Di Susun Oleh :
Imas Sapitri 21317056
1. Definisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), ansietas merupakan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman. (Herdman & Kamitsuru, 2018).
2. Proses terjadi masalah
D. Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala.
3. Faktor predisposisi
Beck, Amey & Greenberg (Freeman & Di Tomasso dalam Wolman &
Stricker, 1994) dalam (Canisti, 2013) mengemukakan bahwa dari sudut
pandang kognitif (cognitive model), terdapat lima kemungkinan faktor
predisposisi atau faktor yang secara potensial dapat menyebabkan individu
mengalami kecemasan, diantaranya :
A. Generative inheritability (pewarisan genetik)
B. Physical disease states (penyakit fisik)
C. Phychological trauma/mental trauma (trauma mental)
D. Absence of coping mechanisms (tidak adanya mekanisme penyesuaian
diri)
E. Irrational thoughts, assumptions and cognitive processing errors.
(pikiran-pikiran irasional, asumsi dan kesalahan proses kognisi)
4. Faktor presifitasi
5. Mekanisme koping
Rentang respon tingkat kecemasan menurut Yusuf, PK, & Nihayati (2015)
yaitu :
A. Ansietas ringan
Berhubungan dengan adanya ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada serta
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas akan menumbuhkan
motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
B. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang
penting dan mengesampingkan hal lain, sehingga seseorang akan
mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
C. Ansietas berat
D. Mengurangi lahan persepsi seseorang. Ada kecenderungan untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku yang dilakukan ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut akan memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
E. Tingkat panik
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta
tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik
dapat meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, dan kehilangan
pemikiran rasional.
8. Pohon masalah
Laporan Pendahuluan Keputusasaan
1. Definisi Keputusasaan
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus
dimana seorang individu tidak melihat ada alternative atau tersedia pilihan
untuk memecahkan masalah-masalah atau untuk mencapai apa yang
diinginkan dan tidak dapat menggerakkan energinya sendiri untuk
menetapkan tujuan. (Lynda Juall Carpenito – Moyet, hal 219) Keputusasaan
adalah Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya
ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau bahkan tidak ada alternatif
atau pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan
sendiri ( NANDA 2009, hal 216 )
2. Proses Terjadi Masalah
A. Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon
keputusasaan adalah :
a. Faktor Genetik : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di
dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan.
b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat,
pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan
fisik.
c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan
jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu
dibayangi oleh masa depan, yang suram, biasanya sangat
peka dalam menghadapi situasi masalah dan mengalami
keputusasaan.
d. Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang
negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa
percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stres
yang dihadapi.
1. Definisi
NANDA Internasional (2012) mendefinisikan ketidakberdayaan sebagai
persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi
hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi
yang akan segera terjadi. Ketidakberdayaan juga didefinisikan sebagai
kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya control
personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu akan
mempengaruhi tujuan dan gaya hidupnya (Carpenito, 2019).
2. Proses Terjadi Masalah
Menurut Stuart & Laraia (2005) patofisiologi masalah psikososial pada
individu yang mengalami ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara
pasti, namun jika dianalisa dan proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan
individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stress yang diawali
dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk
melakukan perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh
sistem limbic dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan
bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari
pengaktifan system hipotalamus pituitary adrenal (HTA) dan menyebabkan
kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan
motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan
emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih
atau murung sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus.
A. Faktor presisposisi
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial budaya
B. Faktor presipitasi
Faktor presifitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal.
Kondisi internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga
dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya
yang sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya.
Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan
waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir
bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai
kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan
bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh
klien. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi
timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut:
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial budaya
C. Mekanisme koping
A. Konstruktif
a. Menilai pencapaian hidup yang realistis
b. Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan
perubahan fisik dan peran yang dialami akibat
penyakitnya
c. Dapat menjalankan tugas perkembangannya
sesuai dengan keterbatasan yang terjadi akibat
perubahan status kesehatannya
d. Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi
terkait perubahan status kesehatannya sehingga
dapat beradaptasi secara normal
e. Di tengah keterbatasan akibat perubahan status
kesehatan dan peran dalam kehidupan sehari-hari,
pasien amsih tetap produktif menghasilkan
sesuatu
f. Mampu mengembangkan minat dan hobi baru
sesuai dengan perubahan status kesehatan dan
peran yang telah dialami
g. Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun
mengalami perubahan kondisi kesehatan
B. Destruktif
a. Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan
minat melakukan aktivitas harian (pasif)
b. Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan
status kesehatan yang dialami dan marah-marah
dengan situasi tersebut
c. Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait
dengan perubahan kondisi kesehatannya dan
menjadi merasa tertekan atau depresi
d. Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab
dengan orang lain, kurang minat dalam interaksi
sosial sehingga mengalami menarik diri dan
isolasi sosial
e. Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan
kurang mampu berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang dapat berakhir pada penyerangan
terhadap orang lain
f. Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
g. Enggan mengungkapkan perasaan yang
sebenarnya (represi/supresi).
D. Rentang respons
a. Harapan
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit
fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir
dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada
beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan
masalah kesehatan jiwa.
b. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu
memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi
kemmapuan individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya
yang akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai
rasa pesimis dan putus asa.
c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan
hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.
E. Klasifikasi jenis dan sifat maslah
Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan
yang dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi
tingkat energi dan bersikap pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa
bersalah. Klien tidak melakukan praktik perawatan diri ketika
ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan pengobatan.
Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya.
Klien menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan
fisik yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien
terhadap program pengobatan dan menyatakan tidak memiliki
kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil). Pada klien
NAPZA biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi
ketidakberdayaan berat karena tidak memiliki kendali atas
situasi yang memepngaruhinya untuk menggunakan NAPZA
atau ketidakmampuan mempertahankan situasi bebas NAPZA.
C. Pohon masalah
Harga diri rendah
Ketidak berdayaan
Distres Spiritual
Laporan pendahuluan kehilangan
A. Definisi
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama rentang kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda. Setiap individu akan berekasi terhadap kehilangan. Respons terakhir
terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons individu terhadap
kehilangan sebelumnya (Hidayat, 2009 : 243).
B. Proses maslah terjadi
1. Faktor predisposisi
a. Genetic
b. Kesehatan jasmani Individu dengan keadaan fisik sehat, pola
hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi
stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan fisik (Prabowo, 2014 : 116).
c. Kesehatan mental Individu yang mengalami gangguan jiwa
terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan
yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi
kehilangan (Hidayat, 2009 : 246).
d. Pengalaman kehilangan dimasa lalu Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kanak – kanak akan
mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan
pada masa dewasa (Hidayat, 2009 : 246). 5) Struktur kepribadian
Individu dengan konsep yang negative, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif
terhadap stress yang dihadapi (Prabowo, 2014 : 116).
2. Faktor presifitasi
Faktor presipitasi Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan
perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun
imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain
meliputi :
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi dimasyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai 6) Kehilangan
kewarganegaraan (Prabowo, 2014 : 117).
3. Rentang respons