KEPERAWATAN KRITIS I
Disusun oleh:
ARDENNY
ISI Halaman
Daftar isi
Daftar Istilah
Pendahuluan
Daftar Pustaka
Central Venous Pressure (CVP) : Tekanan vena central yaitu tekanan intra
atrium kanan yang diukur melalui kateter
dan dihubungkan dengan traducer ke
monitor atau melalui skala CVP manual.
Anda diharapkan dapat menyelesaikan modul ini dalam waktu 8 jam dalam
rentang waktu selama 2 minggu. Selama 2 minggu tersebut anda diminta untuk
dapat mengelola waktu belajar dengan baik karena anda diminta untuk tetap
belajar lagi dengan banyak membaca berbagai materi lain yang berkaitan dengan
Keperawatan Kritis I baik secara mandiri maupun bersama teman-teman dengan
menggunakan berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
banyak membaca dan berlatih maka anda akan mendapatkan pemahaman yang
semakin lengkap dan mendalam.
Selamat belajar!!!!
Kegiatan Belajar I
TUJUAN
Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini Anda diharapkan mampu
menjelaskan tentang Konsep Keperawatan Kritis.
TUJUAN
Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan pembelajaran diharap-Pokok-Pokok Materi
kan mahasiswa mampu :
1. Pengertian keperawatan kritis
1. Pengertian keperawatan kritis 2. Tujuan dan kriteria pasien dirawat di Intensive
2. Tujuan dan riteria pasien masuk dan keluar Care Unit (ICU)
dari ICU 3. Sistim pelayanan keperawatan kritis
3. Sistim pelayanan keperawatan kritis 4. Klasifikasi Pelayanan keperawatan kritis
4. Klasifikasi Pelayanan keperawatan kritis
5. Peran dan fungsi perawat
5. Peran dan fungsi perawat
Tujuan
5. Efisiensi kerja
Tidak semua pasien dapat dirawat di ruang ICU. Pasien yang dirawat di
ICU harus sudah diseleksi melalui mekanisme triage yang tepat. Tujuan dari
triage adalah untuk memastikan bahwa dari sejumlah pasien yang diindikasikan
memerlukan perawatan intensif diperoleh pasien yang benar-benar sesuai
prioritas memenuhi kriteria persyaratan perawatan intensif dan disesuaikan
dengan ketersediaan fasilitas yang ada. Pasien yang dirawat di ICU harus dapat
Ada empat kriteria umum pasien untuk dapat dirawat di ICU menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1778/MENKES/SK/XII/2010
yaitu:
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan / bantuan ventilasi dan
alat bantu suportif organ/system yang lain, infus obat-obat vasoaktif
kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi,
dan lain-lainnya. Contoh kelompok pasien ini antara lain, pasca bedah
kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa,
dan elektrolit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat membat
kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajad hipoksemia, hipotensi
di bawah tekanan darah tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu)
umumnya tidak mempunyai batas.
Pasien golongan ini adalah pasien sakti kritis yang tidak stabil, status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/
atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien
ini antara lain pasien dengan keganasan metastatic disertai penyulit
infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan nafas, atau pasien penyakit
4. Pengecualian
a. Gagal nafas
b. Intoksikasi karbonmonoksida
c. Keracunan obat
d. Asma
a. Pre-shock / shock
a. Peritoneal dyalisis
b. Haemodyalisis
b. Electrolytes problems
a. Trauma kepala
b. Trauma dada
c. Multiple trauma
a. IMA
b. Bedah jantung
a. Coma
b. CVA
Sementara pasien yang dapat keluar atau dipindahkan dari ICU menurut
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (1966)
disadarkan pada pertimbangan medis oleh kepala ICU dan atau tim yang merawat
pasien, meliputi dua kriteria yaitu:
1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga
tidak memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut
4. Ruang perawatan tersendiri namun dekat dengan kamar operasi dan UGD.
5. Memiliki sistim regulasi / alur / kriteria pasien masuk dan keluar ICU
c. Tenaga fisioterapi.
1. CPR
3. Terapi oksgen
8. Fisioterapi dada
1. Pelayanan intensif untuk pasien medikal bedah, trauma, bedah saraf dan
bedah vascular.
3. Memiliki sistim regulasi / alur / kriteria pasien masuk dan keluar ICU
4. Ruang perawatan tersendiri namun dekat dengan kamar operasi dan unit
gawat darurat.
2. Ruang perawatan tersendiri namun dekat dengan kamar operasi dan unit
gawat darurat.
3. Memiliki sistim regulasi / alur / kriteria pasien masuk dan keluar ICU
8. > 75% perawat bersertifikat ICU atau memiliki pengalaman bekerja di ICU
minimal 3 tahun
13. Didukung oleh tenaga administratif, medical record dan staf lainnya.
Perawat memiliki peran dan fungsi yang sangat vital pada perawatan
pasien. Peran dan fungsi tersebut meliputi:
c. Monitoring penyakit
a. Tingkat kesadaran
b. Tanda-tanda vital
c. Keseimbangan cairan
9. Mempersiapkan discharge
Anda baru saja mempelajari meteri awal tentang konsep keperawatan kritis.
Sebelum berlanjut ke materi berikutnya, kerjakan terlebih dahulu latihan soal-
soal berikut. Setelah selesai mengerjakan soal, cocokkan jawaban anda dengan
jawaban yang tersedia pada bagian akhir dari kegiatan belajar ini.
a. ICU
b. BICU
c. NICU
d. SICU
3. Pasien A mengalami luka bakar derajad 2 daerah dada, perut dan ekstermitas
atas, pernafasan stabil. Pasien B post operasi pemasangan braf atau CABG.
Pasien C kecelakaan lalu lintas, tidak sadar, trauma abdomen terbuka
usus tergurai keluar. Pasien D post operasi laparatomy, somnolen, status
hemodinamik dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Manakah pasien
yang mendapatkan prioritas I perawatan intensif?
a. Pasien A
b. Pasien B
c. Pasien C
d. Pasien D
a. Respiratori metabolik
b. Asma
c. Trauma kepala
Selamat, anda baru saja menyelesaikan latihan soal dari Kegiatan Belajar
I. Selanjutnya periksalah apakah jawaban anda sudah benar dengan
mencocokannya pada kunci jawaban pada bagian akhir dari modul ini.
Anda baru saja menyelesaikan kegiatan Belajar I. Untuk dapat dapat memperoleh
pemahaman yang lebih lengkap, carilah materi-materi yang terkait dengan
Keperawatan Kritis atau intensif serta jurnal-jurnal lainnya untuk mendukung
pembelajaran berbasis bukti. Selanjutnya diskusikan dengan teman anda agar
pemahaman anda menjadi lebih mendalam.
Kegiatan Belajar II
TUJUAN
Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini Anda diharapkan mam-
pu menjelaskan tentang pengkajian keperawatan pada pasien
kritis atau tidak stabil yang dirawat di ICU.
TUJUAN
Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan pembelajaran pokok Pokok-Pokok Materi
bahasan ini diharapkan anda dapat :
1. Konsep pengkajian keperawatan kritis
1. Konsep pengkajian keperawatan kritis 2. Pengkajian kesadaran
2. Pengkajian kesadaran 3. Pengkajian primer
3. Pengkajian primer 4. Pengkajian sekunder
4. Pengkajian sekunder 5. Pengkajian fungsional
5. Pengkajian fungsional 6. SBAR
6. SBAR
Pengkajian kesadaran
b. Bingung =4
a. Mematuhi perintah =6
b. Melokalisir nyeri =5
Pengkajian primer
1. Airway
b. Apakah pasien diam, apakah suara nafas pasien bersih atau tidak jernih?
d. Apakah ada injuri pada hidung, mulut atau tenggorokan yang berdampak
pada cidera jalan nafas?
2. Breathing
a. Dengan Look, Listen dan Feel selama 10 detik, apakah pasien bernafas?
Jika tidak bernafas segera cari bantuan dan mulai RJP (AHA, 2010 telah
mengeluarkan rekomendasi baru dengan CAB)
c. Jika anda tidak tahu, apakah pasien takipnea ekstrim (≥ 40 kali / menit)
atau bradipnea ≤ 6 kali / menit?
3. Circulation (C)
c. Jika anda tidak tahu, apakan pasien takikasre ekstrim (≥140 kali / menit)
atau bradikardia (≤40 kali / menit). Apakah nadi teratur?
e. Jika tekanan darah tidak terukur apakah pasien punya tanda yang
h. Apakah pasien tidak buang air kecil? Apakah urine output pasien 30 ml/
jam?
i. Jika nadi tidak teraba maka segera lakukan RJP (AHA, 2010 telah
mengeluarkan rekomendasi baru dengan CAB). Jika nadi teraba segera
pasangkan dengan monitor EKG
Namun dari evaluasi yang dilakukan oleh para ahli resusitasi dari berbagai
negara disebuktan bahwa sebagian besar kasus henti jantung diakibatkan oleh
henti jantung mendadak atau Suddent Cardiac Arrest (SCA). Pada saat tersebut
bantuan yang paling diperlukan oleh pasien adalah sirkulasi darah ke organ
vital yaitu otak dan jantung. Oleh karena itu American Heart Assosciation (2010)
merekomendasikan RJP pada pasien dengan SCA untuk semua umur kecuali bayi
baru lahir menggunakan metode CAB sebagai berikut:
b. Kedalaman kompresi:
3) Bayi = 4 cm
4. A (airway), buka saluran nafas dengan head tilt chin lift atau jaw thrust bagi
pasien yang diduga mengalami cidera khususnya pada vertebra cervikalis.
7. Jika RJP dilakukan oleh orang awan atau tidak terlatih maka cukup dilakukan
kompresi dada saja.
8. Jika pasien sidah terpasang alat bantu airway maka ventilasi diberikan tiap
6 – 8 detik mengabaikan rasio yang direkomendasikan.
1. Disability (D)
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai status neurologi secara cepat dan
tepat. Salah satu alat pengkajian yang paling sering digunakan adalah
pengkajian menggunakan metode AVPU. Secara urut pengkajian tersebut
adalah:
Pengkajian sekunder
1. S (Symptoms), yaitu gejala utama yang dirasakan pasien pada saat itu
4. P (Past Medical History) atau riwayat medis sebelum pasien dirawat saat ini
5. L (Last Oral Intake) atau terakhir kali pasien makan dan minum dan jenis
atau detil dari makanan atau minuman yang baru saja dimakan atau
diminum
Pengkajian fungsional
SBAR
1. S (Situation)
Informasi yang dimuat pada bagian ini meliputi informasi penting yang
terkait dengan pasien mulai dari identitas, diagnosis medis, diagnosis
keperawatan, lama hari rawat, klasifikasi pasien, keluhan utama dan
sebagainya.
2. B (Baground)
3. A (Asessment)
4. R (Recommendation)
c. Menilai CRT
2. Seorang pasien mambuka matanya ketika dicubit kuat antara ibu jari dan
jari telunjuk. Skor respon membuka mata pasien tersebut adalah ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
b. Pupil unisokhor
c. CRT 4 detik
b. Penurunan kesadaran
d. Syok
Selamat, anda baru saja menyelesaikan latihan soal dari Kegiatan Belajar
II. Selanjutnya periksalah apakah jawaban anda sudah benar dengan
mecocokkannya pada kunci jawaban pada bagian akhir dari modul ini.
TUJUAN
Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3 ini Anda diharapkan
mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pa-
sien kritis yang menggunakan alat artificial airway.
TUJUAN
Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembela-
jaran yang diuraikan pada Kegiatan Pembela-
Pokok-pokok Materi :
jaran-3, diharapkan Anda dapat menjelaskan
tentang: 1. Intubasi
2. Permasalahan yang sering terjadi
1. Intubasi
3. Humidifikasi
2. Permasalahan yang sering terjadi
4. Suctioning
3. Humidifikasi
5. Manajemen keperawatan
4. Suctioning
6. Diagnosis dan Rencana Asuhan
5. Manajemen keperawatan
Keperawatan
6. Diagnosis dan Rencana Asuhan
Keperawatan
Ada beberapa jenis alat bantu nafas yang sering digunakan, diantaranya
adalah :
4. Combitube Airway
Untuk alat bantu jalan nafas dengan Pipa Endotrakhea (gambar 1) , pipa
trakhea dimasukkan ke dalam trakhea melalui mulut atau hidung melewati
laring dan berujung pada trakhea sementara untuk alat bantu nafas dengan pipa
trakheostomy, pipa dimasukkan melalui area leher dengan melakukan insisi kecil
untuk memasukkan pipa agar pipa dapat menjangkau trakhea. Pipa endotrakhea
lebih sering digunakan di ICU karena beberapa pertimbangan diantaranya
adalah pipa dapat dipasangan dengan cepat dan tidak memerlukan insisi kulit
sebagaimana yang dilakukan pada tracheostomi.
Menurut Bond dan Dax (2000) indikasi penggunaan alat bantu nafas adalah
sebagai berikut:
Pasien yang memerlukan alat bantu jalan nafas biasanya adalah pasien yang
mengalami distres pernafasan akut dan mengalami perubahan kesadaran.
Intubasi
Menurut Bond dan Dax (2000) intubasi secara tradisional dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu melalui oral, nasal dan tracheostomy. Terkecuali karena ada
indikasi operasi atau karena patofisiologi tertentu yang menuntut pemasangan
dengan rute tertentu, maka pada umumnya intubasi oral biasanya dilakukan
untuk jangka pendek, intubasi nasal untuk jangka menengah dan tracheostomy
untuk jangka panjang.
Humidifikasi
Epitel pada hidung kaya akan sistim sirkulasi vena yang terlindung dalam
concha. Turbulensi udara memaksimalkan kontak langsung antara pertukaran
panas dan lembab (Woodrow, 2000). Intubasi endotrachea menyebabkan udara
inspirasi tidak melewati proses filtrasi, humidifiksi maupun penghangatan secara
fisiologis. Karena udara tidak melewati proses inspirasi secara normal maka
jaringan membran di bawah pipa ET mengalami dehidrasi, dan berpotensi terjadi
nekrosis tracheobronchitis. Udara yang panas membawa uap air yang lebih dari
pada udara dingin sehingga saturasi oksigen dalam ruangan tidak akan terpenuhi.
Menurut Woodrow (2000) gas yang tidak tersaturasi dengan baik pada akhirnya
menyebabkan membran muosa makin kering dan meningkatkan resiko terhadap:
1. Infeksi
4. Disfungsi surfaktan
Suctioning
1. Infeksi
2. Trauma
3. Hipoksia
4. Atelektasis
4. mendadak hipoksia
1. perdarahan
2. udema
3. stenosis
4. metaplasia
Oleh karena itu tekanan negatif suction harus diatur sedemikian rupa
supaya dapat mengangkat sekret namun juga aman terhadap resiko-resiko
tersebut. Diskoneksi ventilator ke pasien dan tekanan negatif dari suction dapat
menyebabkan hipoksia melalui:
3. kolap alveoli
Oleh karena itu suctioning harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat
maksimal 15 detik dan secepatnya menyambungkan kembali ke ventilator. Perawat
dianjurkan menahan nafas saat melakukan suction sehingga dapat mengukur
kebutuhan pasien akan oksigen pada saat yang bersamaan.
Definisi : suctioning adalah aspirasi sekresi yang berlebihan dari trakhea dengan
memasukkan keteter melalui pipa ET atau tracheostomy.
Tujuan : untuk memelihara agar saluran nafas terbukadan memfasilitasi agar
ventilasi adekuat ketika pasien tidak dapat membatuk dan membersihkan saluran
nafasnya sendiri
Persediaan alat:
1. Mesin suction
6. Pipa cadangan untuk antisipasi jika pila perlu diganti atau terlepas
8. Stetoskop
2. Kenakan proteksi diri dengan benar dan pasang pengalas proteksi pasien
10. Dengan posisi suctioning tidak aktif, masukkan kateter suction steril ke
dalam pipa ET sampai ke Carina dan beritahu pasien bahwa tindakan ini
akan menstimulasi batuk.
11. Aktifkan mesin suction dan keluarkan kateter sambil memutar kateter.
14. Monitor denyut nadi, irama, tekanan darah dan saturasi oksigen
15. Tahan nafas pada saat bersamaan melakukan penghisapan agar kita
dapat merasakan lamanya waktu penghisapan yang kita lakukan.
16. Jika sekret terasa keras atau kering, berikan beberapa tetes normal saline
ke dalam pipa tracheostomy dan pada saat yang bersamaan
17. Bersihkan cateter dengan melakukan suction pada larutan normal saline
ketika selesai penghisapan.
Manajemen keperawatan
2. Pemeliharaan inflasi cuff yang tepat. Tekanan cuff harus selalu dimonitor
secara teratur untuk menjaga ketepatan posisi ujung pipa dan mencegah
terjadinya trauma pada mukosa trakhea.
5. Pengkajian komplikasi.
Menurut Bond dan Dax (2000) rencana asuhan keperawatan yang dapat
diberikan pada pasien yang memerlukan alat bantu jalan nafas adalah sebagai
berikut:
Kriteria hasil yang diharapkan adalah suara nafas pasien normal dan sekret
tipis dan mudah dikeluarkan.
e. Dukung mobilitas pasien, ubah posisi minimal tiap 2 jam sesuai toleransi
Kriteria hasil yang diharapkan adalah tidak ada tanda atau gejala infeksi
dan pemeriksaan kultur sputum negatif.
c. Jaga agar posisi kepala tetap lebih tinggi terutama saat memberikan
makan
f. Auskultasi suara nafas segera setelah intubasi setiap 4 jam atau sesuai
kebutuhan.
a. Posisikan kepala lebih tinggi dan pertahankan suff selalu terisi pada
saat pasien makan atau diberikan makan melalui sonde
a. Dengan melepas pipa oral airway, berikan perawatan oral setiap dan
sikat gigi serta bilas tiap 2 jam
c. Sediakan bel atau alat tanda panggil yang mudah diakses pasien
1. Alat bantu jalan nafas yang dipasang melalui incisi kulit pertengahan leher
adalah ....
a. Tracheostomy tube
b. Endotracheal tube
a. Pharyng
b. Pita suara
c. Trakhea
d. Bronchus
e. Bronchiolus
a. Tracheostomy
b. Intubasi endotrachea
e. Semua benar
2. Manakah pasien berikut yang memenuhi kriteria untuk dikeluarkan dari ICU?
a. CCU
b. NICU
c. BICU
d. SICU
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
a. A – B – C
b. B – A – C
c. C – A – B
d. C – B – A
a. Tingkat kesadaran
a. Cubitan
b. Sentuhan
c. Panggilan
d. Tanpa dipanggil
a. Umur pasien
b. Riwayat alergi
c. Rencana tindakan
d. Diagnosis keperawatan
11. Posisi pasien untuk pengukuran Tekanan Vena Jugular adalah ....
a. Sim
b. Pronasi
c. Supinasi
12. Lama kateter suction berada pada pipa ET pada saat suctioning adalah ....
a. 10 detik
b. < 5 menit
c. < 15 menit
d. Tidak terbatas
d. Semua benar
14. Alat bantu jalan nafas yang sekaligus berfungsi melindungi pipa ET dari
tergigit adalah ....
c. Tracheostomy tube
Bond, E. F. dan Dax, J. (2000). Nursing Management, Critical Care. dalam Lewis, S.M.,
Heitkemper, M.M., & Dirksen, S.R. Medical Surgical Nursing: Assessment
andManagementofClinicalProblems. (5th ed.). St. Louis: Mosby.