Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KONSEP KESELAMATAN PASIEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN “


Disusun untuk memenuhi mata kuliah : Manajemen Patient Safety
Dosen Pengampu :
Ns. Zainuddin., M.Kep

Disusun Oleh :

Alviani Rahmi Putri


Kania Latifah Iskandar
Muhammad Rizki Padhillah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN
2022
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ Konsep keselamatan pasien dalam
perspektif hukum kesehatan ” dapat selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan
kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ns. Zainuddin., M.Kep. Pada mata kuliah Ilmu
Biologi Dasar. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.Sekian.

Balikpapan,27 Juli 2022


Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien telah diakui di banyak negara, dengan kesadaran global dipupuk oleh
Aliansi Dunia untuk Keselamatan Pasien dari WHO (Emanuel, 2008). Namun tetap ada
tantangan yang signifikan untuk menerapkan kebijakan dan praktik keselamatan pasien.
Salah satu persyaratan mendasar untuk mengadopsi pendekatan baru adalah artikulasi
yang jelas tentang premis dan manifestasinya. Komponen keselamatan pasien telah
diungkapkan oleh banyak ahli, dan model telah dipresentasikan. Namun, satu persepsi
tunggal yang dapat membantu adopsi menyeluruh terhadap perawatan kesehatan pasien
di seluruh dunia belum tersedia. Modul ini bertujuan untuk menawarkan itu. Setelah
memperkenalkan poin penting dalam sejarah perkembangan keselamatan pasien, kami
menawarkan sebuah definisi, deskripsi, dan akhirnya, model keselamatan pasien.
Seiring sejarah intelektual keselamatan pasien berkembang, semakin penting untuk
menentukan keselamatann pasien. Apakah keselamatan pasien adalah cara untuk
melakukan sesuatu- yaitu filosofi (dengan kerangka kerja penjelas, prinsip etika, dan
metode) dan disiplin (dengan keahlian)? Ataukah atribut- maksud, tujuan dan kondisi
(aman), properti yang muncul dari sistem? Definisi yang ada sepertinya sangat beragam
dan mengundang pertanyaan. Meskipun Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan
keamanan sebagai "kebebasan dari kecelakaan", keselamatan pasien sebagai disiplin atau
bidang penyelidikan dan tindakan belum sepenuhnya didefinisikan sampai saat ini dalam
pernyataan konsensus utama organisasi yang telah mendorong keberadaannya (Hughes,
2008).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi keselamatan pasien ?
2. Apa hukum keselamatan pasien ?
3. Apa tujuan dan fungsi hukum kesehatan ?
C. TUJUAN
1. Mengethui dan memahami definisi keselamatan pasien .
2. Mengethui dan memahami hukum keselamatan pasien
3. Mengethui dan memahami tujuan dan fungsi hukum kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keselamatan Pasien
1. Definisi
Menurut Vincent (2008), keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran,
pencegahan dan perbaikan dari hasil tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari
proses perawatan kesehatan.
Pengertian lain tentang keselamatan pasien yaitu menurut Emanuel (2008), yang
menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah disiplin ilmu di sektor perawatan
kesehatan yang menerapkan metode ilmu keselamatan menuju tujuan mencapai sistem
penyampaian layanan kesehatan yang dapat dipercaya. Keselamatan pasien juga
merupakan atribut sistem perawatan kesehatan; Ini meminimalkan kejadian dan dampak,
dan memaksimalkan pemulihan dari efek samping.
Keselamatan pasien terkait dengan "kualitas perawatan", namun kedua konsep tersebut
tidak identik. Keselamatan merupakan bagian penting dari kualitas. Sampai saat ini,
kegiatan untuk mengelola kualitas tidak terfokus secukupnya pada masalah keselamatan
pasien (National Patient Safety Foundation, 2000, dalam Vincent, 2010).
TAPS dan penelitian lainnya telah mengidentifikasi dua jenis insiden keselamatan pasien
yang luas:
a. Insiden terkait dengan proses perawatan, termasuk proses administrasi,
investigasi, perawatan, komunikasi dan pembayaran. Ini adalah jenis kejadian
umum yang dilaporkan (berkisar antara 70% -90% tergantung pada penelitian).
b. Insiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi, termasuk
diagnosis yang tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah dan kesalahan dalam
pelaksanaan tugas.

Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas berikut
definisinya yaitu:
a. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien.
c. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
d. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal:
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau
“peringanan” (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan , diketahui secara dini
lalu diberikan antidotumnya).
e. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
f. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya)
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
2. Model Keselamatan Pasien
Sementara model keselamatan pasien yang baik telah dibangun, Vincent (2010)
mencari model pendekatan yang sederhana, sepenuhnya sesuai dengan materi
pelajaran, dan kompatibel dengan model yang ada. Pada saat yang sama, seharusnya
cukup sederhana sehingga bisa dilihat dalam diagram sketsa yang mudah dan
dinyatakan dalam kalimat sederhana dan sederhana yang mudah di ingat.
Vincent (2010) menawarkan model sederhana berikut untuk melihat keselamatan
pasien. Ini membagi sistem perawatan kesehatan menjadi empat domain:
a. Mereka yang bekerja di bidang kesehatan.
b. Mereka yang mendapat perawatan kesehatan atau memiliki saham dalam
ketersediaannya
c. Infrastruktur sistem untuk intervensi terapeutik (proses pemberian layanan
kesehatan)
d. Metode umpan balik dan perbaikan terus menerus.
B. Hukum Kesehatan
1. Definisi
Hukum kesehatan pada saat ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu hukum
kesehatan public (public health law) dan Hukum Kedokteran (medical law). Hukum
kesehatan public lebih menitikberatkan pada pelayanan kesehatan masyarakat atau
mencakup pelayanan kesehatan rumah sakit, sedangkan untuk hukum kedokteran,
lebih memilih atau mengatur tentang pelayanan kesehatan pada individual atau
seorang saja, akan tetapi semua menyangkut tentang pelayanan kesehatan.
Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. hal tersebut menyangkut hak dan
kewajiban menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat)
maupun dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya,
organisasinya, sarana, standar pelayanan medik dan lainlain.
Dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
disebutkan bahwa :
a. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi
b. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan amanah konstitusi dan cita-
cita bangsa Indonesia. Oleh karenanya, untuk setiap kegiatan dan atau upaya yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya harus dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan daya saing
bangsa serta pembangunan nasional Indonesia.
Hukum Kesehatan (Health Law) menurut:
a. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diratikan sebagai hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan perangkat hukum
perdata, pidana dan tata usaha negara.
b. Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan
hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.

Secara ringkas hukum kesehatan adalah:


a. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan.
b. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan upaya
dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
c. Rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang
mengatur pelayanan medik dan sarana medik
2. Dasar Hukum Kesehatan
Dari berbagai devinisi hukum kesehatan sebagaimana yang dikemukakan di atas,
sumber, sumber hukum kesehatan adalah :
a. Pedoman internasional. Konferensi Helsinki (1964) merupakan kesepakatan para
dokter sedunia mengenai penelitian kedokteran, khususnya eksperimen pada
manusia, yakni ditekankan pentingnya persetujuan tindakan medik (informed
consent).
b. Hukum Kebiasaaan. Biasanya tidak tertulis dan tidak dijumpai di dalam peraturan
perundang-undangan. Kebiasaan tertentu telah dilakukan dan pada setiap operasi
yang akan dilakukan di rumah sakit harus menandatangani izin operasi, kebiasaan
ini kemudian dituangkan ke dalam peraturan tertulis dalam bentuk informed
consent.
c. Jurisprudensi. Keputusan Hakim yang di ikuti oleh para hakim dalam menghadapi
kasus yang sama.
d. Hukum Otonom. Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah tertentu.
Ketentuan yang dimaksud berlaku hanya bagi anggota profesi kesehatan,
misalnya kode etik keperawatan, kode etik bidan, kode etik fisioterapi.
e. Ilmu. Substansi Ilmu Pengetahuan dari masing-masing disiplin ilmu. Misalnya
pemakaian sarung tangan bagi dokter dalam menangani pasien, dimaksud untuk
mencegah penularan penyakit dari pasien kepada dokter tersebut.
f. Literatur. Pendapat ahli hukum yang berwibawa menjadi sumber hukum
kesehatan. Misalnya mengenai pertanggungjawaban hukum (liability), perawat
tidak boleh melakukan tindakan medis kecuali atas tanggung jawab dokter
(prolonged arm doctrine).
Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga
yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli
hukum maupun kedokteran.
3. Tujuan Dan Fungsi Hukum Kesehatan
Tujuan hukum pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam
masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terpenuhi dan terlindungi
(Mertokusumo, 1986). Dengan demikian jelas terlihat bahwa tujuan hukum
kesehatanpun tidak akan banyak menyimpang dari tujuan umum hukum.
Kembali dengan tujuan hukum yang pertama yaitu menciptakan tatanan atau
ketentuan, sektor atau bidang kesehatan telah memiliki payung hukum yang cukup
untuk bisa menjalankan proses kerja di bidang kesehatan jika semua ketentuan
perundang-undangnya dilaksanakan dengan baik dan menjalin saling pengertian
diantara pelaku profesi didalam setiap bagian yang mendukung terlaksananya upaya
kesehatan.
Sumber-sumber hukum yang adapun telah secara rinci mengatur hal-hal apa yang
menjadi kewajiban setiap pelaku profesi dan apa yang menjadi hak-haknya. Oleh
karena itu harapan yang terbesar adalah terciptanya ketertiban dan keseimbangan
pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing profesi.
Fungsi dari hukum kesehatan
a. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata
kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat memberi
sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara keseluruhan.
b. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang
kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat.
c. Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-
halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka
karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.

Tujuan Hukum Kesehatan


Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Menurut Bredemeier yaitu
menertibkan pemecahan konflik -konflik misalnya kelalaian penyelenggaraan
pelayanan bersumber dari kelalaian tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.
4. Asas-asas Hukum Kesehatan
Asas Hukum adalah Norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh
ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum (Bellefroid
dalam Mertokusumo, 1986).
P Scholten menyatakan bahwa ada empat asas yang sifatnya sangat universal. Asas
tersebut yaitu :
a. Asas Kepribadian
Manusia menghendaki adanya kebebasan individu, sehingga berharap ada
pengakuan kepribadian manusia, dimana manusia dipandang sebagai subyek
hukum penyandang hak dan kewajiban.
b. Asas Persekutuan
Manusia menghendaki persatuan, kesatuan, cinta kasih dan keutuhan masyarakat
berdasarkan ketertiban.
c. Asas Kesamaan
Menghendaki adanya keadilan, dimana manusia dipandang sederajad didalam
hukum (equality before the law).
d. Asas Kewibawaan
Menunjukkan bahwa hukum berwenang memberi keputusan yang mengikat para
pihaknya.

Dalam ilmu kesehatan dikenal beberapa asas :


a. Sa science et sa conscience / ilmunya dan hati nuraninya
b. Agroti Salus Lex suprema / keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi
c. Deminimis noncurat lex / hukum tidak mencampuri hal-hal yang sepele
d. Res ipsa liquitar / faktanya telah berbicara

Asas Hukum Kesehatan


a. Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Asas manfaat
c. Asas usaha bersama dan kekeluargaan
d. Asas adil dan merata
e. Asas perikehidupan dalam keseimbangan
f. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri

Arti dari Asas-Asas di Atas di Antara lain :


a. Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti
bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membeda-bedakan
golongan, agama, dan bangsa;
b. Asas manfaat berarti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara;
c. Asas usaha bersama dan kekeluargaan berarti bahwa penyelenggaraan
kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan yang dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan;
d. Asas adil dan merata berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan
masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat;
e. Asas perikehidupan dalam keseimbangan berarti bahwa penyelenggaraan
kesehatan harus dilaksanakan seimbang antara kepentingan individu dan
masyarakat, antara fisik dan mental, antara materiel dan spiritual;
f. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan
kemampuan dan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan potensi nasional
seluasluasnya.
3. Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan
1. Perspektif Hukum Kesehatan
a. Transaksi terapetik
Transaksi terapeutik merupakan kontrak yang dikenal dalam bidang
pelayanan kesehatan. Oleh karenanya transaksi terapeutik juga dikenal
dengan istilah perjanjian terapeutik atau kontrak terapeutik. Secara umum
transaksi terapeutik mencakup kegiatan dalam penyelenggaraan kesehatan
berupa pemberian pelayanan medis.
Sedangkan Veronica Komalawati menjelaskan bahwa transaksi terapeutik
adalah hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam pelayanan medis
secara profesional, didasarkan kompetensi yang sesuai dengan keahlian
dan keterampilan tertentu di bidang kedokteran.
Pengertian transaksi teraupetik juga dapat dilihat dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 434/MenKes/X/1893 tentang Berlakunya Kode
Etik Kedokteran bagi Para Dokter di Indonesia. 
Menurut peraturan tersebut transaksi terapeutik adalah hubungan antara
dokter dengan pasien dan penderita yang dilakukan dalam suasana saling
percaya (konfidensial), serta senantiasa diliputi oleh segala emosi, harapan
dan kekhawatiran makhluk insan.
Berdasarkan uraian definisi transaksi terapeutik di atas, dapat dipahami
bahwa transaksi terapeutik menyangkut hubungan hukum (hak dan
kewajiban) antara dokter dan pasien, terutama mengenai kewajiban dokter
mengupayakan semaksimal mungkin untuk melakukan penyembuhan bagi
pasien dan kewajiban pasien membayar biaya penyembuhan.
Karakteristik Transaksi Terapeutik
Dalam transaksi terapeutik, penyelenggara kesehatan dan pihak pelayanan
kesehatan (rumah sakit, dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya)
mengupayakan penyembuhan pasien melalui pencarian terapi yang paling
tepat berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. 
Oleh karena itu pasien wajib secara jujur menyampaikan keluhannya, agar
dokter dapat menemukan beberapa alternatif pilihan terapi. Kemudian
pasien berhak memilih jenis terapi yang diinginkan berdasarkan informasi
alternatif pilihan terapi tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa apapun terapi yang digunakan tentu tidak
menjanjikan kepastian penyembuhan, namun dalam menemukan atau
mencari penyembuhan itu harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. 
Hal tersebut sangat berkaitan dengan karakter dari
perjanjian Inspanningsverbintenis yang merupakan perjanjian upaya
dimana kedua belah pihak berjanji atau sepakat untuk berdaya upaya
secara maksimal dalam rangka mewujudkan apa yang diperjanjikan.
Dasar Hukum Transaksi Terapeutik
Transaksi terapeutik merupakan suatu perjanjian, maka transaksi
terapeutik tunduk pada ketentuan dalam Buku III KUH Perdata. Transaksi
terapeutik merupakan perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak
dikenal dengan nama tertentu dalam KUH Perdata, namun berdasarkan
Pasal 1319 menyatakan bahwa perjanjian tidak bernama tetap tunduk pada
ketentuan Buku III KUH Perdata.
Transaksi terapeutik dikategorikan sebagai perjanjian yang diatur dalam
Pasal 1601 Bab A Buku III KUH Perdata yaitu perjanjian untuk
melakukan jasa yang diatur dalam ketentuan khusus. Ketentuan khusus
dalam transaksi terapeutik diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. 
Perjanjian pemberian jasa tersebut adalah suatu perjanjian di mana pihak
yang satu menghendaki pihak lawannya melakukan suatu pekerjaan untuk
mencapai suatu tujuan dengan kesanggupan membayar upahnya,
sedangkan cara yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
diserahkan pada pihak lawannya. Menurut Veronica Komalawati pihak
lawan tersebut adalah seorang ahli dalam bidangnya dan telah memasang
tarif untuk jasanya.
Tujuan dan Para Pihak dalam Transaksi Terapeutik
Objek transaksi terapeutik adalah pelayanan kesehatan atau upaya
penyembuhan yang didasarkan atas keahlian, keterampilan serta ketelitian,
maka tujuan dari transaksi terapeutik berkaitan dengan tujuan ilmu
kesehatan yang antara lain sebagai berikut:
 Menyembuhkan dan mencegah penyakit
 Meringankan penderitaan
 Mendampingi pasien

Oleh karena transaksi terapeutik berkaitan dengan pemberian pelayanan


kesehatan harus didasarkan pada keahlian, keterampilan serta ketelitian
maka para pihak yang terlibat dalam transaksi terapeutik adalah sebagai
berikut:
 Dokter dan Tenaga Kesehatan
Menurut Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan tenaga kesehatan
meliputi tenaga di bidang medis, keperawatan, kefarmasian,
kesehatan masyarakat, gizi, keterampilan fisik, dan keteknisan
medis.
 Pasien
Pasien merupakan fokus atau sasaran dalam usaha-usaha
penyembuhan yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan
lainnya. Sebagai subjek hukum, pasien mempunyai hak dan
kewajiban yang harus diperhatikan dengan baik oleh penyelenggara
kesehatan dan pihak pelayanan kesehatan (rumah sakit, dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya) demi tercapainya tujuan
upaya kesehatan.
 Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan medis dan tempat untuk
menyelenggarakan pelayanan medis yang baik.
Berakhirnya Transaksi Terapeutik
Berakhirnya transaksi terapeutik menimbulkan konsekuensi bagi
para pihak yaitu berakhirnya hak dan kewajiban. Berakhirnya
perjanjian terapeutik dapat disebabkan antara lain sebagai berikut:
 Sembuhnya pasien
Kesembuhan pasien menandakan bahwa telah berakhirnya
transaksi terapeutik karena upaya maksimal dalam memberikan
pelayanan kesehatan tercapai.
 Dokter mengundurkan diri
Dokter diperbolehkan mengundurkan diri dari hubungan antara
dokter dan pasien dengan alasan seperti pasien menyetujui
pengunduran diri dokter, pasien diberi waktu dan informasi yang
cukup agar memperoleh pengobatan dari dokter lain, dan alasan
lainnya yang diperbolehkan.
 Meninggalnya Pasien
 Kewajiban dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada transaksi
terapeutik telah terpenuhi
 Dokter atau tenaga kesehatan yang mengobati dalam kondisi
darurat telah digantikan oleh dokter pilihan pasien
 Persetujuan kedua belah pihak antara dokter dan pasiennya bahwa
transaksi terapeutik diakhiri.
 Pengakhiran oleh pasien
Pasien memiliki hak untuk menentukan mengenai diteruskan
pengobatan dengan dokternya atau memilih pindah ke dokter lain
atau rumah sakit lain.
 Telah lewat jangka waktu dari transaksi terapeutik
Transaksi terapeutik dapat ditentukan untuk jangka waktu tertentu.
Oleh karena itu apabila telah lewat waktu maka transaksi terapeutik
tersebut berakhir.
b. Tenaga Kesehatan
Merujuk pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan (“UU 36/2014”):
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam:
a) Tenaga psikologi klinis;
b) Tenaga keperawatan, yang meliputi berbagai jenis perawat;
c) Tenaga kebidanan;
d) Tenaga kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian;
e) Tenaga kesehatan masyarakat, yang terdiri atas epidemiolog
kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku,
pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan
kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga
kesehatan reproduksi dan keluarga;
f) Tenaga kesehatan lingkungan, yang terdiri atas tenaga sanitasi
lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan;
g) Tenaga gizi. Terdiri atas nutrisionis dan dietisien;
h) Tenaga keterapian fisik, yang terdiri atas fisioterapis, okupasi
terapis, terapis wicara, dan akupunktur;
i) Tenaga keteknisian medis, yang terdiri atas perekam medis dan
informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan
darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata
anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologi;
j) Tenaga teknik biomedika, yang terdiri atas radiografer,
elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik,
radioterapis, dan ortotik prostetik;
k) Tenaga kesehatan tradisional, yang terdiri atas tenaga kesehatan
tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan;
dan
l) Tenaga kesehatan lain.
c. Pasien
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya
menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti
pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan yang dikemukakan
oleh Prabowo (dalam Wilhamda, 2011) . Sedangkan (Aditama, 2002)
berpendapat bahwa pasien adalah mereka yang diobati dirumah sakit.
Menurut (Soejadi, 1996) pasien adalah individu terpenting dirumah sakit.
d. Manajemen sarana kesehatan
Manajemen Kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.

2. Hukum Dan Perlindungan Masyarakat


a. UU sebagai wujud peraturan hukum dan sumber formal merupakan alat
kebijakan pemerintah negara dalam melindungi,menjamin hak-hak
masyarakat sebagai warganegara.
b. Perlindungan Kepentingan manusia merupakan hakekat hukum-
diwujudkan dalam peraturan hukum, baik per-uu-an maupun peraturan
hukum lainnya.
c. Peraturan hukum tidak semata mata dirumuskan dalam bentuk per-uu,
namun berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang
diperintahkan oleh per-uu-an.
3. Keselamatan Pasien Sebagai Isu Hukum
UU tentang Kesehatan Dan UU tentang rumah Sakit
Pasal 53 (3) UU N0.36/2009 :
a. Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa
pasien

Pasal 32n UU No.44/2009 :


a. Pasien berhak memperoleh kemanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
Terjadi insiden keselamatan pasien(IKP) dampaknya kerugian pasien.
4. Tanggung Jawab Hukum
Pasal. 58 UU No. 36/2009 :
a. Setiap orang berhak menuntu G.R terhadap seseorang,tenaga kesehatan,
dan atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan yang diterimanya.
b. Tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamat
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

Tanggung jawab hukum rumah sakit


Pasal 46 UU No 44/2009
a. Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang di timbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.

Pasal 45 (2) UU No. 44/2009


a. Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
5. Kerugian Pasien Dan Tanggung Jawab Hukum
a. Kerugian pasien dan tanggung jawab hukum berpotensi menimbulkan
sengketa hukum
b. Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang
keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang dimaksudkan adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi
a) Assesment Resiko
Adalah Penilaian suatu risiko dgn cara membandingkannya
terhadap tingkat atau kriteria risiko yang telah ditetapkan.
b) Identifikasi Dan Pengelolaan yang Terkait Risiko Pasien
c) Pelaporan Dan Analisis Insiden
d) Kemampuan Belajar Dari Insiden
e) Tindak Lanjut Dan Implementasi Solusi Meminimalkan Risiko.
6. Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit (IKP)
a. IKP adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat akibat atau berpotensi
akibatkan bahaya yang tak seharusnya terjadi
(penyakit,cedera,cacat,kematian).
b. Kejadian Tak Diharapakan / adverse event yaitu insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
Tak dapat dicegah : Risiko
Dapat dicegah : Medical Negligence
c. Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang
tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu 11
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).

Rumah sakit tidak bertanggung Jawab


Pasal 45 UU No.44/2009 Tentang Rumah Sakit
a. Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan
atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat
berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
7. 5 Isu Penting Terkait Keselamatan (Hospital Risk)
a. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien yaitu menurut Emanuel (2008), yang menyatakan
bahwa keselamatan pasien adalah disiplin ilmu di sektor perawatan
kesehatan yang menerapkan metode ilmu keselamatan menuju tujuan
mencapai sistem penyampaian layanan kesehatan yang dapat dipercaya.
Keselamatan pasien juga merupakan atribut sistem perawatan kesehatan;
Ini meminimalkan kejadian dan dampak, dan memaksimalkan pemulihan
dari efek samping.
b. Keselamatan Pekerja (Nakes)
c. Keselamatan Fasilitas (Bangunan,peralatan)
d. Keselamatan Lingkungan
e. Keselamatan Bisnis.

pelayanan rumah sakit berisiko tinggi, potensial mudah terjadi cedera pada
pasien yang seharusnya tidak terjadi (preventable harm).
8. Tanggung jawab hukum perawat
a) Aspek hukum perdata
 Atas kesalahan sendiri dapat terjerat (Pasal 1365)
 atas kesalahan orang lain yang di bawah tanggungjawabnya (Psl.
1367 ayat 3 KUH Perdata)
b) aspek hukum pidana
 tanggung jawab atas kesalahan pribadi/ sifat subyektifitas Hukum
Pidana
 Azas :
“tidak dipidana, jika tidak ada kesalahan “
1. Seorang telah melakukan perbuatan pidana (perbuatan
bersifat melawan hukum)
2. Keadaan batin orang yg melakukan itu erat kaitannya dg
kemampuan bertanggung jawab
3. Adanya hubungan batin antara pelaku dan perbuatannya
Kesengajaan (“dolus”)
Kealpaan/kelalaian (“culpa”)
4. Tidak adanya alasan pemaaf
c) Aspek hukum administrasi
Terkait dengan Persyaratan Pemberian Izin oleh Lembaga yang
berwenang
SANKSI
Teguran
Peringatan
Pencabutan Izin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari
hasil tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari proses perawatan kesehatan.
Pengertian lain tentang keselamatan pasien yaitu menurut Emanuel (2008), yang
menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah disiplin ilmu di sektor perawatan
kesehatan yang menerapkan metode ilmu keselamatan menuju tujuan mencapai sistem
penyampaian layanan kesehatan yang dapat dipercaya. Keselamatan pasien juga
merupakan atribut sistem perawatan kesehatan; Ini meminimalkan kejadian dan dampak,
dan memaksimalkan pemulihan dari efek samping.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1478/5/108400022_file5.pdf
https://heylawedu.id/blog/mengenal-transaksi-terapeutik-dalam-hukum-kesehatan
https://id.scribd.com/presentation/521180244/KESELAMATAN-PASIEN-DALAM-PERSPEKTIF-
HUKUM-KESEHATAN
https://id.scribd.com/presentation/409281052/Patient-safety-Dalam-Persfektif-Hukum-Kes-2-
Pptx
https://fh.umj.ac.id/aspek-perlindungan-hukum-dalam-pelayanan-kesehatan-dan-kedokteran/

Anda mungkin juga menyukai