Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak
Dosen pembimbing : Aida Rumariana, MAN
Pembimbing klinik : Ns. Ifada Tsani R, S.Kep

Disusun oleh :

Kiki Alfiatur Rohmaniah

202102040016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021
A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing. Bronkopneumonia adalah radang pada
paru-paru yang menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak,
teratur, dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan
pada parenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada
bronkioli (Ringel, 2012).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti
diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus, haemophilus
influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium tuberculosis,
disebabkan oleh virus seperti respiratory syntical virus, virus influenza dan virus
sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti citoplasma capsulatum, criptococcus
nepromas, blastomices dermatides, aspergillus Sp,candinda albicans, mycoplasma
pneumonia dan aspirasi benda asing
(Wijayaningsih, 2013).

C. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing. Suhu tubuh meningkat sampai 39-40oC
dan dapat disertai kejang karena demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami
bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung dan mulut, merintih dan
sianosis. Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui
saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan
edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Alveoli dan septa
menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit
leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak
dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada
alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut
akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen
yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan
penderita mengalami pucat sampai sianosis.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :
1. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi
saluran pernapasan atas.
2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
3. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.
4. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.
E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen ogran thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi
Bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda
padat.
F. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara
asuhan keperawatan dan medis.
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang
mengalami gangguan bersihan jalan nafas.
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
e. Monitor tanda-tanda vital
f. Kolaborasi pemberian O2
g. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Medis
Farmakologi: Pemberian antibiotic misalnya penisilin G, streptomisin,
ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotic kini berdasarkan usia, keaadan
penderita, dan kuman penyebab.
G. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura yang terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
H. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama : keluhan utama pada pasien bronkopneumonia adalah sesak
napas
3. Keadaan kesehatan saat ini : anak lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara
napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan
hidung, muntah, diare)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
1) Membrane mukosa sianosis
2) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung: Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher: Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub /
pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1) Pernapasan normal (eupnea)
2) Pernapasan cepat (tacypnea)
3) Pernapasan lambat (bradypnea)
I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab :
 Spasme jalan napas
 Hipersekresi jalan napas
 Disfungsi neuromuskuler
 Benda asing dalam jalan napas
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi yang tertahan
 Hiperplasia dinding jalan napas
 Proses infeksi
 Respon alergi
 Efek agen farmakologis (mis. Anestesi)
2. Ketidakefektifan pola nafas
Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab :
 Depresi pusat pernapasan
 Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafass, kelemahan otot pernadasan)
 Deformitas dinding dada
 Deformitas tulang dada
 Gangguan neuromuskular
 Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala,
gangguan kejang)
 Imaturitas neurologis
 Penurunan energi
 Obesitas
 Posisi tubuh yang menghambar ekspansi paru
 Sindrom hipoventilasi
 Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas)
 Cedera pada medula spinalis
 Efek agen farmakologis
 Kecemasan
3. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Penyebab :

 Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
 Perubahan membran alveolus-kapiler
J. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Intervensi :
 Intevensi utama
 Latihan batuk efektif
 Manajemen jalan nafas
 Pemantauan respirasi
 Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Edukasi fisioterapi dada
 Edukasi pengukuran respirasi
 Fisioterapi dada
 Pemberian obat inhalasi
 Pengaturan posisi
 Terapi oksigen
2. Pola napas tidak efektif
 Intervensi utama
 Manajemen jalan nafas
 Pemantauan respirasi
 Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Edukasi pengukuran respirasi
 Menejemen jalan nafas buatan
 Pemberian obat inhalasi
 Pemberian obat oral
 Pemberian obat intavena
 Pengaturan posisi
 Terapi relaksasi otot progresif
3. Gangguan Pertukaran Gas
 Intervensi utama :
 Pemantauan respirasi
 Terapi oksigen
 Intervensi pendukung :
 Edukasi pengukuran respirasi
 Edukasi fisioterapi dada
 Fisioterapi dada
 Pemberian obat
 Pengaturan posisi
 Manajemen jalan napas

DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Ringel, E. (2012). buku saku hitam kedokteran paru. Jakarta: PT Indeks
Suriadi, Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawata Anak .Jakarta: CV Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai