Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP RUANG PERAWATAN


PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU)

STASE KEGAWATDARURATAN KRITIS

DISUSUN OLEH:

ERNI SUSANTI
NIM. 1908008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia. PICU menyediakan kemampuan dan
sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital
dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Pada saat ini, PICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah
atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu
intensive care medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi dukungan fungsi
organ-organ vital seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal
dan lain-lainnya, baik pada pasien dewasa atau pasien anak.
Rumah Sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan PICU/NICU yang
profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada
PICU perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga
profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana, prasarana serta peralatan juga
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan PICU. Oleh karena itu,
mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana,
serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan PICU perlu
dikonsentrasikan.
B. Tujuan Pelayanan
1. Acuan atau pedoman untuk meningkatkan mutu pelayanan di Ruang PICU
2. Sebagai pedoman bagi perawat PICU/NICU dalam memberikan asuhan
keperawatan di Unit PICU
3. Menjamin safety bagi pasien maupun petugas
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Definisi
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
Unit Perawatan Intensif Anak atau Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang dirancang untuk penanganan
penderita anak yang mengalami gangguan medis, bedah dan trauma, atau kondisi
yang mengancam nyawa lainnya, sehingga memerlukan perawatan intensif,
observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus.

B. Pelayanan PICU
Pelayanan yang diberikan di PICU adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

Kebutuhan dari masing-masing bidang akan bergantung dari tingkat pelayanan


tiap unit.

1. Pengelolaan pasien langsung


Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh dokter intensivis
dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis,
menjadi ketua tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut
merawat pasien. Cara kerja demikian mencegah pengelolaan yang terkotak-
kotak dan menghasilkan pendekatan yang terkoordinasi pada pasien serta
keluarganya.
2. Administrasi unit
Pelayanan PICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang
menjamin pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk tercapainya
tugas ini diperlukan partisipasi dokter intensivis pada aktivitas manajemen.
3. Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian
PICU melakukan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga medis dan non-
medis mengenai hal-hal yang terkait dengan PICU terdiri dari:
a. Pelatihan BTCLS-PPGD
b. Pelatihan Keperawatan Kritis Anak Bagi Perawat
c. Pelatihan PICU
d. Pelatihan BHD
e. RJP anak
f. Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
g. Pelatihan Resusitasi
h. Pelatihan Excelent Service
i. Pelatihan Pengembangan Motivasi Berprestasi (AMT)
j. Pelatihan Assesor Kompetensi Klinik
k. Penggunaan ventilator
l. Penggunaan CPAP,NCPAP

C. Indikasi
Pasien yang dirawat di PICU adalah:
a. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.
Kriteria masuk :
1) Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat
bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu,
obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-
lainnya
2) Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di PICU, sebab
sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemberian therapy surfactan
3) Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau
manfaat terapi di PICU pada golongan ini sangat kecil.
b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
konstan dan metode terapi titrasi.
c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan
segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. Pasien sakit kritis
meliputi :
1) Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan,
serta memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan
yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi
2) Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta dilakukan
intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.
Kebutuhan pasien PICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan
hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing
(fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi
organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.
Demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di PICU,
diperlukan tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu,
dengan tugas utamanya memberi masukan dan bekerja sama dengan staf
struktural PICU untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan PICU

D. Klasifikasi Pelayanan Picu


1. Pelayanan PICU primer
Pelayanan PICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera
untuk pasien gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan
mempunyai peranan penting dalam pemantauan dan pencegahan penyulit
pada pasien medik dan bedah yang berisiko. Dalam PICU dilakukan ventilasi
mekanik (invasif atau non-invasif) dan pemantauan kardiovaskuler sederhana
selama beberapa jam.
2. Pelayanan PICU sekunder
Pelayanan PICU sekunder memberikan standar PICU yang tinggi, mendukung
peran rumah sakit lain yang telah ditentukan, misalnya pneumonia, diare,
dengue, malaria, measles, sepsis bakterial yang berat, kasus bedah,
pengelolaan trauma, dan lainlain. PICU hendaknya mampu memberikan
tunjangan ventilasi mekanis lebih lama melakukan dukungan/ bantuan hidup
lain tetapi tidak terlalu kompleks.
3. Pelayanan PICU tersier
Pelayanan PICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk PICU, mampu
menyediakan perawatan pediatrik definitif yang bersifat kompleks, progresif,
berubah dengan cepat, baik bersifat medis, operasi, maupun gangguan
traumatik, termasuk kelainan genetik/ bawaan yang sering membutuhkan
pendekatan yang bersifat multidisipliner. Memberikan pelayanan yang
tertinggi termasuk dukungan/bantuan hidup multi-sistem yang kompleks
dalam jangka waktu yang tak terbatas. PICU ini melakukan ventilasi mekanik,
pelayanan dukungan/ bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan
kardiovaskular invasif dalam jangka panjang dan mempunyai dukungan
pelayanan medik. Semua pasien yang masuk ke dalam unit harus dikelola oleh
konsultan Pediatrik Gawat Darurat.
BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Pasien
Setelah dilakukan triage dari IGD Sebelum pasien dimasukkan ke
PICU/NICU, pasien dan/atau keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan
perawatan di PICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan
selama pasien dirawat di PICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala PICU
atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya
dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di PICU. Persetujuan
dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.
Indikasi keluar masuk PICU
Pasien sakit kritis meliputi :
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta
memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang
ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.
2. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta dilakukan
intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.
Kriteria masuk PICU dibagi menjadi 3 prioritas, yaitu :
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu
suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti
aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di PICU, sebab sangat
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemberian
therapy surfactant.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat
terapi di PICU pada golongan ini sangat kecil.
Kriteria pasien masuk PICU berdasarkan usia:
1. Anak umur 28 hari – 16 tahun.
2. Anak post operasi laparotomy.
3. Anak dengan kejang lama/berulang.
4. Anak dengan kebutuhan O2 lebih dari 80%.
5. Anak dengan pemakaian obat inotropic
6. Anak dengan alat ventilator
7. Anak dengan shock/resiko perdarahan

B. Pencatatan dan pelaporan


Catatan PICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di PICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat
tersebut. Pencatatan menggunakan status khusus PICU yang meliputi pencatatan
lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di PICU, data tanda vital,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal, dan sebagainya) secara
berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat, serta
jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan PICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, sistem skoring prognosis, penggunaan alat bantu, lama rawat, dan
keluaran (hidup atau meninggal) dari PICU.
C. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna
mewujudkan pelayanan PICU yang aman, bermutu dan mengutamakan
keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti
untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat
diupayakan penyelesaian yang efektif.
Indikator pelayanan PICU yang digunakan adalah sistim skoring prognosis
dan keluaran dari PICU. Sistem skoring prognosis dibuat dalam 24 jam pasien
masuk ke PICU. Contoh sistim skoring prognosis yang dapat digunakan adalah
APACHE II, SAPS II, dan MODS. Rerata nilai skoring prognosis dalam periode
tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan
adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas
terhadap nilai skoring prognosis.

D. Hal – hal yang harus diperhatikan


1. Observasi keadaan umum pasien tiap jam
2. Observasi tanda – tanda vital tiap 1 jam
3. Pengukuran intake dan output pasien
4. Merubah posisi 2 – 3 jam sekali

E. Prosedur medic Ruang PICU


1. Pemasangan stomach tube
2. Pemasangan vena central
3. Pemasangan infus
4. Pemasangan kateter
5. Intubasi dan perawatannya
6. RJP anak
7. Pemakaian ventilator
8. Ekstubasi
9. Fisiotherapi
10. Suction
11. Balance cairan
12. Penghitungan obat inotropic
13. Pemeriksaan AGD
14. EKG
BAB IV
PENUTUP

Laporan pendahuluan konsep perawatan pelayanan Pediatric Intensive Care


Unit (PICU) disusun dalam rangka memberikan acuan bagi mahasiswa yang
melakukan praktik klinik di unit pelayanan PICU dan membantu menyelenggarakan
pelayanan PICU yang bermutu, aman, efektif dan efisien. Tentunya konsep perawatan
Pelayanan PICU akan terus mengikuti perkembangan ilmu dan tehnologi maka dari
itu penyusunan laporan pendahuluan akan terus disempurnakan.
Sebagai mahasiswa maupun tenaga kesehatan hendaknya selalu terus
meningkatkan dan mengaplikasikan ilmu sesuai dengan kompetensi profesional yang
dimiliki. Sehingga peningkatan pelayanan perawatan pelayanan terhadap pasien
khususnya terhadap pelayanan PICU dapat memberikan hasil yang optimal terhadap
perubahan status/derajat kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta:
EGC.

Christopher, F, L, et al. (2012). Seizures in children. Emedicine health.


http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm, diunduh
15 maret 2016.

Costello, A. M. (2008). Hospitalization diperoleh dari


http://www.answers.com/hospitalization, diunduh 15 Maret 2016.

Djitowiyono, sugeng. (2011). Asuahan keperawatan neonates dan anak.Yogyakarta :


Nuha Medika.

Erveline & Nanang Djamaludin. (2010). Panduan pintar merawat bayi dan balita.
Jakarta: PT Wahyu Media.

Hidayat, A.A.A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak I. Jakarta : Medika


Salemba.

Hockenberry,M,J & Wilson, D. (2009). Wong’s assentials of pediatric nursing


(1Thed). St. Louis: Elsevier Mosby.

Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Mansjoer, (2000). Kapita selekta kedokteran, (1Thed), jilid2. Jakarta : Media


Aesculapius.

M. Rudolph, Abraham. (2006). Buku ajar pediatrik rudolph. Jakarta: Rudolph.


Nursalam, susilaningrum, utami S. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak.
Jakarta : Salemba Medika.

Nelsonwaldoe. (2009). Nelson ilmu kesehatan anak. (15Th ed). Volume 3. Jakarta :
EGC.

Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit (2Thed). Jakarta : EGC.

Schwartz, M, W. (2005). Pedoman klinis pediatri. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai