Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pengampu:

Ns. Anggrayeni Purba., M.Kep

Disusun Oleh:

Kinanti Ratna Dewi 2063030004

PRODI DIII KEPERAWATAN

FALKUTAS VOKASI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


A. Pengertian Kecemasan
Kecemasan yaitu suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan
atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak ketahui
oleh individu). Perasaan yang takut tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan
bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil
tindakan menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup yang menghadapi tuntunan,
persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan
psikologis. Yang berdampak pada psikologis dan menimbulkan kecemasan (Yusuf,
Fitryasari & Nihayanti 2015).

B. Tanda dan Gejala


Menurut Association et al (2017), tanda dan gejala kecemasan yaitu:
 Perasaan akan adanya bahaya yang akan datang, kematian, atau menjadi gila
 Nadi cepat
 Perasaan dada tertekan
 Merasa susah bernapas
 Cegukan, kesulitan menelan
 Berkeringat banyak
 Mulut kering
 Sering berkemih
 Tremor
 Aktivitas berlebihan
 Usaha untuk keluar dari lokasi sesegera mungkin

C. Tingkat Kecemasan
Menurut Mardjan (2016), tingkat kecemasan atau yaitu:
1. Cemas ringan
merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian
khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu menfokuskan perhatian
untuk belajar, menyelesaikan masalah, berfikir, bertindak, merasakan, dan melindungi
dirinya sendiri.
2. Cemas sedang
merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda,
individu menjadi gugup atau agitasi.
3. Cemas berat
dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu berbeda dan ada ancaman.
Memperhatikan respons takut dan distress. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi
ansietas, panic berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respons fight.
4. panik
berhubungan dengan ketakutan terror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang
yang mengalami panic atau tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan, panic melibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panic terjadi
peningkatan aktivitas motoric, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan rasional. Tingkat kecemasan
ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

D. Faktor Predisposisi (pendukung)


Terdapat beberapa teori yang mendukung munculnya kecemasan antara lain :
a) Pandangan psikoanalitis, adalah ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian dengan superego. mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma
budaya. Ego atau Aku, menengahi tuntutan dari kedua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b) Pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap


ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kelemahan/ kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah lebih rentan
mengalami ansietas yang berat.

c) Pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

E. Faktor Presipitasi (Pencetus)


Stresor pencetus kecemasan dapat berasal dari sumber internal dan eksternal yang dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik
Meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b) Ancaman terhadap sistem diri


Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas, harga diri, dan fungsi
sosial yang berintegrasi pada individu.
F. Sumber Koping
Menurut Stuart & Sundeen (1998), sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan
koping dan strategi seseremaja. Macam-macam sumber koping yang dapat digunakan
adalah kemampuan personal, dukungan sosial, asset materi, keyakinan positif.

G. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang digunakan
individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang
mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping dibagi menjadi 2,
yaitu :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi tuntutan secara realistik. Perilaku menyerang digunakan
untuk menghilangkan dan mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

2. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang.


Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan
mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon
maladaptif terhadap stres. Beberapa mekanisme pertahanan atau koping oleh Semium
(2006) digunakan untuk melawan kecemasan antara lain adalah:
a. Represi
Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari
kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak
sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan
b. Reaksi Formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan
tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk
yang lebih dapat diterima
c. Reaksi Proyeksi
Reaksi proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap
suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan
miliknya melainkan milik orang lain
d. Reaksi Regresi
Reaksi regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa
periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi
dan kecemasan yang saat ini dihadapi.
e. Reaksi Rasionalisasi
Reaksi rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan
pemahaman kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan
dapat diterima oleh kita.
f. Pemindahan suatu mekanisme pertahanan
dengan cara memindahkan impuls terhadap objek lain karena objek yang dapat
memuaskan Id tidak tersedia.
g. Sublimasi berbeda
dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan, sublimasi
melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls itu sendiri. Energi instingtual
dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secara sosial bukan hanya diterima namun
dipuji.
h. Isolasi
adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan
cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat,
merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.

H. Mekanisme Pertahanan Ego


Freud berpendapat bahwa rasa gelisah merupakan kondisi keadaan batin yang tidak
menyenangkan membuat banyak orang menghindar. Kegelisahan tersebut bertindak
sebagai sinyal ke ego bahwa sesuatu terjadi dengan janggal. Akibatnya, ego melepas
mekanisme pertahanan untuk membantu mengurangi perasaan gelisah tersebut (Waqas
dkk., 2015)
1. DeniaL
Merupakan mekanisme pertahanan ego yang paling sering kita jumpai. Denial terjadi
ketika kita menolak untuk menerima realita atau fakta yang ada di hadapan kita.
Memblok kejadian trsebut dari pikiran sehingga tidak perlu menghadapi pengaruh
emosional yang terjadi. Secara mudahnya, kita menghindari realita yang sebenarnya
sudah banyak disadari oleh orang lain.
2. Represi
Pikiran, memori, atau kepercayaan yang buruk tentang masa lalu bisa saja
membuatmu terganggu. Daripada harus menghadapi hal yang membuatmu terganggu,
kita bisa saja secara tidak sadar memilih untuk menyembunyikannya dengan harapan
bisa melupakan hal tersebut secara menyeluruh
3. Projection
Contoh dari defense mechanism berbentuk proyeksi adalah kamu tidak menyukai
teman barumu, daripada kamu menerima fakta bahwa kita tidak menyukai orang
tersebut,
4. Displacemen
menyalurkan rasa emosi dan frustasi yang kuat terhadap seseorang atau sesuatu yang
tidak memiliki dampak terhadap dirimu secara negatif. Cara tersebut dapat memenuhi
impuls kita dalam bereaksi tanpa harus menanggung resiko yang berat. Contohnya
adalah ketika kamu memarahi adikmu karena kamu mengalami hari buruk karena
telah dimarahi oleh dosenmu karena tidak dapat menjawab pertanyaan.
5. Regression
Orang yang merasa terancam atau gelisah mungkin secara tidak sadar melakukan
‘pelarian’ dengan cara yang sama dengan perilaku saat masih kecil. Ketika kita
mengalami trauma atau kehilangan, kita mungkin akan bertindak seperti saat kita
masih kecil. Tidak terkecuali dengan orang dewasa, orang dewasa yang kesulitan
untuk menghadapi kejadian atau perilaku dapat memungkinkan untuk makan atau
merokok secara berlebihan atau mungkin menjadi kasar secara verbal.
6. Rationalization
Kita berusaha untuk menjelaskan perilaku yang tidak diinginkan dengan sebuah
gagasan fakta yang kita buat sendiri. Dengan cara tersebut, kita merasa lebih nyaman
dengan pilihan yang telah diperbuat, walaupun secara sadar kita tahu bahwa hal
tersebut tidak benar.
7. Sublimation
Mekanisme pertahanan diri yang dikatakan cukup positif karena orang yang
melakukan mekanisme tersebut memilih untuk menyalurkan emosi atau perasaan
yang kuat terhadap benda atau aktivitas yang aman dan tepat. Contohnya adalah
kamu memilih untuk berolahraga setelah mengalami hari dengan penuh frustasi.
8. Reaction Formation
Mengubah perasaan yang kita ketahui menjadi sebaliknya. Ketika orang tersebut
mengalami rasa frustasi, mereka lebih memilih untuk bereaksi dengan cara yang
terlalu positif
9. Compartmentalization
Memisahkan hidup yang ada dalam berbagai sektor untuk melindungi berbagai sektor
yang lain. Contoh sederhananya adalah ketika kamu mengalami masalah personal
dalam hidup, kamu berusaha untuk menutupi tersebut dari lingkungan kerja sehingga
kamu tidak perlu merasa gelisah atau tertekan ketika berada di lingkungan kerja.
10. Intellectualization
Ketika mengalami masa sulit, orang dengan mekanisme pertahanan Intellectualization
cenderung untuk berpikir tentang kejadian tersebut dengan cara memahami dan
memelajari kejadian tersebut. Cara mekanisme bertahan tersebut memungkinkan
individu untuk terhindar dari pemikiran yang berhubungan dengan situasi stres dari
aspek emosional dan berusaha untuk fokus pada komponen intelektual atau
memberikan ilmu terhadap individu tersebut.

I. Yang Perlu Dikaji Dalam Mekanisme Pertahanan Ego


1. Perilaku
Ditandai dengan dengan Produktivitas menurun, Mengamati dan waspada, Kontak mata
jelek, Gelisah, Melihat sekilas sesuatu, Pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling,
pergerakan lengan/ tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa
dalam hidup, Insomnia, Perasaan gelisah.

2. Afektif
Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita berlebihan, Nyeri dan
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, Gemeretak, Ketidak pastian, Kekhawatiran
meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat, Ketakutan, Distressed,
Khawatir, prihatin dan Mencemaskan

3. Fisiologis
Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang, Respirasi meningkat
(Simpatis), Kesegeraan berkemih (Parasimpatis), Nadi meningkat (Simpatis), Dilasi Pupil
( Simpatis), Refleks-refleks meningkat (Simpatis), Nyeri abdomen (Parasimpatis),
Gangguan tidur (Parasimpatis) Perasaan geli pada ekstremitas (Parasimpatis), Eksitasi
kardiovaskuler (Simpatis), Peluh meningkat, Wajah tegang, Anoreksia (Simpatis),
Jantung berdebar-debar (Simpatis), Diarhea (Parasimpatis), Keragu-raguan berkemih
(Parasimpatis), Kelelahan (Parasimpatis), Mulut Kering (Simpatis), Kelemahan
(Simpatis), Nadi berkurang (Parasimpatis), Wajah bergejolak (Simpatis), Vasokonstriksi
superfisial (Simpatis), Berkedutan (Simpatis), Tekanan Darah Menurun (Parasimpatis),
Mual (Parasimpatis), Keseringan berkemih (Parasimpatis), Pingsan (Parasimpatis), Sukar
bernafas (Simpatis), Tekanan darah meningkat (Parasimpatis)

4. Kognitif Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan, Perhatian lemah,


Lapang persepsi menurun, Takut akibat yang tidak khas, Cenderung menyalahkan orang
lain., Sukar berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap : (Memecahkan masalah dan
belajar), Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis,

J. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan


Berbagai faktor dapat berpengaruh terhadap timbulnya kecemasan antara lain faktor genetik,
demografi, dan faktor psikologis. Selain itu adapula faktor pencetus, perentan, dan faktor
pembentuk gejala (Hawari, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor yang mempengaruhi kecemasan
pasien di bagi atas :

1) Faktor Instrinsik :

a.Usia Pasien
Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih
banyak pada wanita. Sebagian besar terjadi pada umur 21-45 tahun.
b. Pengalaman pasien menjalani pengobatan/ tindakan medis.
Pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat
berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang.
Pengalamaawal ini sebagai bagian dari yang penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi
mental individu di kemudian hari.

c. Konsep diri dan peran.


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
terhadap dirinya dan mempengaruhi individu berhubungan dengan orang lain.

2) Faktor Ekstrinsik :

a. Kondisi medis
Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering ditemukan
walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis, misalnya pada
pasien sesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien.

b. Tingkat pendidikan
Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masingmasing. Pendidikan pada umumnya berguna
dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan.

c. Akses informasi
Akses informasi adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya
berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah segala penjelasan yang didapatkan
pasien sebelum pelaksanaan tindakan, tujuan, proses, resiko, komplikasi, alternatif tindakan yang
tersedia, serta proses administrasi.

d. Proses adaptasi
Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi
individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus.

e. Tingkat sosial ekonomi


Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik, diketahui bahwa
masyarakat kelas sosial ekonomi rendah prevalensi gangguan psikiatriknya lebih banyak.

f. Jenis tindakan
Jenis tindakan, klasifikasi suatu tindakan, therapi medis yang dapat mendatangkan kecemasan
karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang.

g. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.

 Konstuktif : Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan


tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup
 Destruktif : Individu bertingkah laku maladptif dan disfungsional.
NASKAH KECEMASAN

Anda mungkin juga menyukai