Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi
kepribadian. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta
menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan
fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
3. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak
terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan
datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya
reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum
dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di depan
matanya.
a. Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri
dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya.
Diri orang lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu
mencapai tujuan diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh
itu sukses sehingga orang harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifat sebelum
menemukan mana yang ternyata membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru
sesuatu yang positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan, yaitu :
1.Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang telah hilang.
2.Untuk mengatasi rasa takut.
3.Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan
khayalan mental dengan kenyataan.
c. Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan antikateksis untuk menekan segala
sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.
d. Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu
karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan
kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih untuk berhenti (fiksasi) pada tahap
perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan
aman ditahap itu.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap
perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap
perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif.
Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi.
Orang yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres disebut
fiksasi. Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi.
e. Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi
kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang
mengancam dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu
terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.
f. Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat
positif orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya
tingkahlaku bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan
harga diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga
dengan dirinya sendiri.
e. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem
endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda
seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual
primer. Pada fase ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan
hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada
fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan
keluarga.
1. Tension (Tegangan)
Tension adalah segala tindakan yang disadari dan tindakan yang tidak disadari.
Beberapa tension yang tidak disadari seperti bensin, rasa haus, mengantuk, lapar,
refleks menghindari bahaya, dan lain-lain. Setiap saat manusia mengalami tingkat
tension tertentu, dari yang terendah sampai tingkat tension tertinggi (euphoria), dari
tingkat yang sangat kecil sampai tingkat yang berbahaya. Sumber tegangan dapat
berasal dari dua hal:
a. Kebutuhan (Needs)
Kebutuhan yang pertama kali muncul adalah tegangan yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan tersebut berupa ketidakseimbangan biologis
dalam diri suatu individu dan ketidakseimbangan fisiologis antara individu dan
lingkungannya. Biologic need dapat dipuaskan dengan memberikan pasokan untuk
yang dapat menyeimbangkan. Kepuasaan yang didapatkan hanya bersifat sementara,
sehingga dalam jangka waktu tertentu, tegangan tersebut akan muncul dengan skala
yang sama kembali. Kebutuhan yang muncul selanjutnya adalah kebutuhan hubungan
interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah kasih sayang.
b. Kecemasan (Anxiety)
Tak jarang ibu mengartikan kecemasan bayi sebagai bentuk kebutuhannya. Pada
saat bayi menangis, ibu terkadang mengartikan bahwa bayi sedang lapar dan harus
segera disusui. Ketika bayi menolak menyusu, ibu akan semakin cemas, dan tingkat
kecemasan bayi meningkat karena kecemasan yang ditunjukkan ibu. Kecemasan yang
semakin meningkat dari bayi mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bayi akan
mulai menunjukkan reaksi menolak makan, padahal kepuasan kebutuhan harus
dipenuhi dengan makan.
Kecemasan juga dapat berdampak buruk kepada orang dewasa. Tension karena
kecemasan ini unik karena dapat berlangsung bertahap ke kecemasan yang berikutnya.
Kecemasan dapat membuat orang dewasa sulit berpikir, mempersempit persepsi,
merasa takut, bingung, dan lain sebagainya. Jika tension lain menghasilkan tindakan
untuk mengatasinya, maka tension ini membuat individu menghasilkan tingkah laku
yang menghambat agar individu tidak belajar dari kesalahannya, kesulitan menjalani
pekerjaannya,terus-menerus menginginkan rasa aman yang kekanak-kanakan.
2. Energy Transformation (Transformasi Energi)
Tingkah laku hasil transformasi tersebut berupa gerakan yang kasat mata, dan juga
kegiatan mental seperti perasaan, persepsi, ingatan. Menurut Sullivan,
kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi tegangan dapat dipelajari dan ditentukan di
lingkungan dimana individu tersebut dibesarkan. Tegangan-tegangan masa lalu dapat
menciptakan transformasi energi yang dapat mengurangi tegangan di lingkungannya,
sehingga dapat menjadi sarana pendidikan bagi setiap masyarakatnya untuk masa
yang akan datang.