Anda di halaman 1dari 5

PELAKSANAAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN DI RUANG ICU

Ghea Karina Alemina Ginting / 181101083

Email : gintingghea67@gmail.com

ABSTRAK
Ruangan ICU (Intensive Care Unit) biasanya adalah ruangan yang mana tingkat kesadaran
pasiennya menurun. Ada beberapa cara untuk mengkaji pasien yang di Ruang ICU. Salah
satunya adalah dengan metode four coma scale. Metode ini membantu perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan. Dengan ini dapat dikatakan bahwa perawat melaksanakan
tugas nya secara holistik. Pasien di ruang ICU memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi
terhadap perawat. Sehingga perkembangan kesehatannya harus selalu dipantau oleh perawat.
Maka dilakukan observasi berdasarkan jurnal yang mengenai four coma scale. Yang dibahas
secara deskriptif.

Kata kunci : asuhan keperawatan, ICU, pengkajian keperawatan

ABSTRACT
The ICU (Intensive Care Unit) is usually a room where the patient's level of consciousness
decreases. There are several ways to study patients in the ICU. One of them is the four coma
scale method. This method helps nurses in nursing care. With this it can be said that nurses
carry out their duties holistically. Patients in the ICU room have a high level of dependence on
nurses. So that the development of his health must always be monitored by nurses. So
observations were made based on journals regarding the four coma scale. Which is discussed
descriptively.

Word Key : nursing care, ICU, nursing assesment


LATAR BELAKANG dengan pasien yang berada di ruang
ICU.
Ruangan ICU (Intensive Care
diICU, pengkajian dilakukan
Unit) biasanya adalah ruangan yang
dengan bertanya kepada keluarga
mana tingkat kesadaran pasiennya
pasien, selain itu perawat hanya dapat
menurun. Penurunan kesadaran yaitu
mengkaji berdasarkan alat yang
ketidaksiagaan seseorang terhadap diri
dipasang pada pasien tersebut. Dan
dan sekitarnya (Ginberg, 2007).
dalam melakukan evaluasi, perawat
Kesadaran pasien yang dapat
tidak dapat melakukan evaluasi secara
diakibatkan karena berbagai masalah
subyektif tapi dapat melakukan evaluasi
penyakit seperti jantung atau pun
berdasarkan obyektif. Selain itu juga,
gangguan pada otak. Menurut
pada pelaksanaan intervensi perawat
keputusan menteri kesehatan RI,
lebih detail dan lebih banyak yang harus
Intensive Care Unit (ICU) yaitu suatu
dilakukan karena keterbatasan pasien.
bagian mandiri dari rumah sakit, yang
Pasien yang berada diICU banyak
dilengkapi dengan tenaga medis dan
menggunakan alat. Seperti alat
teknologi khusus serta canggih dalam
pengkajian skala nyeri untuk pasien
pemberian terapi serta menunjang
kritis di ruang ICU salah satunya
fungsi-fungsi vital tubuh pasien dalam
Critical Pain Observation Tool (CPOT)
kondisi kritis yang mengancam nyawa.
dan Wong Bekker. Wong Bekker
Masalah keperawatan pada pasien
merupakan alat ukur nyeri alternatif
penurunan kesadaran yaitu gangguan
yang masih sering digunakan di
perubahan perfusi jaringan, gangguan
beberapa unit perawatan ICU karena
pernafasan, hambatan mobilitas fisik,
cepat dalam memprediksi nyeri.
gangguan aktivitas menelan, hambatan
(CPOT)adalah instrumen pengkajian
komunikasi dan nyeri akut.
nyeri yang dikembangkan
Baik itu pasien yang dirawat
menggunakan unsur-unsur perilaku
inap ataupun pasien yang diICU
pada pasien yang tidak dapat
diberikan asuhan keperawatan juga oleh
berkomunikasi secara verbal, tetapi
perawat. Karena dalam memberikan
tidak semua ICU menggunakan
asuhan keperawatan adalah tugas utama
instrumen tersebut. (Asyawina, 2014).
dari seorang perawat. Hanya saja cara
Penggunaan alat supportif yang
pemberian asuhan nya yang berbeda.
banyak terlihat diICU seperti ventilator
Saat perawat memberikan asuhan
membuat pasien dikondisikan dalam
keperawatan kepada pasien yang
keadaan tidak sadar dibawah pengaruh
diruang rawat inap. Tentu pengkajian
obat –obatan sedatif dan analgesik yang
dapat dilakukan berdasarkan subyektif,
berfungsi selain sebagai
yaitu berdasarkan pendapat pasien
manajemen ventilasi mekanik juga
sendiri tentang apa yang dia rasakan.
sebagai
Dan saat setelah dilakakukan intervensi,
pengurang nyeri dan kecemasan
perawat dapat bertanya mengenai
(Traver, 2010).
respon pasien terhadap tindakan yang
Berdasarkan tingkat
telah dilakukan. Sehingga perawat dapat
ketergantungan pasien terhadap
mengetahui ada atau tidak
perawat, maka peran perawat dapat
perkembangan kesehatan pasien setelah
diklasifikasikan dalam empat kelompok
dilakukan intervensi. Selain itu juga,
yaitu : selfcare, partial care,total care
cara perawat dalam memberi intervensi
dan intensive care. (Kartika dkk,2013).
kepada pasien diruang inap berbeda
Dan pada jurnal ini, perawat
digambarkan berperan dalam intensuve adalah 0,99. Sejumlah 2 orang pasien
care. Yang mana pasien memiliki dengan status epilepticus myoklonik
tingkat ketergantungan yang tinggi mendapatkan skor 0 pada komponen
terhadap perawat. Hal ini terjadi karena motoric dari FOUR score. Pada pasien
keterbatasan atau penurunan kesadaran lain
yang dialami pasien. sejumlah 46 memiliki skor maksimal
Tujuan dilakukan observasi ini pada
adalah agar dapat mengetahui bahwa penilaian batang otak. Berdasarkan hasil
pasien yang mengalami gangguan penelitian sebelumnya, menjelaskan
kesadaran dapat kita kaji perkembangan bahwa
kesehatannya berdasarkan metode distribusi hasil penilaian untuk
metode dari jurnal yang baru saja komponen
dikeluarkan. mata dan motorik sebanding dengan
distribusi yang pada pada GCS.
METODE Hasil pemeriksaan neurologis dari 66
pasien didapatkan nilai dengan rentang
Melakukan observasi yang
3–
didasarkan atas literatur penelitian.
6. Total secara keseluruhan 31 pasien
Dijelaskan secara deskriptif.
meninggal, termasuk 7 orang yang
Berdasarkan literatur tersebut akan
dinyatakan mati batang otak. Hasil ini
disesuaikan dengan judul jurnal ini
bisa
yaitu pelaksanaan pengkajian
digunakan untuk memprediksi
keperawatan di ICU. Sehingga dipilih
kemungkinan yang ada pada pasien
jurnal dengan judul Pengkajuan Pasien
yang
Menggunakan Four Coma Scale di
dirawat di Rumah Sakit dengan
Ruang Intensive Care Unit (ICU). Ini
perkiraan
merupakan jurnal yang mana
15% (odd rasio = 0,75; confidence
menggunakan teknik four coma scael
interval
untuk mengkaji tingkat kesadaran
95% = 0,68-0,84). Demikian pula,
pasien. apakah semakin berkembang
setiap
atau semakin menurun. setelah
peningkatan 1 poin dalam penilaian
diobservasi, maka jurnal yang dipilih ini
FOUR
akan dibahas sesuai dengan teori yang
score dikaitkan dengan penurunan 18%
ada.
kemungkinan terjadi perburukan
kondisi
HASIL status neurologis. Hasil ini signifikan
Berdasarkan jurnal berjudul setelah dilakukan analisis berdasarkan
“Pengkajuan Pasien Menggunakan Four usia, jenis kelamin dan kewaspadaan.
Coma Scale di Ruang Intensive Care
Unit (ICU)” oleh Barkah dan Ning. PEMBAHASAN
Didapatkan hasil penelitian sebagai
berikut : Pada saat evaluasi, 41 pasien Hasil penelitian yang dilakukan oleh
koma, 7 stupor, 12 mengantuk dan 35 Iyer et al (2009), membandingkan
waspada. Distribusi frekuensi dari hasil penggunaan FOUR scale dan GCS
observasi menggunakan FOUR score dalam
menunjukkan melakukan pengkajian kepada pasien
konsistensi yang tinggi (α Cronbach = dengan penurunan kesadaran dan
0,87). Nilai korelasi secara keseluruhan terpasang ventilasi mekanik, didapatkan
hasil bahwa hasil penilaian GCS scale ini memiliki hasil yang cukup
mampu memprediksi sebesar 17% berpengaruh dalam pengkajian.
pengurangan resiko mortalitas.
Sedangkan hasil penilaian FOUR score PENUTUP
mampu memprediksi sebesar 21%
pengurangan resiko mortalitas. Hal ini - Simpulan
sudah diasosiasikan dengan hasil Dalam melakukan pengkajian di
analisis ruang ICU ternyata memiliki
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
banyak cara salah satunya
kewaspadaan. Jika melihat kurva
karakteristik prediksi pasien dari 2 skala dengan metode four coma scale.
tersebut di Rumah Sakit, area kurva Selain itu juga dengan
FOUR score didapatkan nilai 0,86 dan ventilator, dan bisa juga dengan
GCS CGS serta CPOT dan wong
didapatkan nilai 0,82. Demikian pula bekker.
untuk perhitungan kekuatan prediktif - Saran
penurunan hasil pemeriksaan
neurologis, FOUR score mendapatkan Bagi para tenaga kesehatan
nilai 0,75 dan GCS mendapatkan nilai diharapkan kedepannya dapat
0,71. menciptakan hal baru juga atau
Hubungan antara hasil dan total skor inovasi mengenai cara mengkaji
dapat menilai tingkat probabilitas pasien di Ruang ICU. Tentu
kematian walaupun kesadarannya
pasien di Rumah Sakit, dimana FOUR
menurun, namun pasien
score memiliki tingkat probabilitas yang
lebih tinggi daripada GCS. Hal ini tersebutt mempunyai hak untuk
dibuktikan dengan pasien yang mendapatkan asuhan
memiliki keperawatan juga.
nilai GCS 3 pada 21 pasien hanya 15
yang DAFTAR PUSTAKA
kemudian dinyatakan meninggal (71%).
Sedangkan nilai FOUR score (0-8) dari Apriani, dkk. (2018). Pengkajian Nyeri
9 CPOT dan Wongbekker Pasien
pasien, sebanyak 8 pasien dinyatakan Penurunan Kesadaran. Dunia
meninggal (89%). Keperawatan Vol. 6, No.1.
Komponen penilaian FOUR Barkah dan Ning. (2018). Pengkajian
score
Pasien Menggunakan Four Coma Scale
terdiri dari respon mata, respon motoric,
refleks batang otak dan pola respirasi Di Ruang ICU . Jurnal Ilmiah
atau Kesehatan Vol. 14, No.1.
pernapasan. Setiap komponen memiliki
nilai maksimal empat. Penilaian ini Arsyawina, dkk. (2014). Skala critical-
memerlukan waktu beberapa menit care pain observational tool dan wong
(Dewi, bekker faces pain rating scale dalam
Mangunatmadja & Yuniar, 2011). menilai derajat nyeri pada pasien
dengan ventilasi mekanik. Jurnal
Dapat dikatakan bahwa metode four
Keperawatan Kalimantan Timur.
Debora, Oda. (2013). Proses Wantiyah, dkk. (2018). Validity and
Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Realibility Of Critical Care Family
Jakarta : Salemba Medika. Needs Inventory (CCFNI) In Indonesia
Version. Nurseline journal Vol.3, No.2.
Depkes. (2010). Standar Tenaga
Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta. Wardah. (2017). Pengaruh
Pengetahuan Perawat Terhadap
Fatmawati, dkk. (2017). Pengaruh Pemenuhan Perawatan Spiritual Pasien
Pelayanan Asuhan Keperawatan Di Ruang Intensif. Jurnal Endurance 2.
Terhadap Kepuasan Pasien di
Puskesmas Takalala Kabupaten
Soppeng. Journal of Management Vol. 1
No. 2.

Hamzah & Thomas. (2016). Rancangan


Bangun Sistem Dokumentasi Asuhan
Keperawatan Bagi Tenaga Perawat
Dalam Mendiagnosis Pasien. Vol. 2.
Nomor. 3

Kartika, dkk. (2013). Analisa Jam


Perawatan Langsung Pada Pasien
Bedah Di Ruang Cendrawasih. Jurnal
Keperawatan.

Traver, A. M. (2010). Sedation in the


ICU.
16(1), 96–100.

Simamora, R. H. (2008). Peran


Manajer Perawat Dalam Pembinaan
Etika Perawat Pelaksana Dalam
Peningkatan Kualitas Asuhan
Keperawatan. IKESMA

Simamora, R. H. (2009). Dokumentasi


Proses Keperawatan. Jember.
University Press.

Simamora, R. H. (2010). Komunikasi


Dalam Keperawatan. Jember:
University Press.

Sumijatun. (2010). Konsep Dasar


Menuju Keperawatan Professional.
Jakarta:Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai