Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Artritis Gout

1. Definisi

Asam urat sering disebut dengan istilah lain Artritis Gout

(pirai), yaitu peradangan pada persendian. Tetapi tidak semua peradangan

sendi adalah artritis gout. Menurut referensi kesehatan kadar artritis gout

normal pria dewasa adalah tidak lebih dari 6,8 mg/dl, dan untuk wanita

dewasa tidak lebih dari 6 mg/dl. Seorang pria dewasa dikatakan

menderita artritis gout bila nilainya di atas 7 mg/dl dan wanita di atas 6

mg/dl. Kadar artritis gout yang melebihi batas normal disebut

Hiperurisemia (Sunanto, 2009). Hiperurisemia adalah terjadinya

peningkatan kadar artritis gout dalam darah melebihi batas normal.

Artritis Gout atau asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-

kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk

turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang

terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam

tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni

makanan dari tanaman (sayur, buah, dan kacang-kacangan) ataupun

hewan (daging, jeroan, dan ikan sarden). Jadi, artritis gout merupakan

hasil metabolisme di dalam tubuh yang kadarnya tidak boleh berlebih

(Saraswati, 2009).

7
8

2. Klasifikasi

Menurut Rahmawati (2010), klasifikasi gout dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Gout Primer

Penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).

Artritis gout jenis ini diduga berkaitan dengan kombinasi faktor

genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan

metabolisme. Gangguan ini dapat meningkatkan produksi artritis gout.

Gout primer bisa juga disebabkan berkurangnya pengeluaran asam urat

dari tubuh.

b. Gout Sekunder

Gout sekunder disebabkan meningkatnya produksi artritis gout karena

nutrisi, yaitu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang

tinggi. Purin merupakan salah satu senyawa basa organik yang

menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam

kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.

3. Etiologi

Penyebab artritis gout menurut Sandjaya (2014) dibagi menjadi dua :

a. Penyebab primer : penyebab primer terkait dengan tubuh dan

kondisi.

Faktor primer penyebab asam urat :

1) Potensi genetik

Potensi genetik untuk seseorang berpotensi terkena penyakit

artritis gout adalah bersifat turunan. Ada seseorang yang


9

memang dari segi gen dia punya potensi untuk teridap penyakit

artritis gout.

2) Ketidakseimbangan Hormon

Ketidakseimbangan hormon bisa mempengaruhi proses

pembentukan purin dalam tubuh menjadi meningkat yang pada

akhirnya hasil sampingan metabolisme zat purin juga akan

meningkat yaitu zat artritis gout.

3) Proses pengeluaran artritis gout terganggu di ginjal.

Produksi artritis gout yang terbentuk sebagai hasil samping

metabolisme dalam kondisi normal akan dikeluarkan dari tubuh

melalui ginjal bersama urin. Namun dalam kondisi atau sebab

tertentu, artritis gout tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal.

Penyebabnya adalah mungkin karena produksi artritis gout

yang sangat tinggi sehingga ginjal tidak bisa mengatasi untuk

mengeluarkannya. Atau bisa juga artritis gout yang diproduksi

normal namun ginjal sedang dalam keadaan tidak fiit alias

sakit.

b. Faktor sekunder, penyebab sekunder terkait dengan asupan

makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Faktor sekunder penyebab asam urat adalah mengonsumi

makanan tinggi purin. Produksi asam urat meningkat jika

mengkonsumsi nutrisi yang tinggi kadar purinnya. Secara alamiah,

purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua


10

makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah,

dan kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jeroan, dan ikan

sarden).

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala penyakit artritis gout menurut Noviyanti (2015) :

a. Terasa ngilu, linu, dan kesemutan di sendi. Serangan pertama biasanya

terjadi di sendi pangkal ibu jari kaki (80% kasus).

b. Sendi membengkak dan kulit di atasnya tampak merah atau keunguan,

kencang dan licin, terasa hangat serta terasa sakit sekali jika kulit di

atas sendih disentuh.

c. Sendi terasa sakit saat cuaca dingin.

d. Demam, menggigil, dan perasaan tidak enak badan serta denyut

jantung yang cepat.

e. Serangan pertama terjadi pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada malam

hari dan pagi hari saat bangun tidur.

f. Serangan pertama hanya terjadi pada saat satu sendi dan berlangsung

selama beberapa hari. Bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Akan tetapi,

pada kasus lain serangan ini bisa juga terjadi pada telapak kaki,

pergelangan kaki, lutut, siku, dan pergelangan tangan.

g. Rasa nyeri datang kembali jika makan makanan dengan kandungan

purin tinggi.
11

h. Jika bagian yang sakit diurut atau dipijat biasanya akan memperparah

rasa sakit. Oleh sebab itu, jika ada rasa sakit dipersendian jangan

langsung dipijat.

5. Patofisiologi

Menurut Helmi (2013), peningkatan kadar asam urat serum

disebabkan oleh pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam

urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolism purin.

Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolism purin akan difiltrasi

secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal.

Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian dieksresikan di nefron

dan dikeluarkan melalui urine. Pada penyakit artritis gout, terdapat

gangguan keseimbangan metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari

asam urat tersebut terdapa penurunan eksresi asam urat secara idiopatik

dan penurunan eksresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal.

Peningkatan asupan makan yang mengandung purin, peningkatan produksi

atau hambatan ekskresi akan meningkatkam kadar asam urat dalam tubuh.

Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah

sehingga cenderung membentuk kristal.

Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam

bentuk kristal mononatrium urat. Penimbunan kristal urat dan serangan

yang berulang akan menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur

putih yang disebut tofi/ tofus di tulang rawan dan kapsul sendi. Pada

tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan graulomatosa,


12

yang ditandai dengan masa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag,

limfosit, fibroblast, dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis yang

persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan

dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat berbentuk di tempat

lain (misalnya : tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam

urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati

gout (Helmi, 2013).

6. Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat tingginya kadar artritis gout dalam tubuh

antara lain :

a. Batu Ginjal

Artritis gout merupakan hasil buangan dari metabolisme tubuh melalui

urin. Urin diproses di ginjal, jika kadar di dalam darah terlalu tinggi

dapat menyebabkan komplikasi dari asam urat seperti batu ginjal

(Sandjaya, 2014).

b. Kerusakan ginjal ( gagal ginjal)

Komplikasi dari artritis gout yang lainnya adalah gagal ginjal. Artritis

gout dapat diibaratkan sebagai sampah yang berada di dalam darah,

sementara ginjal berfungsi sebagai penyaring. Jadi apabila artritis gout

di dalam darah jauh di atas batas normal, maka hal tersebut dapat

menyebabkan kerusakan pada penyaring atau menyebabkan ginjal kita

rusak dan yang paling fatal dapat menyebabkan gagal ginjal (Sandjaya,

2014).
13

c. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu komplikasi dari artritis

gout. Kelebihan asam urat dalam tubuh membuat seseorang berpotensi

terkena serangan jantung. Hubungan antara artritis gout dengan penyakit

jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat merusak endotel/

pembuluh darah koroner. Hiperurisemia juga berhubungan dengan

sindroma metabolik atau resistensi insulin dalam darah, hipertensi, dan

kadar trigliserida darah yang meningkat, semua itu sering

mengakibatkan jantung koroner (Noviyanti, 2015).

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Helmi (2013), artritis gout ini

meliputi pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Pemeriksaan radiologi

utuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi dan adanya erosi pada

permukaan sendi dan kapsul sendi. Sedangkan pemeriksaan laboratorium

meliputi pemeriksaan cairan sinova untuk mengetahui adanya kristal

monosodium urat intraseluler, Pemeriksaan serum asam urat meningkat 7

mg/dl, Urinalis 24 jam untuk mendetkesi resiko batu asam urat, hati,

hipertigliseridemia, dan adanya diabetes mellitus.


14

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan artritis gout menurut Sunanto (2009) ada tiga, yaitu :

a. Penatalaksanaan medis

Umumnya pengobatan medis menggunakan obat-obatan kimia yang

sasarannya diarahkan pada penyembuhan, yaitu :

1) Obat untuk mengatasi peradangan, misalnya kolkisin.

2) Obat untuk menurunkan rasa sakit (analgesik), misalnya Celtamic,

Bonapons, Citostan.

3) Obat untuk menurunkan asam urat, misalnya : fenilbutazon.

b. Penatalaksanaan nonmedis

Pengobatan non medis justru lebih penting karena sifatnya pencegahan

dan penyembuhan, misalnya :

1) Diet makanan

Menjaga pola makan sehat, diantaranya perlu menghindari pemicu

asam urat, yaitu makanan yang banyak mengandung zat purin

tinggi, yaitu: kacang-kacangan, dagung, jeroan, emping mlinjo,

makanan yang banyak mengandung lemak, jamur kering, sarden,

tape singkong, udang, kaldu daging, kikil, kerang, bayam, buncis,

kembang kol. Makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita asam

urat :

a) Makanan yang direbus tau dikukus,yang tidak menggunakan

minyak goring.

b) Banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran organik.


15

c) Minum air putih minimal 8 gelas/hari.

d) Hindari makanan berlemak tinggi, santan, dan goreng-

gorengan.

2) Olahraga teratur

Olahraga teratur baik untuk menjaga kesehatan secara

umum. Dengan olahraga peredaran darah akan menjadi lancar

sehingga terhindar dari pembekuan atau penyumbatan, serta

menjaga kondisi jantung agar sehat, cukup oksigen.

c. Pengobatan Herbal

Pengobatan herbal tidak berbeda dengan pengobatan cara

medis, yaitu mengatasi efek yang ditimbulkan dari serangan asam urat,

peradangan, rasa sakit atau nyeri dan menghilangkan asam uratnya.

Tanaman obat anti inflamasi (peradangan) misalnya : kunyit,

sambiloto, pegagan, daun sendok. Sedangkan tanaman obat yang

berkhasiat menghilangkan rasa nyeri (analgesik), misalnya : sidaguri,

komfrey, biji adas. Dan tanaman obat yang berkhasiat meperlancar

buang air kecil adalah meniran, kumis kucing, pegagan.

9. Pencegahan

Menurut Simanjutak (2014) selain dengan cara mengobati, salah

satu cara mengatasi penyakit asam urat adalah pembatasan purin dengan

cara menghindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (

jantung, hati, usus), sarden, kerang, ikan herring, kacang-kacangan,

bayam, udang, daun melinjo.


16

B. Diet pada Artritis Gout

1. Definisi

Diet adalah satu aturan dalam mengonsumsi berbagai makanan

yang dikhususkan untuk kesehatan (Lenita, 2014). Diet pada penderita

asam urat yaitu harus mengonsumsi makanan yang rendah purin.

Penyebab utama pada asam urat karena menigkatnya kadar asam urat

dalam darah yang disebabkan adanya gangguan metabolisme asam urat.

Salah satunya disebabkan karena mengonsumsi makanan yang

mengandung purin tinggi. Oleh karena itu, penderita gout dianjurkan

untuk diet rendah purin guna mengurangi purin pembentukan asam urat.

Kadar purin dalam makanan normal dalam sehari bisa mencapai 600-1000

mg, sedangkan diet rendah purin dibatas hanya mengandung 120-159 mg

purin, tetapi diet yang dilakukan juga harus memenuhi cukup kalori,

protein, mineral dan vitamin (Wijayakusuma, 2006).

2. Tujuan

Diet asam urat bertujuan untuk mengurangi makanan yang kaya

akan kandungan purin seperti sarden, kangkung, jeroan, dan bayam. Selain

itu diet dari asam urat juga bertujuan untuk mempertahankan status gizi

optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin untuk

selalu dalam keadaan normal (Achmad, 2011).


17

3. Syarat

Menurut Saraswati (2012) syarat diet bagi para penderita gangguan asam

urat yaitu :

a. Pembatasan purin.

Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka penderita

gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun, karena

hampir semua bahan makana sumber protein mengandung

nukleoprotein, maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan, yang

harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg

purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin

per hari).

b. Asupan Kalori

Jumlah asupan kalori harus disesuaikan dengan kebutuhan

tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan

asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus

diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori.

Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bsia meningkatkan kadar asam

urat karena adanya keton bodies yang akan mengurangi pengeluaran

asam urat melalui urin.

c. Karbohidrat

Karbohidrat kompleks, seperti nasi, singkong, roti, dan ubi

sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena

akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi


18

karbohidrat akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.

Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100

gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosa, seperti gula,

permen, arum manis, gulali, dan sirup sebaiknya dihindari karena

fruktosa akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

d. Protein

Protein, terutama yang berasal dari hewan, dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang

mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi adalah hati,

ginjal, otak , paru. Asupan protein tang dianjurkan bagi penderita

gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1

gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah

protein nabati yang berasal dari susu, keju, dan telur.

e. Lemak

Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin,

makanan yang digoreng, bersantan, serta margarin dan mentega

sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen

dari total kalori.

f. Air dan buah

Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang

asam urat melalui urin. Klien disarankan untuk menghabiskan minum

minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas/hari. Air minum bisa berupa

air masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh
19

melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-

buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,

belimbing, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan

yang harus dihindari adalah alpukat dan durian karena keduanya

mempunyai kandungan lemak yang tinggi.

4. Makanan yang Harus Dihindari Pada Penderita Asam Urat

Bagi penderita artritis gout sebaiknya membatasi diri terhadap

hal-hal yang bisa meperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan

yang mengandung tinggi purin, lebih baik memilih makanan yang rendah

purin.

Berikut penggolongan makan berdasarkan kandungan purin

menurut Rahmawati (2010) :

a. Golongan A : Makanan yang mengandung purin tinggi. Jenis makanan

golongan ini sebaiknya dihindari leh penderita asam urat. jenis

makanan yang termasuk golongan ini antara lain :

1) Makanan laut, seperti udang, kepiting, remis, tiram, dan cumi-

cumi.

2) Makanan kaleng, seperti sarden, kornet sapi.

3) Jeroan, seperti usus, paru, otak, jantung.

4) Beberapa jenis buah-buahan, seperti durian, alpukat, air kelapa

muda, emping melinjo.

b. Golongan B : Makanan yang mengandung purin sedang. Makanan

pada golongan ini boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit, yaitu :


20

1) Tahu dan tempe.

2) Ikan, daging kambing, daging ayam, dan daging sapi.

3) Beberapa jenis sayuran, seperti kangkung, bayam, brokoli, tauge,

daun papaya, kacang-kacangan, dan jamur.

4) Makanan berlemak, seperti santan, margarine, goring-gorengan.

Lemak dapat menghambat pengeluaran artritis gout melalui purin.

c. Golongan C : Makanan yang mengandung purin lebih ringan.

Makanan pada golongan ini boleh dikonsumsi penderita gout.

Makanan yang termasuk golongan C, yaitu :

1) Keju, susu, dan telur

2) Makanan sumber karbohidrat, seperti beras, kentang, terigu,

makaroni, bihun, roti, dan biskuit. Akan tetapi, makanan yang

mengandung karbohidrat sederhana golongan fruktosa, seperti

gula, permen, arum manis, gulali sebaiknya dihindari. Karena

fruktosa dapat meningkatkan kadar artritis gout.

3) Buah-buahan, seperti semangka, melon, nanas, belimbing manis,

dan jambu air. Buah-buahan lain juga dapat dimakan, kecuali

durian dan alpukat.

Beberapa jenis sayuran, seperti pare, seledri, dan takokak

sangat baik untuk penderita artitis, termasuk artritis gout. Sayuran

lainnya seperti wortel, sawi, labu selada, ketimun dan lainnya juga

dapat dikonsumsi, kecuali sayuran yang mengandung purin tinggi.


21

C. Dasar Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya dengan sendirinya

pada waktu pengindraan sehingga pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran, dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), mencangkup enam tingkatan,

yaitu :

a. Mengetahui (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk diantara mengingat kembali (recall) terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan ini menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginteerpretasikan materi tersebut dengan

benar.
22

c. Aplikasi (Application)

Kemampuan sebagai alat untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi, atau kondisi real, yaitu dengan menggunakan

hokum,rumus, metode, prinsip dan situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan

masih ada kaitan satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesa adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi atau objek.

Penilaian - penilaian tersebut berdasarkan suatu criteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.

D. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

tempat dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson & Leny, 2010).

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat

penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga akan


23

tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu

kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Harlinawati, 2013).

2. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Padila (2012) ada

beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga Kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.


24

3. Fungsi Keluarga

Friedman (2010) membagi fungsi keluarga menjadi lima yaitu :

a. Fungsi Afektif (fungsi mempertahankan kepribadian): memfasilitasi

stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis

anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial : memfasilitasi sosialisasi primer

anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat

yang produktif, serta memberikan status pada anggota keluarga.

c. Fungsi reproduksi : untuk mempertahankan kontinuitas keluarga

selama beberapa generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi : menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan

alokasi efektifnya.

e. Fungsi keperawatan kesehatan : menyediakan kebutuhan fisik,

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan.

4. Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Achjar (2012), dibagi menjadi dua tipe

yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non tradisional. Keluarga

tardisional terdiri dari keluarga inti (nuclear family), keluarga besar

(extended family), keluarga dyad, single parent, single adult, keluarga

lanjut usia. Sedangkan keluarga non tradisional terdiri dari Commune

family, orang tua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah tangga, dan keluarga homoseksual

(sejenis kelamin hidup dalam satu rumah).


25

5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para

anggotanya. Menurut Harmoko (2012) tugas kesehatan keluarga adalah :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya

Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan keluarga yang tidak

boleh di abaikan, karena kesehatan berperan penting dalam keluarga.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Peran ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga.

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Peran ini digunakan untuk melihat bagaimana keluarga mencari

pertolongan dan mnegerti tentang perawatan yang diperlukan apabila

ada keluarga yang sakit.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.

Peran ini digunakan untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam

memanfaatkan sarana kesehatan.


26

6. Peran Perawat Keluarga

Menurut Jhonson & Leny (2010) perawat keluarga juga ikut berperan aktif

dalam perawatan keluarga, seperti yang tertera dibawah ini:

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

agar:

1) Keluarga dapat melakukan asuhan kesehatan keluarga secara

mandiri.

2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.

b. Koordinator

Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan

yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan

untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin

ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

c. Pelaksanaan

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik

maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui

anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemontrasikan kepada

keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga

nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang

sakit.
27

d. Pengawasan kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan “home visite”

atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi/melakukan

pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e. Konsultan (penasehat)

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah

kesehatan agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka

hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus

bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

f. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah

sakit/anggota kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan

keluarga yang optimal.

g. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam

menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar

dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat

komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya

sistem rujukan dan dana sehat.

h. Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi

wabah.
28

i. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat mengidentifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta

lingkungan yang sehat.

E. Proses Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan menurut Padila (2012) :

a. Pengumpulan data

1) Data Umum, menanyakan nama kepala keluarga, umur, alamat,

dan telepon jika ada, pendidikan kepala keluarga, komposisi

yang terdiri atas nama, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur,

hubungan setiap anggota keluarga, tempat, pendidikan dan

genogram (genogram keluarga dalam 3 generasi).

2) Tipe Keluarga

Menjelakan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala

atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe

keluarga tersebut.

3) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan.
29

4) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5) Status Sosial Ekomoni keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan

baik dari keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

6) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga

pergi bersam-samauntuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,

namum dengan menonton televisi dan mendengarkan radio

juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahapannya yaitu tahap

perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga

yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga

sebelumnya.

c. Pengkajian lingkungan, dapat berupa karakteristik rumah,

karakteristik tetangga dan komunitas RW, mobilitas geografis

keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

d. Stuktur keluarga meliputi, sistem pendukung keluarga, pola

komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran,

nilai atau norma keluarga.


30

e. Fungsi Keluarga

Fungsi perawatan kesehatan yang perlu dikaji yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan keluarga yang

tidak boleh di abaikan, karena kesehatan berperan penting

dalam keluarga. Pada kasus artritis gout yang harus di kaji

pada keluarga adalah, apakah keluarga mengetahui tentang

makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari pada seseorang

yang menderita asam urat ?

2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

a) Apakah masalah yang dirasakan oleh keluarga ?

b) Apakah keluarga langsung membawa salah satu anggota

keluarga yang menderita artritis gout ke pelayanan

kesehatan ?

c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap anggota

keluarga yang menderita penyakit artritis gout apabila

penyakit tersebut kambuh ?

3) Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit.

a) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat anggota

keluarga yang menderita penyakit artritis gout ?

b) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan cara

perawatan yang diperlukan kepada anggota keluarga yang

mendertita penyakit artritis gout ?


31

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

a) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki di

sekitar lingkungan rumah.

b) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara

lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.

5) Menggunakan pelayanan kesehatan.

Apakah anggota keluarga merasa diuntungkan dengan

pelayanan kesehatan ?

f. Stresor dan koping keluarga, stressor ini dibagi menjadi dua yaitu

stresor jangka pendek (memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 6 bulan), dan stressor jangka panjang (memerlukan

penyelesaian lebih dari 6 bulan). Tanyakan kepada keluarga

skoping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi

masalah kepada anggota keluarga yang menderita penyakit artritis

gout ?

g. Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode

yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

h. Harapan Keluarga. Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan

harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang


32

aktual dan potensial, atau proses kehidupan (Potter & Perry, 2006).

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah

kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada rumusan PES

(problem, etiologi, symptom), dimana untuk problem menggunakan

rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat

menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan

menggambarkan pohon masalah. Tipologi dari diagnosa keperawatan

keluarga terdiri dari diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi

defisit/gangguan kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan keadaan

sejahtera (wellness) (Padila, 2012).

Salah satu diagnosa yang muncul pada klien dengan artritis gout

yaitu defisit pengetahuann diet berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai diit artritis gout

(Andarmoyo, 2012).

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi

dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan

dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (mesurable), dapat dicapai

(achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). intervensi

keperawatan keluarga di klasifikasikan menjadi intervensi yang

mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (perilaku). Semua

intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun


33

terapi komplementer pada akhirnya di tujukan untuk meningkatkan

kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan

(Padila 2013).

Intervensi keperawatan keluarga menurut Andarmoyo (2012),

untuk defisit pengetahuan adalah :

a. Beri informasi yang memadai terhadap suatu masalah. Pada kasus

artritis gout, kaji pengetahuan keluarga tentang artritis gout meliputi

pengertian, penyebab, pencegahan dan cara penatalaksanaan dietnya.

b. Betulkan atau luruskan informasi yang salah. Pada kasus artritis gout,

beri penjelasan tentang diet artritis gout yang benar.

c. Berikan kesempatan keluarga untuk mengetahui lebih banyak tentang

suatu masalah. Pada kasus artritis gout, bantu klien dan keluarga

mengidentifikasi tanda dan gejala artritis gout pada penderita.

d. Pastikan keluarga mengerti dan jelas alternatif – alternative dan arah

keputusan yang diambil. Pada kasus artritis gout, bantu klien dan

keluarga untuk secara benar mengikuti diet artritis gout yang

dianjurkan.

e. Evaluasi ulang tingkat pengetahuan keluarga setelah diberi

penyuluhan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan

perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan


34

perawatan terhadap keluarga menurut Padila (2012) mencakup dapat

berupa :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan. Pada penyakit artritis gout dapat dilakukan

dengan cara memberikan informasi tentang penyakit artritis gout dan

pengetahuan diet yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit

artritis gout.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.

Dilakukan dengan cara mendiskusikan akibat yang akan terjadi apabila

tidak melakukan diet gout.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga,

dengan membantu keluarga dalam melakukan tindakan diet rendah

purin.

d. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.

5. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP

(subyektif, obyektif, analisa dan planning). Evaluasi terhadap asuhan

keperawatan juga dilakukan dengan melakukan penilaian tingkat

kemandirian keluarga. Pada saat pengkajian, kemandirian keluarga dikaji

untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga sebelum diberikan

tindakan keperawatan, sedangkan pada saat evaluasi dilakukan untuk

mengetahui tingkat kemandirian keluarga setelah tindakan keperawatan

keluarga (Padila, 2012).


35

Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran atau

penyuluhan bersama keluarga yaitu secara subyektif dengan mengajukan

pertanyaan secara lisan diakhir penyuluhan. Evaluasi sumatif untuk

menilai perubahan perilaku keluarga tidak dapat dilakukan secara

maksimal karena terbatasnya waktu sehingga evaluasi tidak atau belum

mencapai hasil yang diharapkan (Jhonson & Leny, 2010).

Evaluasi yang diharapkan dalam asuhan keperawatan pada keluarga

dengan artritis gout adalah :

a. Keluarga mampu memahami dan memahami dan menyebutkan

kembali tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan

dan pentalaksanaan diet artritis gout.

b. Keluarga mampu menunjukkan ekspresi paham setalah dilakukan

penyuluhan tentang artritis gout.

c. Keluarga mampu melakukan tindakan yang sudah direncanakan

tentunya pada perilaku yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai