Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK

KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KASUS ASMA
“ DI R.RAFLESIA RSUD KEPAHIANG TAHUN 2021”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns Husni,S.Kep,M.Pd

DISUSUN OLEH :
Aria Maici Y P05120219005
Arien P05120219052
Helsa Mayora P05120219065
Vania Afta P05120219086
Widya Andriani P05120219089

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena


berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Laporan Seminar dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny S dengan
kasus Asma di Ruang Raflesia Di Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang
Tahun 2021”
Penyusunan Makalah Laporan Seminar ini penulis mendapatkan
bimbingan dan bantuan baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Laporan Seminar tepat pada waktunya.
Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Hulman Agust Erikson, selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Kepahiang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti praktek klinik keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kepahiang.
2. Ns. Ria Aryani, SST, selaku ketua bidang keperawatan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kepahiang.
3. Ns.Permasari, S.Kep selaku kepala seksi keperawatan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kepahiang.
4. Ns. Essy Hiroshima, S.kep selaku kepala seksi diklat & Askep di Rumah
Sakit Umum Daerah Kepahiang
5. Ns. Eli Susilawati, S.Kep selaku kepala ruangan Raflesia Dirumah Sakit
Umum Daerah Kepahiang dan selaku pembimbing, dalam penyusunan
laporan seminar ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan sehingga laporan seminar ini bisa
terselesaikan dengan baik.
6. Ns. Lidya Eka Purwanti, S.Kep selaku kepala ruangan Anggrek
Dirumah Sakit Umum Daerah Kepahiang dan selaku pembimbing, dalam
penyusunan laporan seminar ini yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan sehingga laporan seminar
ini bisa terselesaikan dengan baik.
7. Seluruh CI dan Senior Ruangan Raflesia dan Anggrek serta Staf
kepegawaian Di Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang.
8. Seluruh Mahasiswa-Mahasiswi Prodi D3 Keperawatan Bengkulu Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes yang sedang Praktek Klinik
Keperawatan Dirumah Sakit Umum Daerah Kepahiang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah laporan
seminar ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi
penulisan maupun penyusunan dan metedologi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat
berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan seminar yang telah penulis susun ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa prubahan positif
terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa lain yang sedang praktik klinik
keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang.

Kepahiang,
11 juni 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit kronik serius yang dapat menyerang semua
golongan umur baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi
asma di seluruh dunia mencapai 300 juta, dan diprediksi akan meningkat hingga
400 juta pada tahun 2025. Prevalensi ini bervariasi di masing- masing negara
dan peningkatan prevalensi terutama dijumpai pada negara maju. Di Amerika,
prevalens asma 7,3% pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 8,2% pada tahun
2009.1
Data Word Health Organization (WHO) didapatkan perkiraan jumlah kasus
Asma pada tahun 2020 mengemukakan bahwa saat ini sekitar 235 juta jumlah
pasien asma . lebih dari 80 % kematian akibat asma terjadi di negara
berpengasilan rendah dan menengah ke bawah.
Di Indonesia asma termasuk dalam 10 besar penyebab kesakitan dan
kematian. Prevalens penyakit asma di Indonesia sebesar 13 dari 1.000 penduduk
pada tahun 1995. Belum ada survei secara nasional di Indonesia. Laporan hasil
penelitian mendapatkan prevalens asma yang sangat bervariasi yang disebabkan
oleh perbdaan kriteria definisi asma, metodologi penelitian, etnis, faktor
4 penelitian.
lingkungan dan tempat tinggal serta status sosial ekonomi subjek
Angka pasien penyakit asma Di Bengkulu menurut dinas kesehatan
Bengkulu pada tahun 2017 berjumlah 134,014 orang, sedangkan kasus asma
di kabupaten kepahiang pada tahun 2016 berjumlah 869 orang, terakhir
jumlah kasus asma di rumah sakit kepahiang pada tahun 2020 itu sendiri
berjumlah 78 orang
Tenaga kesehatan dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting dan
harus meningkatkan pelayanan , salah satunya yang sering diabaikan adalah
memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan.pendidikan kesehatan
kepada penderita dan keluarga akan sangat berate bagi penderita.terutama
bagaimana sikap dan tndakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi
serangan dan bagaimana cara mencegah terjadinya serangan asma .
pengobatan dan mencegah penyakit asma memerlukan tindakan yang tepat
dan benar oleh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan termotivasi untuk
menyusun studi kasus sebagai salah satu syarat praktik klinik keperawatan
medikal medah 1 dengan mengambil kasus berjudul ”Asuhan Keperawatan
Pasien Asma pada Ny S. Diruang Raflesia RSUD Kepahiang Tahun 2021
A. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny S dengan
penyakit Asma diruang Raflesia RSUD Kepahiang tahun 2021
B. Tujuan studi kasus
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan Asuhan
Keperawatan pada Ny S dengan Asma di ruangan Rawat inap Raflesia
RSUD Kepahiang tahun 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar teori dan asuhan
keperawatan secara teoritis tentang Asma pada Ny S dengan Asma
diruang rawat inap Raflesia RSUD Kepahiang tahun 2021
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan
5 pada Ny S
dengan Asma diruangan rawat inap Raflesia RSUD Kepahiang
tahun 2021
c. Mahasiswa mampu menetapkan Diagnosa Keperawatan pada
pasien Tn.C dengan thifoid diruang rawat inap Raflesia RSUD
Kepahiang tahun 2021
d. Mahasiswa mampu menetapkan Rencana Keperawatan pada Ny S
dengan Asma diruangan rawat inap Raflesia RSUD Kepahiang
tahun 2021
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny
S dengan Asma diruangan rawat inap Raflesia RSUD Kepahiang
tahun 2021

C. Manfaat Studi kasus


1. Bagi perawat
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Asma
dan juga mengembangkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang dimiliki
2. Bagi instusi pendidikan
Dapat memberikan wawasan dan masukkan tentang Asma sebagai
informasi bagi instusi pendidikan dalam pengembanhan dan
peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukkan dalam meningkatan pemberian asuhan
keperawatan terkait dengan Asma. Dapat digunakan sebagai standar
operasional prosedur dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
Asma
4. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan serta
mengaplikasikan asuhan keperawatan tentang penyakit Asma
dikalangan masyarakat dan fasilitas kesehatan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,
batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini
hari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan atau tanpa pengobatan
(Depkes RI, 2009)
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast,
eosinofil, dan limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat
reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
7
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic
Society).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. 8

C. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
9 asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

D. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody
ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari 10
semua faktor-
faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel
chest.

E. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (whezing),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-
gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi
dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali
terjadi pada malam hari.

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan sputum 11
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari


Kristal eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig
E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru
yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis,
serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah. 12
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada
paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu :
 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-
paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan
13 FEV1 atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak
penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
H. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas

I. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.


2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu: 14
1. Pengobatan non farmakologik:
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang
oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang
sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke15
pembuluh darah.
Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum
obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat
anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu
bulan.
- Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan
obat ini adalah dapat diberika secara oral.

J. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian Primer pada askep asma bronkial adalah :

1. Airway. Yang kita dapatkan pada pengkajian airway ini diantaranya yaitu :
batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot-
otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta).
2. Breathing. Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea, takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan
ronkhi, hiperresonan pada perkusi.
3. Circulation. Yang kita dapatkan pada pengkajian sirkulasi ini adalah
adanya hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat
kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.

K. PENGKAJIAN SEKUNDER 16
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
- Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
- Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernapasan
- Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
- Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi.
- Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah.
- Adanya peningkatan frekuensi jantung.
- Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
- Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
6. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
- Penurunan berat badan karena anoreksia. 17
7. Hubungan sosal
- Keterbatasan mobilitas fisik.
- Susah bicara atau bicara terbata-bata.
- Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
- Penurunan libido

L. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Bersihan jalan napas tidak napas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas
c. Intoleransi aktiftas
d. Gangguan pola tidur
e. Resiko alergi
M. INTERVENSI KEPERAWATAN

18
19
20
21
22
23
24
25
NO DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan napas tidak napas Setelah diberikan intervensi SIKI : manajemen jalan napas 1. memantau pola napas
tidak efektif b.d spasma jalan keperawatan selama....x...jam, di 2. memantau bunyi napas
napas d.d harapkan pasien mampu Aktivitas keperawatan 3. memonitor sputum
Gejala dan tanda mayor menunjukkan Observasi 4. memberikan posisi
Subjektif: SIKI : bersihan jalan napas 1. Monitor pola napas nyaman
DS :  dipertahankan pada… 2. Monitor bunyi napas 5. memberikan minum
- (tidak tersedia) 3. Monitor sputum hangat
 ditingkatkan pada…
DO:
1. memburuk Teraupetik 6. mengajarkan teknik batuk
- Batuk tidakefektif
2. cukup memburuk 1. Posisikan semi fowler atau efektif
- Tidak mampu batuk
3. sedang fowler
- Sputum berlebih
4. cukup membaik 2. Berikan minum hangat
- Mengi,wheezing dan/
5. membaik Lakukan fisiterapi dada bila
ronkhi kering
Dengan kriteria hasil perlu
- Mekanium di jalan napas
1. dyspnea Edukasi
Gejala dan tanda minor
2. sulit bicara 1. Ajarkan teknik batuk
DS :
3. ortapnea efektif
- Dispnea
4. sianosis Kolaborasi
- Sulit bicara

26
- Ortopnea 5. gelisah 1. Kolaborasi pemberian
bronkadilator,ekspektoran,
mukalitik jika perlu
DO :
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah

27
2 Gangguan pertukaran gas b.d Setelah diberikan intervensi SIKI : Pemantauan respirasi 1. Mengetahui Frekuensi
ketidak seimbangan venilasi – keperawatan selama....x...jam, di irama kedalaman dan
perfusi harapkan pasien mampu Aktivitas keperawatan upaya napas
menunjukkan Observasi 2. Mengetahui pola
Gejala dan tanda mayor SIKI : pertukaran gas 1. Monitor Frekuensi irama napas pada
DS :  dipertahankan pada… kedalaman dan upaya napas 3. Mengetahu
- Dispnea  ditingkatkan pada… 2. Monitor pola napas kemampuan batuk
DO : 1. meningkat 3. Monitor kemampuan batuk efektif
- PCO2 meningkat/menurun 2. cukup meningkat efektif 4. Mengetahui adanya
- PO2 menurun 3. sedang 4. Monitor adanya produksi produksi sputum
- Takikardia 4. cukup menurun sputum 5. Memantau adanya
- pH arteri 5. menurun 5. Monitor adanya sumbatan sumbatan jalan naps
menigkat/menurun Dengan kriteria hasil : jalan naps 6. Memantau sakurasi
- bunyi napas tambahan 1. Dispnea 6. Monitor sakurasi oksigen oksigen
Gejala dan tanda minor 2. Bunyi napas tambahan Teraupetik 7. Mebuat pasien merasa
DS : 3. Pusing 1. Atur intervalpemantauan nyaman
- Pusing 4. Penglihatan kabur respirasi sesuai kondisi 8. Melihat ada atau tidak
- Penglihatan kabur 5. Gelisah pasien perkembangan
DO: 6. Napas cuping hidung 2. Dokumentasi hasil 9. Menjelaskan tujuan
- Sianosis pemantauan dan prosedur
- Diaphoresis Edukasi pemantauan
- Gelisah 1. Jelaskan tujuan dan 10. Menginfokan hasil
- Napas cuping hidung prosedur pemantauan pemantauan
- Pola napas abnormal 2. Informasikan hasil
- Warna kulit abnormal pemantauan jika perlu
- Kesadaran menurun
3 Intoleransi aktifitas b.d ketidak Setelah diberikan intervensi SIKI : manajemen energi 1. Mengetahui gangguan
seimbangan antara suplai dan keperawatan selama....x...jam, di fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen harapkan pasien mampu Aktivitas keperawatan mengakibatkan
D.d menunjukkan 1. Identifikasi gangguan fungsi kelelahan
Gejala dan tanda mayor SIKI : toleransi aktivitas tubuhyang mengakibatkan 2. Melihat adanya
Ds :  dipertahankan pada… kelelahan kelelahan fisik dan
- pasien mengeluh lelah  ditingkatkan pada… 2. Monitor kelelahan fisik fisik emosional
Do : 1. meningkat dan emosional 3. Memonitor pola dan
- frekuensi 2. cukup meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur jam tidur
jantungmeningkat >20% 3. sedang 4. Monitor lokasi dan 4. Mengetahi dimana
dari kondisi istirahat 4. cukup menurun ketidaknyamanan selama lokasi
Gejala dan tanda minor : 5. menurun melakukan aktifitas ketidaknyamanan
DS : Dengan kriteria hasil Teraupetik selama melakukan
- Dispnea saat atau setelah 1. dispnea 1. Sediakan lingkungan aktifitas
aktifitas 2. bunyi napas tambahan nyaman dan rendah 5. Membuat pasien
- Merasa tidak nyaman 3. pusing stimulus merasa nyaman
setelah aktifitas 4. penglihatan kabur 2. Berikan aktifitas distraksi 6. Agar pasien merasa
- Merasa lemah 5. gelisah yang menyenangkan senang saat aktifitas
DO : 6. napas cuping hidung 3. Lakukan latihan rentang 7. Kelelahan pada pasien
- TD berubah > 20 % dari gerak pasif dan aktif berkurang
kondisi istirahat Edukasi 8. Membantu
- Gambaran EKG 1. Anjurkan melakukan meningkatkan asupan
menunjukan aritma saat/ aktifitas secara bertahap makanan pada pasien
setelah aktifitas 2. Ajarkan strategi koping
- Gambaran EKG untuk mengurangi
menunjukan iskemia kelelahan
- Sianosis Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4 Gangguan pola tidur b.d kurang Setelah diberikan intervensi SIKI : Dukungan Tidur 1. mengetahui pola
kontrol tidur keperawatan selama....x...jam, di aktivitas dan tidur
Gejala dan tanda mayor : harapkan pasien mampu Aktivitas keperawatan 2. mengatuhi faktor
DS : menunjukkan Observasi pengganggu tidur
- Mengeluh sulit tidur SIKI : POLA TIDUR 1. identifikasi pola aktivitas dan 3. pasien merasa nyaman
- Mengeluh sering terjaga  dipertahankan pada… tidur 4. pasien merasa tenang
- Mengeluh tidak puas  ditingkatkan pada… 2. identifikasi faktor pengganggu 5. memastikan klien tidur
tidur 1. Menurun tidur dengan pola dan durasi
- Mengeluh pola tidur 2. cukup menurun teraupetik : yang tepat
berubah 3. sedang 1. modifikasi lingkungan 6. melakukan
- Mengeluh istirahat tidak 4. cukup meningkat 2. fasilitasi menghilangkan prosedurmeningkatkan
cukup 5. meningkat stresssebelum tidur kenyamanan
DO : Dengan kriteria hasil 3. tetapkan jadwal tidur rutin 7. agar pasien tahu
Gejala dan tanda minor 1. keluhan sulit tidur 4. lakukan prosedur untuk pentingnya tidur cukup
DS : 2. keluhan sering terjaga meningkatkan kenyamanan 8. mengetahui cara
- Mengeluh kemampuan 3. keluhan tidak puas tidur Edukasi : relaksasi otot
beraktifitas menurun 4. keluhan pola tidur berubah 1. jelaskan pentingnya tidur
DO : 5. keluhan istirahat tidak cukup selama sakit
cukup 2. anjurkan menepati kebiasaan
tidur

5 Resiko alergi b.d terpapar Setelah diberikan intervensi SIKI : edukasi reaksi alergi 1. mengetahui informasi
allergen lingkungan keperawatan selama....x...jam, mengenai alergi
D.d diharapkan pasien mampu Aktivitas keperawatan 2. memonitor
- dispnea menunjukkan pemahaman paien
1. identifikasi kemampuan
- bunyi napas tambahan SIKI : respon alergi sistematik tentang alergi
pasien dan keluarga menerima
- takikardia  dipertahankan pada… informasi 3. menyedikan materi
 ditingkatkan pada… dan media penkes
2. monitor pemahaman pasien
1. Menurun 4. jadwal penkes
dan keluarga tentang alergi
2. cukup menurun terkontrol
Teraupetik
3. sedang 5. mengenali penyebab
1. sediakan materi dan media
4. cukup meningkat alergi
penkes
5. meningkat 6. pasie mengetahui
2. jadwalkan penkes sesuai
dengan kriteria hasil : informasi mengenai
kesepakatan
1. dispnea alergi
3. fasilitasi mengenali penyebab
2. bunyi napas tambahan alergi 7. pasien mengetahui
3. peningkatan suhu kulit cara menghindari
4. wheezing edukasi alergi
5. takikardia 1. jelaskan definisi
,penyebab,gejala dan tanda
alergi
2. jelaskan cara menghindari
alergen

Anda mungkin juga menyukai