Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN RESUSITASI JANTUNG PARU PADA BAYI,ANAK ,DEWASA DAN

IBU HAMIL

Dosen pembimbing : Siti kistimbar S.Pd,S.Kep,Ners.,M.Kes

Disusun Oleh :

Dwi Setiyani

P1337420416087

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

TAHUN AJARAN 2018/2019


A. Langkah-Langkah Resusitasi pada Bayi

1. Penilaian Bayi
Penilaian kegawatan pada bayi dan anak yang mengalami kegawatan tidak lebih
dari 30 detik yang meliputi :
a) Airway
Apakah ada obstruksi yang menghalangi jalan nafas, apakah memerlukan alat
bantu jalan nafas, apakah ada cedera pada leher.
b) Breathing
Frekuensi nafas, gerak nafas, aliran udara pernafasan, warna kulit/mukosa.
c) Circulation
Frekuensi, tekanan darah, denyut sentral, perfusi kulit (capillary refilling time,
suhu, mottling), perfusi serebral, reaksi kesadaran (tonus otot, mengenal, ukuran
pupil, postur).

2. Posisi Bayi

Untuk dapat dilakukan resusitasi jantung paru, penderita harus dibuat dalam posisi
terlentang dan diusahakan satu level atau datar. Posisi untuk bayi baru lahir
(neonatus) leher sedikit ekstensi, atau dengan meletakkan handuk atau selimut di
bawah bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.

3. Posisi Penolong

Penolong sebaiknya berdiri disamping penderita dalam posisi dimana ia dapat


melakukan gerakan bantuan nafas dan bantuan sirkulasi tanpa harus merubah
posisi tubuh.

4. Teknik Resusitasi
 Airway : membuka jalan nafas
a) Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas.
b) Buka jalan nafas dengan cara tengadahkan kepala dan topang dagu (head tilt
and chin lift) bila tidak terdapat cedera kepala atau leher dengan cara satu tangan
pada dahi, tekan ke belakang.
Jari tangan lain pada rahang bawah, dorong keluar dan ke atas. Gerakan ini akan
mengangkat pangkal lidah ke atas sehingga jalan nafas terbuka. Lidah yang jatuh
ke belakang sering menjadi penyebab obstruksi jalan nafas pada penderita yang
tidak sadar.
c) Gerakan mendorong rahang ke bawah ke depan (jaw thrust) juga dapat
membuka jalan nafas bila diketahui terdapat cedera leher atau kepala.
d) Membersihkan benda asing dapat dilakukan dengan :
 Finger sweep: yaitu dengan menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah penolong untuk membebaskan sumbatan jalan
nafas yang diakibatkan oleh sisa makanan.
 Heimlich manuver
 Abdominal/chest thrust
 Suction (pengisapan): yaitu membersihkan jalan nafas
dilakukan pengisapan lendir/cairan dengan menggunakan
suction. Pada bayi dimulai dengan mengisap mulut terlebih
dahulu kemudian bagian hidung supaya tidak terjadi aspirasi
dan dilakukan tidak lebih dari 5 detik.
Setelah jalan nafas terbuka harus dinilai/evakuasi pernafasan
dengan melihat, mendengar dan merasakan adanya
hembusan nafas.

 Breathing

1) Dekatkan pipi penolong pada hidung dan mulut penderita, lihat dada penderita.
2) Lihat, dengar dan rasakan pernafasan ( 5 – 10 detik).
3) Jika tidak ada nafas lakukan bantuan nafas buatan/Ventilasi Tekanan Positif
(VTP) .
4) Pada Neonatus dan bayi <>
5) Pada anak > 1 tahun pasang sungkup yang menutupi mulut, sedangkan hidung
dapat dijepit dengan jari telunjuk dan ibu jari penolong.
6) Lakukan tiupan nafas dengan mulut atau balon resusitasi. Berikan nafas buatan
untuk neonatus 30-60 kali/menit, dan 20 kali untuk bayi dan anak yang kurang
dari 8 tahun.
7) Evaluasi pemberian nafas buatan dengan cara mengamati gerakan turun naik
dada. Bila dada naik maka kemungkinan tekanan adekwat. Bila dada tidak naik
cek kembali posisi anak, perlekatan sungkup, tekanan yang diberikan, periksa
jalan nafas apakah ada mucus atau tidak bila ada dapat dilakukan penghisapan
dengan suction.
8) Setelah dilakukan ventilasi selama satu menit, evaluasi apakah bayi atau anak
dapat bernafas secara spontan, Lakukan penilaian pulsasi tidak boleh lebih dari 10
detik. Jika pulsasi ada dan penderita tidak bernafas, maka hanya dilakukan
bantuan nafas sampai penderita bernafas spontan.

