Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

CA SERVIK

MUH REZKI NURFAJAR AZIS


711490121032

POLTEKKES KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA PASIEN DENGAN CA SERVIKS

1. Kajian Teori CA Serviks


A. Pengertian
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim,
yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi,
2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan
kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina) (Purwoastuti, 2015). Ca Serviks ini
merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan leher rahim yang
disebut sel epitelskuamosa. Sel epitel skuamosa ini terletak antara rahim dan
liang senggama. Tumor ganas yang terjadi disebabkan karena adanya
penggandaan sel akibat berubahnya sifat sel menjadi sel yang tidak normal. Sifat
dari sel ganas ini yaitu dapat menyebar atau metastasis ke bagian tubuh yang lain
melalui pembuluh darah maupun getah bening sehingga merusak
fungsi jaringan (Yatim, 2005).
B. Etiologi
Menurut Nuratif (2016) penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak
diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
di bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin).
C. Manifestasi Klinis
Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut :
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan
abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan
seksual.
3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.
5. Nyeri disekitar vagina
6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).
8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
9. Sakit waktu hubungan seks.
10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan
bercampur dengan darah.
11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus
haid.
13. Sering pusing dan sinkope.
14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
D. Patofisiologi
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun.
Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma
Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan
kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah
pasangan seksual yang meningkat, status sosial ekonomi yang rendah dan
merokok (Price, 2012). Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut
epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan
skuamokolumnar atau zona tranformasi). Pada zona transformasi serviks
memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang berakhir sebagai karsinoma
servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma insitu atau High-grade
Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului karsinoma invasif.
Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam
stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan
para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat
dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal
invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale
dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh (Price, 2012)
PATHWAY

-Infeksi virus HPV


‐ Genetik Perluasan epitel kolumnar
‐ Hygiene yang tidak bersih di Terjadi lesi pada (ekstroserviks dan
organ vital serviks,inflamasi, endoserviks)
‐ Hubungan seksual <16 tahun
PATHWAY
‐ Merokok
‐ Ganti-ganti pasangan
Proses metaplastik (erosive)

Dysplasia

Karsinoma
invasive serviks

Terapi

Pembedahan

Histerektomi
Post Operasi

Nyeri Akut Luka operasi


Proteksi Kurang

Perdarahan
Invasi bakteri

O2 ke sel berkurang
Resiko Infeksi

Metabolisme &
Kelemahan fisik
energy ↓

Hambatan Mobilitas
Fisik
E. Klasifikasi Kanker Serviks
Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 :
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks (penyebaran ke
korpus uteri diabaikan)
Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau
dengan invasi yang superficial dikelompokkan pada stadium IB
Stadium I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan lebar
horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium I A2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan
perluasan horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik
lesi lebih dari stadium I A2
Stadium I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar.
Stadium I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Stadium II Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum mengenai
dinding panggul atau sepertiga distal/ bawah vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan hidronefrosis
atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium III Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan tidak
menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul
A
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
B
Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi
Stadium IV Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum dan/
atau keluar rongga panggul minor
A
Stadium IV Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan
kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane basalis epitel tanpa
B
invasi ke rongga pembuluh darah/ limfe atau melekat dengan lesi
kanker serviks.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama ±10-
15 tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur skrining,
namun sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk
melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual
dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171 perempuan yang
mengetahui tentang kanker serviks, hanya 24,5 % (42 perempuan) yang
melakukan prosedur skrining (Wuriningsih, 2016).
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan
terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka
kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan
warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling disarankan
oleh Departemen Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena biayanya
yang sangat murah. Namun perlu diingat, pemeriksaan ini dilakukan hanya
untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode
deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera dilakukan (Wijaya, 2010).
2. Tes Pap Smear
Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini
munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat,
tidak sakit, dan dengan biaya yang relative terjangkau serta hasil yang akurat
(Wijaya, 2010). Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang
masa menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20
hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kirakira dua hari sebelum
pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau
penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ini dapat menghilangkan
atau menyembunyikan sel-sel abnormal (Wijaya, 2010).
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Wijaya, 2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk
mengobati kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya masing-
masing, yaitu :
1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0 antara lain:
a. Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi
dengan menggunakan arus listrik bertegangan rendah untuk menghilangkan
jaringan abnormal serviks,
b. Pembedahan Laser,
c. Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir
serviks dan epitel serta kelenjarnya,
d. Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk
menghancurkan sel abnormal atau mengalami kelainan,
e. Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak menginginkan
anak lagi),
f. Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).
2. Stadium I A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium I A meliputi :
a. Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy,
b. Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir
serviks dan epitel serta kelenjarnya,
c. Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar getah
bening,
d. Terapi radiasi internal.
3. Stadium I B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium I B meliputi:
a. Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,
b. Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
c. Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi
radiasi dan kemoterapi,
d. Terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:
a. Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi,
b. Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi
radiasi dan kemoterapi,
5. Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang diikuti dengan kemoterapi.
6. Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
7. Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi terapi radiasi
internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
8. Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB meliputi:
a. Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejala-gejala yang
disebabkan oleh kanker dan untuk meningkatkan kualitas hidup,
b. Kemoterapi,
c. Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat kombinasi.
2. Konsep Asuhan
Keperawatan a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,
pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air
dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak
nafsu makan, dan anemia.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah berlebihan,
tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan
dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit
HIV/AIDS (Ariani, 2015).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada
riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).
4) Keadaan Psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan
terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien
meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah
pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak
berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
5) Data Fokus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan
kanker serviks yang perlu diketahui adalah:

 Keluhan Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami
atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur
atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda
gejala kanker serviks.

 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani,
2017).
b. Aktivitas dan
Istirahat Gejala :

 Kelemahan atau keletihan akibat anemia.


 Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.

 Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,


ansietas dan keringat malam.
 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
 lingkungan dan tingkat stress yang tinggi

c. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan
perasaan putus asa
d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya
nyeri
e. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet
f. Neurosensori
Gejala : pusing
g. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses
penyakit
h. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau)
i. Integritas social
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu
dengan lingkungan, perasaan acuh
j. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok dan mudah tercabut
2) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
4) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat
tumor menekan saraf lumbosakralis
5) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
6) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami secret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan mengeluh nyeri (D.0077 SDKI halaman 172)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (0142 SDKI
halaman 304)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri
saat bergerak (D.0054 SDKI halaman 124)
c. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan agen keperawatan durasi, frekuensi, kualitas,
pencedera fisik selama 3x24 jam intensitas nyeri
(prosedur diharapkan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
operasi) ditandai akut menurun, 3. Identifikasi respon nyeri non
dengan dengan Kriteria verbal
mengeluh nyeri hasil : 4. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
menurun nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Monitor efek samping
1
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, tehnik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
dengan efek keperawatan lokal dan sistemik
prosedur invasif selama 3x24 jam Terapeutik :
diharapkan risiko 1. Cuci tangan sebelum dan
infeksi menurun, sesudah kontak dengan pasien
dengan Kriteria dan lingkungan pasien
hasil : 2. Pertahankan tehnik aseptic pada
1. Kebersihan pasien berisiko
badan
meningkat Edukasi :
2. Nyeri 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menurun Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
3 Gangguan Setelah dilakukan Observasi :
mobilitas fisik tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
berhubungan keperawatan keluhan fisik lainnya
dengan nyeri selama 3x24 jam 2. Identifikasi toleransi fisik
ditandai dengan diharapkan melakukan pergerakan
nyeri saat mobilitas fisik Terapeutik :
bergerak meningkat, 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan Kriteria dengan alat bantu (mis. Pagar
hasil : tempat tidur)
1. Nyeri 2. Fasilitasi melakukan pergerakan
menurun 3. Libatkan keluarga untuk
2. Kelemahan membantu pasien dalam
fisik menurun meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
2. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
DAFTAR PUSTAKA

Rio, Susi. (2017). Persepsi Tentang Kanker Serviks Dan Upaya Prevensinya
Pada Perempuan Yang Memiliki Keluarga Dengan Riwayat Kanker. Fakultas
Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Vol. 4 No. 3 Desember 2017
Jurnal Kesehatan Reproduksi: 159-169
Cahyanti, Nopi Nur. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Serviks Stadium III A
Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Jannah, Siti Raodatul. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ca.Serviks
Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Cetakan III.

Jakarta : Tim Pokja SDKI DPP PPNI.

SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Cetakan II. Jakarta

: Tim Pokja SLKI DPP PPNI

SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Cetakan II.

Jakarta : Tim Pokja SIKI DPP PPNI


ASUHAN KEPERAWATAN CA SERVIK PADA NY. L P3A0 DI RUANGAN POLI
OBSGYN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

A. PENGKAJIAN

1. Identitas
a. Pasien

1) Nama Pasien : Ny. L

2) Tempat Tgl Lahir : Manado, 1 juni 1963

3) Umur : 58 tahun

4) Jenis Kelamin : Perempuan

5) Agama : Islam

6) Pendidikan : D3

7) Pekerjaan : IRT

8) Suku / Bangsa : Minahasa

9) Alamat : Bitung

10) Diagnosa Medis : CA Serviks

11) No. RM : 740552

12) Tanggal Masuk RS : 27 Agustus 2021


b.Penanggung Jawab / Keluarga

1) Nama : Tn. S
2) Umur : 45 Tahun

3) Pendidikan : S1

4) Pekerjaan : Swasta

5) Alamat : Jaban, RT 01 RW 05, Sinduharjo,


Ngaglik, Kab. Sleman

6) Hubungan dengan pasien : Suami pasien

7) Status perkawinan : Menikah

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah karena luka bekas
operasi
P : Nyeri post op
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri perut bagian bawah hingga vagina
S : skala nyeri 6
T : hilang timbul
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS
Pasien masuk dengan keterangan Ca serviks dengan rencana operasi
b) Riwayat Kesehatan Pasien
Pasien mengatakan dibawa ke Poli Kebidanan Rs Sardjito dengan
keluhan sering mengalami keputihan dan keluar darah dari
kemaluan ±3 minggu, setelah dilakukan pemeriksaan barulah
pasien mengetahui menderita Ca serviks

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit yang pernah diderita
Paisen mengatakan pada tahun 2015 pernah menderita tumor
jinak pada payudara
b. Riwayat Hospitalisasi
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit
karena operasi Fibroadenoma Mammae (FAM) dan opname
selama ±1 minggu pada tahun 2015 dan melahirkan spontan di RS
pada tahun 2001.
c. Riwayat Injury
Tidak ada

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal Serumah : Pasien

: Perempuan : Meninggal

: Garis Menikah : Garis Keturunan

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit
kanker ataupun penyakit lainnya seperti hipertensi, DM, asma dan
TBC

3.Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)


a. Nutrisi- metabolik

1) Sebelum Sakit
Sebelum sakit keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari
(pagi, siang, malam) makan nasi dengan menu bervariasi. Nafsu makan
baik, pasien juga mengatakan pasien minum 6-7 gelas sehari

2) Saat Sakit
Selama dirawat di rumah sakit pasien mengatakan makan dan minum
sendiri dengan habis 1 porsi makan

3) Eliminasi
1) Sebelum Sakit
Sebelum sakit pasien mengatakan pasien BAB 1x sehari kadang pagi
atau siang hari. Pasien BAK ± 5-6x sehari dengan urine berwarna
kuning jernih serta tidak mengalami gangguan BAK maupun BAB
2) Saat Sakit
Selama dirawat di rumah sakit pasien mengatakan bahwa pasien BAB
1x sehari

b. Aktivitas /latihan

1) Sebelum Sakit
a) Keadaan aktivitas sehari – hari
Kegiatan sehari-hari Ny. N adalah sebagai pegawai swasta dan
melakukan aktivitas secara mandiri

b) Keadaan pernafasan
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RS tidak pernah menggunakan
alat bantu nafas, tidak mengkonsumsi obat pelancar pernafasan
(bronkodilator).

c) Keadaan Kardiovaskuler
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RS Ny.N tidak pernah
mempunyai keluhan sakit/nyeri pada dadanya

2) Selama Sakit
a) Keadaan aktivitas sehari – hari
Selama sakit Ny.N hanya berbaring ditempat tidur, makan, mandi,
berganti baju dilakukan diatas tempat tidur dan dibantu oleh suami
dan perawat karena efek setelah operasi sehingga membutuhkan
bantuan orang lain

b) Keadaan pernafasan
Ny.L mengatakan tidak merasakan sesak, tidak ada suara nafas
tambahan, respirasi 20x/menit

c) Keadaan kardiovaskuler
Ny. L mengatakan tidak ada keluhan nyeri pada dadanya.

d) Skala ketergantungan
KETERANGAN
AKTIVITAS
0 1 2 3 4
Bathing √
Toileting √
Eating √
Moving √
Ambulasi √
Walking √
Keterangan :
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total

c. Istirahat – tidur
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan saat dirumah tidur ±8 jam sehari. Tidak ada
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur

2) Selama sakit
Pasien mengatakan sedikit sulit tidur karena nyeri setelah operasi
yang dirasakan saat efek anastesi hilang. Pasien mengatakan tidur
siang sekitar 1-2 jam.
d. Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

Ny. L mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di


puskesmas terdekat. Pasien belum terelalu paham tentang penyakitnya.

e. Pola Toleransi terhadap stress-koping

Keluarga selalu bersabar dan mengikuti instruksi dokter dan perawat


selama proses perawatan Ny.L

f. Pola hubungan peran

Hubungan Ny.L dan suami sangat baik yang ditandai dengan dari awal
masuk rumah sakit suami Ny.L yang selalu menemani dan merawat
Ny.L

g. Kognitif dan persepsi

Keadaan composmentis, pasien dapat berbicara dengan lancar, pasien


dan keluarga mengikuti apa yang disarankan oleh dokter dan perawat

h. Konsep Diri

1) Gambaran Diri

Ny. L menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan


perawatan di rumah sakit

2) Harga Diri

Pasien menghargai dirinya dan mempunyai harapan untuk hidupnya


agar dapat cepat sehat

3) Peran Diri

Ny.L menyadari perannya sebagai isteri dan keluarga bersedia dan


bertanggung jawab untuk merawat Ny.L sampai sehat kembali

4) Ideal Diri

Saat dilakukan tindakan keperawatan keluarga Ny.L bertanya


tentang kondisi saat ini dan apa kegunaan dari obat yang diberikan

5) Identitas Diri

Ny.L menyadari siapa dirinya


i. Reproduksi dan kesehatan

1) Riwayat Menstruasi

Manarche: 12 tahun

Lamanya haid : 6-7 hari

Darah haid : Normal

Siklus : Teratur 28-30 hari

Nyeri haid : Ya,

hari pertama Haid terakhir : 16 januari2021

2) Riwayat Perkawinan

Status pernikahan : Menikah

Kawin pertama umur : 19 tahun

Kawin : 1 kali

3) Riwayat Kehamilan

Riwayat obstetric : G-P1A1 Ah1

Anak ke-1 : Laki-laki

Jenis persalinan : Spontan di RS tahun 2001

j. Keyakinan dan Nilai

Ny.L memahami nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, saat ini Ny.L


tidak mampu sholat secara normal, akan tetapi Ny.L selalu berdoa agar
kembali sehat dan dapat segera pulang ke rumah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis, GCS : E4M6V5
2) Status Gizi :

BB = 50 Kg, IMT : 21,9 kg/m2

3) Tanda Vital :
TD = 110/80 mmHg Nadi= 98 x/mnt
Suhu= 36,6 °C RR= 20 x/mnt
4) Skala Nyeri (Visual analog) – usia > 8 tahun

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)


1) Kulit
Kulit Ny.L berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat edema, dan tidak terdapat phlebitis pada tusukan infus
2) Kepala
a. Rambut : Rambut hitam lurus tanpa uban
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal,
reflek pupil dan sklera baik
c. Hidung : Simetris dan tidak terdapat lesi
d. Telinga : Kedua lubang telingan bersih tidak mengeluarkan
cairan
e. Mulut : Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, mukosa bibir
lembab, gigi berjarak berwarna putih kekuningan
3) Leher
Tidak terdapat pembesaran thyroid dan tidak terdapat edema
4) Tengkuk
Tidak nampak benjolan pada tengkuk dan edema
5) Dada
a) Inspeksi
Dada tampak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat edema,
RR 20x/menit
b) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, ekspansi paru
simetris, permukaan kulit teraba hangat, tidak terdapat
benjolan pada permukaan dada
c) Perkusi
Suara perkusi dada sonor +/+
d) Auskultasi
Tidak ada suara nafas tambahan, vesikuler +/+
6) Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, kulit berwarna sawo
matang
7) Abdomen
a) Inspeksi
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat bercak merah, tidak
nampak asites.
b) Auskultasi
BU (+), tidak teraba massa
c) Perkusi
Suara abdomen timpani (+)
d) Palpasi
Adanya nyeri tekan/lepas pada perut bagian bawah
bekas operasi
8) Anus dan Rectum
Normal dan tidak terdapat pembesaran ambeyen.

9) Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan karena pasien menolak, terpasang
kateter, tidak ada keluhan gatal pada area genitalia
10) Ekstremitas
a) Atas
Terpasang infuse NaCl 0,9% sejak tanggal 02 Februari 2021
ditangan sebelah kiri, tidak ada pembengkakan pada tusukan
infus,
b) Bawah
Tidak terdapat edema pada kaki
Tanggal/waktu
Parameter Kriteria Nilai
Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia
8-13 tahun 2
>13 tahun 1√
Laki-laki 2
Jenis kelamin
Perempuan 1√
Kelainan neurologis 4
Perubahan dalam 3
Diagnosis oksigenasi
Kelainan psikis/prilaku 2
Diagnosis lain 1√
Tidak menyadari 3
keterbatasan dirinya
Gangguan
Lupa adanya kterbatasan 2
kognitif
Orientasi baik terhadap 1√
diri sendiri
Riwayat jatuh dari tempat 4
tidur
Pasien gunakan alat bantu 3
Faktor lingkungan
Pasien berada ditempat 2√
tidur
Diluar ruang perawat 1
Respon terhadap Dalam 24 jam 3√
operasi/obat Dalam 48 jam 2
penenang/efek >48 jam 1
anestesi
Bermacam- macam obat 3
digunakan: obat sedatif
fenozin, antidepresan,
laksansia/ deuretika,
Penggunaan obat
narkotik.
Salah satu dari 2
pengobatan diatas
Pengobatan lain 1
Total Skor
Ket : Skror 7-11 = risiko jatuh rendah Skor >12 = risiko jatuh tinggi
Intervensi pencegahan risiko jatuh (beri Tgl
tanda v)
1. Pastikan bel/phpne mudah √ √ √ √
terjangkau atau pastikan ada
Risiko rendah kelaurga yang menunggu
(RR) 2. Roda tempat tidur pada posisi √ √ √ √
dikunci
3. Naikan pagar pengaman √ √ √ √
tempat tidur
4. Beri edukasi pasien √ √ √ √

1. Lakukan semua pencegahan


risiko jatuh rendah

2. Pasang stiker penanda


berwarna kuning pada gelang
identifikasi
3. Kunjungi dan monitor setiap √ √ √ √
Risiko tinggi (RT) shif
4. Penggunaan √ √ √ √
kateter/pispot/tolet duduk
5. Strategi mencegah jatuh
dengan penilaian jatuh yang
lebih detail
6. Libatkan keluarga untuk √ √ √ √
menunggu pasien
Nama/paraf
5. PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Pemeriksaan
20 September HEMATOLOGI
2021 Leukosit 18,13 10^3µL 4,50 – 11,50
Eritrosit 3,89 10^6 µL 4,00 – 5,40
Hemoglobin 11,0 g/dL 12,0 – 15,0
Hematokrit 32,1 % 35,0 – 49,0
MCV 82,5 fL 80,0 – 94,0
MCH 28,2 pg 26,0 – 32,0
MCHC 34,2 g/dL 32,0 – 36,0
Trombosit 354 x10^3 µL 150 – 450
MPV 5,5 Fl 7,2 – 10,4
Netrofil % 82,2 % 50,0 – 70,0
Limfosit % 5,4 % 18,0 – 42,0
Monosit % 5,0 % 2,0 – 11,0
Eosinofit % 0,1 % 1,0 – 3,0
Basofil % 0,2 % 0,0 - 2,0
Netrofil % 16,8 10^3 µL 2,30 – 8,60
Limfosit % 0,98 10^3 µL 1,62 – 5,37
Monosit % 0,91 10^3 µL 0,30 – 0,80
Eosinofil % 0,02 10^3 µL 0,00 – 0,20
Basofil % 0,04 10^3 µL 0,00 – 0,10

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )


ANALISA DATA

Nama : Ny. L
Ruangan : Ruangan P. Obsgyn

DATA PENYEBAB MASALAH


DS: Agen pencedera fisik Nyeri Akut
- Pasien mengatakan (prosedur operasi)
nyeri perut bagian D.0077 SDKI
bawah
P : nyeri saat
bergerak
Q : seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri perut
bagian bawah
hingga vagina
S : skala nyeri 6
T : hilang timbul
DO:
- Pasien terlihat
meringis ketika
nyeri timbul
- Nyeri tekan pada
perut bagian bawah
- TD = 110/80 mmHg
- Nadi= 98 x/mnt
- Suhu = 36,6 °C
- RR= 20 x/menit
DS : Nyeri Gangguan Mobilitas
- Pasien mengatakan Fisik
dibantu suami saat
akan bangun atau D.0054 SDKI
duduk ditempat
tidur
- Pasien mengatakan
badannya sedikit
lemas dan pusing
- TD = 110/80 mmHg
- Nadi= 98 x/mnt
- Suhu = 36,6 °C
- RR= 20 x/menit
DO :
- Pasien terlihat lemas
- Pasien hanya
sesekali duduk di
tempat tidur
DS:- Efek prosedur invasif Resiko Infeksi
DO :
- Pasien terlihat lemas 0142 SDKI
- Leukosit 18,13
10^3/ L
- Terdapat luka post
op Ca serviks di
perut bagian bawah
- TD = 110/80 mmHg
- Nadi= 98 x/mnt
- Suhu = 36,6 °C
- RR= 20 x/menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan mengeluh nyeri (D.0077 SDKI halaman 172)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
nyeri saat bergerak (D.0054 SDKI halaman 124)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (0142 SDKI
halaman 304)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien: Ny. L
Ruang : Ruangan P. Obsgyn

Hari/
DIAGNOSA PERENCANAAN
Tgl/
KEPERAWATAN
Jam
TUJUAN PERENCANAAN
02 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Februari berhubungan
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi skala nyeri
2021 dengan agen
pencedera fisik diharapkan nyeri akut menurun, 2. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
(prosedur operasi)
dengan Kriteria hasil : nyeri
ditandai dengan
mengeluh nyeri 1. Keluhan nyeri menurun 3. Jelaskan strategi meredakan nyeri
(SLKI, halaman 145) 4. Kolaborasi pemberian analgetik
(SDKI, halaman
172) (SIKI, halaman 201)
02 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
Februari mobilitas fisik
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2021 berhubungan
dengan nyeri diharapkan mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
ditandai dengan
meningkat, dengan Kriteria hasil 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
nyeri saat bergerak
: meningkatkan pergerakan
(SDKI, halaman
1. Nyeri menurun 4. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
124)
2. Kelemahan fisik menurun
(SLKI, halaman 65)
02 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
Februari berhubungan
keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2021 dengan efek
prosedur invasif diharapkan risiko infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
menurun, dengan Kriteria hasil : dan lingkungan pasien
(SDKI, halaman
304) 1. Kebersihan badan meningkat 3. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien berisiko
2. Nyeri menurun 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(SLKI, halaman 139) 5. Kolaborasi pemberian antibiotic
(SIKI, halaman 278)
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. L


Ruang : Ruangan P. Obsgyn
Hari/ Tgl/ DIAGNOSA
PELAKSANAAN EVALUASI
Jam KEPERAWATAN
02 Februari Nyeri akut berhubungan 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. P : nyeri saat bergrak
2021 dengan agen pencedera
2. Memberikan tehnik nonfarmakologis Q : seperti di tusuk-tusuk
fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan untuk mengurangi rasa nyeri R : nyeri perut bagian bawah hingga
mengeluh nyeri
3. Mengajarkan strategi meredakan nyeri vagina
4. Berkolaborasi pemberian analgetik S : skala nyeri 6
T : hilang timbul
2. Punggung pasien di massase
3.Pasien melakukan tehnik napas dalam
4.Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam
Asam Mefenamat 500 mg/8 jam
02 Februari Gangguan mobilitas 1. Meingidentifikasi adanya nyeri atau 1. Nyeri pada luka post op
2021 fisik berhubungan
keluhan fisik lainnya 2. Pasien sulit melakukan pergerakan
dengan nyeri ditandai
secara mandiri
dengan nyerisaat 2. Mengidentifikasi toleransi fisik
bergerak 3. Keluarga membantu pasien dalam
melakukan pergerakan
3. Melibatkan keluarga untuk membantu pergerakan
pasien dalam meningkatkan pergerakan 4. Mengajarkan cara duduk di tempat
tidur
4. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
02 Februari Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2021 berhubungan dengan
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
efek prosedur invasif mengganti verban
kontak dengan pasien dan lingkungan
3. Menggunakan handscon dan peralatan
pasien yang sudah di sterilkan saat mengganti
3. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien verban
berisiko 4. Pasien dan keluarga mengerti tentang
tanda dan gejala infeksi
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Meberikan injeksi cefotaxime 1 g/12
5. Berkolaborasi pemberian antibiotic jam
Cefixime 100 mg/12 jam
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny. N
Ruang : Ruangan Obsgyn

Hari/
DIAGNOSA JAM
Tanggal/ PELAKSANAAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN (WIB)
Shift
Nyeri akut 08.45 1. Mengidentifikasi skala nyeri S : Pasien mengatakan nyeri perut
berhubungan dengan bagian bawah
agen pencedera fisik 08.50 2. Memberikan tehnik P : nyeri saat bergerak
(prosedur operasi) nonfarmakologis untuk Q : seperti di tusuk-tusuk
ditandai dengan R : nyeri perut bagian bawah
mengurangi rasa nyeri
mengeluh nyeri hingga vagina
09.55
3. Mengajarkan strategi meredakan S : skala nyeri 6
Selasa, 21 T : hilang timbul
nyeri
September O : Pasien terlihat meringis ketika
4. Berkolaborasi pemberian
2021 09.00 nyeri timbul
Shift Pagi analgetik
- Nyeri tekan pada perut
bagian bawah
- TD = 110/80 mmHg
- Nadi= 98 x/mnt
- Suhu = 36,6 °c
- RR= 20 x/menit
A : Masalah nyeri akut belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi manajemen
nyeri
1. Identifikasi skala nyeri
2. Berikan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
4. Kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas 09.10 1. Meingidentifikasi adanya nyeri S :
fisik berhubungan
dengan nyeri ditandai atau keluhan fisik lainnya - Pasien mengatakan dibantu
dengan nyeri saat 09.15 2. Mengidentifikasi toleransi fisik suami saat akan bangun atau
duduk ditempat tidur
bergerak
melakukan pergerakan - Pasien mengatakan badannya
09.20
3. Melibatkan keluarga untuk sedikit lemas dan pusing
- TD = 110/80 mmHg
membantu pasien dalam
09.25 meningkatkan pergerakan - Nadi= 98 x/mnt
4. Mengajarkan mobilisasi - Suhu = 36,6 °C

sederhana yang harus dilakukan - RR= 20 x/menit


O:
-Pasien terlihat lemas
-Pasien hanya sesekali
duduk di tempat tidur
A : Masalah gangguan
mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi dukungan
mobilisasi
1. Meingidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
2. Mengidentifikasi toleransi
fisik melakukan pergerakan
3. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
4. Mengajarkanmobilisasi
sederhanayangharus
dilakukan
Resiko infeksi 09.30 1. Memonitor tanda dan gejala S : -
berhubungan dengan
efek prosedur invasif infeksi O:
09.35 2. Mencuci tangan sebelum dan - Pasien terlihat lemas
sesudah kontak dengan pasien - Terdapat luka post op Ca
serviks di perut bagian
dan lingkungan pasien bawah
3. Pertahankan tehnik aseptic pada - TD = 110/80 mmHg
09.40 - Nadi= 98 x/mnt
pasien berisiko
- Suhu = 36,6 °C
09.45 4. Menjelaskan tanda dan gejala - RR= 20 x/menit
infeksi - Skala nyeri 6
09.00 5. Berkolaborasi pemberian A : Masalah resiko infeksi belum
teratasi
antibiotic
P : Lanjutkan intervensi pencegahan
infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
3. Pertahankan tehnik aseptic
pada pasien berisiko
4. Jelaskan tanda dan gejala

Anda mungkin juga menyukai