Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun
kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehata ibu dan janin terutama pada
kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya
mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang, dan keebihan. Menurunya
kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan
penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia, ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang menggunakan sel tubuhnya sendiri
untuk memperoduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan
kasus awal dari sampel darah. HIV (Human Imunodefiency Virus) adalah
sistem kekebalan manusia yang menyerang sistem kekebalan tubuh dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS (Aquerid
Imuno Deviciency Syndrome) adalah suatu sindrome penyakit yang muncul
secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah. Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita
HIV/AIDSsebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat
risikopenularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan
laporanCDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01%
sampai0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika
sudah ada gejala pada ibukemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi
selama proses persalinanmelalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit
atau membran mucosabayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan
. semakin lama proses kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga
lama persalinan bisa dicegah dengan operasi sectio caecaria. Transmisi lain juga

1
terjadi selama periode postpartum melalui ASI, risiko bayi tertular melaui ASI
dari ibu yang positif sekitar 10% . (Novianto, 2017).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Konsep Medis dari HIV-AIDS pada Ibu Hamil?


2. Bagaimana Konsep Keperawatan dari HIV-AIDS pada Ibu Hamil ?

2.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Konsep Medis dari HIV-AIDS pada Ibu Hamil


2. Untuk mengetahui Konsep Keperawatan dari HIV-AIDS pada Ibu Hamil

2
BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI HIV/AIDS
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan retrovirus yang
menjangkiti sel-sel Sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive
T-sel dan magrofag komponen-komponen utama sistem kekebalan sel) dan
menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini menyebabkan
terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus menerus yang akan
mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sedangkan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) menggambarkan berbagai gejala dan
infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. (Hoyle, 2016
; 12.
Masa kehamilan adalah salah satu fase penting untuk perkembangan anak
dimana janin dan calon ibu akan membutuhkan asupuan gizi optimal serta
kondisi tubuh yang fit selama masa kehamilan. Pada masa kehamilan sering
didapatkan kondisi patologis yang dapat berimplikasi buruk terhadap
perkembangan optimal dari janin dan juga mengancam kesehatan ibu. Dari
sekian banyak kondisi patologis pada ibu hamil, yang sekarang semakin
banyak ditemukan pada masyarakat adalah kasus HIV pada ibu hamil.

Bayi tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama
periode neonatal. Penyakit penan da AIDS tersering yang ditemukan pada anak
adalah pneumonia yang disebabkan pneumocystis cranii, gejala umum yang
ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan tumbuh
kembang,kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali (pembesaran
pada hepar dan lien).

B. ETIOLOGI
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983

3
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
a) Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
1. Periode jendela : Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut : Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik : Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS : Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
b) Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV
dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah
dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum
suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
c) Penularan secara perinatal:
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.

4
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena
pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan
bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam
kandungan atau juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
d) Kelompok resiko tinggi:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi). 5. Bayi dari ibu/bapak
terinfeksi.

C. MANIFESTASI KLINIS
D. PATOFISIOLOGI
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan
CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mnecakup
limfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas
imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan
perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan
penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan
CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup
limfosit penolong penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan
responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan
dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan
penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi
litik sel CD4 itu sendiri, induksi apoptis melalui antigen viral, yang dapat
bekerja sebagai superantigen, pengahancuran sel yang terinfeksi melalui
mekanisme mekanisme imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi

5
precursor limfosit atau sel asesoris pada timus dan kelenjar getah bening. HIV
dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak
seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel. Monosit
yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat
diinduksi dan dapat membawa virus ke organ terutama otak.
Percobaan hibridasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-sel
kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astrogia. Pada
jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati,
dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit
untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus
local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir,
meskipun “periode inkubasi” atau interval sebelum muncul gejala infeksi
HIV, secara umum lebih singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada
infeksi HIV dewasa.

Cara penularan:

Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:

a) Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)


Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi
yang dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara
vertical.transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum,
yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
b) Selama persalinan (intrapartum)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal
yang mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada
jalan lahir.
c) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukn virus pada cairan vagina 21%.
Cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan
pada jalan lahir sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan

6
vagoina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding
vagina, infeksi cairan ketuban, KPD, persalinan premature, penggunaan
electrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomy
dan rendahnya kadar CD4 pada ibu. Ketuban pecah dini lebih dari 4 jam
sebelum persalinan akan meningkatkan resiko transmisi antepartum
sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam
sebelum persalinan.
d) Bayi tertular melalui pemberian ASI
Transmisi pascapersalinan sering terjadi melalui pemberian ASI. ASI
diketahui banyak mengandung HIV daam jumlah cukup banyak.
Konsentrasi median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV
adalah 1/104 sel, partikel virus ini dapat ditemukan pada komponen sel
dan non sel ASI.berbagai factor yang dapat mempengaruhi risiko
transmisi HIV melalui ASI antara lain mastitis atau luka di putting, lesi di
mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon imun bayi. Penularan HIV
melalui ASI diketahui merupakan factor penting penularan pasca
persalinan dan meningkatkan risiko transmisi dua kali lipat.
E. KOMPLIKASI
F. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan Hiv
Terapi Antiretroviral, Berikan ARV segera kepada semua ibu hamil dengan
HIV, tanpa harus mengetahui nilai CD4 dan stadium klinisnya terlebih
dahulu, dan lanjutkan seumur hidup. (Dwi Elisanti, 2018)
Perkembangan dan percobaan klinis terhadap kemampuan obat
antiretrovirus yang sering dikenal dengan highly active antiretroviral
therapy (HAART) untuk menghambat HIV terus dilakukan selama 15 tahun
terakhir ini. Pengobatan diharapkan mampu menghambat progresivitas
infeksi HIV untuk menjadi AIDS dan penularannya terhadap orang lain
serta janin pada wanita hamil. HAART menunjukkan adanya penurunan
jumlah penderita HIV yang dirawat, penurunan angka kematian, penurunan

7
infeksi oportunistik, dan meningkatkan kualitas hidup penderita. HAART
bisa memperbaiki fungsi imunitas tetapi tidak dapat kembali normal.
Pengobatan dengan menggunakan HAART yang aman saat ini pada
wanita hamil adalah dengan menggunakan AZT(azidotimidin) atau ZDV
(zidovudin). Pengobatan wanita hamil dengan menggunakan regimen AZT
ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: wanita hamil dengan HIV positif,
pengobatan dengan menggunakan AZT harus dimulai pada usia kehamilan
14-34 minggu dengan dosis 100 mg, 5 kali sehari, atau 200 mg 3 kali sehari,
atau 300 mg 2 kali sehari, pada saat persalinan; AZT diberikan secara
intravena, dosis inisial 2 mg/kgBB dalam 1 jam dan dilanjutkan 1
mg/kgBB/jam sampai partus, terhadap bayi diberikan AZT dengan dosis 2
mg/kgBB secara oral atau 1,5 mg/kgBB secara intravena tiap 6 jam sampai
usianya 4 minggu.
b. Penatalaksanaan Saat Persalinan
1. Persalinan pervaginam
Wanita hamil yang direncanakan persalinan pervaginam,
diusahakan selaput amnionnya utuh selama mungkin. Pemakaian
eleklroda fetal scalp dan pengambilan sampel darah janin harus
dihindari. Jika sebelumnya telah diberikan obat HAART, maka obat ini
harus dilanjutkan sampai partus. Jika direncanakan pemberian infus
zidovudin, harus diberikan pada saat persalinan dan dilanjutkan sampai
tali pusat diklem. Dosis zidovudin adalah: dosis inisial 2 mg/kgBB
dalam 1 jam dan dilanjutkan 1 mg/kgBB/jam sampai partus. Tablet
nevirapin dosis tunggal 200 mg harus diberikan di awal persalinan. Tali
pusat harus diklem secepat mungkin dan bayi harus dimandikan segera.
Seksio sesaria emergensi biasanya dilakukan karena alasan obstetrik,
menghindari partus lama, dan ketuban pecah lama.
2. Seksio sesaria
Pada saat direncanakan seksio sesaria secara efektif, harus diberikan
antibiotik profilaksis. Infus zidovudin harus dimulai 4 jam sebelum
seksio sesaria dan dilanjutkan sampai tali pusat diklem. Sampel darah

8
ibu diambil saat itu dan diperiksa viral load-nya. Tali pusat harus diklem
secepat mungkin pada saat seksio sesaria dan bayi harus dimandikan
segera.
3. Pemberian makanan bayi
Apabila ibu memilih memberikan ASI, maka dianjurkan
memberikan ASI secara eksklusif 14 selama 6 bulan. Apabila tidak
dapat memberikan ASI eksklusif, maka dianjurkan untuk segera beralih
14 ke pemberian susu formula. Apabila syarat AFASS (acceptable,
feasible, affordable, sustainable, safe) tercapai sebelum usia 6 bulan,
maka ibu boleh beralih ke pemberian susu formula dan pemberian ASI
dihentikan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium
a) Glukosa dalam urine: untuk memastikan adanya DM, kemungkinan
glukosaria yang terjadi segera setelah makan, di sebabkan oleh intoleransi
insulin, tetapi keadaan ini cepat menjadi normal. Jika pada akhir
kehamilan mungkin terdapat laktosa sehingga tes reduksi mungkin positif
sebagai bentuk persiapan untk gula ASI ( Manuaba,2012)
b) Protein urine: normal tetap ada protein tetapi jumlahnya kecil. Jumlah
yang makin meningkat terdapat pada preeclampsia, penyakit jantung,
nefritis(Muaba,2012)
c) Kadar HB: Ibu hamil normal 10,5-15 gr/DL
d) HBSAg: merupakan antigen hepatitis B untuk mendeteksi adanya virus
hepatitis B.virus hepatits B sangat potensial untuk di tularkan kepada janin
di dalam kandungan, maka pemeriksaan laboratorium penting di lakukan
selama kehamilan.
e) Anti HIV: Anti HIV bertujuan mendeteksi adanya infeksi virus HIV yang
berpotensi menular pada janin. Jika ibu hamil terinfeksi HIV harus segera
di terapi dengan anti virus dan persalinannya dilakukan secara sesar agar
bayi tidak tertular virus HIV.

9
H. PROGNOSIS
Walaupun pada kehamilan yang lanjut, masih ada manfaat memakai ARV.
Bahkan sudah lewat 26 minggu, viral load masih dapat dikurangi menjadi
tingkat yang cukup rendah., kehamilan dan kesehatan perempuan Pengobatan
dengan ART selama satu minggu dapat segera mengurangi viral load secara
bermakna. Perempuan yang sudah memakai ART saat menjadi hamil semakin
sering meneruskannya selama kehamilan. Penelitian menunjukkan tidak ada
risiko pada perempuan atau bayinya bila terapi dilanjutkan selama kehamilan,
asal tidak memakai efavirenz

10
11
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Biodata klien
a. Nama : tidak terkaji
b. Umur : tidak terkaji
c. Jenis kelamin : tidak terkaji
d. Agama : tidak terkaji
e. Suku dan kebangsaan : tidak terkaji
f. Pendidikan : tidak terkaji
g. Pekerjaan : tidak terkaji
h. Alamat : tidak terkaji
i. Nomor register : tidak terkaji
j. Tanggal masuk rumah sakit : tidak terkaji
k. Diagnose medis : tidak terkaji
b. Riwayat penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan
imun. Umur kronologi pasien juga mempengaruhi imunokompetens.
Respon imun sngat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum
berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Keberadaan penyakit
anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus di anggap sebagai factor penunjang saat mengkaji
status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan
penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes:
- Kerusakan respon imun sekuker (limfosit T)
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma,
kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.

12
- Kerusakan imunitas humoral (antibody)
Limfositik leukemia kronis, myeloma, hipogamaglobulemia congenital,
protein liosing enteropati (peradangan usus).
c. Pemeriksaan fisik (objektif) dan keluhan (subjektif)
a. Aktivitas/ istirahat
- Gejala: mudah lelah, intoleran activity, progresi malaise, perubahan
pola tidur.
- Tanda: kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
aktivitas (perubahan TD, frekuensi jantung dan pernapasan).
b. Sirkulasi
- Gejala: penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada
cedera.
- Tanda: perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat/ sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas ego
- Gejala: stress berhubungan kehilangan, menguatirkan penampilan,
mengingkari diagnose, putus asa dan sebagainya.
- Tanda: mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
- Gejala: diare intermiten, terus menerus, sering dengan atau tanpa
kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
- Tanda: faces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekt
dan sering, nyeri tekan adominal, lesi atau abses rectal, perianal,
perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine.
e. Makanan dan cairan
- Gejala: anoreksia, mual muantah,disfagia.
- Tanda: turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi
yang buruk, edema.
f. Hygiene
- Gejala: tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda: peampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

13
g. Neurosensori
- Gejala: pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan
status indera, kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
- Tanda: perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, reflex tdak
normal, tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
h. Nyeri dan kenyamanan
- Gejala: nyeri umum/ local, rasa terbakar, sakit kepala, nyeri dada
pleuritis.
- Tanda: bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentan
gerak, pincang.
i. Pernafasan
- Gejala: ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk
sesak, pada dada.
- Tanda: takipnea distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya
sputum.
j. Keamanan
Gejala: riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfuse darah,
penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda: perubahan integritas kulit, luka perineal/ abses, timbulnya
nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunnya kekuatan umum
tekanan umum.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi
2. Nyeri akut
3. Kerusakan integritas kulit
4. Intoleran aktifitas
5. Defisiensi pengetahuan

14
15
C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1. Defisiensi pengetahuan NOC NIC
(00126) 1. Pengetahuan: proses 1. Pengajaran proses 1. Pengajaran proses
Domain 5 : presepsi/kognisi penyakit penyakit penyakit
Kelas 4 : kognisi 2. Pengetahuan: manajemen Observasi Observasi
Definisi : infeksi – –
Ketiadaan atau defisiensi Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
informasi kognitif yang keperawatan selama 3x24 jam 1) Kaji tingkat pengetahuan 1) Untuk mengetahui
berkaitan dengan topic masalah pengetahuan: proses pasien terkait dengan tingkat pengetahuan
tertentu. penyakit teratasi dengan proses penyakit yang pasien terkait dengan
Batasan karakteristik : indikator yang dipertahankan spesifik proses penyakit yang
1. Ketidakakuratan pada skala 3 ditingkatkan ke 2) Kenali pengetahuan di derita pasien
melakukan tes skala 4: pasien mengenai 2) Untuk mengetahui
2. Ketidakakuratan 1. Karakter spesifik penyakit kondisinya apakah pasien dapat
mengikuti perintah 2. Tanda dan gejala penyakit mengenali kondisinya
3. Kurang pengetahuan 3. Potensial komplikasi Kolaborasi
penyakit

16
4. Perilaku tidak tepat Keterangan 3) Agar terapi atau
(mis., hysteria, 1. Tidak ada pengetahuan Kolaborasi penanganan yang
bermusuhan, agitasi, 2. Pengetahuan terbatas 3) Diskusikan pilihan diberikan tepat
apatis 3. Pengetahuan sedang terapi/penanganan Health education
Faktor yang 4. Pengetahuan banyak 4) Agar pasien dapat
berhubungan: 5. Pengetahuan sangat Health education mengetahui tindakan
1. Gangguan fungsi banyak 4) Edukasi pasien mengenai yang dapat
kognitif Setelah dilakukan tindakan tindakan untuk mengkontrol gejala
2. Gangguan memori keperawatan selama 3x24 jam mengkontrol/meminimalk 2. Kontorl infeksi
3. Kurang informasi masalah pengetahuan: an gejala, sesuai Observasi
4. Kurang minat untuk manajemen infeksi teratasi kebutuhan

belajar dengan indikator yang 2. Kontorl infeksi
Mandiri
5. Kurang sumber dipertahankan pada skala 3 Observasi
1) Untuk menghindari
pengetahuan ditingkatkan ke skala 4: –
terkontaminasi
6. Salah pengertian 1. Cara penularan Mandiri
dengan virus
terhadap orang lain 2. Faktor yang berkontribusi 1) Pakai sarung tangan steril
Kolaborasi
terhadap penularan infeksi dengan tepat
-
Health education

17
3. Tindakan untuk Kolaborasi a. Agar pasien dan
meningkatakan daya tahan – keluarga mengetahui
terhadap infeksi Health education bagimana
Keterangan a. Ajarkan pasien dan menghindari infeksi
1. Tidak ada pengetahuan anggota keluarga
2. Pengetahuan terbatas mengenai bagaimana
3. Pengetahuan sedang menghindari infeksi.
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat
banyak

Kerusakan integritas kulit NOC NIC


(00046) 1. Integritas jaringan: kulit 1. Perlindungan infeksi 1. Perlindungan infeksi
Domain 11 : dan membran mukosa Observasi Observasi
keamanan/perlindungan 2. Penyembuhan luka primer 1) Monitor kerentanan 1) Untuk menghindari
Kelas 2 : cedera fisik Setelah dilakukan tindakan terhapap infeksi infeski lain
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam

18
Keruskan pada epidermis masalah Integritas jaringan: 2) Monitor adanya tanda 2) Untuk mengetahui
dan/atau dermis kulit dan membran mukosa dan gejala infeksi adanya tanda dan
Batasan karateristik : teratasi dengan indikator yang sistemik dan local gejala infeksi sistemik
1. Benda asing menusuk dipertahankan pada skala 3 dan local pada pasien
permukaan kulit ditingkatkan ke skala 4: Mandiri Mandiri
2. Kerusakan integritas 1. Integritas kulit 3) Skrining semua 3) Agar pasien terhindar
kuliktor yang berst 2. Lesi pada kulit pengunjung terkait dari penyakit menular
Faktor yang berhubungan 3. Kanker kulit panyakit menular lainnya
:Eskternal Keterangan Kolaborasi Kolaborasi
1. Agens farmaseutikal 1. Sangat terganggu 4) – 4) –
2. Cedera kimiawi kulit 2. Banyak terganggu Health education Health education
(mis., luka bakar, 3. Cukup terganggu 5) Instruksikan pasien 5) Untuk mengobati
kapsaisin, metilen 4. Sedikit terganggu untuk minum antibiotik infeksi yang terjadi
klorida, agens mustard) 5. Tidak terganggu yang diresepkan
3. Faktor mekanik (mis.,3. Setelah dilakukan tindakan 2. Perawatan kulit 2. Perawatan kulit
daya gesek, tekanan, keperawatan selama 3x24 jam Observasi Observasi
imobilitas fisik) ndisimasalah Penyembuhan – –
4. Hipertermia luka primer teratasi dengan Mandiri Mandiri
5. Hipotermia indikator yang dipertahankan

19
6. Kelembapan pada skala 3 ditingkatkan ke 1) Pakaikan pasien pakaian 1) Agar luka pasien
7. Lembap skala 4: yang longgar tidak bergesekan
8. Terapi radiasi 1. Memperkirakan [kondisi] dengan pakaian
9. Usia ekstrem kulit 2) Berikan antibiotic 2) Untuk mengobati
Internal 2. Memperkirakan [kondisi] topikal untuk daerah infeksi yang terjadi
1. Gangguan metabolisme tepi luka yang terkena, dengan 3) Untuk mengoabati
2. Gangguan pigmentasi 3. Pembentukan bekas tepat peradangan yang
3. Gangguan sensasi luka 3) Berikan anti inflamasi terjadi
(akibat cedera medula Keterangan topikal untuk daerah
spinalis, diabetes 1. Tidak ada yang terkena, dengan
militus, dll) 2. Terbatas tepat
4. Gangguan sirkulasi 3. Sedang Kolaborasi Kolaborasi
5. Gangguan turgor kulit 4. Besar 4) – 4) –
6. Gangguan volume 5. Sangat besar health education Health education
cairan 5) - 5) -
7. Imunodefisiensi
8. Nutrisi tidak adekuat
9. Perubahan hormonal

20
10. Tekanan pada tonjolan
tulang
3. Resiko infeksi (00004) NOC NIC
Domain : 11 keamanan 1. Deteksi resiko 1. Perawatan kehamilan 1. Perawatan
/perlindungan 2. Kontrol resiko resiko tinggi kehamilan resiko
Kelas :1 infeksi 3. Respon pengobatan Observasi tinggi
Definisi : rentan mengalami Kriteria hasil : 1) monitor status fisik dan Observasi
invasi dan multiplikasi Setelah dilakukan tindakan psikologi selama 1) Untuk mengetahui
organisme patogenik yang keperawatan selama 3x24 jam kehamilan satutus fisik dan
dapat mengganggu masalah deteksi resiko psikologi pasien
Mandiri
kesehatan teratasi dengan indikator yang selama kelamilan
2) Kaji kondisi medis aktual
Faktor resiko dipertahankan pada skala 3 Mandiri
yang berhubungan dengan
1. Kurang pengetahuan ditingkatkan ke skala 4 2) Untuk mengetahui
kondisi kehamilan yang
menghindari 1. Mengidentifikasi keadaan atau kondisi
buruk (misalnya diabetes,
pemajanan patogen kemungkinan resiko medis tentang
hipertensui, lupus
2. Pecah ketuban dini kesehatan kehamilan pasien
erythematosus, herpes,
3. Terpajan pada 2. Memonitor perubahan yang beresiko
hepatitis, HIV dan
wabah status kesehatan menginfeksi yaittu
epilepsi)

21
3. Melakukan skrining 3) Kaji pengetahuan klien kehamilan dengan
sesuai waktu yang dalam mengidentifikasi HIV
dianjurkan faktor resiko 3) Agar pasien mampu
Keterangan : 4) Motivasi untuk mengidentifikasi
1) Tidak pernah mengungkapkan perasaan faktor resiko infeksi
menunjukan dan ketakutan terhadap 4) Agar pasien dapat
2) Jarang menunjukkan perubahan gaya hidup , mengungkapkan
3) Kadang-kadang kondisi janin, perubahan perasaan dan
menunjukkan finansial, fungsi keluarga ketakutan terhadap
4) Sering menunjukkan dan keamanan personal. kondisi janin.
5) Secara konsisten 5) Ajarkan pasien mengenai 5) Agar pasien dapat
menunjukkan tehnik perawatan mandiri melakukan
untuk meningkatkan pemmeriksaan rutin
Kriteria hasil : kemungkinan guna pencegahan
Setelah dilakukan tindakan mendapatkan hasil akhir resiko infeksi
keperawatan selama 3x24 jam yang sehat (misalnya,
masalah kontrol rsiko teratasi hidrasi, diet, modifikasi
dengan indikator yang aktivitas, pentingnya
melakukan pemeriksaan

22
dipertahankan pada skala 3 kehamilan yang rutin,
ditingkatkan ke skala 4 pengontrolan glukosa
1. Mengidentifikasi faktor darah, dan pencegahan
resiko aktivitas seksual yang 6) agar pasien dapat
2. Menjalankan strategi aman termasuk tidak menggunakan obat
kontrol resiko yang sudah melakukan hubungan sesuai jadwal yang
dtetapkan seksual. telah diresepkan guna
3. Memodifikasi gaya hidup 6) Ajarkan klien mengenai mendapatkan efek
untuk mengurangi resiko pengguanaan obat-obatan terapeutik
yang diresepkan
Keterangan : Kolaborasi
Kolaborasi
1) Tidak pernah 7) untuk mengetahui
7) laporkan adanya
menunjukan adanya
penyimpangan dari
2) Jarang menunjukkan ketidaknormalaan
keadaan normal pada
3) Kadang-kadang baik pada ibu maupun
status ibu dan bayi kepada
menunjukkan bayi, agar dapat
dokter atau perawat
4) Sering menunjukkan segera dilakukan
maternitas.
5) Secara konsisten tindakan berkaitan hal
menunjukkan tersebut

23
Kriteria hasil : Health education Health education
Stelah dilakukan tindakan 8) berikan pendidikan 8) Agar dapat
keperawatan 3x24 jam kesehatan yang membahas meningkatkan
masalah reespon penngobatan faktor resiko pengetahuan pasien
teratasi dengan indikator yang mengenai faktor
dipertahankan pada skala 3 ke resiko infeksi
skala 4 2. kontrol infeksi
2. kontrol infeksi
1. Efek terapeutik yang
Observasi Observasi
diharapkan
- -
Keterangan :
Mandiri
1) Sangat terganggu Mandiri
1) Pakai sarung tangan
2) Banyak terganggu 1) Untuk mencegah
sebagaimana dianjurkan
3) Cukup terganggu adanya infeksi dan
oleh kebijakan
4) Sedikit terganggu kontaminasi virus
pencegahan universal
5) Tidak terganggu 2) Untuk melindungi dan
2) Pakai pakaian ganti atau
menghindari pecanan
jubah saat menangani
dari infeksius
bahan-bahan infeksius.
3) Untuk memastikan
penngguanaan sarung

24
3) Pakai sarung tangan steril tangan yang benar-
dengan tepat benar steril
4) Agar nutrisi pasien
4) Tingkatkan intake nutrisi dapat terjaga dan
yang tepat terkontrol
5) Dorong intake cairan yang 5) Agar cairan yang
sesuia dimiliki pasien
dipastikan sesuai
dengan kebutuhan
tubuh
6) Berikan terapi yang sesuai 6) Terapi disesuaikan
keluhan pasien agar
efek terapi yang
diperoleh pasien
sesuai dengan
kebutuhan pasien
7) Ajarkan pasien dan
7) Agar pasien dan
anggota keluarga
keluarga mampu
mengenai tanda dan gejala
menenali tanda&

25
infeksi dan kapan harus gejala infeksi dan
melaporkannyakepada mengetahiu kapan
penyedia perawatan harus melaporkannya
kesehatan kepada penyedia
perawatan kesehatan
8) Ajarkan pasien dan 8) Agar pasien dan
anggota keluarga keluarga mampu
mengenai bagaimana mengenali cara untuk
menghindari infeksi. menghindari
terjadinya infeksi.
Kolaborasi
Kolaborasi
-
-
Health education
Health education
-

3. Manajemen nutrisi
3. Manajemen nutrisi
Observasi
Observasi
1) Untuk mengetahui
1) Monitor kalori dan
kalori dan asupan
asupan makanan
makanan pada pasien

26
2) Monitor kecenderungan 2) Untuk mengetahui
terjadinya penurunan penurunan dan
dan kenaikan berat kenaikan berat badan
badan pada pasien

Mandiri
Mandiri
3) Untuk mengetahui
3) Tentuan status gizi
status gizi dan
pasien dan kemampuan
memenuhi kebutuhan
pasien untuk memenuhi
gizi pasien.
kebutuhan gizi.
4) Agar nutrisi yang
4) Tentukan jumlah kalori
diperlukan pasien
dan jenis nutrisi yang
dapat terpenuhi
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi
5) Agar pasien
5) Berikan pilihan
mendapatkan
makanan sambil
makanan yang lebih
menawarkan
bimbingan terhadap

27
pilihan makanan yang sehat dan sesuai
lebih sehat keinginannya
6) Anjurkan pasien terkait 6) Agar kebutuhan
dengan kebutuhan makanan pasien
makanan tertentu dapat
berdasarkan berkembang
perkembangan atau dengan baik
usia (misalnya., sesuai kebutuhan
peningkatankalsium,
protein, cairan, dan
kalori
7) Agar pasien dapat
7) Pastikan makanan
tertarik dengan
disajikan dengan cara
makanan yang
yang menarik dan
disajikan
pada suhu yang paling
4. Manajemen
optimal
pengobatan
4. Manajemen pengobatan
Observasi
Observasi

28
Mandiri Mandiri
1) Tentukan obat apa yang 1) Agar tidak akan
diperlukan, dan kelola terjadi kesalahan
menurut resep dan/atau dalam pemberian
protocol obat.
2) Tentukan kemampuan 2) Untuk dapat
pasien untuk mengobati mengetahui sampai
diri sendiri dengan cara mana kemampuan
yang tepat klien dalam
3) Kaji ulang pasien mengobati diri sendiri
dan/atau keluarga 3) Agar tidak akan
secara berkala terjadi kesalahan saat
mengenai jenis dan klien mngkonsumsi
jumlah obat yang obat.
dikonsumsi 4) Agar jika pasien tahu
4) Anjurkan pasien saat kapan harusnya
mengenai kapan harus melapor atau mencari
mencari bantuan medis bantuan ke tenaga
medis

29
5) Identifikasi jenis dan 5) Untuk
jumlah obat bebas mengetahui obat
yang digunakan bebas yang
6) Berikan informasi dikonsumsi
mengenasi klien.
penggunaan obat 6) Agar klien tahu
bebas dan bagaimana obat bebas yang
obat-obatan tersebut digunakan
dapat mempengaruhi selama ini dapat
kondisi saat ini mempengaruhi
Kolaborasi kondisi klien saat
7) Fasilitasi perubahan ini.
pengobatan dengan Kolaborasi
dokter 7) Agar dalam
8) Konsultasi dengan pengobatan berjalan
profesional perawatan dengan baik dengan
kesehatan lainnya anjuran dari dokter
untuk meminimalkan 8) Untuk kenyamanan
jumlah dan frekuensi klien, dibutuhkan

30
obat yang dibutuhkan kolaborasi dengan
agar didapatkan efek tenaga perawatan
terapeutik lainnya agar obat
yang diberikan
memberikan efek
terapeutik atau dapat
menyembuhkan

Nyeri akut (00132) NOC NIC


Domain 12: kenyamanan 1. Kontrol nyeri 1. Pemberian analgesik 1. Pemberian
Kelas 1: kenyamanan fisik 2. Tingkat nyeri Observasi analgesik
Definisi: Kriteria Hasil : 1) Monitor tanda vital Observasi
Pengalaman sensori dan Setelah dilakukan tindakan sebelum dan sesudah 1) Untuk melihat
emosional tidak keperawatan selama 3x24 jam memberikan analgesic perubahan yang
menyenangkan yang muncul masalah control nyeri teratasi narkotik pada terjadi atau yang tidak
akibat kerusakan jaringan dengan indicator yang pemberian dosis biasanya terjadi dari
actual atau potensial atau dipertahankan pada skala 3 pertama kali atau jika sebelum analgesic
yang digambarkan sebagai dan ditingkatkan pada skala 4 ditemukan tanda- diberikan dan setelah
kerusakan (International analgesic diberikan.

31
Association for the Study of 1) Mengenali kapan tanda yang tidak
Pain); awitan yang tiba-tiba nyeri terjadi biasanya
atau lambat dari intenitas 2) Menggambarkan Mandiri Mandiri
ringan hingga berat dengan factor penyebab 2) Cek perintah 2) Agar dalam proses
akhir yang dapat diantisipasi 3) Menggunakan pengobatan meliputi pemberian analgesic,
atau diprediksi tindakan pencegahan obat, dosis, dan tidak akan terjadi
Batasan karakteritik: Keterangan: frekuensi obat kesalahan dalam hal
1. Ekspresi wajah nyeri 6) Tidak pernah analgesic yang jenis obat, dosis
(mis., mata kurang menunjukan diresepkan maupun frekuensinya
bercahaya, tampak 7) Jarang menunjukkan Kolaborasi Kolaborasi
kacau, gerakan mata 8) Kadang-kadang 3) Kolaborasikan dengan 3) Agar dalam
berpencar atau tetap menunjukkan dokter apakah obat, pemberian analgesic
pada satu fokus, 9) Sering menunjukkan dosis, rute pemberian tidak akan terjadi
meringis) 10) Secara konsisten atau perubahan kesalahan dan bisa
2. Fokus menyempit menunjukkan interval dibutuhkan, mencegah terjadinya
(mis., persepsi Kriteria Hasil : buat rekomendasi kemungkinan yang
waktu, proses Setelah dilakukan tindakan khusus berdasarkan tidak diharapkan.
berpikir, interaksi keperawatan selama 3x24 jam prinsip analgesic
masalah tingkat nyeri teratasi

32
dengan orang dan dengan indicator yang Health education Health education
lingkungan) dipertahankan pada skala 3 4) Ajarkan tentang 4) Agar ketika klien
3. Keluhan tentang dan ditingkatkan pada skala 4 penggunaan analgesic, pulang kerumah,
intensitas 1) Nyeri yang dilaporkan strategi untuk klien sudah
menggunakan 2) Panjangnya episode menurunkan efek mengetahui
standar skala nyeri nyeri samping dan harapan bagaimana cara
(mi., skala Wong- 3) Menggosok area yang terkait dengan menggunakan obat
Baker, FACES, terkena dampak keterlibatan dalam atau analgesic dan
skala analog visual, Keterangan: keputuan pengurangan apabila terjadi efek
skala penilaian 1) Berat nyeri samping, klien sudah
numeric) 2) Cukup berat paham bahwa hal
4. Keluhan tentang 3) Sedang yang terjadi saat itu
karakteristik nyeri 4) Ringan merupakan efek
dengan 5) Tidak ada samping dari obat dan
menggunakan dapat menurunkan
standar instrument efek tersebut dengan
nyeri (mis., McGill sendiri
Pain Questionnaire,

33
Brief Pain 2. Manajemen nyeri 2. Manajemen nyeri
Inventory) Observasi Observasi
5. Laporan tentang 1) Monitor kepuasan 1) Agar perawat bisa
perilaku nyeri/ pasien terhadap mengetahui apakah
perubahan aktivitas manajemen nyeri dalam klien puas dan
(mis., anggota interval yang spesifik. merasa nyaman
keluarga, pemberi dengan adanya
asuhan) manajemen nyeri
6. Mengekspresikan dank klien akan
perilaku (mis., merasa puas ketika
gelisah, merengek, perawat melakukan
menangis, waspada) manajemen nyeri
7. Perubahan pada nantinya.
parameter fisiologis Mandiri Mandiri
(mis., tekanan darah, 2) Berikan informasi 2) Agar klien bisa
frekuensi jantung, mengenai nyeri, seperti mengetahui
frekuensi penyebab nyeri, berapa penyebab nyeri yang
pernapasan, saturasi lama nyeri akan dideritanya, berapa
oksigen, dan dirasakan, dan antisipasi lama nyeri yg akan

34
endtidal karbon dari ketidaknyamanan ia rasakan agar
dioksida [CO2]) akibat prosedur dapat terhindar dari
8. Perubahan posisi kecemasan yang
untuk menghindari berlebihan saat nyeri
nyeri timbul dengan tiba-
9. Sikap melindungi tiba. Dan ketika
area nyeri perawat melakukan
10. Sikap tubuh prosedur da nada
melindungi ketidaknyamanan
Faktor yang saat
berhubungan: pelaksanaannya,
1. Agens cedera klien sudah paham
biologis (mis., dengan
infeksi, iskemia, ketidaknyamanan
neoplasma) tersebut.
Kolaborasi Kolaborasi
3) Kolaborasi dengan 3) Agar pemberian
pasien, orang terdekat obat
dan tim kesehatan nonfarmakologik

35
lainnya untuk memilih juga dapat diberikan
dan seuai kebutuhan
mengimplementasikan klien.
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi, sesuai
kebutuhan.
Health education Health education
4) Ajarkan prinsip-prinsip 4) Agar klien bisa
manajemen nyeri mengetahui tentang
manajemen nyeri
sehingga klien bisa
melakukan
manajemen nyeri
ketika sudah pulang
rumah.
Intoleran aktivitas (00092) NOC NIC
Domain 4 : 1. Toleransi terhadap 1. Terapi aktivitas 1. Terapi aktivitas
Aktivitas/Istirahat aktivitas Mandiri : Mandiri :
2. Daya tahan

36
Kelas 4 : Respons 3. Tanda-Tanda Vital 1) Bantu klien untuk 1) Agar pasien dapat
kardiovaskular/Pulmonal memilih aktivitas dan menyesuaikan
Definisi : Ketidakcukupan pencapaian tujuan aktivitas yang akan
energi psikologis atau melalui aktivitas yang dia lakukan dengan
Kriteria hasil:
fisiologis untuk konsisten dengan kemampuannya
Setelah dilakukan tindakan
mepertahankan atau kemampuan
keperawatan selama 3x24 jam
menyelesaikan aktivitas fisik,fisiologis,social
dengan masalah toleransi 2) Agar pasien dapat
kehidupan sehari-hari yang 2) Bantun klien untuk tetap
terhadap aktivitas teratasi mengontrol aktivitas
harus atau yang ingin focus pada kekuatan
dengan indicator yang sesuai dengan
dilakukan. [yang dimilikinya]
dipertahankan pad skala 3 kekuatan yang
Batasan karakteristik : dibandingkan dengan
dan ditingkatkan pada skala dimiliki.
 Keletihan kelemahan [yang
4.
 Ketidaknyamanan dimilikinya]
1) Saturasi oksigen
setelah beraktivitas 3) Bantu klien dan
ketika beraktivitas 3) Agar pasien dan
Faktor yang berhubungan keluarga untuk
2) Kemudahan bernapas keluarga dapat
: mengidentifikas
ketika beraktivitas mengetahui
 Gaya hidup kurang kelemahan dalam level
perkembangan pada
Keterangan :
gerak aktivitas tertentu
1. Sangat terganggu pasien

37
 Imobilitas 2. Banyak terganggu Kolaborasi Kolaborasi :
 Ketidakseimbangan 3. Cukup terganggu - -
antara suplai dan 4. Sedikit terganggu 2. Manajemen energi 2) Manajemen energi
kebutuhan oksigen 5. Tidak terganggu Observasi :
Observasi :
1) Monitor intake/asupan
1) Untuk menegtahui
nutrisi untuk mengetahui
asupan nutrisi untuk
sumber energi yang
Setelah dilakukan tindakan sumber energi
adekuat
keperawatan selama 3x24 jam adekuat
2) Monitor sumber
dengan masalah toleransi 2) Untuk mengetahui
kegiatan olahraga dan
terhadap aktivitas teratasi sumber kelelahan
kelelahan emosional
dengan indicator yang pasien
yang dialami pasien
dipertahankan pad skala 3
dan ditingkatkan pada skala Mandiri :
Mandiri :
4. 3) Agar dapat
3) Kaji status fisiologis
1) Melakukan aktivitas rutin mengetahui status
pasien yang
fisiologis penyebab
menyebabkan kelelahan
Keterangan : kelelahan sesuai
sesuai dengan konteks
1. Sangat terganggu
usia dan perkembangan

38
2. Banyak terganggu dengan usia dan
3. Cukup terganggu 4) Tentukan persepsi perkembangan
4. Sedikit terganggu pasien/orang terekat 4) Agar pasien dan
5. Tidak terganggu dengan pasien mengenai keluarga dapat
penyebab kelelahan mengenali penyebab
Kriteria hasil: 5) Pilih intervensi untuk kelelahan
Setelah dilakukan tindakan mengurangi kelelahan 5) Agar dapat
keperawatan selama 3x24 jam baik secara farmakologi mengurangi kelelahan
dengan masalah tanda-tanda maupun non pada pasien baik
vital teratasi dengan indicator farmakologis,dengan dengan farmakologi
yang dipertahankan pad skala tepat maupun non
3 dan ditingkatkan pada skala 6) Bantu pasien untuk farmakologi
4. memantau secara 6) Agar pasien dapat
Indikator: mandiri dengan mengetahui asupan
1) Tingkat pernapasan mencatat intake/asupan energi dan kalori
2) Irama pernapasan kalori dan energi yang yang dibutuhkan
3) Tekanan nadi digunakan sesuai
kebutuhan

39
Kolaborasi : Kolaborasi :
7) Konsultasikan dengan 7) Agar dapat
ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan
meningkatkan assupan gizi sebagai sumber
energy dari makanan energi
Health education :
8) Ajarkan pasien Health education :
mengenai pengelolaan 8) Agar pasien dapat
kegiatan dan teknik mengelola kegiatan
manajemen waktu untuk untuk mencegah
mencegah kelelahan kelelahan
9) Instruksikan pasien/SO 9) Agar pasien dapat
untuk mengenali tanda mengenal tanda dan
dan gejala kelelahan gejala kelelahan yang
yang memerlukan memerlukan
pengurangan aktivitas pengurangan aktivitas

40
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih S, Novianto WT, P. H. (2017). Implementasi kebijakan pencegahan


dan penanggulangan Human Immunodeficiency/Acquired Immune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di kota Surakarta. Jurnal Pasca Sarjana
Hukum UNS, V, 178–189.
Huriati. (2015). Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014. HIV/AIDS Pada Anak,
9, 126–131.
Ningsih.2018.Kajian Pencegahan Penularan HIVdari Ibu ke Anakpada Antenatal
Care Oleh Bidan Praktik Mandiri.Yogyakarta

Isni Khoiriyah.2013.Dukungan Keluarga, Dukungan Petugas Kesehatan, dan


Perilaku Ibu HIV Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS ke Bayi

Mustika Himata Sari.2017. Jurnal of Health Education

Kecil,n.d.2017. Indonesian- Pregnancy https://kupdf.net/download/asuhan-


keperawatan-pada-ibu-hamil-dengan-hiv_59cb8c1e08bbc5286f686fcf_pdf
Syamsuri AK. Breastfeeding in HIV infection. Dibacakan dalam PITX
Fetomaternal, Malang, 2009.

Bernstein HB, Weinstein M. Normal pregnancy and prenatal care. Dalam:


Decherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N, editor. Current
diagnosis and treatment obstetrics and gynecology. Edisi ke-10. New York:
McGraw-Hill; 2007. hlm. 187-202.

Goering RV, Dockrell HM, Zuckerman M, Walekin D, Roitt IM, Mims C, et al.
Medical microbiology. Edisi ke-4. China: Mosby Elseiver; 2008. hlm. 261-
86.

De Bruyn M. Reproductive choice and women living with HIV/AIDS (diunduh 5


Oktober 2008). Tersedia dari:
http://www.genderandaids.org/downloads/topics/Repro_Choice_HIV_AID
S.pdf

Ardhiyanti, Yulrina dkk. 2015. Bahan ajar AIDS pada asuhan kebidanan.
Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Tambayong, Jan. 2000. Patologi untuk Keperawatan. Jakarta:buku kedokteran
EGC”

41
Manuaba, I.B.G, dkk,2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa
kebidanan,Jakarta: EGC.

Bulechek, Gloria M, Butcher, Howard k, M.Dochterman, Joanne, M. Wagner,


CheryI. Nursing Interventions Classification edisi keenam, 2016 ;
CV.Mokomedia

Moorhead, Sue. Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification. Singapura: Elsevier


Global Rights

42

Anda mungkin juga menyukai