 Circulation
1) Jika pulsasi tidak ada atau terjadi bradikardi maka harus dilakukan kompresi
dada sehingga memberikan bantuan sirkulasi disertai bantuan nafas secara
ritmik dan terkoordinasi. Pada neonatus pemberian kompresi jantung
diberikan bila didapat pulsasi bayi <>
2) Posisi tempat kompresi :
 Pada neonatus: 1 jari dibawah linea interpapilaris.
 Pada bayi: Sternum bagian bawah.
 Pada anak: 2 jari diatas prosesus xipoideus.
3) Tangan yang melakukan kompresi :
 Neonatus : menggunakan 2 jari tangan atau 2 ibu jari.
 Bayi : dengan menggunakan 2 jari.
B. Langkah-Langkah RJP pada Anak
1. Pastikan keamanan penolong dan anak.
2. Periksa respon anak.

• Berikan stimulasi kepada anak secara perlahan dan bertanya dengan


keras: Apakah anda baik-baik saja?

Jika anak merespon dengan menjawab atau bergerak:

• Biarkan anak dalam posisi di mana anda menemukannya (asalkan ia


tidak dalam bahaya lebih lanjut).

• Periksa kondisi anak dan cari bantuan jika diperlukan.

• Menilai kembali anak secara teratur.

Jika anak tidak merespon:

3. Segera cari bantuan.

• Dengan hati-hati posisikan anak dalam keadaan terlentang.


4. Buka jalan nafas dengan mendongakkan kepala dan mengangkat dagu
anak.

o Tempatkan tangan anda di dahinya dan dengan lembut dongakkan


kepalanya.

o Pada saat yang sama, dengan ujung jari anda di bawah dagu anak,
angkat dagu. Jangan mendorong pada jaringan lunak di bawah dagu
karena hal ini dapat menghambat jalan nafas.

o Jika anda masih mengalami kesulitan dalam membuka jalan nafas,


coba dorong rahang: dengan menempatkan jari telunjuk dan jari
tengah kedua tangan di balik setiap sisi rahang anak dan dorong
rahang ke depan.

5. Jaga jalan nafas terbuka, dengan melihat, mendengar dan merasakan


nafas normal dengan meletakkan wajah anda dekat dengan wajah anak
dan lihat ke arah dadanya:
 Lihat gerakan dada.
 Dengarkan pada hidung dan mulut anak untuk mendengar bunyi
pernafasan.
 Rasakan pergerakan udara di pipi Anda.

Dalam beberapa menit pertama setelah henti jantung seorang anak


kemungkinan mengambil nafas dengan terengah-engah dan
lambat. Lihat, dengarkan dan rasakan tidak lebih dari 10 detik
sebelum memutuskan- jika anda memiliki keraguan apakah
pernafasan normal atau tidak, maka bertindak seolah-olah itu tidak
normal.

6. Jika anak bernafas normal:

• Atur anak ke posisi pemulihan

• Minta atau pergi mencari bantuan–hubungi nomor darurat lokal


untuk ambulans.

• Periksa kelanjutan pernafasan.

7. Jika pernafasan tidak normal atau berhenti:

• Hilangkan setiap obstruksi jalan nafas yang jelas dengan hati-hati.

• Berikan lima bantuan nafas awal.

• Sementara melakukan bantuan nafas catat setiap respon muntah atau


batuk untk setiap tindakan anda. Ada tidaknya respon ini akan menjadi
bagian dari penilaian anda terhadap 'tanda-tanda kehidupan', yang akan
dijelaskan kemudian.

8. Bantuan nafas untuk anak usia lebih dari 1 tahun:


a. Pastikan dongakkan kepala dan angkat dagu.
b. Jepit bagian lunak dari hidung dengan jari telunjuk dan ibu jari
hingga tertutup dengan tangan anda pada dahinya.
c. Biarkan mulut untuk membuka, tapi pertahankan dagu terangkat.
d. Ambil nafas dan tempatkan bibir anda di sekitar mulut anak,
pastikan saling menutup dengan baik.
e. Tiup udara ke dalam mulut anak selama sekitar 1-1,5 detik sambil
melihat pengembangan dada.
f. Jaga posisi kepala dan dagu terangkat, lepaskan mulut anda dari
mulut korban dan perhatikan turunnya pengembangan dada karena
udara keluar.
g. Ambil nafas lagi dan ulangi urutan ini sampai lima kali. Kenali
keefektifan bantuan nafas dengan memperhatikan kembang kempis
dada anak dengan cara yang sama yang dihasilkan oleh gerakan
nafas normal.

C. Langkah –langkah RJP pada Dewasa


1. Lakukan 3 A ( Aman penolong , Aman korban , Aman lingkungan )
2. Periksa kesadaran penderita :
 Tepuk bahu atau menggoyangkan badan penderita
3. Jika tidak ada respon maka mintalah bantuan :
 Berteriak minta tolong dengan orang sekitar
 Aktifkan EMS ( Emergency Medical Service) dengan menelpon 911 atau
panggilan emergency lokal
 Saat menghubungi EMS informasikan tentang nama anda yang
menghubungi,apa yang terjadi, jumlah korban, kondisi dan pertolongan yang
sudah diberikan, informasikan juga jarak terdekat menuju kejadian, nama
tempat kejadian dengan lengkap.
4. Atur posisi korban
 Posisi baring telentang ( agar efektif dalam melakukan pemeriksaan napas dan
nadi )
 Baringkan di tempat datar dan keras
5. Ekstensikan kepala korban dengan teknik tekan dahi angkat dagu (Head tilt chin
lift atau jaw thrust)
6. Circulation : penilaian denyut nadi
 Lakukan pemeriksaan denyut nadi pada nadi carotis di leher, pemeriksaan nadi
tidak boleh melebihi 10 detik, jika tidak teraba segera lakukan kompresi dada,
dengan cara:
 Lakukan penekanan dengan menggunakan pangkal telapak tangan dengan
posisi satu tangan diatas tangan lainnya
 Posisikan penekanan terletak dua jari diatas Proxesus Xypoideus
 Berikan kompresi dengan frekuensi yang mencukupi min.100x/menit
 Untuk dewasa , kedalaman 4-5 cm
 Lakukan kompresi dan ventilasi dengan perbandingan 30:2
 Jika nadi karotis teraba lakukan langkah selanjutnya

7. Airway : bersihan jalan napas


 Lakukan dengan teknik head tilt chin lift
 Lakukan sweep pada mulut bila terdapat obstruksi di jalan napas
8. Breathing
 Berikan nafas bantuan dalam waktu 1 detik
 Nilai napas dengan cara lihat pergerakan dada ,dengar suara napas
tambahan,dan rasakan hembusan napas
 Berikan napas bantuan sesuai dengan kompresi dengan perbandingan 30:2
 Pemberian nafas bantuan yang berlebihan tidak diperlukan dan dapat
menimbulkan distensi pada lambung beserta komplikasinya seperti
regurgitasi dan aspirasi
9. Recovery position
Setelah dilakukan RJP penderita yang sudah pulih kembali denyut nadi dan
pernafasannya, posisikan korban dengan posisi miring mantap atau recovery
position tujuannya apabila terjadi muntah/ banyak mengeluarkan cairan tidak
terjadi aspirasi
D. Langkah-langkah RJP pada ibu hamil
1. Lakukan 3 A ( Aman penolong, aman korban, aman lingkungan)
2. Cek respon korban :
 Tepuk bahu atau menggoyangkan badan penderita
3. Jika tidak ada respon maka mintalah bantuan :
 Berteriak minta tolong dengan orang sekitar
 Aktifkan EMS ( Emergency Medical Service) dengan menelpon 911 atau
panggilan emergency lokal
 Saat menghubungi EMS informasikan tentang nama anda yang
menghubungi,apa yang terjadi, jumlah korban, kondisi dan pertolongan yang
sudah diberikan, informasikan juga jarak terdekat menuju kejadian, nama
tempat kejadian dengan lengkap.
4. Khusus untuk ibu dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu (uterus di
atas umbilikus),
 miringkan ibu dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan sudut 15-30° atau
bila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri
5. Bebaskan jalan napas. Tengadahkan kepala ibu ke belakang (head tilt) dan angkat
dagu (chin lift).
6. Bersihkan benda asing di jalan napas. Bila ada sumbatan benda padat di jalan
napas, sapu keluar dengan jari atau lakukan dorongan pada dada di bagian tengah
sternum (chest thrust). Hindari menekan prosesus xifoideus

7. Sambil menjaga terbukanya jalan napas, “lihat – dengar – rasakan” napas ibu
(lakukan cepat, kurang dari 10 detik) dengan cara mendekatkan kepala penolong
ke wajah ibu. Lihat pergerakan dada, dengar suara napas, dan rasakan aliran udara
dari hidung/mulut ibu.
8. Jika ibu bernapas normal, pertahankan posisi, berikan oksigen sebagai tindakan
suportif. Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap bernapas normal.

9. Jika ibu tidak bernapas atau bernapas tidak normal, periksa pulsasi arteri karotis
dengan cepat (tidak lebih dari 10 detik).

10. Bila nadi teraba namun ibu tidak bernapas atau megap-megap (gasping), berikan
bantuan napas (ventilasi) menggunakan balon-sungkup atau melalui mulut ke
mulut dengan menggunakan alas (seperti kain, kasa) sebanyak satu kali setiap 5-6
detik. Pastikan volume napas buatan cukup sehingga pengembangan dada terlihat.
Cek nadi arteri karotis tiap 2 menit.
11. Bila nadi tidak teraba, segera lakukan resusitasi kardiopulmoner. Resusitasi
kardiopulmoner pada ibu dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu dilakukan
dalam posisi ibu miring ke kiri sebesar 15-300. Penekanan dada dilakukan di
pertengahan sternum. Kompresi dilakukan dengan cepat dan mantap, menekan
sternum sedalam 5 cm dengan kecepatan 100-120x/menit. Setelah 30 kompresi,
buka kembali jalan napas lalu berikan 2 kali ventilasi menggunakan balonsungkup
atau melalui mulut ke mulut dengan alas. Tiap ventilasi diberikan dalam waktu 1
detik. Berikan ventilasi yang cukup sehingga pengembangan dada terlihat.
Kemudian lanjutkan kompresi dada dan ventilasi dengan perbandingan 30:2.
12. Pasang kanul intravena (2 jalur bila mungkin) menggunakan jarum ukuran besar
(no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia) dan berikan cairan sesuai
kondisi ibu.
13. Tindakan resusitasi kardiopulmoner diteruskan hingga: Tim yang lebih terlatih
untuk menangani henti nafas dan henti jantung telah datang dan mengambil alih
tindakan, ATAU tidak didapatkannya respon setelah 30 menit, ATAU Penolong
kelelahan, ATAU Ibu menunjukkan tanda-tanda kembalinya kesadaran, misalnya
batuk, membuka mata, berbicara atau bergerak secara sadar DAN mulai bernapas
normal.
14. Pada keadaan tersebut, lanjutkan tatalaksana dengan: Berikan oksigen Pasang
kanul intravena (bila sebelumnya tidak berhasil dilakukan) dan berikan cairan
sesuai kondisi ibu Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap bernapas
normal. Setelah masalah jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi teratasi, pikirkan
dan evaluasi kemungkinan penyebab hilangnya kesadaran ibu, di antaranya:
perdarahan hebat (paling sering) penyakit tromboemboli penyakit jantung sepsis
keracunan obat (contoh: magnesium sulfat, anestesi lokal) eklampsia perdarahan
intrakranial anafilaktik gangguan metabolik/elektrolit (contoh: hipoglikemia)
hipoksia karena gangguan jalan napas dan/atau penyakit paru Lakukan
pemeriksaan lanjutan, misalnya USG abdomen untuk melihat perdarahan
intraabdomen tersembunyi. Atasi penyebab penurunan kesadaran atau rujuk bila
fasilitas tidak memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai