Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Artritis Gout atau asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-

kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan

nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada

inti sel-sel tubuh (Saraswati, 2009). Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi artritis pirai (asam urat) adalah makanan yang dikonsumsi,

umumnya makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang mengandung

purin terlalu tinggi). Upaya yang dapat dilakukan sebagai tenaga kesehatan

dalam mengontrol kadar asam urat adalah dengan membatasi asupan purin

atau mengonsumsi karbohidrat, mengurangi konsumsi lemak, meningkatkan

asupan cairan, dan tidak mengonsumsi makanan berakohol (Utami, 2009).

Prevalensi penyakit gout pada populasi di USA diperkirakan

13,6/1000 pria dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan

meningkatnya taraf standar hidup (Siti, Idrus, Aru, Marcellus, Bambang, dan

Ari, 2014). Perlu diketahui pula prevalensi penyakit Artritis Gout berdasar

diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasar diagnosis atau

gejala 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di

Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%).

Jawa Tengah (25,5%). (Riskesdas, 2013). Survei epidemiologik yang di

lakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama WHO-COPCORD

terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun di dapatkan bahwa

1
2

prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7%

pada wanita. Secara keseluruhan prevalensi kedua jenis kelamin adalah

17,6%. Penyakit ini dapat di kelompokkan menjadi bentuk gout primer yang

umumnya terjadi (90% kasus) penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tapi

di perkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh, tapi yang

pasti ada hubungannya dengan obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan diabetes

melitus. Gout umumnya di alami oleh laki – laki berusia lebih dari 30 tahun.

Sedangkan gout sekunder (10% dari kasus) di alami oleh wanita setelah

menopause karena gangguan hormon (Dianati, 2015).

Artritis gout merupakan masalah penting bagi kesehatan masyarakat

karena memiliki angka kesakitan, kecatatan, komplikasi dan biaya yang

tinggi. Dalam peneliti Husnah dan Dewi Rahmatika Chamayasinta di pada

tanggal 24 Oktober – 31 Desember 2012 mengenai hubungan pengetahuan

diet purin dengan kadar asam urat pasien artritis gout didapatkan hasil bahwa

berdasarkan pengetahuan diet purin didapatkan 37 orang (71,1%)

berpengetahuan kurang. Hal ini berbeda dengan penelitian Sidauruk (2011),

63 orang (63%) berpengetahuan kurang dan dari hasil tersebut didapatkan

bahwa tedapat hubungan antara pengetahuan diet purin dengan kadar asam

urat pasien artritis gout.

Diet pada penderita asam urat yaitu harus mengonsumsi makanan

yang rendah purin. Penyebab utama pada asam urat karena menigkatnya

kadar asam urat dalam darah yang disebabkan adanya gangguan metabolisme

asam urat. Salah satunya disebabkan karena mengonsumsi makanan yang


3

mengandung purin tinggi. Oleh karena itu, penderita gout dianjurkan untuk

diet rendah purin guna mengurangi purin pembentukan asam urat (Saraswati,

2009).

Keluarga mempunyai tugas dan peran dalam anggota keluarganya

yaitu, mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan

asuhan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,dan yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda,

mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan

timbal balik antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang

menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada

(Jhonson & Leny, 2010).

Seusai dengan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Srondol

Banyumanik Semarang, di dapatkan data selama periode bulan Januari

sampai dengan bulan Oktober 2016 terdapat penderita Artritis Gout sebanyak

26 penderita (Laporan Tahunan Puskesmas Srondol, 2016). Berdasarkan

survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Pukesmas Srondol terdapat 5

(lima) pasien yang menderita artritis gout dan dua diantaranya dikarenakan

ketidaktahuan mengenai makanan yang menyebabkan kadar asam urat

meningkat. Peran perawat sebagai advokator, konsultan, fasilitator, pendidik

kesehatan, dan memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang

sakit. Sehingga perawat harus berperan untuk memberikan informasi dan


4

pengelolaan mengenai asam urat atau Artritis Gout pada masyarakat atau

keluarga yang sudah terkena Artritis Gout. Melihat data dan fakta tentang

bahaya-bahaya penyakit asam urat tampaknya belum banyak diketahui

masyarakat, asam urat masih dipandang sebagai penyakit yang tidak

berbahaya. Akibatnya, banyak orang yang asal-asalan dalam menanganinya.

Upaya pencegahannya pun belum menjadi agenda penting dalam pola hidup

sehari-hari. Maka penulis tertarik untuk membuat laporan kasus tentang

asuhan keperawan keluarga yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga

yang Mengalami Artritis Gout Dengan Fokus Studi Defisit Pengetahuan Diet

Artritis Gout Di Puskesmas Srondol Banyumanik, Kota Semarang.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan

Keluarga yang Mengalami Artritis Gout Dengan Fokus Studi Defisit

Pengetahuan Diet Artritis Gout Di Puskesmas Srondol Banyumanik, Kota

Semarang.

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga yang Mengalami

Artritis Gout Dengan Fokus Studi Defisit Pengetahuan Diet Artritis Gout Di

Puskesmas Srondol Banyumanik, Kota Semarang ?


5

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga yang

mengalami Artritis Gout dengan fokus studi defisit pengetahuan diet

artritis gout di Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Artritis Gout dengan fokus studi defisit pengetahuan diet artritis gout

di Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang.

b. Mendiskripsikan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

Artritis Gout dengan fokus studi defisit pengetahuan diet artritis gout

di Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang.

c. Mendiskripsikan perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

Artritis Gout dengan fokus studi defisit pengetahuan diet artritis gout

di Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang.

d. Mendiskripsikan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

Artritis Gout dengan fokus defisit pengetahuan diet artritis gout di

Puskesmas Srondol Banyumanik Kota Semarang.

e. Mendiskripsikan evaluasi pada klien yang mengalami Artritis Gout

dengan fokus studi defisit pengetahuan diet artritis gout di Puskesmas

Srondol Banyumanik Kota Semarang.


6

E. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan

yang diberikan pada klien yang mengalami penyakit Artritis Gout

terutama pada defisit pengetahuan diet artritis gout.

2. Manfaat praktisi

a. Institusi Pendidikan

Penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat memberi

manfaat dan menambah pengetahuan atau bahan bacaan bagi

mahasiswa/mahasiswi Poltekkes Kemenkes Semarang, terutama

Jurusan Keperawatan Semarang.

b. Perawat

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Artritis Gout dengan cara melibatkan keluarga dalam

memberikan diit pada klien yang mengalami atritis gout.

c. Keluarga

Untuk menambah informasi kepada keluarga tentang

penyakit Artritis Gout, serta meningkatkan kemampuan keluarga untuk

mengenal dan mengetahui cara penyelesaian masalah.

d. Klien

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan

informasi lebih untuk klien tentang Penyakit Artritis Gout.

Anda mungkin juga menyukai