Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPTUAL : HALUSINASI

I. (MASALAH UTAMA)

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

A. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya
penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara
bisikan itu (Hawari, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat,
mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang
tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8 jenis yaitu :

1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang
bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang
penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis,
2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap
suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).

2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul
bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran
yang mengerikan

3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)

Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang
dianggap penderita sebagai kombinasi moral

4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman. Penderita merasa
mengecap sesuatu.

5. Halusinasi Perabaan (Taktil)

Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit.

B. ETIOLOGI

Menurut Stuart (2007), Faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :

1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respoin
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditujukan oleh penelitian –
penelitian yang berikut :
 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih
luasdalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhungan dengan perilaku psikotik.
 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah – masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
 Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal menunjukkan terjadinya
adropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anaatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, adropi korteks
bagian depan dan adropi otak kecil (cerebllum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh ottopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adaalh penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orintasi realita seperti : kemiskinan,
konflik, sosial budaya( perang, kerusuhan,bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi diseratai stres.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Stuart dan Sunden (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003 ), seseorang yang
mengalamai halusinasi biasanya memperlihatkan gejala – gejala yang khas yaitu :

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai .


2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakkan mata abnormal
4. Respon verbal yang lambat
5. Diam.
6. Bertindak seolah- olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan system saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsentrasi
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Tidak dapat membedakan antara halusinasi dengan realita
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak
15. Tremor
16. Perilaku menyerang teror seperti panik.
17. Menarik diri atau katatonik
18. Kegiatan Fisik yang mereflesikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
19. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
20. Tidak mamp;u berespon lebih dari satu orang.

D. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan, yaitu :

a. Penatalaksanaan Medis

1) Psikofarmakoterapi

Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia biasanya diatasi dengan
menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain :

a) Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan
dalam bentuk injeksi 3x5 mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam.
Setelahnya klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.

b) Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile. Biasanya diberikan per


oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x 100mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat
dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja (Yosep, 2011).

2) Psikoterapi

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

3) Rehabilitasi

Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila menarik
diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan penderita untuk
mengadakan permainan atau pelatihan bersama (Maramis, 2005).

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan Halusinasi yaitu ( Keliat,
2010):

1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan
proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adatif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan),
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang
maladaptive atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan
negative pada orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi
sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal
(ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi
verbal akan testimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang
digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi, menari. Jika hobby klien
diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.

E. Mekanisme Koping

Kaji mekanisme koping yang sering digunakan klien, meliputi :

A. Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari

B. Proyeksi : mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.

C. Menarik Diri : sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal

D. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

F. Akibat
Akibat dari halusinasi adalah risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini
diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan
sesuatu hal di luar kesadarannya

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. PENGKAJIAN

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan dengan jenis
halusinasinya yaitu, sebagai berikut:

A. Jenis halusinasi

1. Halusinasi Pendengaran

Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedengkan telinga
kearah tertentu, menutup telinga. Klien tampak mondar - mandir

Data Subjektif : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. Klien
merasa mendapatkan petunjuk pada suatu tempat.

2. Halusinasi Penglihatan

Data Objektif : Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.

3. Halusinasi Penghidu

Data Objektif : Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup hidung.

Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, faeces, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.

4. Halusinasi Pengecap

Data Objektif : Sering meludah, muntah.

Data Subyektif : Merasakan rasa seperti darah, urin atau faeces.

5. Halusinasi Perabaan

Data Objektif : Menggaruk-garuk permukaan kulit.


Data Subyektif : Mengatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa seperti tersengat
listrik.

B. Isi halusinasi.

Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi
yang dialami adalah halusinasi dengar dan apa perintah dari bunyi yang di dengar , atau apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi
penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk
halusinasi pengecapan, atau merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.

C. Waktu dan frekuensi halusinasi.

Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan halusinasi muncul, berapa kali
sehari pengalaman halusinasi itu muncul, atau bahkan bila memungkinkan klien disuruh
menyebutkan kapan saja biasanya halusinasi itu datang. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bila mana klien perlu diperhatikan saat
mengalami halusinasi dan menentukan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.

D. Situasi pencetus halusinasi

Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Data
dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.

E. Respon klien.

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi
terhadap halusinasi.

Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu dikaji :

a. Gangguan sensori perseptual : halusinasi


1) Data Subjektif

a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata

b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

c. Klien merasa dibisiki untuk melukai diri sendiri dan orang lain tanpa ada stimulus
yang nyata

d. Klien merasa disuruh untuk tetap didalam kamar tidak boleh keluar karena orang
diluar jahat – jahat tanpa ada stimulus yang nyata

e. Klien sering merasa cemas tanpa ada stimulus yang nyata.

f. Klien merasa tidak dapat tidur karena selalu ada yang menyuruh untuk berjaga yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata.

2) Data Objektif

a. Klien komat kamit sendiri

b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

c. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d. Klien Kadang terlihat cemas dan panik

e. Klien kadang menjaga jarak dan berjaga

b. Risiko perilaku kekerasan

1). Data Subyektif :

a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

b. Klien mengatakan ingin memukul diri sendiri dan orang lain dengan tangan

2). Data Objektif :

a. Mata merah, wajah agak merah.

b. Nada suara tinggi dan keras, .

c. Kerusakan Interaksi Sosial : menarik diri

1) Data Subyektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat ”tidak”
atau ”ya”. Pasien merasa lebih aman apabila sendirian di dalam kamar.
2) Data Obyektif

ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain, berdiam diri di kamar,
komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang

d. Harga diri rendah

1) Data Subyektif

Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena merasa malu dan diintimidasi.

2) Data Obyektif

Tidak bisa mengambil keputusan, menarik diri dari realitas, merusak diri, dan khawatir.

e. Sindrom deficit perawatan diri

1) Data subyektif

Pasien mengatakan malas melakukan perawatan diri

2) Data Obyektif

Penampilan kurang bersih

II. POHON MASALAH

Genogram 3 Generasi
= Laki - Laki

= Perempuan

= Klien

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS

a. Gangguan sensori perceptual : Halusinasi

b. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri

c. Harga diri rendah

d. Risiko perilaku kekerasan

e. Sindrom deficit perawatan diri : mandi/kebersihan , berpakaian/berhias.

IV. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2011).

Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada perubahan persepsi
sensori : halusinasi yaitu :
1) Klien dapat menbina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengenali halusinasinya

3) Klien dapat mengontrol halusinasinya

4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol halusinasi

5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal Klien Konsultasi : 10 Maret 2016 Jam : 08.00 WIB


Tanggal pengkajian pasien: 10 Maret 2016 Jam : 11.00 WIB
1. BIODATA
a). Biodat apasien
Nama pasien : Ny.” S “
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 26 Tahun
Alamat : Ds. Jonggol
No Rm : 00 03 09
b). Yang bertanggungjawab
Nama : Tn. “ F “
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Jonggol
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Hub.Dengan pasien :Ayah
2. RiwayatKesehatan
KeluhanUtama : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (anmnesa by
self yg dirasakan)
a) Riwayat gangguan sekarang : pertama naik bus macet, pulang nagmuk, dibawa ke rs,
b) Riwayat penyakit dahulu : Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu ( dulu
pernah opname dg penyakit yg sama).
c) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

3. KEADAAN UMUM
a). Tingkat kesadaran Delirium
b). Tanda tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Nadi : 86 kali/menit
Suhu : 37 c
Pernafasan : 26 kali/menit

C). Pemeriksaan fisik (HEAD TO TOE)

a) Kepala : Rambut berantakan dan berketombe.


b) Mata : Mata merah
c) Mulut : Mukosa bibir kering, gigi terlihat kuning
d) Telinga : Di dalam lubang terlihat kotor
e) Wajah : Pucat
f) Kuku : Kuku Panjang dan Hitam (kotor)
g) Kulit : Kulit Kusam dan Kering
D. Pengkajian Fungsional Gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga berpendapat Kesehatan dan Kejiwaan di b keluarga sangat penting
oleh karena itu apabila diantara kesehatan dan kejiwaan ada yang terganggu maka akan
segera dibawa ke Rumah Sakit atau dengan pakarnya .
2. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Ny. “ S “ Nafsu makan berkurang + 7 Sendok/ Hari
Minum : Ny. “ S “ minum sedikit + 600 ml/ hari
3. Pola Eliminasi
BAK :BAB tidak normal
4. Pola aktifitas dan latihan
Klien biasanya berbicara sendiri
5. Pola istirahat tidur
Klien susah Untuk memejamkan mata
6. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin sembuh seperti semula
7. Pola mekanisme koping
Klien menginginkan dapat membedakan anatara halusinasi dan kenyataan

ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

Klien ditinggal menikah oleh kekasihnya yang telah dipacari selama 11 tahun . Klien merasa ditipu
dan rugi banyak karena Sebelum ditinggal menikah Klien telah merencakan pernikahan dan menyewa
gedung serta telah membagikan undangan pernikahan .sebulan sebelum acara pernikahan itu
berlangsung klien mendapat kabar bahwa Pacar nya telah menikah dengan orang lain yang ternyata
sudah hamil dan dia adalah teman dekat Klien.Klien kecewa, marah malu dan merasa bersalah kepada
orang tua. Klien hanya mengurung diri dikamar dan malu untuk menceritakan keluh kesah hatinya
kepada keluaraga maupun orang lain. Emosi klien tidak dapat dijaga sehingga mempengaruhi
kejiwaan klien. Sehingga klien menjadi berhalusinasi.
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


KEPERAWATAN
Ds :klien lebih suka Gangguan konsep diri Kurangnya pergaulan
1 menyendiri dirumah dan berhubungan dengan harga diri dan komunikasi .
merasa tidak berdaya. rendah.

Do:klien sering melamun .

Ds :klien mengatakan Gangguan sensori atau persepsi Berhalusinasi


2 mendengar suara bisikan. :halusinasi pendengaran.

Do :
o Klien terlihat komat
kamit
o klien tampak mondar-
mandir
o klien tampak menutup
telinga
Ds :klien merasa kurang
perawatan diri. Gangguan pemeliharaan Tidak mempunyai
3 kesehatan berhubungan dengan motifasi perawatan diri.
Do :rambut kotor,kulit devisit perawatan diri.
kusam,pakaian lusuh.

Ds :klien merasa mudah


4 tersinggung. Gangguan resiko prilaku Tekanan masalalu
menciderai diri berhubungan
Do :Emosi klien tidak tidak mampu menangani
stabil. emosi.

INTERVENSI

NO. Tujuan dan KH INTERVENSI RASIONAL


Dx
1 Setelah dilakukan tindakan - Pantau perilaku klien. - Menentukan
keperawatan 12 X - Bina Hubungan saling percaya
intervensi
pertemuan setiap 3 hari antara klien dengan Orang lain selanjutnya.
- Klien diajak berinteraksi dengan
sekali dengan tujuan: klien - Mengetahui
orang lain.
dapat berinteraksi kembali perilaku klien.
- Kaji kemampuan klien Membina - Mengetahui
dengan orang lain sehingga hubungan dengan orang lain. kemapuan klien
tidak terjadi halusinasi. - Membina
Berikan motivasi dan semangat Hubungan saling
Tujuan KH:Klien dapat percaya anatara
menatap masa depan.
berkomunikasi dengan baik. klien dengan
Dan Berikan obat Golongan
orang lain
butirefenon : Haldol, Serenace,
- Membina
Ludomer. Pada kondisi akut hubungan dengan
biasanya diberikan dalam bentuk orang lain.
injeksi 3x5 mg, im. Pemberian - Memantau

injeksi biasanya cukup 3x24 jam. interaksi klien


dengan orang
Setelahnya klien bisa diberikan
obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 lain.
mg.
- Memantau
Perilaku Klien
- Pantau Perilaku Klien. - Membina
2. Setelah dilakukan tindakan - Bina Hubungan Saling Percaya
keperawatan 12 X pertemuan hubungan saling
antara Klien dengan orang lain.
setiap 3 hari sekali dengan - Klien diajak berinteraksi dengan percaya antara

tujuan : Klien dapat berhenti orang lain . klien dengan


- Beri kesempatan klien untuk orang lain.
berhalusinasi sensori
mengungkapkan bisikan yang - Mengajak Klien
pendengaran.
didengar. untuk berinteraksi
dengan orang
Tujuan KH : Klien dapat
lain.
membuka diri dengan orang - Memberi
lain. Kesempatan pada
Klien Untuk
mengungkapkan
bisikan yang
didengar
IMPLEMENTASI

Tgl/ No IMPLEMENTASI RESPON PS ttd


Jam Dx
10 Maret 2016/ 1. - Memantau perilaku klien. - Klien kadang komat
08.00 - Membina Hubungan saling
kamit
percaya antara klien dengan - Klien dapat menerima
Orang lain setiap masukkan yang
- Mengajak Klien berinteraksi
diberikan
dengan orang lain. - Klien dapat diajak
- Mengkaji kemampuan klien
berinteraksi namun
Membina hubungan dengan masih terbatas.
orang lain - Klien dapat
berkomunikasi dengan
Memberikan motivasi dan
baik
semangat menatap masa depan
dan Memberikan obat
Golongan butirefenon : Haldol,
Serenace, Ludomer. Pada
kondisi akut biasanya
diberikan dalam bentuk injeksi
3x5 mg, im. Pemberian injeksi
biasanya
cukup 3x24 jam. Setelahnya
klien bisa diberikan obat per
oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
- Memantau perilaku klien. - Ekspresi Wajah Klien
13 Maret 2016/ - Membina Hubungan saling
terlihat lebih
16.00 2. percaya antara klien dengan bersahabat
Orang lain
- Mengajak Klien berinteraksi - Klien terlihat dapat
dengan orang lain menerima orang lain
- Memberi kesempatan klien disekitarnya.
untuk mengungkapkan
- Klien sudah dapat
bisikan yang didengar
membuka diri untuk
Berikan obat Golongan berkomunikasi dengan

butirefenon : Haldol, Serenace, orang lain

Ludomer. Pada kondisi akut - Klien mengungkapkan


biasanya diberikan dalam bisikan yang selama
bentuk injeksi 3x5 mg, im. ini di dengar.

Pemberian injeksi biasanya “ saya disuruh


cukup 3x24 jam. Setelahnya berorasi, saya juga
klien bisa diberikan obat per disuruh untuk melukai
oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg. diri saya dan orang
lain misalnya
memukul dengan
tangan, saya disuruh
menangis dan terus
dikamar karena diluar
banyak orang jahat”
EVALUASI

NO. Hari/tgl EVALUASI ttd


Dx
1. Jumat S : Klien kadang masih komat kamit
11 Maret 2016 O : Klien dapat diajak berkomunikasi dengan
baik
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Pasien dianjurkan untuk melakukan interaksi
dengan keluarga, teman dan tetangga disekitar

Senin S : Ekspresi wajah klien tampak lebih


2. 14 Maret 2016 bersahabat
O : Klien sudah dapat membuka diri untuk
berkomunikasi dengan orang lain
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Pasien dianjurkan untuk menceritakan
keluhan, masalah, yang dirasakan klien kepada
keluarga ataupun orang yang dipercaya.
Tentang Haloperidol

Jenis obat Obat antipsikotik

Golongan Obat resep

Meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau


Manfaat
emosional, serta masalah kejiwaan lainnya

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk Kapsul, tablet, dan obat cair

 Serenace adalah nama dagang dari obat haloperidol. Obat ini bekerja menormalkan
aktifitas otak yang terganggu. Angka 5 mg menunjukkan jumlah haloperidol yang ada
dalam Serenace
 Haloperidol adalah butyrophenone antipsikotik turunan dengan sifat-sifat yang telah
dianggap sangat efektif dalam pengelolaan hiperaktivitas, gelisah, dan mania.
 Haloperidol adalah neuroleptic yang efektif dan juga memiliki sifat Antimuntah,
tetapi memiliki kecenderungan untuk memprovokasi ditandai efek ekstrapiramidal
dan relatif lemah adrenolytic alfa-properti. Ini juga menunjukkan anorexiant
hipotermia dan efek dan mungkin terjadi tindakan barbiturates, anestesi umum, dan
obat-obatan depresan SSP lain.
 Haloperidol bisa mengatasi masalah yang memengaruhi cara berpikir, perasaan, atau
perilaku karena haloperidol berfungsi menghambat efek kimia di dalam otak.

 Penggunaan haloperidol memerlukan resep dokter. Pastikan untuk mengikuti resep


dan petunjuk yang disarankan oleh dokter berdasarkan kondisi kesehatan Anda.

 Dosis haloperidol yang dikonsumsi tergantung kepada penyakit dan usia pasien. Dosis
di atas bisa diminum sekali sehari atau dibagi menjadi beberapa dosis. Dokter
umumnya akan memberikan dosis kecil sebagai awalan dan meningkatkan dosisnya
secara perlahan-lahan untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.

 Haloperidol bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Gunakan air putih untuk
menelan tablet haloperidol.
Dosis Haloperidol

Penentuan dosis haloperidol tergantung kepada kondisi pasien, tingkat keparahan


penyakit, serta respons tubuh pasien terhadap obat. Berikut ini adalah takaran umum
penggunaan haloperidol yang diresepkan oleh dokter.

Jenis Penyakit Usia Dosis (miligram) per hari

Skizofrenia, psikosis dan mania (akut) Dewasa 2-20

Skizofrenia, psikosis dan mania (kronis) Dewasa 3-20

Psychomotor anti-agitation (akut) Dewasa 3-15

Psychomotor anti-agitation (kronis) Dewasa 1.5-9

3-12 tahun 0,5-6


Skizofrenia
13-17 tahun 0,5-10

3-12 tahun 0,25-3


Psychomotor anti-agitation
13-17 tahun 0,25-6

Serenace 5 mg juga digunakan untuk mengendalikan gerakan tubuh berulang yang tidak
terkontrol atau mengontrol kondisi dimana seseorang selalu mengulang kata-kata yang sama
secara tidak disadari. Indikasi lain Serenace 5 mg adalah untuk gangguan tingkah laku berat
misalnya perilaku meledak-ledak, agresif, ataqq
mkkkijmmmn n u anak hiperaktif. Kadang-kadang, Serenace 5 mg digunakan juga untuk
pengelolaan alkoholisme yang disertai gejala delusi (pikiran yang tidak rasional), halusinasi,
perilaku agresif, kebingungan, dan lain-lain. Kontraindikasi Serenace 5 mg antara lain adalah
penyakit parkinson, gangguan hati atau ginjal, tekanan darah rendah, dan adanya riwayat
alergi terhadap haloperidol.

DOSIS

Dosis Serenace 5 mg umumnya adalah 2 atau 3 kali sehari satu tablet, maksimum 30
mg per hari. Obat ini sebaiknya diminum dalam waktu yang sama setiap harinya. Perlu
diperhatikan bahwa Serenance 5 mg hanya mengontrol penyakit, tidak mengobatinya hingga
sembuh. Oleh karena itu, obat ini harus terus dikonsumsi kecuali dokter menganjurkan untuk
menghentikannya. Cara penghentian obat juga tidak boleh serta merta, tapi dilakukan secara
bertahap. Penghentian mendadak akan menyebabkan penderita kesulitan mengendalikan
gerakannya.

Peringatan
 Bagi wanita hamil, menyusui, atau yang sedang berusaha memiliki anak, sesuaikan dengan
anjuran dokter tentang pemakaian obat ini.
 Harap berhati-hati bagi penderita gangguan jantung, hati, ginjal, penyakit pembuluh darah,
masalah prostat, myasthenia gravis, depresi, tumor kelenjar adrenal, glaukoma, epilepsi,
penyakit kuning, dan penyakit Parkinson.

 Harap waspada bagi yang mengalami masalah pernapasan.

 Haloperidol tidak boleh dikonsumsi oleh orang-orang lanjut usia yang menderita demensia.

 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Mengonsumsi Haloperidol dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan haloperidol
sebelum mulai menggunakannya.

Haloperidol untuk mengatasi skizofrenia biasanya akan diberikan untuk jangka waktu
panjang, kecuali ada efek yang merugikan atau berlawanan. Sedangkan jika untuk meredakan
gangguan kecemasan atau agitation, haloperidol hanya dikonsumsi hingga gejala mereda.

Jangan menghentikan konsumsi haloperidol secara tiba-tiba. Jika diperlukan, dokter akan
mengurangi dosis secara perlahan-lahan.

Beri tahu dokter jika selama mengonsumsi haloperidol, Anda mulai atau berhenti merokok,
karena rokok dapat memengaruhi kinerja haloperidol di dalam tubuh. Disarankan untuk tidak
mengonsumsi alkohol selama mengonsumsi haloperidol karena bisa meningkatkan risiko
terkena efek samping.

Tanyakan kepada dokter jika Anda ingin mengonsumsi obat bebas lain bersamaan dengan
haloperidol untuk memastikan apakah obat tersebut sesuai.

Periksakan kadar gula darah secara rutin bagi penderita diabetes karena haloperidol bisa
memengaruhi kadar gula dalam darah.

Haloperidol mungkin dapat mengurangi efek obat bius, jadi jika Anda menjalani perawatan
gigi atau operasi, beri tahu dokter atau petugas medis yang menanganinya.

Gunakan tabir surya dengan SPF minimal 15 jika ingin beraktivitas di bawah sinar matahari
langsung karena haloperidol bisa menyebabkan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.

Jangan mengemudi atau menggunakan peralatan mesin karena haloperidol dapat


menimbulkan rasa kantuk dan memperlambat reaksi tubuh.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan
untuk mengonsumsi haloperidol pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi
efeknya dan supaya Anda tidak lupa.

Bagi pasien yang lupa mengonsumsi haloperidol, disarankan untuk segera meminumnya
begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
haloperidol pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.
Pastikan untuk memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama mengonsumsi haloperidol
agar dokter dapat memonitor perkembangan kondisi Anda.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Haloperidol

Sama seperti obat-obatan lainnya, haloperidol berpotensi menyebabkan efek samping.


Tapi seiring dengan penyesuaian tubuh dengan obat, efek samping umumnya akan mereda.
Berikut ini adalah beberapa efek samping yang umum terjadi:

 Mulut terasa kering


 Perubahan berat badan

 Sakit kepala

 Sakit perut

 Sulit buang air kecil

 Perubahan suasana hati

 Masalah menstruasi

 Pandangan buram

 Gemetar

 Konstipasi

 Sulit tidur

 Detak jantung berdebar

 Payudara membesar

 Hidung tersumbat

 Perubahan kemampuan seksual

 Efek samping Serenace 5 mg antara lain efek estrapiramidal, pusing, perilaku


hiperaktif, kelelahan, dan mual. Esktrapiramidal merupakan nama sekelompok
jaringan otak, yang jika terganggu akan memberikan efek berupa gerakan kepala,
leher, tubuh, atau mata secara tidak disadari.

 Efek samping lain dari Serenace 5 mg yang juga sering terjadi adalah menyebabkan
kantuk, penambahan berat badan, gangguan seksual pada pria, haid tidak teratur,
insomnia, ginekomasti (pembesaran payudara pada pria), mulut kering, mual, muntah,
dan sulit buang air besar Serenace 5 mg juga dapat memicu terjadinya hipotensi
ortostatik. Pada keadaan ini, tekanan darah turun mendadak ketika seseorang bangkit
dari posisi berbaring atau duduk. Gejalanya adalah pusing, bahkan sampai
sempoyongan.

Selain beberapa efek samping yang disebutkan di atas, ada juga beberapa gejala sindrom
neuroleptik maligna. Walau jarang terjadi, hal ini perlu diwaspadai. Berikut ini adalah
beberapa gejalanya:
 Demam tinggi
 Berkeringat

 Otot terasa kaku

 Jantung berdebar cepat linglung

Jika mengalami gejala sindrom neuroleptik maligna yang disebutkan di atas, segera temui
dokter.

DAFTAR PUSTAKA
http://fanjipradipthawebsite.blogspot.co.id/2015/05/laporan-pendahuluan-halusinasi_4.html

Anda mungkin juga menyukai