Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN HAND OVER (TIMBANG TERIMA) DENGAN METODE

KOMUNIKASI EFEKTIF SITUATION, BACKGROUND, ASSESMENT, REKOMMENDATION (SBAR)


DI RUANG CENDANA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI

DISUSUN OLEH :

NAMA : HERVINA, S.Kep.,Ns


NIP : 19910627 202203 2 004
ANGKATAN : XIV
KELOMPOK :2

PENGAMPU MATERI :

BAPAK SUGIYONO S.Sos, MSi

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sebuah industri di bidang kesehatan memiliki karakteristik


tersendiri yang serba padat, yaitu padat karya, padat modal, padat teknologi, padat regulasi
dan memiliki sumber daya dengan berbagai multidisiplin ilmu, sehingga besar kemungkinan
untuk terjadi masalah atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dalam pemberian pelayanan
Kesehatan (Triwibowo, 2013; Pohan, 2015).

Pemberi pelayanan keperawatan khususnya perawat berkontribusi terhadap terjadinya


kesalahan yang mengancam keselamatan pasien. Sekitar 40 % tenaga yang ada di rumah sakit
adalah perawat. Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak di rumah
sakit, pelayanan terlama (24 jam secara terus-menerus) dan tersering berinteraksi pada pasien
dengan berbagai prosedur. Kesalahan yang sering terjadi adalah karena masalah komunikasi
antar perawat. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar
profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan
pasien (Riesenberg, 2010). Transfer informasi pada saat pergantian shift yang disebut dengan
handover yang bertujuan untuk menyampaikan informasi dari setiap pergantian shif serta
memastikan efektivitas dan keamanan dalam perawatan pasien. Informasi terkait dengan
keadaan klinis pasien, kebutuhan pasien, keadaan personal pasien, sampai pada faktor sosial
pasien. (McCLoughen et al., 2008 dalam Scovell, 2010).

Kegiatan timbang terima (hand over) merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh
perawat dalam menginformasikan kondisi terakhir pasien serta menjadi gerbang awal dalam
mengelola asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan.

Komunikasi yang salah dapat menimbulkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).


Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) no 11 tahun 2017 mendefinisikan Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dapat menyebabkan lama rawat di rumah sakit bertambah
sehingga meningkatkan biaya perawatan, bahkan dapat menyebabkan kecacatan, cidera dan
kematian (Rahcmah, 2018).

Joint Commission International (JCI) & World Health Organization (WHO)


melaporkan sebanyak 25.000 – 30.000 kasus kecacatan permanen yang terjadi di Australia
10% nya disebabkan oleh kesalahan komunikasi antar penyedia layanan kesehatan pada tahun
2007. Penelitian Catherine (2008) dalam Rahayu (2016) di Denver Health Medical Center
menyatakan bahwa kegagalan komunikasi perawat dalam melakukan hand over atau timbang
terima antar shift 30% disebabkan karena kegagalan komunikasi secara langsung seperti: 1)
Komunikasi yang terlambat, 2) Kegagalan komunikasi dengan semua anggota tim, 3) Isi
komunikasi yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak
tercapai dan menyebabkan ketidakpuasan perawat dalam melakukan operan. Joint
Commission International melakukan upaya pencegahan terjadinya KTD salah satunya
dengan meningkatkan komunikasi efektif yaitu komunikasi yang singkat akurat, jelas, dan
mudah dimengerti oleh penerima pesan sehingga mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien (JCI, 2017).

Banyaknya masalah yang berkaitan dengan keselamatan pasien menggerakkan Rumah


Sakit untuk melakukan sebuah gerakan universal sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien (Depkes RI, 2006). Upaya tersebut dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat yang dapat diwujudkan melalui komunikasi yang
efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan lain (Supinganto, 2015).

Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektiftasnya adalah saat
timbang terima antar shif (hand over). Sebab jika komunikasi dalam timbang terima tidak
efektif dapat menyebabkan kesalahan dalam kesinambungan pelayanan, juga bisa terjadi
pengobatan yang tidak tepat dan potensi kerugian bagi pasien sehingga, timbang terima pasien
di rumah sakit merupakan salah satu penerapan pelayanan keperawatan yang harus
diperhatikan (Setianti, 2007).

Salah satu metode dalam timbang terima adalah SBAR (Situation, Background,
Assesement, Recomendation). SBAR (Situation, Background, Assesement, Recomendation)
merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian atau
tindakan segera (Nursalam, 2015). Sejak kampanye peluncuran program 1000 lives di Wales
pada bulan April 2008, penggunaan SBAR sebagai alat komunikasi telah diuji oleh semua
organisasi perawatan sekunder di Wales dan diikuti oleh Asosiasi Rumah Sakit Arizona dan
Kesehatan (AzHHA) yang mulai menerapkan dan mempercayai komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assesement, Recomendation) dalam proses timbang terima
(handover) akan membuat dampak positif bagi profesi - profesi lain untuk mempermudah
komunikasi dan menunjang keselamatan pasien dalam masa perawatan di Rumah Sakit (NHS,
2012).
Di Indonesia hampir seluruh Rumah Sakit telah menerapkan metode SBAR semenjak
diterbitkan PERMENKES tahun 2011 tentang keselamatan pasien di Rumah Sakit.
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur
informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi
dengan menggunakan alat terstruktur SBAR (Situation, Background, Assesement,
Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan menghemat waktu (NHS,
2012). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi, diantaranya adalah persepsi,
nilai, emosi, latar belakang, peran, pengetahuan dan hubungan rekan kerja. Amirah (2013).
Kemudian Beberapa faktor yang mempunyai hubungan dengan komunikasi saat perawat
melaksanakan timbang terima adalah karakteristik jenis kelamin, pengetahuan, sikap,
ketersediaan prosedur tetap, pimpinan dan teman sejawat (Yudianto, 2005).

Dari hasil observasi dan diskusi dengan kepala ruangan selama masa orientasi di
Ruang Cendana selama 2 minggu di dapatkan pelaksanaan hand over (timbang terima) belum
dilakukan sesuai SOP dan informasi yang diterima 70% adalah informasi medis, walaupun
pendokumentasian perawat ada dan tertulis. Belum tersosialisasi metode SBAR, dan belum
maksimalnya pelaksanaan timbang terima di salah satu ruangan di RSJ kalawa Atei ini lah
yang memotivasi penulis untuk dilakukannya kegiatan Rancangan Aktualisasi yang berjudul
“Efektivitas Pelaksanaan Hand Over (Timbang Terima) Dengan Metode komunikasi
efektif Situation, Background, Assesment, Rekommendation (SBAR) di Ruang Cendana
Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei”
BAB II

IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU

Identifikasi isu merupakan tahap awal dalam menentukan tend isu yang sedang terjadi dengan
cara menjaring dan memilih masalah yang menjadi isu potensial sehingga nanti akan bisa
memikirkan strategi antisipasi isu agar isu tidak berkembang.
Adapun beberapa isu penting yang diamati pada lingkup Rumah Sakiot Jiwa RSJ Kalawa Atei,
diantaranya :

1. Belum efketifnya pelaksanaan hand over (timbang terima) dengan metode komunikasi efektif
Situation, Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR) di Ruang Cendana Rumah Sakit
Jiwa Kalawa Atei Provinsi Kalimantan Tengah.
2. Belum optimalnya penerapan komunikasi yang efektif antar perawat dalam melakukan hand
over (timbang terima) di Ruang Cendana Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Provinsi Kalimantan
Tengah
3. Belum di buatnya SOP Pelaksanaan Hand Over (Timbang Terima) antar shif di Ruang
Cendana Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Provinsi Kalimantan Tengah
4. Kurangnya motivasi perawat dalam melakukan pelaksanaan Hand over (Timbang Terima)
antar shif di Ruang Cendana Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Provinsi Kalimantan Tengah
5. Perbedaan persepsi perawat terkait pendokumentasian Hand over (Timbang Terima) antar shif
di Ruang Cendana Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Provinsi Kalimantan Tengah.

Dari isu-isu tersebut diatas, digunakan dua tapisan isu untuk menentukan mana yang akan menjadi
prioritas. Adapun analisis yang digunakan adalah dengan proses pemilihan isu dengan analisis
kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan (APKL) dan USG USG (Urgency,
Seriousness, Growth).

 Metode APKL adalah teknik yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu masalah dengan
memperhatikan empat faktor, yaitu:

1. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa
sekarang;
2. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang
menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;
3. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang
banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;
4. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan
tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu yang
prioritas.

Isu-isu yang berhasil diidentifikasi kemudian akan divalidasi terlebih dahulu menggunakan
perangkat APKL. Perangkat evaluasi APKL memvalidasi isu berdasarkan empat item, yaitu :

1. Aktual, artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat


2. Problematik, artinya memiliki dimensi masalah yang kompleks
3. Kekhalayakan, artinya menyangkut hajat hidup orang banyak
4. Layak, artinya masuk akal dan realistis, serta relevan untuk dicarikan solusinya.

 Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah salah satu metode skoring untuk Menyusun
urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat
resiko dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan prioritas
masalah. Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar akar
masalah, membuat table matriks prioritas masalah dengan bobot skoring 1-5 dan nilai yang tertinggi
sebagai prioritas masalah. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu
tersebut.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan
masalah penyebab isu akan makin memburuk kalua dibiarkan.
Berikut adalah Analisis isu yang diidentifikasi berdasarkan Metode APKL :

Analisa kualitas isu menggunakan metode Analisa APKL

No Isu A P K L Total
Belum efketifnya pelaksanaan hand over (timbang
1 terima) dengan metode komunikasi efektif Situation, 3 3 3 3 12
Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR) di
Ruang Cendana
Belum optimalnya penerapan komunikasi yang
2 efektif antar perawat dalam melakukan hand over 3 3 3 2 11
(timbang terima) di Ruang Cendana
3 Belum di buatnya SOP Pelaksanaan Hand Over
(Timbang Terima) antar shif di Ruang Cendana 3 3 2 2 10
4 Kurangnya motivasi perawat dalam melakukan
pelaksanaan Hand over (Timbang Terima) antar shif 3 2 2 2 9
di Ruang Cendana

5 Perbedaan persepsi perawat terkait


pendokumentasian Hand over (Timbang Terima) 2 2 2 2 8
antar shif di Ruang Cendana

Keterangan :

A : Aktual, P : Problematik, K :Kekhalayakan, L : Layak

Penentuan prioritas :

1 : Kurang pengaruhnya;
2 : Sedang pengaruhnya:
3 : Kuat pengaruhnya;.
Berdasarkan analasi dengan Metode APKL diatas ditemukan 3 isu yang menjadi prioritas utama
yang selanjutkan akan di Analisa kembali dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).

Analisa kualitas isu menggunakan metode Analisa APKL

No Isu U S G Total
Belum efketifnya pelaksanaan hand over (timbang
1 terima) dengan metode komunikasi efektif Situation, 4 4 4 12
Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR) di
Ruang Cendana
Belum optimalnya penerapan komunikasi yang
2 efektif antar perawat dalam melakukan hand over 4 3 4 11
(timbang terima) di Ruang Cendana
3 Belum di buatnya SOP Pelaksanaan Hand Over
(Timbang Terima) antar shif di Ruang Cendana 4 3 3 10
Keterangan :

U : Urgency; S : Seriousness; G : Growth.Interval


penentuan prioritas :
1 : sangat tidak mendesak/gawat dan dampak;
2 : tidak mendesak/gawat dan dampak.
3 : cukup mendesak/gawat dan dampak.
4 : mendesak/gawat dan dampak.
5 : sangat mendesak/gawat dan dampak.

Kesimpulan dari Teknik analisis isu diatas menunjukkan bahwa skor tertinggi ditempati oleh isu
mengenai Belum efketifnya pelaksanaan hand over (timbang terima) dengan metode komunikasi
efektif Situation, Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR) di Ruang Cendana Rumah Sakit
Jiwa Kalawa Atei Provinsi Kalimantan Tengah.
BAB III
PENETAPAN ISU TERPILIH DAN GAGASAN KREATIF

Berdasarkan Analisa yang dilakukan dengan kedua Teknik tapisan diatas dan hasil mendalam
menggunakan metode USG terhadap isu yang akan diangkat yaitu mengenai “Belum efektifnya
pelaksanaan hand over (timbang terima) dengan metode komunikasi efektif Situation,
Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR) di Ruang Cendana Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei
Provinsi Kalimantan Tengah.” Maka solusi gagasan pemecahan isu dengan :

1. Melakukan konsultasi tentang rencana kegiatan pelaksanaan Hand over (Timbang Terima)
dengan metode komunikasi efektif Situation, Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR)
dengan Kepala Ruangan.
2. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan Format hand over pasien dengan
metode komunikasi efektif Situation, Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR).
3. Mensosialisasikan pelaksanaan hand over metode komunikasi efektif Situation, Background,
Assesment, Rekomendasi (SBAR) di ruang Cendana.
4. Melaksankan hand over (timbang terima) dengan metode komunikasi efektif Situation,
Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR) di Ruang Cendana.
5. Memantau, monitoring dan mengevaluasi kegiatan pelaksanaan hand over (timbang terima)
dengan metode komunikasi efektif Situation, Background, Assesment, Rekomendasi (SBAR)
di Ruang Cendana.

Anda mungkin juga menyukai