Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang hasil dan pembahasan dari pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga Ny. P dan Ny.S khususnya tekait dengan fokus

studi defisit pengetahuan diit artritis gout di Puskesmas Srondol Banyumanik

Kota Semarang. Asuhan Keperawatan ini dilakukan pada tanggal 28 Februari

2017 sampai dengan Maret 2017.

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga ini dilakukan di wilayah

Puskesmas Srondol Kulon Kota Semarang. Puskesmas Srondol ini terdiri

dari tiga keluarahan yaitu Srondol Kulon, Srondol Wetan, Banyumanik.

Pelayanan yang tersedia di Puskesmas Srondol yaitu KIA, Imunisasi, Gigi,

Gizi, Lansia, UKS, Pemberantasan Penyakit Menular, Laboratorium

Sederhana, Kesehatan Lingkungan, dan Kesehatan Jiwa.

Penulis dalam pelakasanaan asuhan keperawatan keluarga

mengambil dua klien yang bertempat tinggal di daerah kelurahan Srondol

Kulon. Pada wilayah tempat tinggal kedua klien sudah terdapat kader

kesehatan. Sebulan sekali wilayah tersebut terdapat Posyandu Balita dan

Lansia yang merupakan program Puskesmas Srondol.

41
42

2. Pengakajian
a. Identitas Kepala Keluarga
Identitas Kepala
NO Klien 1 Klien 2
Keluarga
1 Nama Tn. H Tn. W
2 Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
3 Umur 53 tahun 57 tahun
4 Agama Islam Islam
5 Pendidikan SMP SD
6 Pekerjaan Buruh Buruh
7 Alamat Srondol Kulon Srondol Kulon

b. Komposisi Keluarga
Klien 1
No Nama Umur Jenis Hub. dg Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Keluarga
1. Tn. H 53 th Laki - laki Sumai SMP Buruh
2. Ny. P 41 th Perempuan Istri SMP Wiraswata
(klien 1)
Nn. N 22 th Perempuan Anak SMK Pegawai
3.
toko
4. An. D 15 th Laki - laki Anak SMP Pelajar
Klien 2
No Nama Umur Jenis Hub. dg Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Keluarga
1. Tn. W 57 th Laki-laki Sumai SD Buruh
2. Ny. S 48 th Perempuan Istri SD Pegawai
(klien 2) Pabrik
3. Nn. G 23 th Perempuan Anak SMA Karyawan
Swasta
43

Klien 1 Klien 2
Tipe Keluarga Keluarga Ny.S termasuk Keluarga Tn. S
tipe keluarga inti (nuclear merupakan tipe keluarga
family) inti (nuclear family)
Status sosial Status ekonomi keluarga Status ekonomi keluarga
ekonomi Ny.P tergolong cukup Ny.S tergolong cukup
mampu. Keluarga Ny.P mampu. Keluarga Ny.S
mempunyai penghasilan mempunyai penghasilan
yang tetap. Keluarga Ny.P yang tetap. Keluarga
memiliki tanggungan Ny.S tidak memiliki
membiayai anaknya yang tanggungan membiayai
kedua yang masih duduk di anaknya, anak Ny. S
bangku SMP. sudah bekerja.

3. Pengkajian Riwayat
a. Riwayat dan tahap perkembangan
Klien 1 Klien 2
Riwayat Keluarga Ny. P tidak Keluarga Ny. S tidak
keluarga mempunyai riwayat mempunyai riwayat
sebelumnya penyakit jantung, penyakit jantung, hipertensi,
hipertensi, diabetes diabetes mellitus dan
mellitus dan penyakit penyakit menular seperti
menular seperti TBC. TBC. Ny. S juga tidak
Ny. P juga tidak memiliki anggota keluarga
memiliki anggota yang sakit sama seperti
keluarga yang sakit sama dirinya yaitu asam urat. Ny.
seperti dirinya yaitu asam S pernah memeriksakan
urat. Ny. P pernah penyakit asam urat ke
44

memeriksakan penyakit Puskesmas Srondol dan


asam urat ke Puskesmas didapatkan hasil kadar asam
Srondol dan didapatkan urat melebihi kadar normal
hasil kadar asam urat yaitu 13.5 mg/dL.
melebihi kadar normal
yaitu 10.5 mg/dL.
Riwayat Ny. P memiliki dua Ny. S memiliki satu orang
keluarga inti orang anak yaitu anak perempuan.
perempuan dan laki – Berdasarkan pengkajian Ny.
laki. Berdasarkan S saat ini sedang menderita
pengkajian riwayat asam urat. Sedangkan Tn.
keluarga inti dari W dan anak Ny. S saat ini
keluarga Ny. P tidak mengalami masalah
didapatkan data bahwa kesehatan.
Tn. H saat ini tidak
mengalami masalah
kesehatan. Ny. P saat ini
menderita penyakit asam
urat. Kemudian untuk
kedua anak dari Ny. P
saat ini tidak mengalami
masalah kesehatan.
Tahap Keluarga Ny. P dalam Keluarga Ny. S dalam tahap
perkembangan tahap keluarga dengan keluarga dengan anak
keluarga saat anak dewasa dewasa.
ini
Tahap Keluarga Ny. S sebagai Keluarga Tn. S sebagai
perkembangan keluarga dengan anak keluarga dengan anak
keluarga yang dewasa, sehingga tahap dewasa, sehingga tahap
belum perkembangan yang perkembangan yang belum
45

terpenuhi belum terpenuhi yaitu terpenuhi yaitu tahap


tahap perkembangan perkembangan keluarga
keluarga dengan usia dengan usia pertengahan
pertengahan dan keluarga dan keluarga dengan usia
dengan usia lanjut, lanjut, hal ini dikarenakan
karena anak terakhir anak dari Ny. S belum
belum meninggalkan meninggalkan rumah.
rumah.

b. Pola Konsumsi Sehari – hari


Klien 1 Klien 2
Keluarga Ny. P mempunyai Keluarga Ny. S mempunyai
kebiasaan mengonsumsi makan kebiasaan mengonsumsi makan
makanan seperti jeroan, ikan laut, makanan seperti sayur ( bayam,
klien jarang makan sayuran dan daun papaya, daun singkong), tahu,
buah – buahan. Minum air putih tempe, ikan laut, klien jarang
pun jarang, karena klien lebih suka mengonsumsi buah – buahan.
minum teh. Keluarga Ny.P tidak Keluarga klien tidak ada pantangan
menyukai makanan sayuran, dalam mengonsumsi makanan.
mereka lebih sering mengonsumsi
makanan seperti jeroan, ikan laut,
tahu, tempe.

c. Pemeriksaan Fisik
Klien 1 Klien 2
Pemeriksaan fisik khusus yang Pemeriksaan fisik khusus yang
dilakukan pada Ny. P, pada dilakukan pada Ny. S, pada
pemeriksaan kadar asam urat pemeriksaan kadar asam urat yang
yang dilakukan tanggal 20 dilakukan tanggal 20 Februari 2017 di
Februari 2017 di puskesmas Puskesmas Srondol menunjukkan
46

Srondol menunjukkan hasil yang hasil yang telah melebihi kadar normal
telah melebihi kadar normal yaitu 13,5 mg/dL. Ny. S mengatakan “
yaitu 10.5 mg/dL. Ny. P saya sering mengalami linu – linu
mengatakan mengalami linu – pada kaki kanan daerah lutut hingga
linu pada kaki kiri daerah lutut telapak kaki, kaki kanan sudah susah
dirasakan pada malam hari dan buat jalan”. Serangan artritis gout
kedua ujung jari tidak terasa saat tersebut dirasakan sudah lebih dari 3
bangun tidur di pagi hari, sendi bulan. Ny. S juga mengatakan “saya
pangkal ibu jari kaki kiri terasa belum mengetahui tentang penyakit
linu dan kesemutan. Serangan yang saya alami mbak, saya hanya
artritis gout tersebut dirasakan mengetahui kalau saya terkena asam
sudah lebih dari 1 bulan. Klien urat,saya tidak tau pengertian,
juga mengatakan belum penyebab, tanda dan gejala serta
mengetahui tentang penyakit pantangan makanan untuk penderita
yang dideritanya, tidak asam urat mbak, kira-kira makanan
mengetahui pengertian, yang boleh dimakan dan tidak boleh
penyebab, tanda dan gejala serta dimakan itu apa aja ya mbak”.
pantangan makanan untuk
penderita asam urat. Klien
mengatakan tidak mengetahui
makanan yang mana boleh
dikonsumsi dan yang tidak boleh
dikonsumsi.

d. Tugas Keluarga
Klien 1 Klien 2
Fungsi Hasil pengkajian fungsi Hasil pengkajian fungsi
perawatan perawatan kesehatan keluarga perawatan kesehatan
kesehatan diketahui bahwa keluarga Ny. keluarga diketahui bahwa
: P belum mampu mengenal keluarga Ny. S belum
47

masalah kesehatan khususnya mampu mengenal masalah


penanganan artritis gout yang kesehatan khususnya
diderita Ny. P terkait dengan penanganan artritis gout
pengertian, penyebab, tanda yang diderita Ny. S terkait
dan gejala serta pantangan dengan pengertian,
makanan untuk penderita penyebab, tanda dan gejala
asam urat. Sebagaimana yang serta pantangan makanan
disampaikan oleh Ny. P : untuk penderita asam urat.
“sakit asam urat itu apa Sebagaimana yang
mbak, terus tanda dan disampaikan oleh Ny. S :
gejalanya apa, dan apa saja “Saya itu sudah tau kalau
pantangan makanannya? Ya saya punya sakit asam urat,
dulu saya pernah periksa ke tapu saya tidak tahu apa itu
puskesmas mbak tapi ndak sakit asam urat itu apa
dikasih tau bagaimana mbak, terus tanda dan
hasilnya”. Dalam pengkajian gejalanya apa, dan apa
saat dilakukan penegcekan saja pantangan
asam urat oleh penulis makanannya?” Dalam
didapatkan hasil 9.8 mg/dL pengkajian saat dilakukan
dimana hasil tersebut tidak pengecekan asam urat oleh
jauh berbeda dengan penulis didapatkan hasil
pemeriksaan yang 13,3 mg/dL dimana hasil
sebelumnya sudah dilakukan tersebut tidak jauh berbeda
di puskesmas S. Dalam dengan pemeriksaan yang
pengambilan keputusan sebelumnya sudah
sehubungan dengan masalah dilakukan di puskesmas S.
kesehatan yang diderita Ny. Dalam pengambilan
P, keluarga Ny. P merawat keputusan sehubungan
sendiri dirumah dengan dengan masalah kesehatan
memberikan balsem dan yang diderita Ny. S,
membeli obat di warung keluarga Ny. S merawat
48

untuk mengurangi sakit yang sendiri dirumah dengan


diderita Ny. P, tetapi jika memijit area kaki yang
sakit yang dirasa tidak terasa linu dan membeli
kunjung sembuh dan obat di warung untuk
membuat Ny. P tidak merasa mengurangi sakit yang
nyaman, keluarga Ny. P diderita Ny. S, tetapi jika
membawa Ny. P sakit yang dirasa tidak
kepuskesmas untuk dilakukan kunjung sembuh dan
pemeriksaan yang lebih membuat Ny. S tidak
lanjut. Kemudian dalam merasa nyaman, keluarga
memberikan perawatan Ny. S membawa Ny. S
anggota keluarga yang sakit, kepuskesmas untuk
keluarga Ny. P merasa dilakukan pemeriksaan
bingung jika ada anggota yang lebih lanjut.
keluarga yang sakit, mereka Kemudian dalam
hanya merawat dengan memberikan perawatan
kemampuan yang dimilikinya anggota keluarga yang
saja. Saat Ny. P merasakan sakit, Keluarga Ny. S
linu pada kaki kanan daerah merasa bingung jika ada
lutut yang dirasakan malam anggota keluarga yang
hari dan kedua ujung jari sakit, mereka hanya
tangan tidak terasa saat merawat dengan
bangun tidur di pagi hari, dan kemampuan yang
sendi pangkal ibu jari terasa dimilikinya saja. Seperti
linu dan kesemutan. Tn. H halnya saat Ny. S
bingung apa yang harus mengalami linu – linu pada
dilakukan, Tn. H hanya kaki kanan daerah lutut
memberikan balsem dan hingga telapak kaki, kaki
minum obat dari warung, kanan sudah susah buat
serta menyarankan untuk jalan. Tn. W bingung apa
istirahat. Seperti halnya yang yang harus dilakukan, Tn.
49

dikatakan pada Tn. H “saat W hanya memijat bagian


malam hari ibu mengeluh tubuh Ny. S yang sakit dan
sering merasakan linu pada minum obat dari warung,
kaki kanan daerah lutut pada serta menyarankan untuk
malam hari mbak, kemudian istirahat. Dimana pada saat
pas bangun tidur pagi hari dilakukan pengkajian Tn.
gitu mbak, jari – jari tangan W mengatakan “ibu sering
katanya rasanya kesemutan mengeluh jika kaki kanan
mbak, sama saya tak kasih daerah lutut hingga telapak
balsem mbak”. Keluarga kaki, kaki kanan juga susah
mengatakan tidak mengerti buat jalan mbak, terkadang
apa yang harus dilakukan saya pijit, saya sudah tau
terutama jika dikaitkan jika ibu punya asam urat,
dengan jenis makanan yang tapi saya belum tau
dihindari sehingga dapat makanan apa saja yang
menurunkan asam urat. Tn. H harus di hindari”. Keluarga
juga mengatakan bahwa ibu mengatakan tidak mengerti
terbiasa memasak jeroan, apa yang harus dilakukan
ikan laut, tahu dan tempe. terutama jika dikaitkan
Sesuai yang dikatakan oleh dengan jenis makanan yang
Ny. P “saya biasa masak dan dihindari sehingga dapat
mengonsumsi jeroan dan ikan menurunkan asam urat. Tn.
laut mbk, tapi saya jarang W juga mengatakan bahwa
memasak sayuran mbak”.. Ny. S terbiasa memasak
Selanjutya untuk tugas sayuran ( bayam, daun
kemampuan keluarga dalam papaya, daun singkong),
memelihara lingkungan yang ikan laut, tahu dan tempe .
sehat, keluarga Ny. P selalu Sesuai yang dikatakan oleh
menjaga kebersihan dan Ny. M “saya biasa masak
kenyamanan rumah agar sayur ijo-ijo (bayem, daun
anggota keluarga nyaman singkong, daun papaya)
50

dirumah dan terhindar dari dan ikan laut mbak”.


penyakit. Adapun tugas Selanjutya untuk tugas
kesehatan yang terakhir yaitu kemampuan keluarga dalam
kemampuan keluarga memelihara lingkungan
menggunakan fasilitas yang sehat, keluarga Ny. S
kesehatan, saat ini kelurga selalu menjaga kebersihan
Ny. P memiliki jaminan dan kenyamanan rumah
kesehatan yaitu BPJS agar anggota keluarga
kesehatan. nyaman dirumah dan
terhindar dari penyakit.
Adapun tugas kesehatan
yang terakhir yaitu
kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas
kesehatan, saat ini kelurga
Ny. S memiliki jaminan
kesehatan yaitu BPJS
kesehatan.

4. Analisa Data
No Data Fokus
Klien 1 Klien 2
1. Data Subjektif : Data Subjektif :
- Ny. P mengatakan “sakit asam - Ny. S mengatakan penyakit
urat itu apa ya mbak ?”. artritis gout itu adalah penyakit
- Keluarga Ny. P mengatakan linu – linu di tulang. Klien tidak
tidak mengetahui pengertian, mengetahui penyebab terjadinya
penyebab, dan tanda gejala penyakit artritis gout, dan tanda
penyakit artritis gout. gejala penyakit artritis gout.
- Ny. P mengatakan belum Klien mengatakan belum
51

mengetahui makanan apa saja mengetahui cara


yang boleh dan tidak boleh penatalaksanaan diit untuk
dikonsumsi untuk penderita penderita artritis gout dan tidak
asam urat dan cara mengetahui makanan apa yang
penatalaksaan diit artritis gout. menyebabkan asam urat tinggi.
- Ny P mengatakan “saya biasa - Tn. W mengatakan “ibu sering
masak jeroan dan ikan laut mbk, mengeluh jika kaki kanan
tapi saya jarang memasak daerah lutut hingga telapak
sayuran mbak”. kaki, kaki kanan juga susah buat
- Tn. H mengatakan Ny. P “saat jalan mbak, terkadang saya
malam hari mengeluh sering pijit, saya sudah tau jika ibu
merasakan linu pada kaki kanan punya asam urat, tapi saya
daerah lutut pada malam hari belum tau makanan apa saja
mbak, kemudian pas bangun yang harus di hindari.”
tidur pagi hari gitu mbak, jari –
Data Objektif :
jari tangan katanya rasanya
- Dilakukan pengecekan kadar
kesemutan mbak, sama saya tak
asam urat pada Ny. P
kasih balsem mbak”.
didapatkan hasil : 13,3 mg/dL
Data Objektif : - Keluarga Ny. P tampak bingung
- Dilakukan pengecekan kadar saat ditanya tentang penyakit
asam urat pada Ny. P artritis gout
didapatkan hasil : 9.8 mg/dL - Klien belum memahami
- Keluarga Ny. P tampak bingung mengenai diit asam artritis gout
saat ditanta tentang penyakit
artritis gout
- Klien belum memahami
mengenai diit asam artritis gout
52

5. Diagnosa Keperawatan
Klien 1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga mengenai artritis
Klien 2
gout; diit artritis gout.
53

5. Intervensi
DIAGNOSA
KRITESIA HASIL PERENCANAAN
KEPERAWATAN
KLIEN 1 dan 2
Defisit Setelah dilakukan tindakan Pertemuan ke-1
pengetahuan keperawatan selama 60 menit x 4 1. Kaji kadar asam urat
berhubungan hari berturut – turut, kedua 2. Kaji pengetahuan keluarga tentang pen0079akit artritis gout
dengan keluarga mampu mengetahui 3. Diskusikan bersama keluarga mengenai penyakit artritis gout
ketidakmampuan pengertian, tanda gejala, makanan tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, dan diit artritis gout
keluarga mengenal yang boleh dan tidak boleh 4. Kaji pola konsumsi keluarga sehari – hari
masalah kesehatan dikonsumsi hingga cara diit artritis
keluarga mengenai gout dan obat tradisional untuk Pertemuan ke- 2
artritis gout; diit penderita artritis gout, dengan 1. Jelaskan makanan dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk
artritis gout. kriteria hasil : keluarga mampu penderita artritis gout dengan menggunakan media lembar balik
mengenal masalah kesehatan dan leaflet.
mengenai artritis gout, mengambil 2. Jelaskan kepada keluarga mengenai diit artritis gout dengan
keputusan untuk menentukan diit menggunakan media lembar balik dan leaflet.
54

artritis gout. 3. Jelaskan kepada keluarga tentang macam obat tradisional untuk
artritis gout dengan menggunakan media lembar balik dan
leaflet.

Pertemaun ke-3
1. Jelaskan macam – macam makanan yang mengandung asam
urat
2. Bantu klien untuk secara benar mengikuti diit artritis gout
3. Jelaskan kepada keluarga tentang macam obat tradisional untuk
artritis gout dan ajarkan kepada keluarga cara mengolah salah
satu obat tradisional untuk penderita artritis gout.

Pertemuan ke-4
1. Evaluasi ulang pengetahuan keluarga setelah diberikan
penyuluhan dan demonstrasi tentang artritis gout.
55

6. Implementasi
Diagnosa Tanggal, Tindakan Respon
Keperawatan jam keperawatan Klien 1 Klien 2
Defisit Pertemuan Mengkaji DS : DS :
pengetahuan ke 1 kadar asam - Ny. P mengatakan “iya mbak - Ny. S mengatakan “baik mbak,
berhubungan 28 urat kedua saya bersesdia dilakukan silahkan di cek kadar asam urat,
dengan Februari klien pengecekan asam urat, saya saya mbak kaki kanan daerah lutut
ketidakmampu 2017, sering merasakan linu – linu hingga telapak kaki, kaki kanan juga
an keluarga pukul pada kaki kiri daearh lutut susah buat jalan mbak, saya
mengenal 16.00 dirasakan pada malam hari memang punya asam urat mbak”.
masalah WIB dan sendi pangkal ibu jari kaki
DO :
kesehatan kiri mbak”.
- Kadar Asam Urat : 13.3 mg/dL
keluarga DO :
mengenai - Kadar Asam Urat : 9.8 mg/dL
56

artritis gout; Mengkaji DS : DS :


diit artritis pengetahuan - Ny. P mengatakan “saya - Ny. S mengatakan “setau saya
gout. keluarga belum mengetahui tentang apa penyakit asam urat adalah linu –
tentang itu pengertian, tanda gejala, linu di tulang, tetapi saya belum
definisi, makanan yang boleh mengetahui penyebab, tanda dan
tanda gejala, dikonsumsi dan tidak boleh di gejala asam urat mbak”.
makanan konsumsi oleh penderita asam
yang boleh urat mbak”. DO :
dan tidak - Ny. s dapat menjawab beberapa
boleh DO : pertanyaan tentang asam urat.
dikonsumsi - Keluarga belum mampu - Tn. W tampak bingung dan lebih
hingga diit menyebutkan pengertian, banyak diam.
artritis gout penyebab, tanda dan gejala, - Keluarga Ny. S, hasil yang
komplikasi asam urat. didapatkan skor dari pengisian
- Ny. P tampak bingung dan kuesioner Tn. W : 6 (kurang), Ny. S
belum memahami ketika : 6 (kurang), dan Nn. G : 7 (kurang)
diajak berdiskusi tentang
57

penyakit artritis gout.


- Hasil dari pengisian kuesioner
tingkat pengetahuan yang
diberikan penulis pada
keluarga Tn. H terkait diit asm
urat didapatkan skor Tn. H : 5
(kurang), Ny. P : 7 (kurang),
Nn. N : 6 (kurang).
Mengkaji DS : DS :
pola makanan - Ny. P mengatakan “saya - Ny. S mengatkan “keluarga saya
sehari – hari sering mengonsumi jeroan dan sering mengonsumsi makanan
ikan laut mbak, tapi sayang seperti tempe, ikan laut, sayur :
jarang memasak sayuran”. bayam, daun papaya, daun
singkong. Disini kami juga sudah
DO : tidak mengonsumsi jeroan mbak,
- Di meja makan Ny. P tampak karna saya tau kalo jeroan itu kadar
terdapat masakan jeroan asam uratnya tinggi.
58

DO :
Saat dilakukan pengkajian Ny. S selesai
memetik daun singkong untuk dimasak
pagi harinya.
Pertemuan Memberikan DS : DS :
ke 2 pendidikan - Tn. H mengatakan, “Iya mbak - Ny. S mengatakan “saya baru tahu
1 Maret kesehatan silahkan, bapak, ibu sama penyebab asam urat adalah dari
2017, mengenai anak – anak senang diajari makanan, kemudian untuk tanda dan
pukul pengertian, tentang kesehatan, ini kan juga gejala yang asam urat sendi terasa
19.10 WI penyebab, ada hubungannya sama nyeri pada malam hari terkadang
tanda, diit, penyakitnya ibu mbak” juga pagi hari, dan saya harus
dan obat - Ny. P mengatakan “saya baru memperbanyak minum air putih
tradisional tahu mbak kalau penyakit agar kadar asam urat saya dapat
yang dapat asam urat itu penyakit yang turun”.
dikonsumsi menyerang pada sendi, tulang - Tn. H mengatakan bahwa ia akan
oleh terasa linu , penyakit asam membantu ibu dalam melakukan
penderita urat yang saya alami, diit asam urat, dan selalu
59

artritis gout. penyebabnya adalah dari mengingatkan Ny. S tentang


Pendidikan makanan yang sering saya makanan yang akan dimasak.
kesehatan konsumsi, saya jarang
dilakukan meminum air putih, kemudian DO :
dengan untuk tanda dan gejala yang - Keluarga Ny. S tampak kooperatif
menjelaskan asam urat sendi terasa nyeri dan memperhatikan saat penulis
materi pada malam hari terkadang memberikan penjelasan mengenai
melalui tanya juga pagi hari, kemudian penyakit asam urat
jawab dengan untuk mengatasi supaya kadar
menggunaka asam urat bisa turun saya
n lembar harus diet asam urat ya mbak,
balik dan dan minum air putih paling
leaflet selama sedikit 8 gelas”
40 menit. - Nn. N : “Nah, jeroan itu mbak,
sampai sekarang ibu masih
suka mengonsumsi jeroan, ya
nanti saya akan coba untun
60

pantau pola makan ibu mbak,


supaya asam uratnya bisa
turun”.
DO :
- Keluarga Ny. P tampak
kooperatif dan memperhatikan
saat penulis memberikan
penjelasan mengenai penyakit
asam urat.
- Keluarga yang ada saat
dilakukan pendidikan
kesehatan Tn. H, Ny. P, dan
Nn. N
Pertemuan Membantu DS : DS :
ke 3 klien dan - Ny. P mengatakan “jadi diet - Ny. S mengatakan “jadi saya harus
3 Maret keluarga yang bisa saya lakukan itu diet dengan cara mengonsumsi
2017, untuk secara salah satunya mengonsumsi makanan yang rendah purin ya mbak,
61

Pukul benar makanan rendah purin ya saya baru tahu ini mbak makanan –
18.45 mengikuti mbak. Misal : tidak makan makanan yang harus dihindari dan
WIB diit artritis jeroan, emping, udang, kacang yang harus di konsumsi, saya akan
gout dengan – kacangan, lalu makanan mencoba untuk melakukan diet dan
benar dan yang dapat saya konsumsi mengonsumsi makanan – makanan
menjelaskan adalah telur, susu, buah yang dapat menurunkan kada asam
macam- semangka, melon ya mbak, urat mbak”.
macam saya sekarang paham mbak - Tn. W mengatakan akan selalu
makanan makanan – makanan yang mengingatkan Ny. S untuk tidak
yang harus saya hindari dan yang mengonsumsi makanan yang
mengandung harus saya konsumsi”. mengandung tinggi purin.
asam urat. - Nn. G mengatakan ia senang
karena mendapat informasi DO :
mengenai jenis – jenis makanan - Keluarga sangat antusias dan
yang dapat menurunkan kadar memperhatikan saat penulis
asam urat sehingga ia tidak harus menjelaskan
minum obat terus.
62

DO :
- Keluarga sangat antusias dan
memperhatikan saat penulis
menjelaskan
19.20 Menjelaskan DS : DS :
WIB kepada Ny. P mengatakan “ Jadi air Ny. S mengatakan “Selama ini yang saya
keluarga perasan labu siam bisa untuk tau obat tradisional yang bisa untuk
tentang menurunkan kadar asam urat ya asam urat ya sirsak itu mbak, ternyata
macam obat mbak.” labu siyam juga bisa ya mbak”.
tradisional
untuk artritis DO : DO :
gout. - Klien tampak antusias - Klien tampak antusias
- Klien penasaran dan ingin - Klien penasaran dan ingin mengetahui
mengetahui bagaimana cara bagaimana cara mengolah air perasan
mengolah air perasan labu siam. labu siam.

Mendemontr DS : DS :
63

asikan obat - Ny. P mengatakan “saya akan - Ny. S mengatakan ia sengan karena
tradisional mencoba mengonsumsinya mendapat informasi mengenai obat
yang dapat mbak.” tradisional yang dapat menurunkan
menurunkan - Nn. G mengatakan baik mbak kadar kolesterol sehingga ia tidak
kadar asam saya akan membuatkan ibu air harus minum obat terus.
urat yaitu perasan labu siyam tersebut.” - Tn. H mengatakan akan sering –
mengonsumsi DO : sering mengingatkan dan membantu
air perasan Ny. S untuk membuat air perasan
Klien mengikuti demonstrasi
sayur labu labu siam.
hingga selesai dan meminum air
siam. DO :
perasan labu siyam yang telah
Klien mengikuti demonstrasi hingga
dibuat.
selesai dan meminum air perasan labu
siyam yang telah dibuat.
64

7. Evaluasi
Evaluasi
Tanggal, Diagnosa
Jam Keperawatan
Klien 1 Klien 2
Pertemu- Defisit S: S:
an ke 4 pengetahuan - Keluarga Ny. P mampu menjelaskan - Keluarga Ny. S mampu menjelaskan
5 Maret berhubungan kembali tentang pengertian, penyebab, kembali tentang pengertian, penyebab,
2017, dengan
tanda gejala, komplikasi dan diit untuk tanda gejala, komplikasi dan diit untuk
pukul ketidakmampu-
19.00 an keluarga artritis gout dengan menyebutkan artritis gout dengan menyebutkan makanan
WIB mengenal makanan yang boleh dan tidak boleh yang boleh dan tidak boleh dimakan pada
masalah
dimakan pada penderita artritis gout. penderita artritis gout.
kesehatan
keluarga - Nn. N mengatakan bahwa Ny. P - Tn. W mengatakan Ny. S terkadang masih
mengenai artritis terkadang masih mengonsumsi jeroan. suka mengonsumsi daun singkong.
gout; diit artritis
- Ny. P mengatakan sudah mengonsumsi - Ny. S mengatakan sudah mengonsumsi air
gout.
air perasan labu siyam selama 4 hari. perasan labu siyam selama 2 hari karena
Ny. S tidak suka dengan rasa getir yang ada.
O:
- Kadar asam urat : 8.9 gr/dL
65

- Keluarga belum mampu O :


mengaplikasikan serta memahami diit - Kadar asam urat : 9.5 gr/dL
asam urat yang benar - Keluarga belum mampu mengaplikasikan
- Ny. P belum dapat menerapkan secara serta memahami diit asam urat yang benar
keseluruhan diit artritis gout, dimeja - Ny. P belum dapat menerapkan secara
makan Ny. P masih terdapat masakan keseluruhan diit artritis gout, saat dilkukan
jeroan. evaluasi Ny. S sedang memasak daun
- Hasil dari pengisian kuesioner tingkat singkong dan kacang merah, serta terdapat
pengetahuan yang diberikan penulis emping di meja makan Ny. S.
pada keluarga Tn. H didapatkan skor - Hasil dari pengisian kuesioner tingkat
Tn. H : 9 (baik), Ny. P : 11 (baik), Nn. pengetahuan yang diberikan penulis pada
D : 10 (baik). keluarga Tn. H didapatkan skor Tn. H : 10
A: (baik), Ny. P : 13 (baik), Nn. G :10 (baik)
Masalah teratasi sebagian A:
Masalah teratasi sebagian
P: P:
- motivasi keluarga untuk sering - motivasi keluarga untuk sering membaca
membaca dan mempelajari diet pada dan mempelajari diet pada artritis gout dan
artritis gout dan menerapkan diit menerapkan diit tersebut secara patuh
tersebut secara patuh - motivasi keluarga untuk memeriksakan
- motivasi keluarga untuk memeriksakan kadar asam urat di unit pelayanan kesehatan
kadar asam urat di unit pelayanan terdekat.
kesehatan terdekat.
66

8. Pemaparan Fokus Study

a. Tingkat Pengetahuan Klien Sebelum dilakukan Asuhan Keperawatan

Keluarga

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan

penulis, dapat diketahui tingkat pengetahuan klien sebelum dilakukan

asuhan keperawatan keluarga tentang diit artritis gout pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengisian Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Diit

Artritis gout

No Klien Anggota Nilai Presentase Tingkat


Keluarga yang (%) Pengetahuan
diperoleh
1 Klien 1 Tn. H 5 33,3 % Kurang
Ny. P 7 46,7 % Kurang
Nn. N 6 40 % Kurang
2 Klien 2 Tn. W 6 40% Kurang
Ny. S 6 40% Kurang
Nn. G 7 46,7 % Kurang
67

Diagram 4.1 Hasil Pengisian Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Diit

Artritis Gout

Klien 1
16

14

12
Baik
10

4 Kurang
2

0 Tingkat Pengetahuan
Tn.
Tn.H Ny. P Nn. N

Klien 2
16
14
Baik
12
10
8
6
Kurang
4
2
0
Tn. W Ny. S Nn.G Kurang Pengetahuan

Berdsarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1 diketahui bahwa rata – rata

tingkat pengetahuan pada keluarga Tn. H dan keluarga Tn. W termasuk

dalam kategori kurang yaitu <7.


68

b. Tingkat Pengetahuan Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan

Keluarga

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan

penulis, dapat diketahui perbandingan tingkat pengetahuan klien sebelum

dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga tentang diet artritis

gout seperti pada tabel 4.2 dan diagram 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengisian Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Diet


Artritis Gout
Nilai yang diperoleh Prosentase (%) Tingkat
Anggota
No Klien Pengetahuan
Keluarga Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
(Sesudah)
Tn.H 5 9 33,3% 60% Baik
Kelg
1 Ny.P 7 11 46,7% 73,3% Baik
Tn.H
Nn. N 6 10 40% 66,7% Baik
Tn. W 6 10 40% 66,7% Baik
Kelg
2 Ny.S 6 13 40% 86,7% Baik
Tn.W
Nn. G 7 10 46.7% 66,7% Baik

Diagram 4.2 Hasil Pengisian Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang


Diet Artritis Gout Sesudah dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga
KLIEN 1

16

14
Baik
12

10

8 73,3%

6
66,7% Kurang
4 60%
46.7%
40%
2 33,3%
Sebelum
0
Tn. H Ny. P Nn. N Sesudah
69

KLIEN 2

16
14
12 Baik
10
8
6 86,7%
66.7% 66.7%
4 Kurang
40% 40% 46,7%
2
0 Sebelum
Tn. W Ny. S Nn. G
Sesudah

Berdasarkan tabel 4.2 dan diagram 4.2 diketahui bahwa tingkat

pengetahuan pada kedua klien yaitu keluarga Tn.H dan keluarga Tn. W

mengalami peningkatan. Pada keluarga Tn. H terutama pada Ny. P dan pada

keluarga Tn. W terutama Ny.S yang sebelumnya masuk dalam kategori

kurang, lalu setelah diberi asuhan keperawatan keluarga tingkat

pengetahuannya masuk dalam kategori baik dan menunjukkan adanya

peningkatan.

B. Pembahasan

Pada bab ini dijelaskan analisa untuk mengidentifikasi permasalahan –

permasalahn yang muncul berdasarkan referensi tentang hasil pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga Ny. P dan Ny. S khususnya terkait dengan

dengan fokus studi defisit pengetahuan diit artritis gout di Puskesmas Srondol

Banyumanik Kota Semarang.


70

1. Pengkajian

Pada hasil pengkajian biodata keluarga diketahui bahwa pada

keluarga Ny. P dan Ny. S merupakan keluarga inti (nuclear family).

Dimana pada keluarga Ny. S anggota keluarga meliputi Tn. H (53 tahun)

sebagai suami, Ny. P (41 tahun) sebagai istri, Nn. N (22 tahun) sebagai

anak pertama dan An. D (15 tahun) sebagai anak kedua. Untuk keluarga

Ny. S anggota keluarga meliputi Tn. W (57 tahun) sebagai suami, Ny. S

(48 tahun) sebagai istri, dan Nn. G (23 tahun) sebagai anak pertama.

Kedua keluarga ini sesuai dengan pendapat Achjar (2012) bahwa yang

dimaksud dengan keluarga inti (nuclear family) keluarga yang terdiri dari

seoarang suami – istri dan anak ( kandung/ angkat ).

Keluarga Ny. P dan Ny. S memiliki latar belakang pendidikan

terakhir yaitu SMP dan SD. Pendidikan kedua keluarga yang rendah

merupakan salah satu faktor ketidaktahuan keluarga akan penyakit dan diit

untuk penderita artritis gout, hal ini sesuai yang diungkapkan Notoatmodjo

(2012), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang adalah pendidikan.

Ketika melakukan pengkajian pemeriksaan fisik, penulis

melakukan pemeriksaan kadar asam urat pada kedua klien yaitu Ny. P dan

Ny. S. pada klien 1 yaitu Ny. P kadar asam urat menunjukkan angka 9.8

mg/dL, sedangkan klien 2 yaitu Ny. S kadar asam urat menunjukkan

angka 13,1 mg/dL. Berdasarkan data dari kedua klien memiliki kadar

asam urat yang melebihi batas normal, menurut referensi kesehatan kadar
71

artritis gout normal pria dewasa adalah tidak lebih dari 6,8 mg/dl, dan

untuk wanita dewasa tidak lebih dari 6 mg/dl. Seorang pria dewasa

dikatakan menderita artritis gout bila nilainya di atas 7 mg/dl dan wanita

di atas 6 mg/dl, kadar artritis gout yang melebihi batas normal disebut

Hiperurisemia Sunanto (2009).

Pada klien 1 yaitu Ny. P mengeluh merasakan linu – linu pada kaki

kanan daerah lutut dirasakan pada malam hari dan kedua ujung jari tidak

terasa saat bangun tidur di pagi hari, sendi pangkal ibu jari kaki kiri terasa

linu dan kesemutan. Sedangkan pada klien 2 yaitu Ny. S mengeluh sering

mengalami linu – linu pada kaki kanan daerah lutut hingga telapak kaki,

kaki kanan sudah susah buat jalan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Noviyanti (2015) bahwa tanda dan gejala penyakit artritis gout adalah

serangan pertaman terjadi pada waktu – waktu tertentu, yaitu pada malam

hari dan pagi hari saat bangun tidur, terasa ngilu, linu, dan kesemutan di

sendi. Serangan pertama biasanya terjadi di sendi pangkal ibu jari kaki

(80% kasus).

Pengkajian selanjutnya yang dilakukan yaitu mengkaji pola makan

pada klien 1 Ny. P, ternyata pola makan Ny. P kurang baik, hal ini sesuai

yang dikatakan Ny. P “saya biasa masak dan mengonsumsi jeroan dan

ikan laut mbk, tapi saya jarang memasak sayuran mbak”. Sedangkan pada

klien 2 yaitu Ny. S, pola makan Ny. S juga kurang baik, saat dilakukan

pengajian Ny. S sering mengonsumsi makan makanan seperti sayur

(bayam, daun papaya, daun singkong), tahu, tempe, ikan laut, klien jarang
72

mengonsumsi buah – buahan. Hal ini merupakan salah satu etiologi dari

artritis gout, faktor sekunder penyebab asam urat adalah mengkonsumi

makanan tinggi purin, dimana secara alamiah purin terdapat terdapat

dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni

makanan dari tanaman (sayur, buah, dan kacang-kacangan) ataupun hewan

(daging, jeroan, dan ikan sarden). Selain itu, pola makan tersebut tidak

sesuai dengan pendapat Simanjutak (2014) salah satu cara mengatasi

penyakit asam urat adalah pembatasan purin dengan cara menghindari

makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan ( jantung, hati, usus),

sarden, kerang, kacang-kacangan, bayam,daun papaya, daun singkong,

udang, daun melinjo.

Terkait dengan fungsi perawatan keluarga yaitu keluarga Ny. P dan

keluarga Ny. S belum mampu dalam mengenal kesehatan keluarganya,

menurut Andarmoyo (2012) hal tersebut adalah salah satu gangguan yang

terjadi pada fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, dimana fungsi

pemeliharaan kesehataan adalah keadaan kesehatan anggota keluarga agar

tetap memiliki prodiktivitas yang tinggi dan fungsi ini dikembangkan

menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Ketidakmampuan keluarga

dalam mengenal kesehatan keluarga akan berdampak pada pengambilan

keputusan yang tepat atas masalah kesehatan yang menyebabkan keluarga

tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit.


73

2. Perumusan Diagnosa

Berdasarkan data fokus dalam pengkajian maka permasalahan /

diagnosis keperawatannya adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga

mengenai diit artritis gout. Diagnosis keperawatan ini dimunculkan

karena sesuai dengan batasan karakteristik pada NANDA (2015) yaitu

kurang pengetahuan dan perilaku yang tidak tepat, di tandai dengan

mengungkapkan kurang pengetahuan atau permintaan informasi dan

melakukan praktik atau gaya hidup yang tidak sehat terkait dengan diit

untuk penderita artritis gout.

3. Rencana Keperawatan

Dalam membuat sebuah perencanaan, tentunya penulis melibatkan

peran anggota kelurga dengan tujuan untuk mempermudah klien

memecahkan masalahnya. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan

oleh Nursalam (2013) bahwa perencanaan keperawatan keluarga terdiri

atas penetapan tujuan yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus,

dilengkapi dengan kriteria dan standar serta rencana tindakan. Penetapan

tujuan dan rencana tindakan dilakukan bersama dengan keluarga, karena

diyakini bahwa keluarga bertanggung jawab dalam mengatur

kehidupannya, dan perawat mambantu menyediakan informasi yang

relevan untuk memudahkan keluarga mengambil keputusan.

Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga di klasifikasikan

menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan


74

psikomotor (perilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan

kesehatan, terapi modalitas ataupun terapi komplementer pada akhirnya di

tujukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima

tugas keluarga dalam kesehatan (Padila, 2013).

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Ny. P dan

Ny. S adalah pendidikan kesehatan, sesuai dengan teori yang disampaikan

oleh Andarmoyo (2012) fokus intervensi untuk defisit pengetahuan yaitu

beri informasi yang memadai terhadap suatu masalah, betulkan atau

luruskan informasi yang salah : beri penjelasan tentang diet artritis gout

yang benar. Berikan kesempatan keluarga untuk mengetahui lebih banyak

tentang suatu masalah : bantu klien dan keluarga mengidentifikasi tanda

dan gejala artritis gout pada penderita. Pastikan keluarga mengerti dan

jelas alternatif – alternative dan arah keputusan yang diambil : bantu klien

dan keluarga untuk secara benar mengikuti diet artritis gout yang

dianjurkan. Evaluasi ulang tingkat pengetahuan keluarga setelah diberi

penyuluhan.

Metode yang dilakukan pada keluarga Ny. P dan Ny. S adalah

dengan menggunakan metode pendidikan individual karena diharapkan

dengan dilakukan pendidikan individual dapat membina perilaku baru atau

dapat menuju pada perubahan perilaku atau inovasi yang lebih baik.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penyuluhan, dengan cara

ini kontak antara klien dengan penulis lebih intensif, setiap masalah yang

dihadapi oleh klien dapat diketahui dan dibantu penyelesaiannya. Dalam


75

Memberikan penyuluhan tentunya penulis menyesuaikan dengan tingkat

pemahaman klien, ulangi bila diperlukan, karena tingkat pemahaman klien

berbeda. Teori yang disampaikan oleh Notoadmojo (2010) bahwa faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang salah satunya adalah

pendidikan. Karena melihat dari tingkat pendidikan keluarga Ny. P yaitu

SMP dan Ny. S yaitu SD, pendidikan rendah atau kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseoarang terhadap nilai-nilai yang

baru dikenal, sehingga selain dengan metode individual metode

demonstrasi juga dilakukan dalam pendidikan kesehatan dengan harapan

klien lebih memahami mengenai pendidikan kesehatan yang telah

diperoleh.

4. Implementasi

Tindakan keperawatan untuk diagnosa defisit pengetahuan diet

artritis yang terjadi pada Ny.P dan Ny. S dilakukan pada tanggal 28

Februari 2017 pukul 16.00 WIB di rumah Ny.P dan Ny.S. Tindakan yang

dilakukan adalah mengkaji/ mengecek kadar asam urat dilanjutkan dengan

mengkaji pengetahuan keluarga tentang definisi, tanda gejala, makanan

yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi hingga diit artritis

gout, dimana menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior).

Pertemuan kedua, pada tanggal 1Maret 2017 pukul 19.10 WIB

bertempat dirumah Ny. P dan Ny. S penulis memberikan pendidikan


76

kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda, diit, dan obat tradisional

yang dapat dikonsumsi oleh penderita artritis gout. Pendidikan kesehatan

dilakukan dengan menjelaskan materi melalui tanya jawab dengan

menggunakan lembar balik dan leaflet selama 60 menit. Penulis

melakukan diskusi bersama keluarga mengenai pengertia, penyebabm

tanda gejala dan komplikasi, serta menjelaskan makanan yang boleh

dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi untuk penderita artritis gout.

Pemberian informasi mengenai artritis gout dilakukan dengan tujuan agar

keluarga Ny. P dan Ny. S dapat memperoleh pengetahuan dengan

melewati 6 tingkatan menurut Notoatmodjo (2010), bahwa 6 tingkatan

pengetahuan tersebut meliputi tahu (know), memahami (comprehension),

aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi

(evaluation).

Kemudian pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada tanggal

3 Maret 2017 pukul 19.00 bertempat di rumah Ny. P dan Ny. S pukul

18.45 melakukan tindakan keperawatan ketiga adalah menjelaskan

macam- macam makanan yang mengandung asam urat dan membantu

klien untuk secara benar mengikuti diit artritis gout dengan benar agar

dilakukan setiap yang membutuhkan dukungan keluarga. Hal ini perlu

dilakukan karena menurut Friedman (2010) dukungan keluarga dapat

berakibat pada status kesehatan dan adaptasi dalam keluarga, dukungan

yang dapat diberikan adalah dukungan emosional berupa perhatian, kasih

sayang dan empati; dukungan informasi, untuk menekan munculnya suatu


77

stressor karena informasi yang diberikan dapat memberikan aksi sugesti

yang khusus bagi individu; dukungan instrumental, berupa dukungan

dalam bentuk tenaga, dana, maupun waktu; dan yang terakhir adalah

dukungan penghargaan, yaitu membimbing dan memberikan dukungan.

Selanjutnya penulis melakukan tindakan mendemonstrasikan salah

satu obat tradisional yang dapat menurunkan kadar asam urat yaitu

mengkonsumsi air perasan labu siam. Disini penulis mendemontrasikan

cara pembuatan air perasan labu siam, yang pertama di lakukan adalah

menyiapkan 1 buah labu siam setelah itu dicuci sampai bersih dengan

menggunakan air mengalir. Kedua parut labu siam setelah labu siam

diparut lalu dimasukkan ke penyaringan. Ketiga peras labu siam yang

sudah diparut, ambil ainya dan setelah itu diminum. Adapun respon yang

didapatkan pada kedua keluarga, yaitu pada klien pertama Ny. P dan klien

kedua Ny. S akan mencoba mengonsumsi air perasan labu siam. Dan

didapatkan data objektif klien mengikuti demosntrasi hingga selesai dan

meminum air perasan labu siam yang telah dibuat.

Menurut Marlinca (2015) labu siam merupakan sayuran yang dapat

digunakan untuk menurunkan kadar asam urat serum karena kandungan

flavonoid, kalium dan kandungan air yang menghambat pembentukan

asam urat. Senyawa tersebut dapat meningkatkan volume urin yang

mencegah proses penumpukan asam urat. Kandungan flavonioid yang

berada dalam buah labu siam berkhasiat sebagai anti-inflamasi dan anti-

bakteri, kandungan kalium yang terkandung di dalam buah labu siam


78

berkhasiat sebagai diuretik atau peluruh air seni. Menurut Lalage (2013)

vitamin C yang ada pada labu siam sekitar 7,7mg/100g yang berfungsi

sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk menghambat

produksi enzim xantin oksidase. Oleh karena itu labu siam dapat

menghambat proses pembentukan asam urat dalam tubuh dan vitamin C

juga dapat membantumeningkatkan sekresi asam urat melalui urin.

Menurut Ichal (2015) labu siam diberikan selama 7 hari secara berturut -

turut sebanyak 2 kali dalam sehari untuk menurunkan kadar asam urat.

5. Evaluasi

Evaluasi dan tindakan keperawatan dilaksanakan pada kunjungan

ke empat yaitu pada tanggal 5 Maret 2017 pukul 19.00 WIB yaitu

mengevaluasi ulang tingkat pengetahuan keluarga setalah diberikan

pendidikan kesehatan dan demonstrasi di rumah masing – masing keluarga

Ny. P dan Ny. S. Proses evaluasi menunjukkan hasil dari keluarga Ny. P

dan Ny. S mengikuti dan memperhatikan dengan baik pendidikan

kesehatan dengan media lembar balik dan leaflet mengenai diit artritis

gout. Adapun respon yang didapatkan dari kedua keluarga yaitu keluarga

Ny. P dan Ny. S mampu menjelaskan kembali tentang pengertian,

penyebab, tanda gejala, komplikasi dan diit untuk artritis gout dengan

menyebutkan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan pada

penderita artritis gout. Namun, Ny. P dan Ny. S masih belum menerapkan

secara keseluruhan diet artritis gout. Ny. P dan Ny. S juga sudah dapat

menyiapkan air perasan labu siam dirumahnya. Hal ini sesuai dengan
79

pendapat yang disampaikan oleh Jhonson & Leny (2010) yaitu klien dan

keluarga mampu memahami dan menyebutkan kembali tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, dan diet artritis gout.

6. Pembahasan Fokus Studi

Dari hasil asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan fokus

studi kurangnya pengetahuan keluarga tentang diet artritis gout diperoleh

hasil adanya perubahan tingkat pengetahuan kedua klien antara sebelum

dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga. Secara keseluruhan

tingkat pengetahuan kedua klien, baik itu keluarga Tn. H dan keluarga Tn.

W menunjukkan adanya peningkatan.

Dari kedua keluarga setelah dilakukan asuhan keperawatan

keluarga tidak semua anggota keluarga mengalami peningkatan yang

drastis. hal tersebut terjadi karena terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu faktor umur,

pendidikan, lingkungan, pekerjaan, sosial ekonomi, informasi yang

diperoleh, dan pengalaman (Mubarok, 2007).

Faktor paling dominan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

keluarga Tn. H dan keluarga Tn. W adalah faktor informasi yang

diperoleh. Sesuai hasil pengkajian, pada keluarga Tn. H jarang untuk pergi

ke Puskesmas, ia datang ke puskesmas apabila penyakit yang dirasa sudah

menjadi lebih parah. Nn. N juga jarang mengingatkan dan mengajak Ny. P

pergi ke Puskesmas sehingga informasi yang mereka dapatkan mengenai

masalah kesehatan yang ada mini. Sedangkan keluarga Tn. W sudah


80

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik. Ny. S diketahui

sering datang ke Puskesmas Srondol untuk memerikasakan keadaannya

dan dari Puskesmas tersebut Ny. S memperoleh sedikit informasi

mengenai artrits gout. Hal tersebut berpengaruh pada tingkat pengetahuan

kedua keluarga.

C. Keterbatasan Penulisan

Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi

keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Beberapa keterbatasan ini

adalah belum adanya instrument baku yang mengarah terhadap tingkat

pengetahuan klien, sehingga instrument yang dikembangkan perlu dilakukan

penyempurnaan melalui uji validitas dan reabilitas.

Anda mungkin juga menyukai