Disusun oleh :
2022
1. Latar Belakang
Masalah keselamatan pasien dari sejak terbitnya publikasi “To Err is Human” pada
tahun 2000 hingga studi-studi terkini, masih menunjukkan penerapan keselamatan
pasien masih belum sesuai dengan harapan. Prinsip “First, do no harm” tidak cukup
kuat untuk mencegah berkembangnya masalah keselamatan pasien1. Hasil penelitian
di Amerika pada akhir tahun 1990-an ditemukan angka 3,7% dan 2,9% angka
kejadian tidak diharapkan (KTD) pada pasien rawat inap 2,3. Pengukuran dengan
Global Trigger Tool menunjukkan bahwa angka KTD sebesar 33,2% (29-36%) atau
setiap 91 dari 1000 pasien per hari, terjadi peningkatan 10 kali lipat4. Studi
Iberoamerican Study of Events (IBEAS) di 58 rumah sakit dari 5 negara di
Amerika Latin menunjukkan bahwa KTD sebesar 10,5%5.
2. Tujuan
3. Strategi Intervensi
4. Implementasi
b. Metode : Ceramah
e. Sasaran : Perawat
f. Pelaksana : Kelompok 1
g. Ringkasan Kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Mempelajari materi penyuluhan
b. Mmberikan penyuluhan atau demonstrasi selama 20 menit
3. Evaluasi Hasil
Kelompok mampu mengaplikasikan keselamatan sesuai standar oprasional
B. Lampiran : Materi, Media
Materi Penyuluhan
A. Definisi Keselamatan Pasien (patient safety)
Keselamatan pasien menurut Vincent (2008), penghindaran, pencegahan dan
perbaikan dari hasil tindakan yang buruk yang berasal dari proses perawatan kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO), keselamatan pasien adalah tidak adanya
bahaya yang mengancam kepada pasien selama proses pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, keselamatan pasien adalah suatu
sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Keselamatan pasien
dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi pasien dari sesuatu yang tidak diinginkan
selama proses perawatan.
1. Kondisi Potensi Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. (Contoh: kerusakan alat
ventilator, DC shock, tensi meter)
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien. (contoh: salah identitas pasien namun
diketahui sebelum tindakan)
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera. Hal ini dapat terjadi karena
“keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi alergi
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya)
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse event adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian sentinel/Sentinel event merupakan
suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat
yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan,
baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau
keadaan pasien. Seperti melakukan operasi pada bagian tubuh yang salah (misal:
amputasi pada kaki yang salah).
B. Standar Keselamatan Pasien
Dalam penyelenggaran keselamatan pasien maka diperlukan standar keselamatan
pasien sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien
wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan. Standar keselamatan pasien meliputi
tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien, pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkunan
KTD
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga, rumah sakit harus mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
3. Keselamatan pasien dalam kesinambambungan pelayanan, rumah sakit
menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan keselamatan pasien, rumah sakit harus mendisain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalsis secara intensif KTD, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
C. Sasaran Keselamatan Pasien
Di Rumah Sakit (RS) kebiasaan cuci tangan petugas merupakan perilaku yang mendasar
sekali dalam upaya mencegah cross infection (infeksi silang). Hal ini mengingat RS
sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak
menular. Karena itu seluruh petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit seharusnya
mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial). Sebagian besar infeksi
dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia yaitu dengan cuci tangan (Tietjen,
Bossemeyer & McIntosh, 2004).
Perilaku cuci tangan perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh
besar terhadap kesehatan perawat dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial.
Perawat memiliki andil yang sangat besar terhadap terjadinya infeksi nosokomial karena
perawat berinteraksi secara langsung dengan pasien selama 24 jam (RSPI Sulianti
Saroso, 2005). Indikasi untuk kebersihan dan kesehatan tangan sudah dipahami dengan
baik, akan tetapi pedoman untuk praktiknya sulit untuk dilakukan. Kegagalan untuk
melakukan kebersihan tangan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab
utama terjadinya Infeksi Rumah Sakit dan penyebaran multiresistensi di fasilitas
palayanan kesehatan dan telah di akui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002).
Banyak faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di kalangan perawat.
Menurut Tohamik (2003) dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan perawat terhadap tindakan pencegahan infeksi adalah faktor karakteristik
individu (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, masa kerja, tingkat pendidikan), faktor
psikososial (sikap terhadap penyakit, ketegangan kerja, rasa takut dan persepsi terhadap
resiko),faktor organisasi manajemen, faktor pengetahuan, faktor fasilitas, faktor motivasi
dan kesadaran, faktor tempat tugas, dan faktor bahan cuci tangan terhadap kulit.
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan perawat dan pasien serta keluarganya
dapat mengetahui tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan perawat dan pasien serta keluarganya
mampu untuk :
a. Menyebutkan pengertian cara mencuci tangan yang baik dan benar.
b. Menjelaskan prinsip mencuci tangan.
c. Menjelaskan manfaat mencuci tangan.
d. Menyebutkan alat dan bahan untuk mencuci tangan.
e. Menjelaskan dan menyebutkan langkah-langkah mencuci tangan yang baik
dan benar.
f. Mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang baik dan benar.
C. Metode pembelajaran
1. Ceramah.
2. Demonstrasi.
D. Media pembelajaran
1. Lembar balik
E. Waktu dan tempat
1. Hari/tanggal : Kamis 7 April 2022
2. Jam : 13.00 WIB.
3. Tempat : Ruang Aisyah RSI Muhammadiyah Kendal
F. Setting Tempat
Keterangan :
: Penyuluh
: Moderator
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap kegiatan Kegiatan Kegiatan pasien dan
keluarga
Pembukaan (5 menit) 1. Mengucapkan salam menjawab salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak mendengarkan
waktu
mendengarkan
Menyampaikan 1. Menjelaskan pengertian mendengarkan dan
materi (10 menit) mencuci tangan yang baik
dan benar
2. Menjelaskan prinsip memperhatikan
mencuci tangan
3. Menjelaskan manfaat mendengarkan dan
mencuci tangan
4. Menyebutkan alat dan memperhatikan
bahan mencuci tangan
5. Menjelaskan dan mendengarkan dan
menyebutkan langkah- memperhatikan
langkah mencuci tangan memberi pertanyaan
yang baik dan benar dan menjawab
pertanyaan yang
diajukan
Penutup (5 menit) 1. Mendemostrasikan cara Mendemostrasikan
mencuci tangan yang baik kembali cara mencuci
dan benar tangan yang baik dan
2. Menyimpulkan dan benar
menutup penyuluhan
- Mengucapkan salam - menjawab salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur.
a. Perawat dinas pagi di ruang Aisyah, pasien dan keluarganya menghadiri acara
penyuluhan.
b. Tempat, waktu, media, dan alat telah tersedia sesuai rencana.
c. Peran dan tugas penyuluh sesuai perencanaan.
2. Evaluasi proses.
a. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan.
b. Peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan penyuluhan.
c. Peserta berperan aktif selama jalannya kegiatan.
3. Evaluasi hasil.
Diharapkan peserta penyuluhan kesehatan mampu memahami tentang cara menjaga
kebersihan diri.
a. Menjelaskan pengertian mencuci tangan yang baik dan benar.
b. Menyebutkan prinsip mencuci tangan.
c. Menjelaskan manfaat mencuci tangan.
d. Menyebutkan alat dan bahan mencuci tangan.
e. Menyebutkan dan mendemostrasikan langkah-langkah mencuci tangan yang
baik dan benar.
LAMPIRAN MATERI
MENCUCI TANGAN
A. Pengertian Mencuci Tangan
Cuci tangan yang benar adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
tangan dan jari jemari menggunakan air sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman.
1. Classen DC, Resar R, Griffin F, Federico F, Frankel T, et al. ‘Global Trigger Tool”
shows that adverse events in hospitals may be ten times greater than previously
measured. Health Affairs, 2011;30(4):581-9.
2. Aranaz-Andrés JM, et al. 2011. Prevalence of adverse events in the hospitals of five
Latin American countries: results of the 'Iberoamerican Study of Adverse Events'
(IBEAS). BMJ Qual Saf. 2011 Dec;20(12):1043-51. doi:
10.1136/bmjqs.2011.051284. Epub 2011 Jun 28.
3. John Hopkins University. 2013/2016. https://hub.jhu.edu/2016/05/03/medical-errors-
third-leading-cause-of-death/
4. IHI/NPSF. 2017. New Survey Finds 21 Percent of Americans Report Personal
Experience with Medical errors.
5. Singh H, Meyer and Thomas EJ.. The frequency of diagnostic errors in outpatient
care: estimations from three large observational studies involving US adult
populations. BMJ Qual Saf 2014;23:727–731.
6. ECRI Institute. 2018. Diagnostic Errors Top ECRI Institute’s Patient Safety Concerns
for 2018.
7. Utarini A, Koentjoro T, At Thobari J. Accreditation of health care organization,
health professional and higher education institution for health personnel, Health
Project V, Central Java Province. Centre for Heal th Service Managament, Faculty of
Medicine, Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta, 2000.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Jakarta. 2017.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Manajemen Keselamatan Pasien.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/MANAJEMEN-KESELAMATAN-PASIEN-Final-
DAFIS.pdf
10. A.Poter, Patricia, Pery, 2002, Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Mosby:Elsevier
Science.
11. American Dental Assosiation. Sikat Gigi dan Pasta Gigi Untuk
Anak.http://images.google.co.id. Diakses 26 September 2012.
12. Anom Permatasari. 2007. Merawat Gigi Sejak Dini. http://www.balipost.com,
diposkan tanggal 24 Agustus 2004, diakses tanggal 28 Mei 2012.
13. Anugerah dan Hendra. 2007. Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah.
http://anugerah.hendra.or.id/pasca-nikah/3-anak-anak/permasalahan-umum-
kesehatan-anak-usia-sekolah/. Diakses tanggal 10 Agustus 2012.
14. Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
15. Depkes dan Kesejahteraan Sosial. 2003. Pedoman penatalaksanaan: Masalah
Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Depkes dan Kesos.
16. Djiwandono, Wuryani, Esti, sri. 2005. Konseling dan Terapi dengan Anak dan
Orangtua. Jakarta: Grasindo.
17. Khair, Yuflihul. 2011. Cara menggosok gigi yang baik dan benar. Diperoleh dari
http://yuflihul.com/2011/01/-cara-menggosok-gigi-dengan-baik-dan.benar pada
tanggal 8 April 2012.