Anda di halaman 1dari 11

REVIEW OF JOURNAL SLEEP NEEDS IN ACUTE & CRITICAL PATIENTS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat & Kritis 1

Dosen Pembimbing : Ns. Nana Rochana, S. Kep., MN

Disusun Oleh :

Wahyu Istiqomah (22020117140006)

A17.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
JOURNAL REVIEW 1
Sleep Assessment by Patients and Nurses in the Intensive Care: An Exploratory
Descriptive Study
1. Jurnal Australian Critical Care
Volume 30
Halaman 59-66
Tahun 2017
Penulis Leanne M. Aitken RN, PhD, FACN, FACCCN, FAAN,
Rosalind Elliott RN, PhD,
Marion Mitchell RN, PhD,
Chelsea Davis RN, BN, GCertIntCareNursc,
Bonnie Macfarlane BHSc (Public Health), MPH (Epi & Biostat),
Amanda Ullman RN, MAppSci, GCPICU,
Krista Wetzig RN, BN, MAP (Crit Care Nurs),
Ashika Datt BMedSc (Hons), dan Sharon McKinley RN, PhD
2. Latar Belakang Penurunan kualitas dan kuantitas tidur terjadi pada pasien yang dirawat
di ruang Intensive Care Unit (ICU). Secara kuantitas, pasien dengan perawatan
intensif hanya tidur dengan waktu sedikitnya 2 jam selama 24 jam. Penurunan
kualitas tidur pada pasien yang mengalami perawatan intensif tidak dapat tidur
normal. Kebutuhan tidur pada pasien perawatan intensif sangat penting untuk
kuratif dan rehabilitatif secara fisik dan psikologis. Fungsi kekebalan pada tubuh
berpotensi meningkat untuk mencegah infeksi apabila pasien dapat memenuhi
kebutuhan tidurnya selama masa kritis. Oleh karena itu kebutuhan tidur harus
terpenuhi dan mendapat intervensi yang tepat pada pasien dengan perawatan
intensif.
Gangguan tidur yang dialami oleh pasien dengan perawatan intensif
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan siklus tidur, peningkatan
respons stres, strategi manajemen seperti pengobatan, kegiatan perawatan,
interaksi teknologi (misalnya sinkronisasi pasien-ventilator) dan faktor
lingkungan seperti kebisingan dan cahaya. Masalah penting yang memicu stres
fisik pada pasien perawatan intensif salah satunya adalah kesulitan tidur karena
kebisingan dan invasif intervensi terapeutik.
Instrumen penilaian tidur yang paling umum digunakan di ICU yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah Richards-Campbell Sleep Questionnaire
(RCSQ). Manfaat dari penggunaan instrumen penilaian tidur RCSQ yaitu
meningkatkan kemampuan para profesional kesehatan untuk mengenali dan
menanggapi kurang tidur. Akan tetapi penggunaannya tidak tersebar luas di
lingkungan klinis. Sementara itu, profesional layanan kesehatan perlu mengenali
dan menanggapi laporan kualitas dan kuantitas tidur yang buruk untuk
memberikan intervensi yang tepat untuk mendukung tidur.

3. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu :


Penelitian 1. Mendeskripsikan pengkajian terkait kebutuhan tidur pada pasien ICU
secara langsung selama dilakukan perawatan intensif

1
2. Menentukan kelayakan tidur sesuai dengan laporan pengkajian pada
pasien ICU yang selama beberapa hari dirawat di ICU
3. Menggambarkan strategi yang disarankan oleh pasien untuk
meningkatkan tidur.
4. Menjelaskan intervensi dan kondisi lingkungan untuk meningkatkan tidur
sesuai dengan yang diharapkan oleh pasien ICU
5. Menjelaskan dokumentasi tentang tidur pasien ICU saat ini oleh perawat
6. Memeriksa hubungan antara kebutuhan tidur yang dikaji secara langsung
pada pasien langsung dengan pengkajian yang dilakukan oleh perawat di
samping tempat tidur
Dari 5 tujuan di atas, terdapat 3 tujuan utama yaitu pada poin 1-3 yang dirancang
untuk menginformasikan perkembangan intervensi di masa yang akan datang
sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur pasien jika perlu diidentifikasi.

4. Metode Penelitian deskriptif eksploratif ini dilakukan secara berurutan pada tahun 2014-
2015. Penelitian ini dilakukan menggunakan instrumen penilaian Richards-
Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ). Penilaiaan menggunakan instrumen
tersebut dinilai dengan rentang skor 0-100 mm, skor lebih tinggi menunjukkan
kualitas tidur yang lebih baik)dengan penilaian keperawatan tidur
didokumentasikan melalui variabel ordinal lima tingkat. Pasien diminta setiap
hari untuk menggambarkan strategi yang membantu atau menghambat tidur
mereka.
a. Subjek Penelitian ini dilakukan pada ruang ICU tersier-rujukan level 1 di 2 rumah
Penelitian sakit Australia. Kedua rumah sakit itu memiliki perbedaan yang penting dalam
tata letak ruang yaitu :
- Rumah Sakit Princess Alexandra (PAH) di Brisbane yang berisi
campuran ruang tempat tidur terbuka dan kamar tunggal, dan
- Rumah Sakit Royal North Shore (RNSH) di Sydney hanya berisi kamar
tunggal.
Target sampel yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian adalah 150
partisipan dengan masing-masing rumah sakit 50 partisipan. Terdapat syarat yang
harus dipenuhi untuk dapat dijadikan patisipan penelitian yaitu :
1) Pasien dewasa ( ≥1 8 tahun)
2) Dirawat di ICU selama lebih dari 24 jam
3) Mampu berinteraksi dan menanggapi perintah bahasa Inggris (termasuk
bahasa, pendengaran dan penglihatan).
Pasien yang memenuhi kriteria direkrut secara berurutan yaitu :
a. Antara Maret dan Juli 2014 terdapat pada kedua rumah sakit
b. Antara September 2014 dan Februari 2015 hanya pada Rumah sakit PAH
b. Teknik 1) Meminta persetujuan pasien dengan melakukan penilaian yang tidak
Pengumpulan terstruktur dari orientasi terhadap waktu, tempat dan orang untuk
Data menentukan bahwa mereka cukup sadar dan jernih untuk memberikan
persetujuan.
2) Setelah mendapatkan persetujuan, langkah selanjutnya adalah
mengumpulkan data yang berkaitan dengan pasien ICU yang melaporkan
tidur sendiri dan strategi untuk perbaikan dalam tidur.

2
3) Informasi klinis dan demografis dikumpulkan melalui kombinasi
dokumentasi harian dan catatan unit, termasuk : Intervensi tidur yang
diberikan kepada partisipan (farmakologis dan non-farmakologis), usia,
jenis kelamin, keparahan penyakit kritis (menggunakan Fisiologi Akut &
Evaluasi Kesehatan Kronis (APACHE) skor II dan III 22,23), kelompok
diagnostik, mode dan panjang ventilasi mekanis serta lama waktu tinggal
di ICU maupun di rumah sakit

c. Alat Instrumen yang digunakan untuk berbagai penilaian yang harus diperoleh dari
Pengumpulan masing-masing partisipan sebagai berikut:
Data 1. Richards-Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ)
RCSQ digunakan untuk laporan penilaian diri pasien terkait tidur.
RSCQ dengan 5 item VAS (Visual Analog Scale) yaitu mengukur tentang :
a. Kedalaman tidur
b. Latensi (waktu tidur)
c. Bangun
d. Waktu bangun
e. Kualitas tidur.
Pasien diminta untuk memberi tanda pada garis 100 mm untuk
menunjukkan persepsi mereka dari 5 item VAS. Perawat mengumpulkan
RCSQ terhadap partisipan antara 700 dan 1200 setiap hari atau dilakukan
segera di pagi hari setelah partisipan bangun.
2. Laporan dari pasien ICU mengenai strategi atau intervensi yang
mendorong atau menghambat tidur
Hal ini dilakukan setelah RCSQ harian selesai. Perawat menanyakan
kepada partisipan yaitu :
 Strategi atau intervensi apa yang membantu Anda tidur semalam
?
 Kegiatan apa yang membangunkan Anda atau membuat Anda
tetap terjaga bangun tadi malam ?
Jawaban pertanyaan tersebut dikomunikasikan secara lisan, tertulis atau
melalui tindakan.
3. Sistem Informasi Klinis (CIS)
Intrumen ini hanya dilakukan di Rumah Sakit PAH dengan melakukan
pemeriksa penilaian tidur yang didokumentasikan oleh perawat. Perawat
mendokumentasikan terkait dengan :
a. Kualitas tidur menurut kategori yang dikembangkan secara lokal
'tidak tidur'
b. Dokumen tidur pasien oleh perawat ICU
c. Hubungan antara pasien melaporkan kualitas tidur dan dokumentasi
keperawatan dari tidur pasien.
.
5. Hasil dan 1. Penilaian laporan diri sendiri
Pembahasan Jumlah partisipan dari kedua tempat yang dilakukan penelitian adalah 151
dengan usia sekitar 60 tahun berada di ruang ICU selama 4 hari. Hasil
data yng didapat bahwa 151 peserta menggunakan RCSQ sebanyak 356

3
kali. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata RCSQ adalah <50 mm yang
menunjukkan kualitas tidur yang rendah. Rata-rata SEI adalah 65%,
dimana SEI yang menunjukkan kualitas tidur yang baik adalah lebih dari
85 %.
2. Strategi yang dilaporkan peserta yang mendorong dan mencegah tidur.
Terdapat 4 kategori untuk membantu meningkatkan tidur adalah
farmakologis, lingkungan, perawatan pasien dan psikososial. Selain itu,
faktor yang dapat menghambat tidur adalah perawatan pasien dan kondisi
klinis, lingkungan, psikososial dan intervensi serta perangkat perawatan
di ICU.
3. Dokumentasi perawat tentang tidur pasien ICU
Hasil ini merupakan penelitian yang hanya dilakukan pada Rumah Sakit
PAH. Sejumlah 101 partisipan dari data yang diperoleh dari RCSQ
sebanyak 285 kali. Namun dari data yang dilaporkan oleh perawat
maupun pasien hanya terdapat 199 pasang data. terlihat dari hasil yang
diperoleh bahwa terdapat perbedaan signifikan secara statistik.
Kekuatan
Instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai pasien, pasien tidak harus
secara verbal untuk memberikan tanggapan. Dari studi penelitian untuk penilaian
Kebutuhan tidur pada pasien ICU sangat penting diberikan intervensi secara rutin
untuk meningkatkan kualitas tidur pasien. Intervensi tersebut baik yang
sederhana maupun yang kompleks. Intervensi yang sederhana yaitu seperti
mengurangi paparan suara dan cahaya pada waktu malam dan menawarkan
perawatan pada pasien apabila terdapat sumbatan di telinga serta pelindung mata.
Intervensi dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor yaitu tata letak
geografis, keparahan penyakit pasien dan aktivitas tenaga kesehatan cenderung
mempengaruhi efektivitas intervensi.
Keterbatasan
Partisipan pada awal proses penelitian sudah terdaftar namun pada
keberjalanannya diperoleh pasien tidak memenuhi kriteria seperti sudah masa
akhir dari perawatan di ICU, sudah kembali ke bangsal ataupun dipulangkan. Hal
tersebut terjadi sebelum partisipan dilakukan penilaian. Penilaian yang dilakukan
menggunakan ukuran sampel sudah relatif besar dan mewakili populasi
penelitian. Namun penilaian tersebut merupakan pengukuran tidur secara
subjektif. Akibat dari penilaian yang bersifat subjektif ini maka masih banyak
pasien ICU yang memberikan penilaian permasalahan terkait dengan tidur.
Penilaian pasien terhadap pengalaman tidur merupakan hasil yang berarti secara
klinis dan data penilaian yang diperoleh dari pasien adalah penilaian tidur yang
paling tepat dilakukan.

6. Kesimpulan Penggunaan laporan pasien ICU yang rata-rata 1-3 hari dirawat di ICU
menyatakan bahwa sangat layak apabila dilakukan secara rutin. Dari laporan
tersebut didapatkan bahwa kulitas tidur pasien rendah dan hasil dari RCSQ adalah
kurang dari 50/100 mm dengan indeks efisiensi tidur rendah. Dari penelitian
didapatkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tidur yaitu berkurangnya
tingkat kebisingan dan cahaya, kegiatan perawatan pada pasien intensif dan obat-

4
obatan seperti analgesik, hipnotik dan obat penenang. Sementara itu faktor yang
menghambat tidur adalah rasa sakit dan ketidaknyamanan, aktivitas perawatan
pasien, kebisingan dari staf dan peralatan, dan tingkat cahaya malam yang tinggi.
Meskipun demikian, penilaian perawat mengenai tidur pasien masih lebih tinggi
dari data yang diperoleh pada pasien. Instrumen sederhana yang diberikan oleh
pasien sangat memuaskan dan dapat diimplementasikan secara rutin. Studi
penelitian yang dilakukan ini di masa yang akan datang dapat menjadi salah satu
informasi untuk perkembangan intervensi dalam meningkatkan kebutuhan tidur
pada pasien ICU.

5
JOURNAL REVIEW 2
Assessment of Sleep Quality Post-Hospital Discharge in Survivors of Critical Illness

1. Jurnal Respiratory Medicine


Volume 114
Halaman 97-102
Tahun 2016
Penulis Kevin J. Solverson, Paul A. Easton, Christopher J. Doig
2. Latar Belakang Kebutuhan tidur pada pasien yang mengalami penyakit
kritis sangat penting untuk pemulihan pasien. Namun kualitas
tidur pasien kritis selama menjalani perawatan di rumah sakit
mengalami gangguan dan dapat bertahan abnormalitas tidur
setelah pasien keluar dari rumah sakit. Kualitas tidur yang
terganggu pada pasien kritis maka dapat mengganggu pemulihan
dan kualitas hidup berkaitan dengan kesehatan (HRQL)jangka
panjang. Yang termasuk dalam HRQL adalah penurun fungsi fisik,
peningkatan penyakit mental dan kesulitan untuk kembali bekerja.
Studi penting tentang tidur pada pasien penyakit kritis
sebelumnya pernah dilakukan karena dapat mengidentifikasi
faktor-faktor risiko potensial selama masa kritis pasien sehingga
dapat dilakukan modifikasi untuk meningkatkan tidur dan kualitas
hidup terkait kesehatan (HRQL) jangka panjang. Studi yang telah
dilakukan sebelumnya menggunakan polisomnogrfi (PSG). PSG
merupakan instrumen penelitian pengukuran tidur secara obyektif
namun dalam penerapannya masih terbatas. Dari hasil penelitian
tersebut adalah ditemukan kualitas tidur rendah pada pasien yang
dilakukan perawatan di ICU dan bertahan setelah 6-12 bulan
sebanyak 50% pasien dengan berbagai faktor. Pada penelitian
tersebut masih belum memaparkan mengenai hubungan antar
faktor ICU seperti lama perawatan di ICU, keparahan penyakit
atau durasi ventilasi mekanik dan kualitas tidur di luar rumah sakit.
Oleh karena itu, pada jurnal ini studi penelitian yang
dipaparkan adalah penelitian dengan menggunakan instrumen
actigraphy. Actigraphy merupakan instrumen untuk mengukur
gerak sebagai pengganti PSG selama lebih dari 20 tahun.
Instrumen ini dapat menilai tidur pasien saat sudah keluar dari ICU
atau keluar dari rumah sakit. Penelitian sebelumnya telah
melakukan korelasi antara PSG dan actigraphy. Hasilnya efisien
pada pasien rawat jalan dengan 70% spesifitas dan 90%
sensitivitas. Namun pada enelitian sebelumnya yang
menggunakan actigraphy belum mempelajari penderita penyakit
kritis.

3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kualitas tidur pada
penderita penyakit kritis 3 bulan setelah keluar dari rumah sakit
secara objektif dan subjektif menggunakan instrumen actigraphy
6
dan ukuran kuesioner subjektif. Selain itu juga menetukan apakah
kualitas tidur pasien setelah penyakit kritis dikaitkan dengan
HRQL, kecemasan, depresi atau faktor risiko selama dilakukan
perawatan di ICU.
4. Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kohort
prospektif yaitu studi yang mempelajari hubungan antara faktor
penelitian dalam hal ini adalah kebutuhan tidur dan pasien yang
perawatan di ICU dengan cara membandingkan sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
a. Subjek Penelitian Sebanyak 55 pasien yang dirawat di ICU rentang waktu antara 1
April 2009 dan 31 Maret 2010. dengan kriteria :
- Pasien yang terdaftar berusia di atas 17 tahun
- Dilakukan perawatan minimal 4 hari di ICU
- Pasien yang dinilai sebelumnya akan rawat jalan selama 3
bulan setelah keluar dari rumah sakit.

b. Teknik Pengumpulan Data Pasien yang telah memenuhi kriteria sesuai dengan subjek
penelitian yang diinginkan, maka dilakukan skrining untuk dapat
memastikan pasien bersedia dilakuka tindak lanjut penelitian.
Sebanyak 61 pasien memenuhi kriteria subjek penelitian yang
ditenttukan. Namun terdapat 2 pasien menolak dilakukan tindak
lanjut dan 1 pasien mangkir. Langkah selanjutnya yaitu kesediaan
pasien untuk berkunjung ke klinik setelah perawatan rawat inap.
Biasanya pasien menolaknya. Maka didapatkan sebnayak 55
pasien yang menjadi subjek penelitian. Selanjutnya, peneliti
meminta izin dari pasien ini untuk memasukkan data klinik pasien
dalam penelitian.
Pengumpulan data selanjutnya menggunakan instrumen
yaitu dengan digunakan di rumah dan dipakai terus menerus
selama tiga malam oleh pasien. Pasien diinstruksikan untuk
memicu penanda acara ketika mereka akan tidur dan ketika
mereka bangun di pagi hari. Data pasien saat di tempat tidur
dianalisis dan aktivitas pada siang hari tidak dimasukkan. Untuk
setiap variabel tidur yang dikumpulkan, rata-rata selama 3 malam
dihitung. Ketersediaan perangkat actigraph terbatas dan tidak
semua pasien yang terlihat di klinik dapat. Pasien yang menerima
perangkat dipilih secara acak (tanpa pengetahuan tentang riwayat
klinis atau karakteristik tidur mereka) sebelum kedatangan mereka

c. Alat Pengumpulan Data Kualitas tidur diukur menggunakan :


1. Multi-Night Sleep Actigraphy
Instrumen ini digunakan di rumah dan dipakai terus
menerus selama tiga malam oleh pasien.
1. Kuesioner
a) Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

7
Untuk menilai kualitas tidur pada pasien setelah pulang
dari rumah sakit. Skor 4 menunjukan rendahnya
kualitas tidur pasien dan skor lebih dari 9 menunjukan
tingginya kualitas tidur pasien.
b) Epworth Sleepiness Scale (ESS)
Untuk menilai pasien yang tidak kantuk di siang hari.
2. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan, selanjutnya digabungkan dengan
data klinis dan hasil dari ICU. Semua analisis data dilakukan
dengan menggunakan Stata 11.0. Statistik deskriptif digunakan
untuk melaporkan kualitas tidur yang diukur dengan 3 instrumen
yang digunakan.
- Regresi linear univariat digunakan untuk menilai
hubungan antara total PSQI dan skor komponen dengan
variabel yang sesuai dari data sleep actigraph.
- Model regresi linier dinilai jika domain EQ-5D, SF-36 dan
HADS dikaitkan dengan PSQI atau total waktu tidur
actigraph.
- Analisis regresi multivariat dilakukan dengan
menggunakan variabel hasil yang sama dengan
penambahan kovariat berikut: usia, keberadaan setiap atau
individu komorbiditas yang sudah ada sebelumnya
(kanker, asma / penyakit paru obstruktif kronik, penyakit
kardiovaskular, obesitas, dan diabetes) dan kecemasan /
depresi (didefinisikan oleh HADS kuesioner).
- Model regresi linier dinilai jika variabel ICU termasuk,
panjang ICU tinggal (LOS), rumah sakit LOS, tingkat
keparahan penyakit yang diukur dengan mean akut
Fisiologi dan Evaluasi Kesehatan kronis (APACHE) skor
II atau durasi ventilasi dipengaruhi oleh parameter tidur
yang diukur dengan actigraphy.

5. Hasil dan Pembahasan Dari penelitian didapatkan hasil dari instrumen PSQI dan
ESS sebanyak 62% pasien dan 23% pasien dilaporkan kantuk di
siang hari yang signifikan memiliki kualitas tidur yang rendah
pada tindak lanjut 3 bulan. Total waktu tidur rata-rata adalah 6,15
jam, dengan efisiensi tidur 78%. Sebanyak 56 pasien memenuhi
kriteria subjek penelitian selama periode penelitian. Semua pasien
menjalani tes kuesioner. 11 dari 56 pasien dipilih untuk analisis
actigraph. Waktu rata-rata untuk tindak lanjut adalah 82 hari pasca
keluar rumah sakit untuk mereka yang diuji dengan actigraphy dan
77 hari untuk mereka yang tidak diuji. Mayoritas pasien sakit
parah selama masuk ICU dengan skor rata-rata APACHE II 20 dan
19 untuk actigraph yang diuji dan yang tidak diuji masing-masing.
Untuk menguji hubungan antara subjektif pasien dan
kualitas tidur obyektif, skor PSQI total dan komponen

8
dibandingkan dengan hasil actigraph menggunakan model regresi
linier. Skor PSQI tidak memiliki hubungan tidak memiliki
hubungan statistik dengan data actigraph termasuk, total waktu
tidur, efisiensi tidur atau jumlah gangguan tidur. Hubungan antara
tingkat keparahan penyakit, hari ventilasi di ICU dan LOS rumah
sakit untuk tidur kuantitatif karakteristik yang diukur dengan
actigraph. Keparahan penyakit, seperti diukur dengan skor
APACHE II, secara statistik dikaitkan dengan total waktu tidur
yang lebih rendah, mengurangi efisiensi tidur dan jumlah
gangguan tidur yang lebih tinggi selama 3 bulan setelah keluar dari
rumah sakit. Lama perawatan menggunakan ventilasi atau di ICU
dan lama waktu di rawat inap secara statistik tidak terkait dengan
tidur parameter.
Analisis regresi univariat kualitas hidup dan kesehatan mental
untuk kualitas tidur pasien hasilnya positif untuk kecemasan,
namun pada depresi tidak berkaitan.

6. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang didapat bahwa penurunan kualitas tidur
pada pasien kritis setelah keluar dari rumah sakit menggunakan
actigraphy terhadap total waktu tidur, efisiensi dan peningkatan
kesadaran berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit pasien di
ICU. Keparahan penyakit kritis adalah faktor utama penurunan
durasi tidur dan gangguan tidur 3 bulan setelah keluar dari rumah
sakit. Studi kohort ini menyoroti peran penting tidur yang dapat
berkontribusi pada pemulihan jangka panjang dari penyakit kritis.
Kualitas tidur setelah penyakit kritis terkait dengan HRQL dan
kecemasan menandakan pentingnya tidur dalam pemulihan pasien
dari penyakit kritis. Penelitian di masa depan diperlukan untuk
mempelajari kualitas tidur secara obyektif dalam jumlah yang
lebih besar dari penderita penyakit kritis dan merancang intervensi
yang dapat meningkatkan kualitas tidur dan pemulihan
keseluruhan pasien.

9
Daftar Pustaka

Solverson, Kevin J., Paul A. Easton & Christopher J. Doig.2016.Assessment of sleep quality post-
hospital discharge in survivors of critical illness. Respiratory Medicine, 114, 97-102.

Aitken, Leanne M., Rosalind Elliott, Marion Mitchell et.al.2017.Sleep assessment by patients and
nurses in the intensive care: An exploratory descriptive study.Australian Critical Care,30,
59-66.

10

Anda mungkin juga menyukai