Anda di halaman 1dari 18

PLANNING OF ACTION ( PATIENT SAFETY)

DI RUANG AISYAH RSI MUHAMMADIYAH KENDAL


Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners stase Manjemen Keperawatan
Dosen pembimbing : Muhammad Arifin., M.Kep

Disusun oleh :

1. Dian Islamiyah (202102040068)


2. Ganjar Widagdo (202102040086)
3. M. Khoirul Umam (202102040072)
4. Narista Fatkhunisa (202102040111)
5. Novi Aji Lestari (202102040067)
6. Shilny Mazaya (202102040013)
7. Ulya Qonita (202102040071)
8. Usmt Muttakhidlah (202102040031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022
1. Latar Belakang

Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan seharusnya merupakan


prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan perlu
melakukan perubahan paradigma pelayanan dari “Quality”, menjadi “Quality and
Safety”. Fasilitas pelayanan kesehatan bukan hanya fokus kepada peningkatan
mutu pelayanan namun turut menerapkan keselamatan pasien secara konsisten.
Perbaikan pada kualitas pelayanan seharusnya sejalan dengan meningkatnya
keselamatan pasien dan meminimalkan terjadinya insiden. Peningkatan pada
kedua hal tersebut merupakan harapan oleh semua pihak, seperti rumah sakit,
pemerintah, pihak jaminan kesehatan, serta pasien, keluarga dan masyarakat.
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih memiliki jalan panjang untuk
benar-benar meningkatkan keselamatan pasien.

Masalah keselamatan pasien dari sejak terbitnya publikasi “To Err is Human” pada
tahun 2000 hingga studi-studi terkini, masih menunjukkan penerapan keselamatan
pasien masih belum sesuai dengan harapan. Prinsip “First, do no harm” tidak cukup
kuat untuk mencegah berkembangnya masalah keselamatan pasien1. Hasil penelitian
di Amerika pada akhir tahun 1990-an ditemukan angka 3,7% dan 2,9% angka
kejadian tidak diharapkan (KTD) pada pasien rawat inap 2,3. Pengukuran dengan
Global Trigger Tool menunjukkan bahwa angka KTD sebesar 33,2% (29-36%) atau
setiap 91 dari 1000 pasien per hari, terjadi peningkatan 10 kali lipat4. Studi
Iberoamerican Study of Events (IBEAS) di 58 rumah sakit dari 5 negara di
Amerika Latin menunjukkan bahwa KTD sebesar 10,5%5.

Pada tahun 2013, kesalahan medis (medical error) menjadi penyebab


kematian ketiga di Amerika Serikat, sekitar lebih dari 250.000 kematian per
tahun6. Survei terbaru tahun 2017 masih menemukan sekitar 21% pasien
memiliki pengalaman kesalahan medis. Ketika kesalahan medis terjadi, itu turut
berdampak pada kesehatan fisik dan emosional pasien, finansial/keuangan serta
hubungan keluarga7. Di Amerika Serikat, setiap tahun 1 dari 20 orang dewasa
mengalami kesalahan diagnostik (diagnostic error). Kesalahan diagnostik bisa
memiliki konsekuensi serius, yang dapat menyebabkan kesenjangan perawatan,
prosedur yang tidak perlu, tes ulang (repeat testing) dan membahayakan pasien8.
ECRI Institute menyatakan bahwa banyak kematian di rumah sakit yang dengan
perjalanan alami penyakit mungkin merupakan hasil dari kesalahan diagnostik9.
Di Indonesia, penelitian Utarini et al. menunjukkan bahwa angka KTD
sangat bervariasi, untuk kesalahan diagnosis yaitu 8,0% hingga 98,2% dan
kesalahan pengobatan sebesar 4,1% hingga 91,6%. Terus berkembangnya
penelitian tentang keselamatan pasien di berbagai daerah, namun sampai saat ini
belum ada studi nasional. Fasilitas pelayanan kesehatan harus dapat menjamin
keamanan dan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien, pengaturan keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko
dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan

2. Tujuan

Setelah dilakukan sosialisasi mengenai pasien safety diharapkan masalah


identifikasi pasien secara visual lebih diperhatikan dengan target pencapaian
100%.

3. Strategi Intervensi

Sosialisasi mengenai pasien safety

4. Implementasi

a. Tindakan : Sosialisasi mengenai pasien safety

b. Metode : Ceramah

c. Media : Power point

d. Tempat : Ruang Aisyah RSI Muhammadiyah Kendal

e. Sasaran : Perawat

f. Pelaksana : Kelompok 1

g. Ringkasan Kegiatan

No. Tahap Kegiatan Media


1. Pembukaan a. Memberikan salam
( 5 menit ) b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Apersepsi dengan cara
sosialisasi pasien safety
2. Pelaksanaan 1. Menjelaskan keselamatan Power point
( 20 menit ) pasien
2. Bagaimana penyelenggaraan
keselamatan pasien

3. Penutup a. menyimpulkan hasil


( 5 menit ) sosialisasi
b. mengevaluasi kelompok
tentang materi yang telah
diberikan
c. mengakhiri pertemuan
A. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menyiapkan tempat

2. Evaluasi Proses
a. Mempelajari materi penyuluhan
b. Mmberikan penyuluhan atau demonstrasi selama 20 menit

3. Evaluasi Hasil
Kelompok mampu mengaplikasikan keselamatan sesuai standar oprasional
B. Lampiran : Materi, Media
Materi Penyuluhan
A. Definisi Keselamatan Pasien (patient safety)
Keselamatan pasien menurut Vincent (2008), penghindaran, pencegahan dan
perbaikan dari hasil tindakan yang buruk yang berasal dari proses perawatan kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO), keselamatan pasien adalah tidak adanya
bahaya yang mengancam kepada pasien selama proses pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, keselamatan pasien adalah suatu
sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Keselamatan pasien
dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi pasien dari sesuatu yang tidak diinginkan
selama proses perawatan.

Insiden keselamatan pasien atau yang dikenal dengan istilah insiden


menurut definisi WHO adalah suatu kejadian atau keadaan yang dapat
mengakibatkan, atau mengakibatkan kerugian yang tidak perlu pada pasien.
Berdasarkan PMK Nomor 11/2017 tentag Keselamatan Pasien, Insiden
merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien. Threats to Australian Patient Safety (TAPS) membagi menjadi
dua jenis insiden keselamatan pasien, yaitu: insiden yang terkait dengan proses
perawatan dan isiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan 12. Menurut
PMK Nomor 11/2017, insiden keselamatan pasien yang terjadi di fasilitas
pelayanan kesehatan terbagi menjadi empat jenis yaitu Kondisi Potensi Cedera
(KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Adapun penjelasan dari masing-masing jenis insiden tersebut yaitu :

1. Kondisi Potensi Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. (Contoh: kerusakan alat
ventilator, DC shock, tensi meter)
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien. (contoh: salah identitas pasien namun
diketahui sebelum tindakan)
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera. Hal ini dapat terjadi karena
“keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi alergi
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya)
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse event adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian sentinel/Sentinel event merupakan
suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat
yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan,
baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau
keadaan pasien. Seperti melakukan operasi pada bagian tubuh yang salah (misal:
amputasi pada kaki yang salah).
B. Standar Keselamatan Pasien
Dalam penyelenggaran keselamatan pasien maka diperlukan standar keselamatan
pasien sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien
wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan. Standar keselamatan pasien meliputi
tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien, pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkunan
KTD
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga, rumah sakit harus mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
3. Keselamatan pasien dalam kesinambambungan pelayanan, rumah sakit
menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan keselamatan pasien, rumah sakit harus mendisain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalsis secara intensif KTD, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
C. Sasaran Keselamatan Pasien

Fasilitas pelayanan kesehatan selain diwajibkan melaksanakan standar


keselamatan pasien, juga melakukan perbaikan-perbaikan tertentu dalam
keselamatan pasien. Penyusunan Sasaran Keselamatan Pasien ini mengacu
pada Nine Life safing Patient Safety Solution dari WHO (2007) dan Joint
Commission International (JCI) “Internatonal Patient Safety Goals
(IPSGs)”. Di Indonesia secara nasional untuk seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien Nasional (SKPN), yang
terdiri dari :

1. SKP. 1: mengidentifikasi pasien dengan benar

2. SKP. 2: meningkatkan komunikasi yang efektif


3. SKP. 3: meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
4. SKP. 4: memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
5. SKP. 5: mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
6. SKP. 6: mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
D. Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
Fasilitas kesehatan dengan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
dapat meningkatkan dan memperbaiki keselamatan pasien. Melalui perencanaan kegiatan
dan pengukuran kinerja, sehingga dapat menilai kemajuan yang telah dicapai dalam
pemberian asuhan pelayanan menjadi lebih aman. Pelaksanaan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien dapat memastikan pelayanan yang diberikan menjadi lebih aman, dan
jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan yang tepat.

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien terdiri dari:

1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien. Ciptakan


kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
2. Memimpin dan mendukung staf. Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan
jelas tentang keselamatan pasien
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Kembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal yang
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Pastikan staf agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
KKPRSsekarang berubah menjadi KNKP.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Dorong staf
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian terjadi

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien.


Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/maslah untuk melakukan
perubahan sistem pelayanan.
PLAN OF ACTION PASIEN SAFETY (HAND HYGIENE)

Pokok bahasan : Cara Mencuci Tangan


Sub pokok bahasan :
a. Pengertian mencuci tangan yang baik dan benar.
b. Prinsip mencuci tangan.
c. Manfaat mencuci tangan.
d. Alat dan bahan untuk mencuci tangan.
e. Langkah-langkah mencuci tangan yang baik
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di ruang Aisyah RSI Muhammadiyah
Kendal
Waktu : 30 menit
A. Latar Belakang
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia, binatang, ataupun cairan
tubuh lain (seperti darah) yang terkontaminasi saat tidak dicuci dapat memindahkan
bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang
ditularkan. Menurut Departeman Kesehatan RI (2007), mencuci tangan adalah  proses
yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air mengalir. Tujuan dari mencuci tangan itu sendiri yaitu
untuk mencegah penularan infeksi.

Di Rumah Sakit (RS) kebiasaan cuci tangan petugas merupakan perilaku yang mendasar
sekali dalam upaya mencegah cross infection (infeksi silang). Hal ini mengingat RS
sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak
menular. Karena itu seluruh petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit seharusnya
mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial). Sebagian besar infeksi
dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia yaitu dengan cuci tangan (Tietjen,
Bossemeyer & McIntosh, 2004).

Perilaku cuci tangan perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh
besar terhadap kesehatan perawat dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial.
Perawat memiliki andil yang sangat besar terhadap terjadinya infeksi nosokomial karena
perawat berinteraksi secara langsung dengan pasien selama 24 jam (RSPI Sulianti
Saroso, 2005). Indikasi untuk kebersihan dan kesehatan tangan sudah dipahami dengan
baik, akan tetapi pedoman untuk praktiknya sulit untuk dilakukan. Kegagalan untuk
melakukan kebersihan tangan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab
utama terjadinya Infeksi Rumah Sakit dan penyebaran multiresistensi di fasilitas
palayanan kesehatan dan telah di akui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002).

Banyak faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di kalangan perawat.
Menurut Tohamik (2003) dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan perawat terhadap tindakan pencegahan infeksi adalah faktor karakteristik
individu (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, masa kerja, tingkat pendidikan), faktor
psikososial (sikap terhadap penyakit, ketegangan kerja, rasa takut dan persepsi terhadap
resiko),faktor organisasi manajemen, faktor pengetahuan, faktor fasilitas, faktor motivasi
dan kesadaran, faktor tempat tugas, dan faktor bahan cuci tangan terhadap kulit.

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan perawat dan pasien serta keluarganya
dapat mengetahui tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan perawat dan pasien serta keluarganya
mampu untuk :
a. Menyebutkan pengertian cara mencuci tangan yang baik dan benar.
b. Menjelaskan prinsip mencuci tangan.
c. Menjelaskan manfaat mencuci tangan.
d. Menyebutkan alat dan bahan untuk mencuci tangan.
e. Menjelaskan dan menyebutkan langkah-langkah mencuci tangan yang baik
dan benar.
f. Mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang baik dan benar.

C. Metode pembelajaran
1. Ceramah.
2. Demonstrasi.
D. Media pembelajaran
1. Lembar balik
E. Waktu dan tempat
1. Hari/tanggal : Kamis 7 April 2022
2. Jam : 13.00 WIB.
3. Tempat : Ruang Aisyah RSI Muhammadiyah Kendal
F. Setting Tempat
Keterangan :
: Penyuluh

: Moderator

: Fasilitator

: Observer

: Peserta

G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap kegiatan Kegiatan Kegiatan pasien dan
keluarga
Pembukaan (5 menit) 1. Mengucapkan salam         menjawab salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan         memperhatikan
penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak         mendengarkan
waktu
        mendengarkan
Menyampaikan 1. Menjelaskan pengertian mendengarkan dan
materi (10 menit) mencuci tangan yang baik
dan benar
2. Menjelaskan prinsip memperhatikan
mencuci tangan
3. Menjelaskan manfaat mendengarkan dan
mencuci tangan
4. Menyebutkan alat dan memperhatikan
bahan mencuci tangan
5. Menjelaskan dan mendengarkan dan
menyebutkan langkah- memperhatikan
langkah mencuci tangan memberi pertanyaan
yang baik dan benar dan menjawab
pertanyaan yang
diajukan
Penutup (5 menit) 1. Mendemostrasikan cara Mendemostrasikan
mencuci tangan yang baik kembali cara mencuci
dan benar tangan yang baik dan
2. Menyimpulkan dan benar
menutup penyuluhan
- Mengucapkan salam - menjawab salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur.
a. Perawat dinas pagi di ruang Aisyah, pasien dan keluarganya menghadiri acara
penyuluhan.
b. Tempat, waktu, media, dan alat telah tersedia sesuai rencana.
c. Peran dan tugas penyuluh sesuai perencanaan.
2. Evaluasi proses.
a. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan.
b. Peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan penyuluhan.
c. Peserta berperan aktif selama jalannya kegiatan.
3. Evaluasi hasil.
Diharapkan peserta penyuluhan kesehatan mampu memahami tentang cara menjaga
kebersihan diri.
a. Menjelaskan pengertian mencuci tangan yang baik dan benar.
b. Menyebutkan prinsip mencuci tangan.
c. Menjelaskan manfaat mencuci tangan.
d. Menyebutkan alat dan bahan mencuci tangan.
e. Menyebutkan dan mendemostrasikan langkah-langkah mencuci tangan yang
baik dan benar.

LAMPIRAN MATERI
MENCUCI TANGAN
A. Pengertian Mencuci Tangan
Cuci tangan yang benar adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
tangan dan jari jemari menggunakan air sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman.

Mencuci tangan adalah cara mencuci tangan menggunakan sabun untuk


membersihkan jari – jari, telapak dan punggung tangan dari semua kotoran, kuman
serta bakteri jahat penyebab penyakit.
B. Prinsip Mencuci Tangan
Cuci tangan yang benar memerlukan sabun dan air mengalir. Air mengalir dari kran
bukan keharusan, yang penting air mengalir dari sebuah botol, gentong, jerigen.
C. Manfaat dari Kebiasaan Cuci Tangan
1. Dengan tangan yang bersih dapat mencegah penyakit dan bahan berbahaya
lainnya agar tidak masuk tubuh yang dapat menimbulkan sakit.
2. Membersihkan tangan dari bakteri penyakit, bahan kimia dan kotoran lainnya.
3. Membiasakan diri untuk selalu hidup bersih dan sehat guna keuntungan diri
sendiri dan orang lain.
D. Alat dan bahan
1. Air mengalir.
2. Sabun cuci tangan/handrub.
3. Handuk kecil/tisu.
E. Langkah-Langkah Mencuci Tangan
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara
lembut.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
A. Kesimpulan

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien


lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Peraturan yang berlaku di Indonesia mewajibkan setiap fasilitas
kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan primer lainnya harus
menyelenggarakan keselamatan pasien melalui menerapkan standar
keselamatan pasien.
B. Saran
Adapun saran bagi fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit maupun
pelayanan primer lainnya menerapkan budaya keselamatan pasien dan segera
menindaklanjuti dan melaporkan jika terjadi insiden.
Daftar Pustaka

1. Classen DC, Resar R, Griffin F, Federico F, Frankel T, et al. ‘Global Trigger Tool”
shows that adverse events in hospitals may be ten times greater than previously
measured. Health Affairs, 2011;30(4):581-9.
2. Aranaz-Andrés JM, et al. 2011. Prevalence of adverse events in the hospitals of five
Latin American countries: results of the 'Iberoamerican Study of Adverse Events'
(IBEAS). BMJ Qual Saf. 2011 Dec;20(12):1043-51. doi:
10.1136/bmjqs.2011.051284. Epub 2011 Jun 28.
3. John Hopkins University. 2013/2016. https://hub.jhu.edu/2016/05/03/medical-errors-
third-leading-cause-of-death/
4. IHI/NPSF. 2017. New Survey Finds 21 Percent of Americans Report Personal
Experience with Medical errors.
5. Singh H, Meyer and Thomas EJ.. The frequency of diagnostic errors in outpatient
care: estimations from three large observational studies involving US adult
populations. BMJ Qual Saf 2014;23:727–731.
6. ECRI Institute. 2018. Diagnostic Errors Top ECRI Institute’s Patient Safety Concerns
for 2018.
7. Utarini A, Koentjoro T, At Thobari J. Accreditation of health care organization,
health professional and higher education institution for health personnel, Health
Project V, Central Java Province. Centre for Heal th Service Managament, Faculty of
Medicine, Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta, 2000.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Jakarta. 2017.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Manajemen Keselamatan Pasien.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/MANAJEMEN-KESELAMATAN-PASIEN-Final-
DAFIS.pdf
10. A.Poter, Patricia, Pery, 2002, Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Mosby:Elsevier
Science.
11. American Dental Assosiation. Sikat Gigi dan Pasta Gigi Untuk
Anak.http://images.google.co.id. Diakses 26 September 2012.
12. Anom Permatasari. 2007. Merawat Gigi Sejak Dini. http://www.balipost.com,
diposkan tanggal 24 Agustus 2004, diakses tanggal 28 Mei 2012.
13. Anugerah dan Hendra. 2007. Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah.
http://anugerah.hendra.or.id/pasca-nikah/3-anak-anak/permasalahan-umum-
kesehatan-anak-usia-sekolah/. Diakses tanggal 10 Agustus 2012.
14. Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
15. Depkes dan Kesejahteraan Sosial. 2003. Pedoman penatalaksanaan: Masalah
Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Depkes dan Kesos.
16. Djiwandono, Wuryani, Esti, sri. 2005. Konseling dan Terapi dengan Anak dan
Orangtua. Jakarta: Grasindo.
17. Khair, Yuflihul. 2011. Cara menggosok gigi yang baik dan benar. Diperoleh dari
http://yuflihul.com/2011/01/-cara-menggosok-gigi-dengan-baik-dan.benar pada
tanggal 8 April 2012.

18. Kidd, Edwina, AM.2003. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.


Jakarta: EGC.
19. Koswara, Sutrisno. 2007. Makanan Bergula dan Kerusakan
Gigi.http://www.ebookpangan.com, diakses tanggal 11 Juli 2013.
20. Machfoed, Ircham. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-
anak.Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai