Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan teknologi canggih dan
kompleksitas prosedur diagnostik serta terapi sangat memungkinkan
resiko untuk menciderai pasien yang akan mengancam keselamatan pasien
(Harus Bernadeta D, 2015). Menurut Depkes RI (2008) Keselamatan
pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem ini meliputi assesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
menindaklanjuti insiden serta implementasi solusi untuk mengurangi dan
meminimalkan timbulnya risiko dalam mengkomunikasikan informasi
yang bersifat kritis, memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk
bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima
dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses operan jaga
(handover).
Proses handover dalam kegiatan keperawatan dapat menimbulkan
masalah keselamatan pasien. Hal ini dikarenakan 80% dari masalah
tersebut menyebabkan medical eror. Kegiatan handover yang tidak disertai
dengan komunikasi yang efektif dapat menyebabkan kesalahan yang dapat
merugikan pasien (Trinesa et al., 2020). Pelaksanaan handover yang tidak
sesuai juga dapat berisiko terhadap ketidaksesuaian dalam melakukan
asuhan keperawatan, sehingga berpotensi terhadap keselamatan pasien dan
penambahan biaya perawatan (Sulistyawati & Haryuni, 2019). Tujuan
utama handover adalah mengkomunikasikan tentang informasi kondisi
klinikal pasien dan memberikan perawatan yang aman dan berkualitas
tinggi (Malakzadeh, 2013). Informasi yang kurang selama hand over yang
tidak berstandar dan tidak efektif dapat mengancam keamanan pasien.
Fakta menunjukkan bahwa handover yang tidak efektif meningkatkan
resiko medication error, penundaan terapi, ketidakpuasan pasien dan
membuat rawat inap di rumah sakit lebih lama (Malakzadeh, 2013). Salah
satu solusi yang diguanakan dalam handover yaitu komunikasi efektif
dengan menggunakan komunikasi SBAR.
Komunikasi efektif menggunaka komunikasi SBAR adalah kerangka
yang mudah diingat, mekanisme nyata yang digunakan untuk
menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan
tindakan segera. S (Situation) mengandung komponen tentang identitas
pasien, masalah saat ini, dan hasil diagnosa medis. B (Background)
menggambarkan riwayat penyakit atau situasi yang mendukung
masalah/situasi saat ini. A (Assesment) merupakan kesimpulan masalah
yang sedang terjadi pada pasien sebagai hasil analisa terhadap situasion
dan Background. R (Recommendation) adalah rencana ataupun usulan
yang akan dilakukan untuk permasalahan yang ada (Sukesih & Istanti,
2015).
B. Tujuan
Pada penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis penerapan
inovasi manajemen handover metode SBAR dalam meningkatkan
komunikasi efektif.
BAB II
IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRACTICE
A. Identitas artikel
1. Judul
”Manajemen Handover Metode SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation) Dalam Meningkatkan Komunikasi
Efektif”
2. Nama peneliti
Gilang Rahmatulloh, Krisna Yetti, Dyah Fitri Wulandari, Ahsan Ahsan
3. Tahun terbit
2022
4. Penerbit
Journal of Telenursing (JOTING)
5. PICOT
P : Manajemen Handover
I : Pendekatan fungsi manajemen SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recomendation)
C:-
O : Inovasi manajemen handover metode SBAR dapat meningkatkan
kemampuan ketua tim dalam melaksanakan handover dengan
menggunakan metode SBAR sesuai standar dan efektif dalam
meningkatkan komunikasi saat handover.
T : Dalam artikel tidak mencantumkan waktu penelitian, hanya
mencantumkan tempat penelitian di Rumah Sakit X Kota Depok
B. Analisa Abstrak
Dalam artikel tersebut tidak mencantumkan latar belakang dari masalah
C. Gap of knowledge
Proses handover dalam kegiatan keperawatan dapat menimbulkan
masalah keselamatan pasien. Hal ini dikarenakan 80% dari masalah
tersebut menyebabkan medical eror. Kegiatan handover yang tidak disertai
dengan komunikasi yang efektif dapat menyebabkan kesalahan yang dapat
merugikan pasien (Trinesa et al., 2020). Pelaksanaan handover yang tidak
sesuai juga dapat berisiko terhadap ketidaksesuaian dalam melakukan
asuhan keperawatan, sehingga berpotensi terhadap keselamatan pasien dan
penambahan biaya perawatan (Sulistyawati & Haryuni, 2019). Tujuan
utama handover adalah mengkomunikasikan tentang informasi kondisi
klinikal pasien dan memberikan perawatan yang aman dan berkualitas
tinggi (Malakzadeh, 2013). Informasi yang kurang selama handover yang
tidak berstandar dan tidak efektif dapat mengancam keamanan pasien.
Fakta menunjukkan bahwa handover yang tidak efektif meningkatkan
resiko medication error, penundaan terapi, ketidakpuasan pasien dan
membuat rawat inap di rumah sakit lebih lama (Malakzadeh, 2013). Salah
satu solusi yang diguanakan dalam handover yaitu komunikasi efektif
dengan menggunakan komunikasi SBAR.
Komunikasi SBAR merupakan suatu tekhnik informasi dan
komunikasi yang sangat efektif dalam pelaksanaan handover yang
membantu perawat dalam melaksanakan pekerjaan dan memudahkan
mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi perawatan pasien yang
berkesinambungan sehingga memberikan informasi yang jelas pada tim
perawat setiap pergantian shift karena semua informasi yang telah tercatat
dalam status pasien, disampaikan secara berurutan dan ringkas.
Komunikasi efektif menggunaka komunikasi SBAR adalah kerangka
yang mudah diingat, mekanisme nyata yang digunakan untuk
menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan
tindakan segera. S (Situation) mengandung komponen tentang identitas
pasien, masalah saat ini, dan hasil diagnosa medis. B (Background)
menggambarkan riwayat penyakit atau situasi yang mendukung
masalah/situasi saat ini. A (Assesment) merupakan kesimpulan masalah
yang sedang terjadi pada pasien sebagai hasil analisa terhadap situasion
dan Background. R (Recommendation) adalah rencana ataupun usulan
yang akan dilakukan untuk permasalahan yang ada (Sukesih & Istanti,
2015).
D. Metodologi
1. Kekuatan
a. Variabel penelitian yang melipti karakteristik, unsur, yang akan
diteliti sudah dicantumkan
2. Kelemahan
a. Tidak mencantumkan waktu penelitian dilaksanakan
b. Objek penelitian belum dijelaskan secara lengkap
E. Justifikasi intervensi
Intervensi yang digunakan dalam artikel tersebut adalah
menggunakan lima fungsi manajemen POSAC (Planning, Organizing,
Staffing, Actuating dan Controlling). Tahap Planning atau tahap
perencanaan diawali dengan pembuatan rancangan panduan
dan video handover metode SBAR.
Tahap Organizing dan Staffing atau pengorganisasian dan
ketenagaan. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan koordinasi dengan
kepala seksi asuhan keperawatan, kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksana terkait penyempurnaan pembuatan panduan, standar operasional
prosedur, form dan video handover metode komunikasi SBAR. Tujuan
mengikutsertakan perawat manajer dan pelaksana dalam proses pembuatan
produk inovasi, bertujuan untuk memaksimalkan alat yang akan digunakan
dalam melakukan handover metode SBAR.
Tahap actuating atau fungsi pengarahan adalah kegiatan
pengarahan atau sosialisasi terkait isi pedoman, standar operasional
prosedur, form handover dan pemutaran video roleplay kepada perawat
rawat inap di Rumah sakit X Kota Depok. Kegiatan sosialisasi dilakukan
ke rawat inap lain dan rawat jalan Rumah Sakit X Kota Depok, kegiatan
sosialisasi dilakukan bertujuan agar terpaparnya informasi dan rencana
perubahan yang akan dilakukan dan dikembangkan Rumah sakit.
Tahap controlling atau pengendalian. Kegiatan fungsi
pengendalian pada studi ini dengan melakukan evaluasi terhadap
kemampuan ketua tim dalam melakukan handover metode SBAR dan
mengevaluasi berjalanya inovasi.
F. Hasil penelitian
Hasil dari penelitian dalam artikel tersebut adalah Inovasi
handover metode SBAR menjadi salah satu upaya yang efektif dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di RS X Kota Depok. Inovasi
manajemen handover metode SBAR dapat meningkatkan kemampuan
ketua tim dalam melaksanakan handover dengan menggunakan metode
SBAR sesuai standar dan efektif dalam meningkatkan komunikasi saat
handover.
BAB III
PEMBAHASAN
D. REKOMENDASI
Pengembangan sistem informasi manajemen Rumah sakit dengan
penggunaan dokumentasi keperawatan berbasis elektronik dan manajemen
handover SBAR berbasis elektronik diharapkan menjadi pertimbangan
manajemen pelayanan rumah sakit dalam mengimplementasikan rencana
tersebut. Penggunaan dokumentasian berbasis elektronik dilakukan
bertujuan agar mempermudah perawat dalam melakukan pelayanan
keperawatan. Pengembangan untuk penelitian selanjutnya adalah dapat
melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan kemampuan handover dengan
menggunakan metode SBAR.
Hidajah, Umi & Hana Harnida. 2018. Peran Komunikasi SBAR Dalam
Pelaksanaan Handover Di Ruang Rawat Inap RSPS. Surabaya : Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan.
Trinesa, D., Arif, Y., & Murni, D. 2020. Faktor–Faktor yang Berhubungan
dengan Pelaksanaan Handover Perawat. Jurnal Endurance, 5(3), 448–
457. https://doi.org/10.22216/jen.v5i3.5283