A. Dewasa
Dada 9 %
Punggung atas 9%
Perut 9 %
Punggung bawah 9%
Kelamin 1%
Tungkai depan 9 %
Tungkai belakang 9%
Total: 100%
B. Bayi
Lengan 10%
Tungkai 13,5%
Bokong 5%
Alat kelamin 1%
Luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.6
Sengatan matahari bagi kita tidaklah merupakan masalah besar dan jarang terjadi. LB akibat
kobaran api dan jilatan api sering terjadi pada orang dewasa sedangkan bayi dan anak-anak
lebih sering tersiram air panas. 3
Kecelakaan akibat kompor/petromak yang meledak, drum, karbit meledak, kobaran api pada
tangan yang dicuci dengan bensin dan lain-lain sering terjadi. Minyak panas dan benda-benda
panas sering menjadi sumber penyebab LB pada ibu-ibu rumah tangga. Penelitian di
Belanda menunjukkan 70 %, kejadian LB terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat
industri dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu lintas.
Usia rata-rata penderita LB yang memerlukan perawatan di RS adalah 26,8 tahun dan
umumnya pria (74,7%).3
Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk
menghitung secara cepat dipakai Rule of Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat
diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda.
Untuk keperluan pencatatan medis, digunakan kartu luka bakar dengan cara LUND &
BROWDER. 1,8
1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” oleh Polaski dan Tennison
dari WALLACE :
Area
0 1 5 10 15 dws
Penderita LB dapat digolongkan berdasarkan dalamnya jaringan yang terbakar. Klasifikasi ini
selalu dikaitkan dengan luas permukaan tubuh yang terbakar dan kita kenal sebagai derajat
luka bakar. Derajat luka bakar ditentukan oleh kedalaman jaringan tubuh yang rusak oleh
trauma panas dan tergantung oleh 2 faktor berikut : 3
Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat (nekrosis)
sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitarnya yang cukup
mengandung air akan cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih ringan. 3
Bagan
(Klasifikasi LB) 1
Merah
Kering
Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan luka kerusakan kulit
dan perlu tidaknya penderita LB mendapat perawatan intensif, yaitu : 3
Karena LB sangat bervariasi baik mengenai luas permukan tubuh maupun dalamnya jaringan
yang terbakar, maka perlu ditetapkan keadaan-keadaan yang memerlukan perawtan dan
pengobatan di Rumah Sakit. Dalam hal ini dapat dipakai patokan sebagai berikut : 3
2. LB II > 30 °% LPT
3. LB III > 10% LPT
6. LB III yang mengenai bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan dan
kaki.
4. LB III <>
1. LB ringan
2. LB I
3. LB II <>
4. LB III <>
Pada LB terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. Trauma panas
menghasilkan perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar, yaitu zone dengan sel-sel
mati sehingga sifatnya irreversible (zona koagulasi) dan daerah paling luar yang
memperlihatkan hiperemia dimana kerusakan sel sangat minim dan paling dini menunjukkan
perbaikan (zona hiperemia). Diantara keduanya terdapat zona statis dengan gangguan pada
sel dan sirkulasi darah yang bersifat sementara. Tetapi zona statis ini sangat potensial untuk
menjadi luka yang lebih luas dan lebih dalam sehingga mengenai seluruh tebal kulit karena
kondisi sel-selnya sangat peka terhadap infeksi dan kekeringan yang menimbulkan kematian
sel.
Dengan penanganan LB yang adekuat akan memberikan kesempatan kepada pembuluh darah
untuk menghilangkan sludging (pengendapan partikel padat dari cairan) dan hipoksia
jaringan tidak berlarut-larut.
1. Perubahan Fisiologi
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok, yang
dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi-kondisi
ini dijumpai pada fase awal / akut / syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.7
1. Gangguan Cairan
Terjadi perpindahan cairan dan elektrolit dari intravaskular ke ekstravaskular dan penguapan
air yang berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.
Cairan dalam darah dan cairan ekstra sel dari bagian tubuh yang tidak terbakar pindah tempat
masuk ke dalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bula untuk kemudian
sebagian melalui kulit yang rusak. Ini menjelaskan bahwa pada syok LB selain hipovolemia
juga terjadi kekurangan cairan ekstra sel dalam jaringan yang sehat sehingga terjadi gangguan
metabolisme sel yang memperberat syok.3
cc/jam/m2 LPT
nsensible Loss
Resistensi perifer naik karena sistem arteriol mengalami vasokonstriksi disamping viskositas
darah yang bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan fenomena sludging yang
mengakibatkan bertambah hebatnya gangguan sirkulasi perifer sehingga oksigenasi dan
perfusi jaringan sangat buruk.3
Perubahan pada fungsi ini posisi anterior bersifat neurogen dan tidak jelas apakah
dipengaruhi oleh rangsangan metabolik.
Sistem saraf simpatis terangsang akibat trauma yang cukup lama. Rasa nyeri, ketakutan dan
kerusakan jaringan.
Pengaruh perubahan pola produksi dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan adanya
perubahan metabolik dalam jaringan.3
4.Gangguan immunologi
Netrofil-netrofil yang seharusnya memfagosintesa kuman-kuman, terperangkan dalam kapiler
di zona stasis. Secara bertahap penurunan daya tahan ini berkurang. Bila tubuh adekuat akan
terjadi granulasi di zona stasis dan dapat menahan pertumbuhan bakteri, tetapi bila tidak,
pada saat penurunan kemampuan neutrofil dapat timbul sepsis LB.3
1. Penatalaksanaan
Penalataksanaan (assessment) dan penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti
kaidah standar Advanced Trauma Life Support dari Komite Trauma American College of
Surgeons. Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D penderita 4
A – (airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (larinx, pharinx) akibat cedera inhalasi
yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness).
Kecurigaan dibuat bila ditemukan oedem mukosa mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa
pembakaran di hidung atau mulut dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus
segera ditangani karena angka kematiannya sangat tinggi.
B – (Breathing) : Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri
atau eschar melingkar di dada.
C – (Circulation) : Status volume pembuluh darah Keluarnya cairan dari pembuluh darah
terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel dinding
pembuluh darah). Bila disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah
atasi syok lalu lanjutkan resusitasi cairan.
1. Penanganan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. 5
5. Dinginkan tubuh
Panas akan menetap pada kulit selama 15 menit dan akan menjalar ke bagian yang lebih
dalam, menyiram dengan air dingin 20° – 30 °C dan bersih sangat menolong, karena :
mengurangi nyeri
mengurangi oedem
Analgetik dapat diberikan secara oral atau suntikan (morfin / petidin) dan meletakkan bagian
yang terbakar pada posisi yang lebih tinggi.
1. Jalan nafas
Jalan nafas diperiksa, bila dijumpai obstruksi jalan nafas, lakukan pembersihan dan
pemberian O2.
1. Mencegah shock
Pemasangan infus, luka bakar kurang dari 30% : 500 ml RL/jam; lebih dari 30% : 100 ml
RL/jam.
4. Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu
tracheostomi atau intubasi.
6. Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.
8. Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
9. Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah.
10. Periksa cidera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan
adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan
jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan
diindikasikan pada LB II atau LB III dengan luas > 25%, atau bila pasien tidak dapat
minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan parenteral.
Tiga cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu : metode Evans, metoda Brook dan metoda Baxter. 1,2,5,8
Metoda Elektrolit Koloid Dextrose
Baxter
4 cc/kgBB/%
( R.L )
Cairan diberikan dalam tetes merata. Cara menghitung tetes, dipakai rumus :
Keterangan :
24 jam I
Separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam I diberikan dalam 8 jam I (dihitung mulai
saat kejadian LB).
24 jam II
1. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara
iv. Hati-hati dengan pemberian IM (akibat sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan di dalam otot). 1,5
2. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan
melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam
bak khusus yang mengandung larutan antiseptik (lokal) ® Betadine® atau nitras
argenti 0,5%.1,2
3. Pemberian antibiotika pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan
mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Silver nitrate 0,5%, mafinide asetate 10%,
silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat.1,2
1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15%
pada orang dewasa.
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata,
tangan, kaki atau perineum. 1,5
1. Perawatan Luka
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila
digunakan obat tertentu, misalnya mitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan
keluargapun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. 1,2
Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif.
Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat LB
yang dangkal. Untuk LB III dengan eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan
pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu
dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan
secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement. 1,2
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup
luka dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka tampak rapi, terlindung dan
enak bagi penderita. Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya banyak
pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk berkembang biak,
sedapat mungkin luka ditutup kasa penyerap (tole) setelah dibubuhi dan dikompres dengan
antispetik. Balutan kompres diganti beberapa kali sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar
yang terkelupas dari dasarnya akan terangkat, sehingga dilakukan debridement. Tetapi untuk
LB luas debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.
1. Tindakan Bedah
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita LB yang dapat melewati fase aktif adalah eksisi
dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian oleh sepsis
dan akibat-akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara
tangensial. Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.
4. Terapi Suportif
50 – 60% KH
30 – 30% lemak
vitamin C 1.500 mg; B 50 mg
Pemeriksaan laboratorium
Komplikasi
Infeksi. Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis.
Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid
jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan
tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
Curling’s ulcer (ulkus Curling). Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari
ke 5 – 10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai
hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga
berat.
Gangguan Jalan Nafas. Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada
hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.
Konvulsi. Ia komplikasi paling unik, dan sering terjadi pada anak-anak. Konvulsi ini
disebabkan oleh ketidaknyamanan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,
aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
Komplikasi luka bakar yang lain adalah timbulnya kontraktur dan gangguan kosmetis.
Prognosis
Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan luas luka bakar, derajat luka
bakar, umur, tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar, cepat lambatnya pertolongan yang
diberikan dan fasilitas tempat pertolongannya.
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali terutama bila
parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif
dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.
Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa
percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama jika cacat
mengenai wajah atau tangan.
Bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, pneumonia atau
insufisiensi fungsi paru pasca trauma.
J. Lampiran
BAB III
RINGKASAN
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Derajat luka bakar ditentukan oleh
kedalaman jaringan tubuh yang rusak oleh trauma panas dan tergantung oleh :
2. Rambatan panas pada jaringan tubuh (dipengaruhi oleh sifat lokal jaringan)
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Jaringan yang tidak mampu merambatkan panas akan menderita kerusakan hebat (nekrosis),
sebaliknya jaringan yang dapat meneruskan panas ke jaringan sekitar yang mengandung air
akan cepat menurunkan suhu sehingga kerusakan bisa lebih ringan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bisono, Pusponegoro AD; Luka, Trauma, Syok dan Bencana. Dalam : Syamsuhidajat
R, Jong WD ed Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
1997 : 81-91.
1. Sauer EW. Introduction. Naskah Burn Symposium and Workshop. Jakarta : Sub
Bagian Bedah Plastik. Bagian Ilmu Bedah, FKUI, 1997 : 18-25.
1. Charles W. Van Way III, Charles A, Buerk : Manual Ketrampilan Dasar Ilmu Bedah,
Binarupa Aksara, 1990, 105-110.
1. Dr. Sumiardi Karakata; Dr. Bob Bachsinar, Dalam : Bedah Minor, Penerbit
Hipocrates, 1992, 83 – 105.