I. (MASALAH UTAMA)
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya
penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara
bisikan itu (Hawari, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat,
mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang
tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8 jenis yaitu :
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang
bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang
penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis,
2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap
suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul
bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran
yang mengerikan
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang
dianggap penderita sebagai kombinasi moral
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman. Penderita merasa
mengecap sesuatu.
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit.
B. ETIOLOGI
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respoin
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditujukan oleh penelitian –
penelitian yang berikut :
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih
luasdalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah – masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal menunjukkan terjadinya
adropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anaatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, adropi korteks
bagian depan dan adropi otak kecil (cerebllum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh ottopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adaalh penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orintasi realita seperti : kemiskinan,
konflik, sosial budaya( perang, kerusuhan,bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi diseratai stres.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Stuart dan Sunden (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003 ), seseorang yang
mengalamai halusinasi biasanya memperlihatkan gejala – gejala yang khas yaitu :
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan, yaitu :
a. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia biasanya diatasi dengan
menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain :
a) Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan
dalam bentuk injeksi 3x5 mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam.
Setelahnya klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
2) Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3) Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila menarik
diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan penderita untuk
mengadakan permainan atau pelatihan bersama (Maramis, 2005).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan Halusinasi yaitu ( Keliat,
2010):
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan
proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adatif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan),
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang
maladaptive atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan
negative pada orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi
sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal
(ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi
verbal akan testimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang
digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi, menari. Jika hobby klien
diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.
E. Mekanisme Koping
B. Proyeksi : mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
C. Menarik Diri : sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal
F. Akibat
Akibat dari halusinasi adalah risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini
diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan
sesuatu hal di luar kesadarannya
1. PENGKAJIAN
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan dengan jenis
halusinasinya yaitu, sebagai berikut:
A. Jenis halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedengkan telinga
kearah tertentu, menutup telinga. Klien tampak mondar - mandir
Data Subjektif : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. Klien
merasa mendapatkan petunjuk pada suatu tempat.
2. Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi Penghidu
Data Objektif : Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup hidung.
Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, faeces, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
4. Halusinasi Pengecap
5. Halusinasi Perabaan
B. Isi halusinasi.
Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi
yang dialami adalah halusinasi dengar dan apa perintah dari bunyi yang di dengar , atau apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi
penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk
halusinasi pengecapan, atau merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan halusinasi muncul, berapa kali
sehari pengalaman halusinasi itu muncul, atau bahkan bila memungkinkan klien disuruh
menyebutkan kapan saja biasanya halusinasi itu datang. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bila mana klien perlu diperhatikan saat
mengalami halusinasi dan menentukan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Data
dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
E. Respon klien.
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi
terhadap halusinasi.
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
c. Klien merasa dibisiki untuk melukai diri sendiri dan orang lain tanpa ada stimulus
yang nyata
d. Klien merasa disuruh untuk tetap didalam kamar tidak boleh keluar karena orang
diluar jahat – jahat tanpa ada stimulus yang nyata
f. Klien merasa tidak dapat tidur karena selalu ada yang menyuruh untuk berjaga yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
2) Data Objektif
b. Klien mengatakan ingin memukul diri sendiri dan orang lain dengan tangan
1) Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat ”tidak”
atau ”ya”. Pasien merasa lebih aman apabila sendirian di dalam kamar.
2) Data Obyektif
ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain, berdiam diri di kamar,
komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang
1) Data Subyektif
Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena merasa malu dan diintimidasi.
2) Data Obyektif
Tidak bisa mengambil keputusan, menarik diri dari realitas, merusak diri, dan khawatir.
1) Data subyektif
2) Data Obyektif
Genogram 3 Generasi
= Laki - Laki
= Perempuan
= Klien
IV. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2011).
Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada perubahan persepsi
sensori : halusinasi yaitu :
1) Klien dapat menbina hubungan saling percaya
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
3. KEADAAN UMUM
a). Tingkat kesadaran Delirium
b). Tanda tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Nadi : 86 kali/menit
Suhu : 37 c
Pernafasan : 26 kali/menit
Klien ditinggal menikah oleh kekasihnya yang telah dipacari selama 11 tahun . Klien merasa ditipu
dan rugi banyak karena Sebelum ditinggal menikah Klien telah merencakan pernikahan dan menyewa
gedung serta telah membagikan undangan pernikahan .sebulan sebelum acara pernikahan itu
berlangsung klien mendapat kabar bahwa Pacar nya telah menikah dengan orang lain yang ternyata
sudah hamil dan dia adalah teman dekat Klien.Klien kecewa, marah malu dan merasa bersalah kepada
orang tua. Klien hanya mengurung diri dikamar dan malu untuk menceritakan keluh kesah hatinya
kepada keluaraga maupun orang lain. Emosi klien tidak dapat dijaga sehingga mempengaruhi
kejiwaan klien. Sehingga klien menjadi berhalusinasi.
ANALISA DATA
Do :
o Klien terlihat komat
kamit
o klien tampak mondar-
mandir
o klien tampak menutup
telinga
Ds :klien merasa kurang
perawatan diri. Gangguan pemeliharaan Tidak mempunyai
3 kesehatan berhubungan dengan motifasi perawatan diri.
Do :rambut kotor,kulit devisit perawatan diri.
kusam,pakaian lusuh.
INTERVENSI
Serenace adalah nama dagang dari obat haloperidol. Obat ini bekerja menormalkan
aktifitas otak yang terganggu. Angka 5 mg menunjukkan jumlah haloperidol yang ada
dalam Serenace
Haloperidol adalah butyrophenone antipsikotik turunan dengan sifat-sifat yang telah
dianggap sangat efektif dalam pengelolaan hiperaktivitas, gelisah, dan mania.
Haloperidol adalah neuroleptic yang efektif dan juga memiliki sifat Antimuntah,
tetapi memiliki kecenderungan untuk memprovokasi ditandai efek ekstrapiramidal
dan relatif lemah adrenolytic alfa-properti. Ini juga menunjukkan anorexiant
hipotermia dan efek dan mungkin terjadi tindakan barbiturates, anestesi umum, dan
obat-obatan depresan SSP lain.
Haloperidol bisa mengatasi masalah yang memengaruhi cara berpikir, perasaan, atau
perilaku karena haloperidol berfungsi menghambat efek kimia di dalam otak.
Dosis haloperidol yang dikonsumsi tergantung kepada penyakit dan usia pasien. Dosis
di atas bisa diminum sekali sehari atau dibagi menjadi beberapa dosis. Dokter
umumnya akan memberikan dosis kecil sebagai awalan dan meningkatkan dosisnya
secara perlahan-lahan untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
Haloperidol bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Gunakan air putih untuk
menelan tablet haloperidol.
Dosis Haloperidol
Serenace 5 mg juga digunakan untuk mengendalikan gerakan tubuh berulang yang tidak
terkontrol atau mengontrol kondisi dimana seseorang selalu mengulang kata-kata yang sama
secara tidak disadari. Indikasi lain Serenace 5 mg adalah untuk gangguan tingkah laku berat
misalnya perilaku meledak-ledak, agresif, ataqq
mkkkijmmmn n u anak hiperaktif. Kadang-kadang, Serenace 5 mg digunakan juga untuk
pengelolaan alkoholisme yang disertai gejala delusi (pikiran yang tidak rasional), halusinasi,
perilaku agresif, kebingungan, dan lain-lain. Kontraindikasi Serenace 5 mg antara lain adalah
penyakit parkinson, gangguan hati atau ginjal, tekanan darah rendah, dan adanya riwayat
alergi terhadap haloperidol.
DOSIS
Dosis Serenace 5 mg umumnya adalah 2 atau 3 kali sehari satu tablet, maksimum 30
mg per hari. Obat ini sebaiknya diminum dalam waktu yang sama setiap harinya. Perlu
diperhatikan bahwa Serenance 5 mg hanya mengontrol penyakit, tidak mengobatinya hingga
sembuh. Oleh karena itu, obat ini harus terus dikonsumsi kecuali dokter menganjurkan untuk
menghentikannya. Cara penghentian obat juga tidak boleh serta merta, tapi dilakukan secara
bertahap. Penghentian mendadak akan menyebabkan penderita kesulitan mengendalikan
gerakannya.
Peringatan
Bagi wanita hamil, menyusui, atau yang sedang berusaha memiliki anak, sesuaikan dengan
anjuran dokter tentang pemakaian obat ini.
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan jantung, hati, ginjal, penyakit pembuluh darah,
masalah prostat, myasthenia gravis, depresi, tumor kelenjar adrenal, glaukoma, epilepsi,
penyakit kuning, dan penyakit Parkinson.
Haloperidol tidak boleh dikonsumsi oleh orang-orang lanjut usia yang menderita demensia.
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan haloperidol
sebelum mulai menggunakannya.
Haloperidol untuk mengatasi skizofrenia biasanya akan diberikan untuk jangka waktu
panjang, kecuali ada efek yang merugikan atau berlawanan. Sedangkan jika untuk meredakan
gangguan kecemasan atau agitation, haloperidol hanya dikonsumsi hingga gejala mereda.
Jangan menghentikan konsumsi haloperidol secara tiba-tiba. Jika diperlukan, dokter akan
mengurangi dosis secara perlahan-lahan.
Beri tahu dokter jika selama mengonsumsi haloperidol, Anda mulai atau berhenti merokok,
karena rokok dapat memengaruhi kinerja haloperidol di dalam tubuh. Disarankan untuk tidak
mengonsumsi alkohol selama mengonsumsi haloperidol karena bisa meningkatkan risiko
terkena efek samping.
Tanyakan kepada dokter jika Anda ingin mengonsumsi obat bebas lain bersamaan dengan
haloperidol untuk memastikan apakah obat tersebut sesuai.
Periksakan kadar gula darah secara rutin bagi penderita diabetes karena haloperidol bisa
memengaruhi kadar gula dalam darah.
Haloperidol mungkin dapat mengurangi efek obat bius, jadi jika Anda menjalani perawatan
gigi atau operasi, beri tahu dokter atau petugas medis yang menanganinya.
Gunakan tabir surya dengan SPF minimal 15 jika ingin beraktivitas di bawah sinar matahari
langsung karena haloperidol bisa menyebabkan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan
untuk mengonsumsi haloperidol pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi
efeknya dan supaya Anda tidak lupa.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi haloperidol, disarankan untuk segera meminumnya
begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
haloperidol pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.
Pastikan untuk memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama mengonsumsi haloperidol
agar dokter dapat memonitor perkembangan kondisi Anda.
Sakit kepala
Sakit perut
Masalah menstruasi
Pandangan buram
Gemetar
Konstipasi
Sulit tidur
Payudara membesar
Hidung tersumbat
Efek samping lain dari Serenace 5 mg yang juga sering terjadi adalah menyebabkan
kantuk, penambahan berat badan, gangguan seksual pada pria, haid tidak teratur,
insomnia, ginekomasti (pembesaran payudara pada pria), mulut kering, mual, muntah,
dan sulit buang air besar Serenace 5 mg juga dapat memicu terjadinya hipotensi
ortostatik. Pada keadaan ini, tekanan darah turun mendadak ketika seseorang bangkit
dari posisi berbaring atau duduk. Gejalanya adalah pusing, bahkan sampai
sempoyongan.
Selain beberapa efek samping yang disebutkan di atas, ada juga beberapa gejala sindrom
neuroleptik maligna. Walau jarang terjadi, hal ini perlu diwaspadai. Berikut ini adalah
beberapa gejalanya:
Demam tinggi
Berkeringat
Jika mengalami gejala sindrom neuroleptik maligna yang disebutkan di atas, segera temui
dokter.
DAFTAR PUSTAKA
http://fanjipradipthawebsite.blogspot.co.id/2015/05/laporan-pendahuluan-halusinasi_4.html