidrasi
4. Status nutrisi
Evaporasi dan konduksi
panas meningkat

Penurunan suhu
tubuh anak

Gambar 2.2 Kerangka Teori


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Masuk RS : 13-1-2022


No. Register : 8186183 Tgl/Jam pengkajian:
Diagnosa Medis : demam typoid Ruangan : sanur

A. Pengkajian Data

1. Identitas Klien

Nama Klien (inisial) : An.W

Tempat Tanggal Lahir (umur) : 05-09-2020

Jenis Kelamin : perempuan


Agama : islam

Suku Bangsa : indonesia

Pendidikan :-

Alamat : Suranenggala-Cirebon

Nama Ayah
Nama : Tn.W
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Suranenggala-Cirebon

Nama Ibu

Nama : Ny.S

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat :Suranenggala-Cirebon
2. Keluhan Utama

Demam sejak 2 hari yang lalu


3. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang (berdasarkan PQRST)


Ibu mengatakan anaknya demam sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, demam naik turun suhu tertinggi dirumah 39,8 C, suhu tubuh
naik turun, demam tinggi ketika sore hari sampai malam hari, keluhan
disertai lemas, mengigau, mual muntah, tidak nafsu makan, anak rewel,
riwayat kejang 2x (saat di IGD dan diruangan pada jam 09.00 WIB) alergi
(-). Pasien dibawa keruang sanur pukul 15.45 WIB, pada saat dikaji
diruangan kondisi pasien tampak lemas, akral hangat, demam, tidak mau
makan S:39,5 C N:100 x/menit R:20x/menit

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah di rawat dan baru
kali ini masuk rumah sakit dan menderita penyakit demam
typoid.
a. Penyakit yang dialami waktu kecil
Tidak ada penyakit yang dialami pada waktu kecil
b. Apakah pernah dirawat di rumah sakit?
Ya/Tidak : tidak

c. Apakah pernah mengalami keluhan yang sama dengan saat ini?


Ya/Tidak : tidak

d. Apakah pernah mengalami tindakan pembedahan/operasi?


Ya/Tidak : tidak

e. Apakah pernah mengalami kecelakaan/trauma?

Ya/Tidak : tidak

f. Apakah pernah mengalami alergi?

Ya/Tidak : tidak
g. Apakah pernah mendapatkan pengobatan/terapi dalam waktu > 1
bulan?
Ya/Tidak : tidak

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Keluarga Apakah ada anggota keluarga yang pernah


mengalami penyakit berat?
Ya/Tidak : tidak ada

b. Genogram

Keterangan

: garis keturunan

: pasien (an.w)

: laki-laki

: perempuan

: meninggal
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat kehamilan dan persalinan : G0P2A0

A. Prenatal

1) Apakah ibu rutin melakukan Prenatal care/pemeriksaan


kehamilan? Rutin setiap bulan
2) Apakah ada masalah dalam masa kehamilan? Tidak ada masalah
pada saat hamil
B. Natal

1) Lahir kehamilan : 38-39 mg /9 Bulan

2) ditolong oleh : bidan desa


3) Anak ke : 2

3) Berat badan waktu lahir : 3100gr.

4) BB sekarang : 12,3 kg

5) Tinggi badan waktu lahir : 49 cm.

6) TB sekarang : 95 cm

7) Jenis persalinan : normal

8) Tempat bersalin : praktek bidan

9) Apakah masalah waktu persalinan : tidak ada masalah

C. Postnatal

1) APGAR skore : 9/10


2) Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama

3) Bagaimana kekuatan tangisan bayi? kuat

4) Obat-obatan yang diperoleh bayi setelah lahir : imunisasi dasar


(hepatitis B dan polio)

5) Apakah bayi mendapatkan ASI Eksklusif ? Ya

6) Apakah bayi mendapatkan imunisasi lengkap (BCG,


DPT, Polio, campak, hepatitis)?
Ya/tidak: YA
4. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Budaya

1) Yang mengasuh : orangtua (ayah/ibu)

2) Hubungan dengan anggota keluarga (menyentuh,


memeluk, berbicara, kontak mata, berkunjung) : Ibu pasien
mengatakan hubungan dengan keluarga baik yaitu anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya sebaliknya juga dengan
keluarga keluarga yang lain

3) Hubungan dengan teman sebaya : Ibu pasien mengatakan hubungan


pasien dengan teman sebayanya sangat baik, seperti saat dirumah pasien
bermain aktif bersama teman sebayanya
4) Pembawaan anak secara umum : Pasien tampak kurang kooperatif
dengan perawat dikarenakan kondisi pasien
5) Respon anak terhadap sakit : rewel
6) Respon anak terhadap petugas kesehatan: menangis
7) Respon anak terhadap perpisahan : menangis
8) Respon keluarga terhadap anak yang sakit: cemas
9) Keluhan lain : tidak ada
10) Keyakinan terhadap agama : sangat yakin
11) Keyakinan terhadap penyakit : yakin
12) Keyakinan terhadap kesembuhan : yakin
13) Nilai budaya yang dianut : jawa
14) Lingkungan rumah : tidak ditanyakan
15) System social yang mendukung : keluarga
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan

Sebelum
No Pola kebiasan (ADL) Sakit Sesudah
sakit
Nutrisi
1
A. makan
a. jenis Nasi Bubur/tim
b. frekuensi 3x perhari 2x perhari
c. reflek menghisap - -
d. keluhan Tidak ada Tidak nafsu
makan
B. Minum
a. Jenis Air putih Air putih
b. Frekuensi 5-6 kali 4 kali
c. Jumlah (cc) 600-800 ml < 600 ml
d. keluhan Tidak ada Rewel
ELIMINASI
2
A. BAB
a. frekuensi 1-2x perhari Belum bab
b. waktu Tidak nentu -
c. warna Khas -
d. konsistensi Padat -
e. obstipasi Tidak -
f. penggunaan pencahar Tidak -
g. diare (cantumkan.........cc) Tidak -
h. melena Tidak -
i. stoma (colostomy, ileustomy) Tidak -
j. cara pengeluaran Sendiri -
sendiri/dibantu
k. keluhan Tidak ada -
B. BAK
3x 2x
a. Frekuensi
b. jumlah urine output (cc) 3x ganti pampers 2x ganti
pampers
c. warna Kuning Kuning
d. ada bau/tidak khas Khas
e. ada darah/hematuria tidak Tidak
f. inkontinensia tidak Tidak
g. penggunaan kateter Tidak Tidak
h. cara pengeluaran Pake pampers Pake pampers

dibantu/sendiri
i. keluhan Tidak ada Tidak ada
ISTIRAHAT DAN TIDUR
3
9 jam 6 jam
a. waktu tidur malam
b. waktu tidur siang 2 jam 2 jam
c. lamanya
d. kebiasaan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
e. kebiasaan yang dilakukan saat Tidak ada Tidak ada

istirahat
f. keluhan Tidak ada Rewel
PERSONAL HYGINE
4
A. Mandi
a. frekuensi 2x Belum mandi
b. penggunaan sabun/tidak Ya -
c. air yang digunakan Air biasa -
d. melakukan sendiri/dibantu dibantu -
B. ORAL HYGINE
1x -
a. Frekuensi
b. penggunaan pasta gigi/tidak Ya -
c. cara melakukan sendiri/tidak dibantu -
C. MENCUCI RAMBUT
1x -
a. Frekuensi
b. penggunaan sampo Ya -
c. penggunaan air
AKTIVITAS BERMAIN
5
Pagi - siang -
a. waktu bermain
b. jenis permainan Dengan teman -
c. senang bermain Kelompok -

sendiri/kelompok

6. Pengkajian Fisik
1) Penampilan umum : baik
2) Pengkajian Nyeri
Tidak ada nyeri

3) Pengkajian Risiko Jatuh


Tidak terkaji

4) Pengukuran Pertumbuhan (Antropometri) Berat Badan (BB) :


12,3 kg s(ebelum sakit) 11,8 kg (saat sakit)

Tinggi Badan (TB) : 86 cm

5) Pengukuran Fisiologis (TTV)


Suhu (S) : 39,5C
Nadi(N) : 100x/menit

Respirasi Rate : 26x/menit

Tekanan Darah (TD) : - mmHg

6) Penampilan Umum
Status Kesadaran : compos mentis

7) Kulit

Warna : sawo matang

Tekstur : hangat

Suhu : 39,5C

Turgor : elastis
8) Kepala
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak ada
lesi.
9) Leher
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada leher.

10) Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva normal,pupil
isokor,tidak terdapat oedem, mata pasien cekung.

11) Telinga
Bersih tidak ada lesi, pendengaran baik, bentuk normal tidak ada kelainan

12) Hidung

Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping hidung,
tidak terdapat polip, pernafasan 26 x/menit.

13) Mulut dan Tenggorok


Bersih, tidak terdapat kotoran, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri dan
kanan, dan tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran tonsil.
14) Paru
I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan otot
bantu pernafasan, tidak menggunakan pernafasan cuping hidung, pernafasan
26x/menit

P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada odema

P : Sonor

A : Irama pernafasan vesikuler

15) Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan.
P : Redup
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup
16) Abdomen
I : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada distensi abdomen
P : Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2 detik.
P : Timpani
A : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit
17) Genitalia
Vagina normal tidak ada kelainan

18) Anus

Penampilan umum (keutuhan, kondisi kulit, hygiene) :

Anus (+) bersih, tidak ada lesi


Mekonium: -

19) Punggung dan Ekstrimitas

Punggung

Tidak terdapat luka dan lesi pada punggung,dan tidak ada kelainan pada
tulang punggung pasien

Ekstrimitas Atas dan bawah

Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL ditangan bagian


sebelah kanan bawah 20 tetes/meni, tidak ada edema.

7. Pemeriksaan Tumbuh Kembang

a. Usia Infant – Pra sekolah (60 Bulan)

Menggunakan Borang Denver II atau KPSP, CHAT, MME

Tidak terkaji.

b. Usia Pra Sekolah (> 60 bulan) - Remaja


1)Kemandirian dalam bergaul (personal social)
An.W kurang kooperatif dengan perawat karena kondisinya saat ini.

2)Motorik halus adaptif


An.W mampu merespon pada saat An.Z mau diberikan obat secara IV
dan An.w menarik tangan sendiri
3)Motorik kasar
An.W mampu berjalan.

4)Kognitif dan Bahasa


An.W sudah menolak hal-hal yang tidak disukai dan sudah bisa
menunjukkan ekspresi wajah. An.W belum mampu melawan
pembicaraan lawan bicara dengan bahasa yang jelas.
8. Data Penunjang

1) Laboratorium
Hari/Tanggal Jenis Nilai Nilai Normal
13-01-2022 Darah rutin
HB 8,9 10.8-12.8
Hematokrit 26 35-44
Leukosit 6.900 5,500-15.500
Trombosit 219 229-5,2
Eritrosit 3.92 3,6-5,2
Hitung jenis leukosit
-basofil 0 0-1
-eosinofil 0 2-4
-neutrofil batang 0 3-6
-neutrofil segmen 62 25-60
-lomfosit 30 25-50
-monosit 8 1-6
Index eritrosit
MCV 66 73-101
MCH 20 23-31
MCHC 31 26-34
RDWCV 17.2 10-15
NLR 2.07 0.78-3.53
2) Terapi dan pengobatan

Hari/Tanggal Jenis Dosis Waktu Cara Pemberian

13-01-2022 KAEN 3B 20 tpm Infus


Santgesik 100 mg 3x100 mg Iv
Cefotaxime 400 mg 2x400 mg Iv
Valisanbe 3 mg K/P iv
Pamol 125 125mg K/P Oral
9. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Terinfeksi mikroorganisme Hipertermia


- Ibu mengatakan anaknya
demam sejak 2 hari yang Terjadi infeksi / peradangan
lalu sebelum masuk rumah
sakit Suhu tubuh meningkat
- demam naik turun suhu
tertinggi dirumah 39,8 C Kulit teraba hangat
- demam tinggi ketika sore
hari sampai malam hari Anak mengalami demam
- riwayat kejang 2x (saat di
IGD dan diruangan pada Hipetermia
jam 09.00 WIB)
DO :
- pasien tampak lemas
- akral hangat
- demam
- S:39,5 C
- N:100 x/menit
- R:20x/menit

2. DS :
proses penyakit pada anak
- Ibu mengatakan anaknya Defisit nutrisi
tidak nafsu makan
penurunan nafsu makan
- mual dan muntah
- makan hanya 2 sendok
nutrisi kurang dari kebutuhan
- ibu mengatakan bb pasien tubuh
turun selama sakit tidak
mau makan
defisit nutrisi

DO :
- porsi makanan tidak
dihabiskan
- pasien menangis saat
diberi makan
- bb awal 9,3 kg bb di rs
9kg
- pasien tampak pucat dan
lemas
- mukosa bibir kering

3. DS :
- ibu mengatakan khawatir Ansietas
Proses sakit pada anak
akan kondisi anaknya saat
ini
Anak dirawat di RS
- ibu khawatir anaknya akan
kejang lagi
Orangtua merasa khawatir
- ibu mengatakan tidak bisa dengan keadaan anaknya
tidur dengan tenang karena
menjaga anaknya Merasa cemas

DO: Ansietas
- ibu tampak gelisah
- akral teraba dingin
- pola tidur ibu tidak teratur
10. Diagnosa keperawatan yang muncul beradasarkan prioritas
1) Hipertermia b.d proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas normal

2) Defisit nutrisi b.d keengganan untuk makan ditandai dengan nafsu makan
menurun
3) Ansietas b.d kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa khawatir
akibat kondisi yang dihadapi
11) Rencana Asuhan Keperawatan

Nama Klien : An.W No Register: 8186183

Jenis Kelamin : perempuan Diagnosa medis: demam typoid

Umur : 2 tahun

Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
Outcome Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Hipertermia Setelah dilakukan  Manajemen hipertermia 1.) untuk memantau 1) memonitor suhu tubuh 1) suhu tubuh pasien
tindakan keperawatan (I.15506) perubahan suhu tubuh 2) menganjurkan memakai menurun
selama .. masalah 1) monitor suhu tubuh 2.) membantu menurunkan pakaian tipis atau longgar 2) pasien menggunakan
hipertermia dapat teratasi 2) anjurkan memakai suhu tubuh 3) memberikan cairan oral pakaian tipis
dengan kriteria hasil : pakaian tipis atau 3.) untuk mencegah 4) melakukan pendinginan 3) pasien sering diberi
Indikator Saat Targ longgar dehidrasi atau eksternal (kompres hangat minum
ini et 3) berikan cairan oral kehilangan cairan dengan teknik tepid 4) pasien diberikan
Kejang 3 1 4) lakukan pendinginan berlebih sponge) komopres hangat
Pucat 4 1 eksternal (kompres 4.) meningkatkan 5) Kolaborasi pemberian 5) pasien terpasang infus
Demam 1 4 hangat dengan teknik penguapan dan cairan dan elektrolit RL 20/tpm mikro
tepid sponge) mempercepat intravena
5) Kolaborasi pemberian penurunan suhu tubuh
cairan dan elektrolit 5.) untuk mengganti cairan
intravena yang hilang

2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan  Manajemen nutrisi 1) Makanan yang 1) Mengidentifikasi alergi 1) pasien tidak memiliki
tindakan keperawatan (I.03119) menyebabkan alergi 2) monitor penurunan dan alergi
selama .. masalah 1) identifikasi alergi akan menyebabkan peningkatan BB selama 2) pasien mengalami
kebutuhan nutrisi dapat 2) monitor penurunan dan perubahan selera sakit penurunan BB ketika sakit
teratasi dengan kriteria peningkatan BB selama makan pada pasien 3) Memonitor asupan 3) pasien masih belum mau
hasil : sakit 2) Untuk mengetahui makanan makan
Indikator Saat Targ 3) monitor asupan makanan perubahan bb pada 4) menganjurkan makan 4) orangtua pasien
ini et 4) anjurkan makan sedikit pasien sedikit tapi sering menyuapi makan sedikit
Nafsu 2 4 tapi sering 3) Mengetahui nutrisi apa 5) Menyajikan makanan tapi sering
makan 5) Sajikan makanan yang saja yang masuk yang menarik 5) orangtua pasien
frekuensi 2 4 menarik 4) Makan dalam porsi 6) Kolaborasi dengan ahli memberikan makanan
makan 6) Kolaborasi dengan ahli kecil tapi sering gizi untuk menentukan sesuai keinginan pasien
Membra 2 4 gizi untuk menentukan memudahkan organ jumlah kalori dan jenis 6) pasien mendapat diit
n jumlah kalori dan jenis pencernaan dalam nutrisi yang dibutuhkan dari ahli gizi RS
mukosa nutrisi yang dibutuhkan metabolisme
BB 2 4 5) Untuk memotivasi agar
mau makan
6) Untuk membantu
pencegahan penurunan
BB
3. Ansietas Setelah dilakukan  Reduksi ansietas 1) untuk mengetahui 1) Memonitor tanda-tanda 1) orang tua pasien merasa
tindakan keperawatan 1) Monitor tanda-tanda tanda tanda ansietas ansietas cemas
selama .. masalah ansietas ansietas 2) memberikan rasa 2) mendengarkan dengan 2) orangtua pasien selalu
dapat teratasi dengan 2) Dengarkan dengan nyaman dan percaya penuh perhatian menanyakan terkait kondisi
kriteria hasil : penuh perhatian pada ibu dan keluarga 3) menginformasikan anaknya
Indikator Saat targ 3) Informasikan secara 3) agar ibu mengerti secara faktual mengenai 3) orangtua memahami
ini et faktual mengenai penyakit yang di alami diagnosis, pengobatan mengenai diagnosis,
Verbalis 3 4 diagnosis, pengobatan oleh anaknya dan prognosis pengobatan dan prognosis
asi dan prognosis 4) agar pasien selalu 4) menganjurkan untuk yang dialami anaknya
khawatir 4) Anjurkan untuk selalu terpantau dan tidak selalu menemani pasien 4) orangtua selalu
Gelisah 2 4 menemani pasien kesepian menemani pasien
Pola 2 4
tidur
12. Implementasi Keperawatan

No Tanggal/Waktu Diagnosa Implementasi Respon


Keperawatan
1. 14- 01-2022 Hipertermia 1) memonitor suhu tubuh S : ibu mengatakan
2) menganjurkan memakai anaknya demam 2 yang
pakaian tipis atau lalu suhu dirumah
longgar 39,8C, demam naik
3) memberikan cairan oral turun
4) melakukan pendinginan O : saat dikaji hari
eksternal (kompres pertama suhu 39,5C,
hangat dengan teknik akral hangat
tepid sponge) A : hipertermia
5) Kolaborasi pemberian P : melakukan kompres
cairan dan elektrolit hangat
intravena

15-01-2022 Hipertermia 1) memonitor suhu tubuh S : ibu mengatakan


2) menganjurkan memakai suhu anaknya masih
pakaian tipis atau naik turun, demam
longgar ketika sore atau malam
3) memberikan cairan oral hari
4) melakukan pendinginan O : saat dikaji hari ke 2
eksternal (kompres suhu awal 39,5
hangat dengan teknik Saat setelah dilakukan
tepid sponge) kompes tepid sponge
5) Kolaborasi pemberian selama 15 menit
cairan dan elektrolit sebanyak 3x kompres
intravena suhu menjadi 39,0C,
saat dilakukan kompres
dengan waktu 30 menit
suhu tubuh menurun
menjadi 38,7C
A : Hipertermia
P : evaluasi tindakan
tepid sponge

1) memonitor suhu tubuh


16-01-2022 Hipertermi S : ibu mengatakan
2) menganjurkan memakai
suhu anaknya sudah
pakaian tipis atau
stabil
longgar
O : saat dikaji hari ke 3
3) memberikan cairan oral
suhu dalam batas
4) melakukan pendinginan
normal 37,4C
eksternal (kompres
A : masalah teratasi
hangat dengan teknik
sebagian
tepid sponge)
P : intervensi
5) Kolaborasi pemberian
dihentikan
cairan dan elektrolit
intravena

1) Mengidentifikasi alergi
2. 14-01-2022 Defisit nutrisi S : ibu mengatakan
2) monitor penurunan dan
nafsu makan anaknya
peningkatan BB selama
menurun, bb sebelum
sakit
sakit 12,3kg bb ketika
3) Memonitor asupan
sakit 11 kg, tidak ada
makanan
riwayat alergi,
4) menganjurkan makan
O : porsi makan tidak
sedikit tapi sering
habis
5) Menyajikan makanan
A : defisit nutrisi
yang menarik
P : menganjurkan
6) Kolaborasi dengan ahli
makan sediki tapi
gizi untuk menentukan sering
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
1) Mengidentifikasi alergi
2) monitor penurunan dan S : Ibu mengatakan
15-01-2022 Defisit nutrisi peningkatan BB selama anaknya mau makan
sakit hanya 2-4 sendok, tapi
3) Memonitor asupan sudah tidak ada muntah
makanan O : pasien tampak mau
4) menganjurkan makan makan, tidak muntah
sedikit tapi sering A : defisit nutrisi
5) Menyajikan makanan P : lanjutkan intervensi
yang menarik
6) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan

1) Mengidentifikasi alergi S : ibu mengatakan


16-01-2022 Defisit nutrisi 2) monitor penurunan dan anaknya sudah mau
peningkatan BB selama makan meskipun belum
sakit mengemballikan bb
3) Memonitor asupan awal
makanan O : anak tampak segar
4) menganjurkan makan A : masalah teratasi
sedikit tapi sering sebagian
5) Menyajikan makanan P : intervensi
yang menarik dihentikan
6) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan

1) Memonitor tanda-tanda
ansietas S : Ibu mengatakan
3. 14-01-2022 Ansietas 2) mendengarkan dengan khawatir dengan
penuh perhatian kondisi anaknya saat
3) menginformasikan ini
secara faktual mengenai O : tampak cemas dan
diagnosis, pengobatan khawatir
dan prognosis A : ansietas
4) menganjurkan untuk P : memberikan
selalu menemani pasien informasi faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan
prognosis

1) Memonitor tanda-
tanda ansietas S : Ibu mngatakan
15-01-2022 Ansietas 2) mendengarkan dengan sudah sedikit stenang
penuh perhatian karna sudah
3) menginformasikan mengetahui penyakit
secara faktual anaknya, pengobatan
mengenai diagnosis, dll
pengobatan dan O : ibu tampak tenang,
prognosis tampak selalu
4) menganjurkan untuk menemani anaknya
selalu menemani A : ansietas
pasien P : lanjut intervensi
1) Memonitor tanda-tanda
ansietas S : ibu mengatakan
16-01-2022 Ansietas 2) mendengarkan dengan sudah tidak cemas
penuh perhatian dengan kondisi
3) menginformasikan anaknya karena suhu
secara faktual mengenai tubuhnya sudah stabil
diagnosis, pengobatan dan O : ibu tampak tenag
prognosis A : masalah teratasi
4) menganjurkan untuk sebagian
selalu menemani pasien P : hentikan intervensi

13. Catatan perkembangan


Tanggal Diagnosa Perkembangan Pelaksana

Keperawatan (SOAPIER)
14-01-2022 Hipertermia S : ibu mengatakan anaknya demam naik
turun suhu awal 39,8 suhu tinggi ketika sore
sampai malam hari
O : akral hangat, suhu 39,5 anak tampak
rewel
A : hipertermia
P : monitor suhu tubuh
I : menganjurkan kompres hangat
E : suhu tubuh masih tinggi
R : menganjurkan kompres hangat
(menggunakan teknik tepid sponge)

Defisit nutrisi S : ibu mengatakan nafsu makan anaknya


menurun, bb sebelum sakit 9,3kg bb ketika
sakit 9kg, tidak ada riwayat alergi,
O : porsi makan tidak habis
A : defisit nutrisi
P : monitor asupan makanan dan bb
I : menganjurkan makan sediki tapi sering
E : anak belum mau makan banyak
R : memberikan makanan sesuai keinginan
anak

Ansietas S : Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi


anaknya saat ini
O : tampak cemas dan khawatir
A : ansietas
P : monitor tanda tanda ansietas
I : memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
E : orangtua pasien masih merasa cemas
dengan kondisi anaknya
R : memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis

Tanggal Diagnosa Perkembangan Pelaksana

Keperawatan (SOAPIER)
15-01-2022 Hipertermia S : ibu mengatakan suhu anaknya masih naik
turun, demam ketika sore atau malam hari
O : saat dikaji hari ke 2 suhu awal 39,5
Saat setelah dilakukan kompes tepid sponge
selama 15 menit sebanyak 3x kompres suhu
menjadi 39,0 saat dilakukan kompres dengan
waktu 30 menit suhu tubuh menurun menjadi
38,7C
A : Hipertermia
P : evaluasi tindakan tepid sponge
I : perawat melakukan kompres hangat tepid
sponge selama 30 menit dengan 6 x kompres
E : suhu tubuh menurun
R : menganjurkan kompres hangat
(menggunakan teknik tepid sponge)

Defisit nutrisi S : Ibu mengatakan anaknya mau makan hanya


2-4 sendok, tapi sudah tidak ada muntah
O : pasien tampak mau makan, tidak muntah
A : defisit nutrisi
P : lanjutkan intervensi
I : menganjurkan makan sediki tapi sering
E : anak belum mau makan banyak
R : memberikan makanan sesuai keinginan anak

Ansietas S : Ibu mngatakan sudah sedikit stenang karna


sudah mengetahui penyakit anaknya,
pengobatan dll
O : ibu tampak tenang, tampak selalu menemani
anaknya
A : ansietas
P : lanjut intervensi
I : memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
E : orangtua pasien masih merasa cemas dengan
kondisi anaknya
R : memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis

Tanggal Diagnosa Perkembangan Pelaksana

Keperawatan (SOAPIER)
16-01-2022 Hipertermia S : ibu mengatakan suhu anaknya sudah
stabil
O : saat dikaji hari ke 3 suhu dalam batas
normal 37,4C
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
I : menganjurkan ibu pasien melakukan
kompres hangat tepid sponge jika suhu tubuh
anak Kembali naik
E : suhu tubuh stabil
R : menganjurkan kompres hangat jika suhu
tubuh Kembali naik (menggunakan teknik
tepid sponge)

Defisit nutrisi S : ibu mengatakan anaknya sudah mau


makan meskipun belum mengemballikan bb
awal
O : anak tampak segar
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
I : memberikan makanan yang disukai anak
E : anak mau makan dan habis
R : memberikan makanan sesuai keinginan
anak

Ansietas S : ibu mengatakan sudah tidak cemas


dengan kondisi anaknya karena suhu
tubuhnya sudah stabil
O : ibu tampak tenag
A : masalah teratasi sebagian
P : hentikan intervensi
I : memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
E : orangtua pasien merasa lebih tenang
dengan kondisi perbaikan anaknya
R : memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Penerapan Evidance Based Practice pada anak demam thypoid dengan
menerapkan tekhnik kompres hangat tepid sponge didapatkan hasil setelah
dilakukan tindakan selama 15 menit sebanyak 3 kali kompres, suhu tubuh
anak menurun menjadi 39,0oC. kemudian dalam rentang 30 menit diberikan
Kembali tindakan kompres hangat tepid sponge selama 15 menit sebanyak 3
kali kompres, dan didapatkan hasil suhhu tubuh anak Kembali menurun
menjadi 38,7oC. hal ini menunjukan bahwa adanya keefektifan dalam
pemberian kompres hangat tepod sponge pada anak demam thypoid yang
dibuktikan dengan adanya penurunn suhu tubuh pada anak.

B. PEMBAHASAN
Interpretasi hasil penerapan evidence based practice kompres hangat pada
anak demam thypoid dengan tujuan yang telah kami terapkan pada bab
sebelumnya, yaitu agar teridentifikasinya keefektifan tekhnik kompres hangat
tepid sponge pada anak demam thypoid. Oleh karena itu, interpretasi dan
diskusi hasil ini disesuaikan dengan tujuan umum dan khusus. Berikut ini
uraian interpretasi dan hasil diskusi penerapan evidence based practice.
Hasil penerapan evidence based practice yang dilakukan pada An. W
dengan demam thypoid di ruangan sanur RS Sumber Kasih Cirebon
didapatkan hasil yang efektif dalam penurunan suhu tubuh setelah dilakukan
tindakan pemberian tekhnik kompres hangat tepid sponge selama 30 menit
dengan 6 kali tindakan kompres didapatkan penurunan suhu tubuh sebesar
1oC.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Karra, dkk (2019) tekhnik
kompres hangat tepid sponge lebih berpengaruh terhadap penurunan suhu
tubuh dalam 15 menit setelah pengompresan. Pada 30 menit setelah
pengompresan didapatkan mampu menurunkan suhu tubuh rata-rata sebesar
0,110oC. sejalan dengan penelitian Mulyani, dkk (2020) didapatkan hasil
penelitian terhadap anak dengan suhu tubuh 38,8oC yang diberikan tindakan
kompres hngat tepid sponge selama 2x2 jam didapatkan penurunan suhu
sebesar 1oC.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan hipertermia dapat dilakukan tindakan mandiri oleh perawat,
salah satunya tindakan dengan pemberian tekhnik kompres hangat tepid
sponge. Kompres hangat tepid sponge adalah sebuah tekhnik kompres hangat
yang menggabungkan tekhnik blok pada pembuluh darah supervisialis dengan
tekhnik seka. Pada proses tindakan kompres hangat tepid sponge ini
mekanisme kerjanya memberikan efek adanya penyaluran sinyal ke
hipotalamus melalui keringat dan vasodilatasi perifer sehingga proses
perpindahan panas yang diperoleh dari tindakan kompres hangat tepid sponge.
Hal ini berlangsung melalui dua proses yaitu konduksi dan evaporasi dimana
proses perpindahan panas melalui proses konduksi dimulai dari tindakan
mengkompres anak dengan waslap dan proses evaporasi diperoleh dari adanya
seka pada tubuh saat pengusapan yang dilakukan sehhingga terjadi proses
penguapan panas menjadi keringat (Sodikin, 2012).
C. KETERBATASAN
Pada saat penerapan evidence based practice mendapat keterbatasan
mengenai kenyamanan anak. Pada saat awal tindakan anak selalu merengek,
tetapi setelah diberikan pengalihan perhatian terhadap beberapa permainan
anak mulai tenang sehingga pemberian tindakan kompres hangat tepid sponge
dapat dilakukan dengan efektif.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Demam typoid adalah suatu penyakit yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella Typhii, Penyakit ini mudah menyebar melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh salmonella typi. Tanda dan
gejala Minggu pertama muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoraksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak nyaman diperut. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas
dengan demam, bradikardia, relatif, lidah thyfoid (kotor ditengah, dan ujung
bewarna merah disertai tremor).Hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan kesadaran (Wibisono et al 2014)
B. SARAN
a. Bagi keluarga pasien
Di harapkan agar untuk menerapkan tekhnik kompres hangat tepid
sponge ketika anak demam di rumah
b. Bagi rumah sakit
Diharapkan untuk melakukan pemantauan tekhnik kompres hangat
tepid sponge kepada pasien demam dan memberikan edukasi tentang
kompres hangat tepid sponge
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, O.R. (2014). Demam Typoid. Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiah Surakarta.’
Aplikasi NANDA NIC-NOC (2015). Jakarta. ECG
Dewi, A. K. (2016). Perbeedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian
Kompres Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1), 63–71.
Fatkularini, D., Asih, S. H. M., & Solechan, A. (2014). Efektivitas Kompres
Air Suhu Biasa Dan Kompres air hangat Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Pada Anak Demam Usia Prasekolah Di RSUD Ungaran
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK). , 1–10
Haryani, S., A ‘dimayanti, E., & Astuti, A. P. (2018). Pengaruh Tepid Sponge
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang
Mengalami Demam Di Rsud Ungaran. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 7(1), 44
Hidayati, R. (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Laino, D., & Mencaroni, E. (2018). Pengelolaan Pediatric Demam Kejang.
International Journal of Penelitian Lingkungan Dan Kesehatan
Masyarakat.
Mubarak, I.W., et al., (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1).
Salemba Medika : Jakarta.
Noer, Syaifullah. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta;
EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. (Editor, Monica, Ester).
Jakarta : EGC.
Putra, A. A., Rosuliana, N. E., & Irawan, M. A. (2018). Perbedaan Efektivitas
Antara Pemberian Tepid Sponge Bath Dan Kompres Plester Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Anak Batita Yang Mengalami Demam Di
Ruang Anak RSUD Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur. Jurnal
Ilmu Keperawatan, 4(2), 89–96.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC;
Safitri, R. A., Romadonika, F., & Hariyani. (2019). Efektifitas Tindakan
Teknik Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak
Mengalami Hiprtermi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
Tahun 2019. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 88(5), 427–
434
Setiawati, T., Rustina, Y., & Kuntarti. (2015). Pengaruh tepid sponge terhadap
suhu tubuh. Jurnal Keperawatan Aisyiyah, 1 –14.
Yunianti SC, N., Astini, P. S. N., & Sugiani, N. M. D. (2019). Pengaturan
Suhu Tubuh dengan Metode Tepid Water Sponge dan Kompres
Hangat pada Balita Demam. Jurnal Kesehatan, 10(1), 10.
PENERAPAN HASIL PENELITIAN

A. Penerapan hasil penelitian


Judul : Efektifitas Penerapan Kompres Untuk
Menurunkan Demam Menggunakan Tekhnik Tepid
Sponge Pada An.W Di Ruang Sanur 12 RS Sumber
Kasih Cirebon
B. Identitas penelitian
1. Judul penelitian : The Different Between The Conventional
Warm Compress And Tepid Sponge Technique
Warm Compress In The Body Temperature
Changes Of Pediatric Patients With Typhoid Fever
2. Nama Peneliti : Aulya Kartini Dg Karra, Muh. Aswar Anas, Muh.
Anwar Hafid, and Rosdiana Rahim
3. Prosedur intervensi
Di dalam penelitian dijelaskan penatalaksanaan demam
nonfarmakologis adalah dengan melakukan kompres hangat, salah
satunya tekhnik kompres hangat menggunakan tepid sponge. Tekhnik
kompres tepid sponge adalah salah satu tekhnik kompres hangat dengan
menyeka bagian tubuh terutama dilipatan-lipatan tubuh. Tindakan ini
dapat dilakukan 15 menit sebanyak 3 kali kompres dalam rentang
waktu 30 menit perhari atau sampai suhu tubuh menurun. Tindakan ini
dilakukan akan menurunkan suhu tubuh karena adanya seka pada tubuh
saat pemberian tekhnik kompres tepid sponge yang mempercepat
pelebaran pembuluh darah perifer di seluruh tubuh sehingga proses
penguapan panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat
dibandingkan dengan kompres hangan biasanya.
4. Hasil intervensi
Pengaruh kompres terhadap perubahan suhu tubuh dianalisis
menggunakan analisis multivariat untuk mengetahui apakah rerata
pengukuran post-test berbeda secara signifikan. Dari semua tes,
disimpulkan bahwa mereka semua menolak Ho karena semua
pengujian menghasilkan nilai p yang sama, yaitu 0,03 < 0,05. Terdapat
perbedaan yang signifikan pada perubahan suhu tubuh dengan kompres
hangat konvensional. Untuk teknik tepid sponge, semua pengujian
menghasilkan nilai p yang sama, yaitu 0,01 < 0,05. Ada perbedaan
yang signifikan dalam perubahan suhu tubuh. Dari kedua jenis kompres
berdasarkan analisis, teknik tepid sponge lebih bermakna secara
statistik karena nilai p lebih rendah dibandingkan dengan kompres
hangat konvensional (0,01 < 0,03). Secara statistik tekhnik kompres
hangat tepid sponge lebih bermakna.
C. Penerapan hasil penelitian dalam kasus kelolaan
1. Prosedur yang diterapkan
Prosedur yang diterapkan yaitu kompres hangat menggunakan
tekhnik tepid sponge. Tekhnik kompres hangat tepid sponge yang
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Melakukan kontrak waktu dan informed concent dengan pasien
dan ibu pasien
b. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan antara lain :
- 5 buah waslap
- 1 handuk
- 1 perlak
- 1 buah baskom isi air hangat
- Thermometer air raksa
c. Prosedur tindakan
- Siapkan baskom berisi air hangat
- Pasang perlak dibawah tubuh pasien
- Rendam waslap pada air hangat, keringkan saat akan
menyeka bagian tubuh
- Pertahankan suhu air tetap hangat
- Setelah dilakukan seka sebanyak 3 kali ke seluruh tubuh,
waslap digulung lalu diletakan pada lipatan pembuluh
darah besar (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) diamkan
kurang lebih 5 menit. Kemudian cek suhu tubuh
menggunakan thermometer air raksa.
- Ulangi tindakan sampai suhu tubuh menurun.

2. Pelaksanaan penerapan

Tanggal Tempat Respon anak Keluarga yang mendampingi


dan dalam prosedur
jam pelaksanaan
14 Januari 2022 Ruang rawat inap Anak tampak nyaman saat Selama pemberian tindakan
jam 11.00 Sanur RS Sumber pemberian tindakan karena anak didampingi oleh ibunya.
Kasih Cirebon mendapat pengalihan
perhatian dengan mainan
yang diberikan saat
pelaksanaan tindakan.

D. Analisa hasil penerapan

Tindakan kompres hangat tepid sponge adalah salah satu tekhnik


kompres hangat dengan menyeka bagian tubuh terutama dilipatan-lipatan
tubuh. Pemberian kompres hangat tepid sponge yang dilakukan pada anak
demam dengan suhu tubuh awal 39,5oC disertai kejang 2x (saat di IGD dan
di ruangan pada jam 09.00) didapatkan hasil setelah di lakukan tindakan
selama 15 menit sebanyak 3 kali kompres, suhu tubuh anak menurun
menjadi 39,0oC. kemudian rentang waktu 30 menit diberikan kembali
tindakan kompres hangat tepid sponge selama 15 menit sebanyak 3 kali
kompres, dan didapatkan hasil suhu tubuh anak kembali menurun menjadi
38,7oC. Hal ini menunjukan bahwa adanya keefektifan dalam pemberian
kompres hangat tepid sponge pada anak demam yang dibuktikan dengan
adanya penuruan suhu tubuh pada anak.

E. Daftar Pustaka
Karra, Aulya Kartini., Muh. Aswar Anas., Muh. Anwar Hafid., & Rosdiana
Rahim. (2019). The Different Between The Conventional Warm
Compress And Tepid Sponge Technique Warm Compress In The
Body Temperature Changes Of Pediatric Patients With Typhoid
Fever. Vol. 14, No. 3, Special Issue 2019.
http://dx.doi.org/10.20473/jn.v14i3(si).17173
Faradilla, Fera., & Rusli Abdullah. (2020). The effectiveness of the water
tepid sponge to decrease the body temperature in children with
febrile seizure. Vol. 3, No. 2, December 2020. plSSN : 2654-5241
elSSN: 2722-7537
Iqomah, M. K. B., Nurhaeni, N., & Wanda, D. (2019). Reduction of Body
Temperature Using Tepid Water Sponging with the Levine
Conservation Approach. 11(Maret), 33–40.
F. Lampiran dokumentasi kegiatan pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai