PENDAHULUAN
Komunikasi yang efektif sangat diperlukan saat timbang terima pasien pasien. Hal
ini dikarenakan saat timbang terima pasien pasien muncul beberapa hambatan
yang sering terjadi seperti komunikasi yang buruk, catatan medis yang kurang
lengkap, dan adanya perilaku keterlambatan pada perawat pada saat pertukaran
shift. Hambatan yang terjadi saat timbang terima pasien pasien dapat berdampak
pada keselamatan pasien. Timbang terima saat pergantian shift malam ke shift
pagi memiliki kendala
salah satunya adalah terdapat perawat yang datang melebihi peraturan jam dinas
yang ditentukan. Perawat yang datang terlambat tersebut mengakibatkan timbang
terima dilakukan 30 hingga 40 menit, selain itu saat pagi hari semua staf
karyawan termasuk perawat yang dinas pagi wajib mengikuti acara apel yang
diselenggarakan di lapangan. Timbang terima saat pergantian shift pagi ke shift
siang juga memiliki kendala yaitu perawat datang terlambat saat timbang terima
dan beralasan bahwa perawat tersebut memiliki kepentingan keluarga, menjemput
anak sekolah, dan ban bocor dijalan.
WHO Tahun 2007 menegaskan bahwa salah satu standar komunikasi yang
dapat digunakan dalam timbang terima pasien adalah dengan menggunakan
metode komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang
terdiri dari 4 komponen, yaitu komponen S(Situation) merupakan suatu
gambaran yang terjadi pada saat itu. Komponen B(Background) merupakan
sesuatu yang melatar belakangi situasi yang terjadi. Komponen A(Assessment):
merupakan suatu pengkajian terhadap suatu masalah, dan yang terakhir adalah
komponen R(Recommendation) merupakan suatu tindakan dimana meminta
saran untuk tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan untuk masalah
tersebut. Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation) adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim
medis kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. Serta merupakan metode
komunikasi yang terstruktur untuk melaporkan kondisi pasien.
Menurut penelitian yang telah dilakukan mengatakan bahwa dengan
penerapan komunikasi SBAR antar tenaga medis dapat meningkatkan
keselamatan pasien. Hal itu sesuai dengan hasil literatur review jurnal tentang
Enhancing Patient Safety During Hand-Offs Standardized communication and
teamwork using the„SBAR‟ oleh Susan Hohenhaus. Metode penelitian Quasi
Experimental. Hasil penelitian menyatakan bahwa SBAR merupakan Teknik
komunikasi yang menjanjikan untuk mentransfer informasi kepada pasien,
komponen yang meningkatkan pengiriman informasi subjektif, meningkatkan
komunikasi informasi kritis dan menciptakan redundansi, yang menetapkan
pola yang diharapkan pada komunikasi.
Adapun hasil dari peneliti lain yaitu menurut Wahyuni (2014) tentang
pelatihan komunikasi SBAR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yaitu
untuk meningkatkan mutu operan jaga bermanfaat membantu perawat dalam
mengidentifikasi area pelayanan sehingga kesinambungan dalam melakukan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan
keselamatan pasien. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa komunikasi S-
BAR efektif dalam meningkatkan mutu operan jaga.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai
prosedur pelaksanaan komunikasi yang efektif SBAR dalam proses
timbang terima pasien (handover) pasien di Rumah Sakit.
1.4.2 Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat membantu perkembangan ilmu khususnya kepada
program studi S1 keperawatan agar menyiapkan dan menghasilkan
lulusan mahasiswa yang unggul di bidang akademik maupun praktik
klinik.
1.4.3 Manfaat bagi Institusi Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan standar evaluasi bagi setiap perawat di
ruangan agar terciptanya komunikasi yang efektif dalam upaya
mempertahankan efektifitas asuhan keperawatan yang maksimal dan
peningkatan keselamatan pasien di Rumah Sakit.