DI SUSUN OLEH:
Windarti (14401KH27023)
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kasus seminar kelompok berjudul “Studi Kasus
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Diagnosa Dispnea di Ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo” dapat
selesai sesuai waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
Gusrina Komara Putri, S.Kep., MSN selaku Dosen Pembimbing Institusi Praktik Klinik Keperawatan Dasar.
Makalah kasus seminar kelompok ini disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur serta
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, kami menyadari tentang segala
keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan literatur, sehingga makalah kasus seminar kelompok ini dibuat
dengan sangar sederhana baik dari segi sistematika maupun isinya jauh dari sempurna.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dispnea atau sering disebut sebagai sesak napas adalah sensasi subjektif dari
pernapasan yang tidak normal seperti sensasi bernapas dengan intensitas yang
berbedabeda. Gejala umum dipsnea mempengaruhi manifestasi penyakit pernapasan,
jantung, neuromuskular, psikogenik, sistemik, atau kombinasi dari semuanya. Dispnea
dapat berupa akut atau kronis, akut terjadi selama berjam-jam sampai berhari-hari
sedangkan kronis terjadi selama lebih dari 4 sampai 8 minggu. Kondisi dipsnea juga
sering dialami oleh pasien yang membutuhkan perawatan paliatif antara lain pada kanker
stadium lanjut, gagal jantung dan penyakit paru-paru kronis Lebih dari 50% kematian di
Amerika Serikat disebabkan oleh ketiga kategori penyakit ini (World Health
Organization, 2020).
Prevalensi dispnea pada penderita kanker adalah 50% sampai 70%, namun pada
pasien yang mengalami kanker paru prevalensinya mencapai hingga 90%. Selain itu,
pasien dengan penyakit paru-paru kronis mencapai 90% dan 50% pasien gagal jantung
mengalami dispnea yang signifikan. Gejala dipsnea memiliki efek negatif terhadap
kesehatan fisik, emosional dan psikologis pasien. Selain itu, dapat menyebabkan rasa
kecemasan pada kerabat dan caregivers, sehingga diperlukan pengelolaan yang tepat
(Mendoza et al., 2020).
Penatalaksanaan dispnea dilakukan secara efektif dengan mengatasi penyebab
dasar dispnea menggunakan berbagai kombinasi terapi farmakologis dan pendekatan
nonfarmakologi. Perawat berperan penting dalam pengelolaan dispnea dengan
pendekatan nonfarmakologis. Pendekatan nonfarmakologis dalam meredakan dispnea
adalah menggunakan terapi kipas untuk meniupkan udara di seluruh area yang dipersarafi
oleh cabang saraf trigeminal kedua atau ketiga (Kako et al., 2018). Penerapan terapi kipas
dalam meredakan dispnea telah direkomendasikan oleh Oncology Nursing Society. Wong
et al., (2017) juga melaporkan tentang keefektifan terapi kipas terhadap perubahan rata-
rata pada skor dispnea (verbal NRS).
Selain itu, penelitian RCT yang dilakukan oleh Kako et al., (2018) menemukan
bahwa terapi kipas efektif dalam menurunkan perubahan intesitas dispnea (Numerical
Rating Scale) pada pasien kanker terminal. Sejalan dengan temuan tersebut, Ting et al.,
(2019) juga melakukan penelitian RCT dengan crossover design pada pasien kanker
terminal dan menemukan bahwa terapi kipas dapat memberikan perubahan rata-rata pada
skor dispnea (Modified Borg Scale). Penelitian ini merupakan kajian literature review
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi berbasis bukti tentang keefektifan terapi
kipas yang berfokus pada pasien kanker terminal dalam meredakan dispnea.
Pengumpulan informasi ini penting untuk dilakukan karena dapat digunakan sebagai
referensi dalam membuat keputusan klinik untuk intervensi keperawatan dalam
mendukung asuhan keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan
diagnosa medis Dispnea di Ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis Dispnea di
Ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo.
b. Menegakkan rencana asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan diagnosa
medis Dispnea di Ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo.
c. Menyusun asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis Dispnea
di Ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo.
d. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis
Dispnea di Ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo.
e. Melakukan evaluasi pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis Dispnea di Ruang
Cempaka RSUD Pasar Rebo.
C. MANFAAT PENULISAN
1. Tenaga Kesehatan
Manfaat makalah ini diharapkan dapat menentukan diagnose dan intervensi
keperawatan yang tepat pada pasien dengan dispnea.
2. Institusi Pendidikan
Manfaat makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi
Pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan dengan dispnea.
3. Mahasiswa
Manfaat makalah ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan
membuka wawasan berpikir penulis. Serta dapat mengaplikasikan hasil asuhan
keperawatan dengan Dispnea.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembahasan latar belakang dapat dihasilkan rumusan masalah yang
meliputi:
1. Bagaimana konsep dasar Dispnea?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis Dispnea di
Ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo?
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub
pembahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
1. Bab pertama pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, serta tujuan umum dan khusus dalam penulisan makalah ini.
2. Bab kedua menguraikan tentang landasan teori dan konsep-konsep yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan mengemukakan pemecahan masalah yang
pernah dilakukan terkait masalah yang dikaji dalam penulisan makalah ini.
3. Bab ketiga dalam makalah ini akan menyajikan tentang tinjauan kasus sesuai
dengan kasus yang dibahas, mulai dari pengkajian, diagnose, intervensi,
implementasi sampai ke evaluasi.
4. Bab keempat menguraikan hasil kajian dari masalah yang akan dibahas. Dalam
bab ini juga dikemukakan pendapat atau ide gagasan yang sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan yang berlandaskan pada informasi serta teori-teori yang ada.
5. Bab kelima adalah bagian terakhir, yang berisi bab penutup dari penulisan karya
tulis ini, dalam bab ini disampaikan kesimpulan dari makalah sekaligus
dipergunakan guna menjawab permasalahan yang dibahas. Pada bagian ini juga
mengemukakan saran/rekomendasi yang sejalan dengan gagasan/kebijakan yang
ada.
6. Selanjutnya ada daftar Pustaka yang berisi tentang informasi yang didapat beserta
sumbernya yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Dispnea adalah sensasi subjektif dari ketidaknyamanan atau kesulitan bernapas,
berbeda secara kualitatif dan bervariasi atau pasien dapat menggambarkan sebagai sesak
napas, ketidakmampuan untuk mendapatkan udara yang cukup atau mati lemas.
Dispnea merupakan gejala yang sering muncul pada pasien dengan kanker stadium lanjut
dengan prevalensi tertinggi pada kanker paru (hingga 74%) dan meningkat pada kondisi
terminal (hingga 80%) dengan akibat utama mengganggu kualitas hidup pasien,
keluarganya, maupun orang yang merawat.
Dispnea juga dapat di definisikan sebagai sensasi tidak nyaman atau pasien dapat
menggambarkan sebagai sesak napas, ketidakmampuan untuk mendapatkan udara yang
cukup atau mati lemas. Dispnea berbeda dari takipnea (peningkatan kecepatan
pernapasan) dan hypernea (peningkatan kedalaman ventilasi). Dispnea sering
digambarkan dalam istilah kekurangan udara, rasa tercekik atau napas berat dan bisa
sangat tidak nyaman bagi keluarga melihat kondisi pasien. Pengalaman dispnea
mencakup ranah fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
Jadi, dispnea adalah sensasi subjektif atau kesulitan bernapas yang dapat dijelaskan
sebagai sesak napas, ketidakmampuan untuk mendapatkan udara yang cukup atau sensasi
mati lemas.
2. Etiologi
Secara fisiologis, dispnea dihasilkan dari tiga kelainan utama yaitu, peningkatan beban
yang membutuhkan upaya pernapasan yang lebih besar (misalnya obstruksi),
peningkatan proporsi otot pernapasan yang diperlukan untuk empertahankan beban kerja
normal (misalnya kelemahan) dan peningkatan kebutuhan ventilator (misalnya demam
dan anemia). Kondisi anatomi dan penyakit yang mungkin mendasari menimbulkan
dispnea yaitu obstruksi saluran napas (PPOK, saluran pernapasan yang reaktif,
batuk/sekresi, tumor), restriksi paru (fibrosis atau penyakit interstitial lainnya, efusi,
fibrosis, infeksi, kifosis, obesitas), perfusi/ketidakcocokan oksigenasi (anemia, hipertensi
paru, gagal jantung, emboli paru) dan kelelahan/kelemahan (multiple sclerosis, sclerosis
lateral amyotrophic, kelelahan karena kanker).
3. Patofisiologi
Dispnea merupakan keluhan subjektif dari seorang yang menderita penyakit paru.
Keluhan ini mempunyai jangkauan yang luas, sesuai dengan interpretasi seseorang
mengenai arti dispnea tadi. Pada dasarnya, dispnea baru akan timbul bila kebutuhan
ventilasi dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti aktivitas jasmani yang
bertambah atau panas badan yang meningkat.
Kejadian dispnea tergantung dari tingkat keparahan dan sebabnya. Perasaan itu sendiri
merupakan hasil ari kombinasi implus ke otak dari syaraf yang berakhir di paru-paru,
tulang iga, otot dada atau diafragma, ditambah dengan persepsi dan interpretasi pasien.
Pada beberapa kasus, dispnea diperhebat karena kegelisahan memikirkan penyebabnya.
Pasien mendeskripsikan dispnea dengan berbagai cara, sesak napas yang tidak
menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada, merasa tercekik atau rasa
kejang di otot dada.
4. Pathway Dispnea
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada dispnea adalah
a. Manifestasi Pulmoner
Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat langsung maupun akibat tidak
langsung dari proses yang ada di paru. Manifestasi ini dapat berupa:
1) Manifestasi pulmoner, merupakan tanda yang ditimbulkan langsung oleh proses
setempat.
2) Manifestasi pulmoner sekunder, merupakan perubahan akibat kelainan paru yang
dapat menimbulkan gangguan dalam pertukaran gas dan peningkatan pembuluh
darah.
b. Manifestasi Ekstrapulmoner
Berupa perubahan-perubahan atau kelainan yang terjadi di luar paru akibat dari
penyakit yang ada di paru:
1) Metastasis, merupakan penyebaran penyakit paru ke luar paru seperti kanker paru
menyebar ke tulang, hati, otak dan organ tubuh lainnya.
2) Non metastasis, merupakan gejala sistemik yang dapat berupa gejala umum
(panas, anorexia, rasa lelah) dan gejala khusus (jari tabuh, osteoartropi).
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Thorax, untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan proses-proses
abnormal.
2) Analisa gas darah arteri, untuk memberikan informasi tentang diusi gas melalui
membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3) CT scan, untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.
7. Komplikasi
Dispnea dapat ditemukan pada:
1) Emfisema, kondisi dimana organ paru-paru mengalami kerusakan. Biasanya
disebabkan oleh kebiasaan merokok yang sudah bertahun-tahun.
2) Bronchitis, peradangan atau iritasi pada dinding saluran bronkus, tepatnya pipa
yang menyalurkan udara dari tenggorokan menuju paru-paru.
3) Asma, penyakit pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat
peradangan dan penyempitan pada saluran napas.
8. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum dispnea
1) Memposisikan psien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal
yang tinggi.
2) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya.
3) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang di derita.
b) Terapi farmakologis
1) Olahraga teratur
2) Menghindari alergen
3) Terapi emosi
c) Farmakologis
1) Quick relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan
datang. Contoh: bronkidilator
2) Long relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk mengobati inflamasi pada sesak napas,
mengurangi odem dan mucus berlebih, memberikan control untuk jangka
waktu yang lama. Contoh: kortikosteroid bentuk inhalasi.
B. Kebutuhan Oksigenasi
1. Definisi
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel
dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh
secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernapas. Di atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida,
nitrogen, dan unsur- unsur lain seperti argon dan helium (Tarwoto &
Wartonah, 2015).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya,
dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang
tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc
tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga diperlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi
juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai
O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi
oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stress pada miokardium (Tarwoto & Wartonah, 2015).
2. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen,
seperti faktor fisiologis, status kesehatan, faktor perkembangan, faktor
perilaku, dan lingkungan. Ambarwati (2014) dalam Eki (2017).
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya
diantaranya adalah:
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolik
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis. Ambarwati (2014) dalam Eki
(2017).
b. Status kesehatan
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting
yang mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan:
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru
menurun. Ambarwati (2014) dalam Eki (2017).
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi
fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit banyaknya akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Ambarwati
(2014) dalam Eki (2017).
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu:
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi). Ambarwati (2014) dalam Eki (2017).
f. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis oksigenasi antara lain:
1) Suara napas tidak normal.
2) Perubahan jumlah pernapasan.
3) Batuk disertai dahak.
4) Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5) Dispnea.
6) Penurunan haluaran urin.
7) Penurunan ekspansi paru.
8) Takhipnea
g. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner
& Suddarth, 2002). Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan
menjadi tiga. Yaitu:
1) Gangguan irama atau frekuensi pernapasan
a) Gangguan irama pernafasan:
(1) Pernapasan ‘cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang
amplitudonya mula – mula dangkal, makin naik kemudian
makin menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi
dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada
pasien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan
intrakranial, overdosis obat. Namun secarafisiologis, jenis
pernapasan ini terutama terdapat pada orang diketinggian
12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi saat
tidur.
(2) Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan
pernafasan cheyne- stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang ditemukan pada
penyakit radang selaput otak.
(3) Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan
kedalaman meningkat sering melebihi 20 kali/menit.Jenis
pernafasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolik dan gagal ginjal.
b) Gangguan frekuensi pernafasan
(1) Takipnea/ hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlahnya
meningkat diatas frekuensi pernafasan normal. Bradipnea, yaitu
kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang
jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
2) Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3
kelompok yaitu:
(1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
(2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
(3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru kejaringan.
3) Hipoksia
Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih
tepat daripada anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama
sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam kelompok yaitu:
(1) Hipoksemia
(2) Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendunga)
(3) Overventilasi hipoksia
(4) Hipoksia histotoksik
3. Komplikasi
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Gagal nafas
d. Perubahan pola nafas
4. Penatalaksanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien (posisi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Suction
C. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
Pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi dan diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, myeri dada.
2) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
3) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
4) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data Riwayat Kesehatan
keluarga pasien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran: kesadaran menurun
2) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Heat to toe
a) Mata: konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (karena emboli
atau endocarditis)
b) Mulut dan bibir: membrane mukusa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
c) Hidung: pernafasan dengan cuping hidung
d) Dada: retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal
e) Pola pernafasan: pernafasn normal (apneu, pernafasan cepat
(tachypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
No Keperawatan Intervensi
(SLKI)
(SDKI) (SIKI)
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Jalan Nafas (1.
keperawatan selama 3x24 jam, 01011)
pola nafas tidak efektif dapat Observasi:
teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor pola nafas
1. Dispnea menurun - Monitor bunyi nafas
2. Penggunaan alat bantu
nafas menurun Terapeutik:
Edukasi:
Ajarkan Teknik batuk
efektif.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Edukasi:
Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
di rumah.
3 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (1.
keperawatan selama 3x24 jam, 01011)
gangguan pola napas tidak Observasi:
efektif dapat teratasi dengan - Monitor pola nafas
kriteria hasil: - Monitor bunyi nafas
1. Dispnea membaik
2. Penggunaan otot bantu Terapeutik:
Edukasi:
Ajarkan Teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
4. Implementasi
Implementasi merupakan penatalaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivitas perawat dalam
membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai hasil
yang diharapkan dari pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari keperawatan, dimana pada dokumentasi ini
akan membandingkan secara sistematis dan terencana tentang Kesehatan pada
pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang dialami
oleh pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D
Umur : 38 th
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan pertama kali merasakan sesak pada hari Rabu, 21-06-2023.
Sesak yang dirasa tidak hilang sampai akhirnya pasien dibawa oleh
menantunya ke IGD RSUD Pasar Rebo pada hari Minggu, 25-06-2023 / 23.37
WIB. Di IGD dilakukan pemeriksaan TTV, dipasang nasal kanul 3lpm (23.50
WIB), dipasang infus cairan NaCl 0.9% 500cc/12 jam, dan injeksi Lasix 2 amp
intravena. Dipindahkan ke ruang rawat inap tanggal 26-06-2023 pukul 07.20
WIB. Di ruang rawat inap dilakukan pemeriksaan TTV, diberikan injeksi Lasix
2x20 mg/mL, omeprazole 1x40 mg, ondansetron 2x4 mg.
Genogram:
X X X X
X
X X
Ny. S
X X X
X X X
Keterangan:
Mdsj : laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Ny. S
: Hubungan pernikahan
Pasien mengatakan bahwa menjaga kesehatan itu sanga penting, karena jika dia
sehat maka bisa kembali berdagang.
a. Sebelum Sakit
1) Frekuensi Nutrisi:
3x sehari
2) Frekuensi Cairan:
3) Jenis Nutrisi:
4) Jenis Cairan:
Air putih
5) Porsi:
6) Keluhan:
1) Frekuensi Nutrisi:
1 x sehari
2) Frekuensi Cairan:
3 x sehari
3) Jenis Nutrisi:
4) Jenis Cairan:
5) Porsi Nutrisi:
6) Porsi Cairan:
7) Keluhan:
Pasien tidak memiliki keluhan.
2. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Sebelum Sakit
a) Frekuensi BAB:
1 x dalam 4 hari
b) Konsistensi:
Keras.
c) Warna:
Kuning kecoklatan
d) Keluhan:
2) Selama Sakit
a) Frekuensi BAB:
Lembek
c) Warna:
Kuning kecoklatan
d) Keluhan:
b. BAK
1) Sebelum Sakit
a) Frekuensi BAK:
3 x sehari
b) Jumlah Urine:
c) Warna:
Kuning pucat
d) Keluhan:
2) Selama Sakit
1. Frekuensi BAK:
3 x sehari
2. Jumlah urine:
3. Warna:
Kuning pucat
4. Keluhan:
a. Sebelum sakit :
b. Selama sakit :
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 0
Mandi 0
Toileting 1
Berpakaian 2
Mobilitas ditempat tidur 0
Berpindah 2
Ambulasi/ROM 0
Keterangan:
a. Sebelum
Sakit:
Pasein mengatakan tidurnya teratur. Jam tidur malam : 6-7 jam/hari
Dan jam tidur siang : 2-3 jam/hari
b. Selama Sakit:
a. Sebelum Sakit:
b. Selama Sakit:
S : pasien mengatakan penglihatan dan pendengarannya kurang baik.
a. Sebelum Sakit:
berdagang.
b. Selama Sakit:
a. Sebelum Sakit:
b. Selama Sakit:
a. Sebelum Sakit:
b. Selama Sakit:
a. Sebelum Sakit:
b. Selama Sakit:
Pasien mengatakan cukup kesulitan untuk beribadah dan hanya
bisa berdoa saat ada masalah.
a. Sebelum Sakit:
b. Selama Sakit:
a. Sebelum Sakit:
b. Selama Sakit:
1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran: Composmentis / 15 (E : 4, M : 6, V : 5)
b. Tanda-Tanda Vital
2) Nadi
a) Frekuensi : 97 x permenit
b) Irama : Teratur
c) Kekuatan : Kuat
3) Pernafasan
4) Suhu : 36°C
2. Kepala
a. Bentuk Kepala: Simetris, tidak ada benjolan.
3. Muka
a. Mata
b. Hidung:
c. Mulut:
e. Telinga:
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris.
b. Jantung
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada jejas, luka, lesi, dan benjolan.
Perkusi : Pekak.
6. Abdomen
Perkusi : Timpani.
9. Ekstremitas
a. Atas
1) Kekuatan otot kanan dan kiri: 5 (bagus)
b. Bawah
Keterangan
Tanggal dan Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil
Hasil
-Untuk
2. Omeprazole 1x1 -omeprazole
golongan obat
mengatasi
Cairan IV
1. NaCl 500 / 24jam -Nacl golongan -Untuk
logam alkali
mengembalikan
Kandungan:
keseimvangan
Natrium klorida
elektrolit
0.99, aqua pro
injeksi hingga
100ml
VII. ANALISA DATA
Hari/Tgl/ Diagnosa
No Data Fokus Masalah Ttd
Jam Keparawatan
1. Senin, 26-6-23 Pola napas Pola napas tidak efektif
DS :
11.24 WIB tidak teratur
Pasien mengatakan sulit untuk
bernapas dan kepalanya sedikit
pusing. Tidak ada nyeri yang
dirasakan, pasien tidak dapat
tidur karena sesak (dipsnea)
DO :
-pasien terlihat terengah engah
dan berusaha untuk bernapas.
RR : 24x/menit
SPO2 : 98%
-pasien menggunakan otot
bantu pernapasan
-pola napas abnormal
(takipnea)
-pasien menggunakan alat
bantu pernapasan (RM)
12L/menit
DS :
2 Selasa, 27-06-23 Pasien mengatakan kesulitan Pola napas Gangguan pertukaran gas
09.45 WIB untuk bernapas (dipsnea). tidak teratur
Tidak ada nyeri yang
dirasakan tetapi kepalanya
sedikit pusing. Sesak yang
dirasakan akan bertambah
jikapasien dalam posisi
terlentang.
DO :
-pasien terlihat kesusahan
untuk bernapas.
RR : 23x/menit
P CO2 : 20.4 mmhg
P O2 :114.6 mmhg
pH : 7.469
-Pernapasan Takipnea
-Terpasan oksigen
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen jalan napas (1.01011)
keperawatan selama 3x24 jam, masalah pola Observasi :
napas tidak efektif dapat teratasi dengan 1. Monitor pola napas
kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
1. Pola napas berada difrekuensi Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
16-20x/menit
2. Tidak menggunakan otot bantu Terapeutik :
pernapasan 1. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Napas sudah tidak sesak 2. Berikaan minum hangat
3. Berikan oksigen, jika perlu
Hari/ No
Implementasi Respon Ttd
Tgl/Jam Dx
Senin,26-06-23 1 dan 2 - Memonitor pola napas S: pasien mengatakan sesak
11.27 WIB napas sedikit berkurang
O: Setelah dilakukan
implementai, pasien dapat
bernapas sedikit lebih teratur.
- Pola napas takipnea
- Terpasang RM 12lpm
- RR : 24x/menit
Hari Kedua
Selasa, 27-06-23 1,2 - Memonitor pola napas S: pasien mengatakan sesak napas
08.03 WIB sedikit berkurang.
O: setelh dilakukan implementasi,
pasien dapat bernapas sedikit lebih
teratur.
- Pola napas takipnea
- Terpasanng RM 12lpm
- RR : 22x/menit
08.11 WIB 1 - Memonitor bunyi napas tambahan S: pasien mengatakan sesak napas
- Memberikan minum hangat sedikit berkurang
- Posisikan fowler O: Setelah dilakukan implementasi
pasien dapat bernapas sedikit teratur.
- Tidak ada bunyi napas tambahan
Hari/ No
Implementasi Respon Ttd
Tgl/Jam Dx
Rabu, 28-06-23 1,3 - Memonitor pola napas S: pasien mengatakan sesak
09.50 WIB napas sedikit berkurang.
O: setelah dilakukan
implementasi, pasien dapat
bernapas sedikit lebih teratur.
- Pola napas takipnea
- Terpasanng RM 12lpm
- RR : 23x/menit
VIII.CATATAN KEPERAWATAN
TD : 135/85 mmhg
N : 97x/menit
RR : 24x/menit
S : 36°C
A: masalah pola napas tidak efektif belum teratasi
P: intervens dilanjut dengan :
- Monitor pola napas dan bunyi napas tambahan
- Berikan minum hangat
- Memposisikan Fowler
TD : 120/60 mmhg
N : 94x/menit
RR : 22x/menit
S : 36°C
A: masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian
P: intervensi dilanjut dengan:
- Monitor pola napas dan bunyi napas tambahan
- Berikan minum hangat
- Memposisikan Fowler
TD: 135/85mmhg
N: 97x/menit
RR: 24x/menit
S: 36°C
PCO2: 24.5mmhg
PO2: 64.0mmhg
PH: 7.440
SPO2: 95.40%
TD: 120/60mmhg
N: 94x/menit
RR: 23x/menit
S: 36°C
PCO2: 20.4mmhg
PO2: 114.6mmhg
PH: 7.469
SPO2: 99.90%
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan praktik keperawatan di RSUD Pasar Rebo di ruang cempaka pada Ny. S
datang dengan keluhan sesak nafas dan pusing, setelah dilakukan pemeriksaan AGD dengan
hasil sebagai berikut: PH: H 7.440, PCO2: L 24,5 mmHg, PO2: L 64,0 mmHg, TCO2: L 18
mmol/L, BE (B): L -5,30 mmol/L, saturasi O2: N 95,40%. Klien kemudian dilakukan asuhan
keperawatan secara komprehensif yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berikut pembahasan tentang kasusu yang didapat dari asuhan pada pasien Ny. S:
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada studi kasus nyata pada pasien Ny. S,
yaitu:
1) Pola nafas tidak efektif
2) Gangguan pertukaran gas
C. Perencanaan
Keperawatan yang direncanakan pada pasien dengan ppok menggunakan buku
pedoman dari PPNI yaitu SLKI-SIKI dengan langkah pertama menetapkan tujuan dan
kriteria hasil menggunakan pedoman SLKI (PPNI) sedangkan dalam merencanakan
perencanaan keperawatan digunakan SIKI (PPNI). Adapun perencanaan yang
diberikan pada Ny. S adalah: intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawatan
yang pertama menajemen jalan nafas tujuan dan kriteria hasil seperti pola napas
membaik, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, dispnea membaik. Adapun
intervensi yang diberikan yaitu monitor pola napas, monitor bunyi napas tambahan,
posisikan semi fowler atau fowler, berikan minum hangat, berikan oksigen.
Selanjutnya untuk diagnosa kedua tindakan yang dilakukan yaitu meliputi
ketidakstabilan glukosa darah adapun tujuan dan kriteria hasilnya yaitu pasien
tidakterlihat lemas dan lelah, kadar glukosa darah di batas normal. Intervensi yang
dilakukan meliputi monitor kadar glukosa darah and berikan cairan peroral.
Selanjutnya ada intervensi untuk diagnosa ketiga dengan tujuan dan kriteria
hasil Dipsnea membaik, pola napas membaik, PCO2 membaik, PO2 membaik dan PH
membaik. Untuk intervensinya meliputi monitor pola napas, auskultasi bunyi napas,
monitor saturasi oksigen, monitor efektivitas terapi oksigen (analisa gas darah).
D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivitas perawat dalam
membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai hasil
yang diharapkan dari pasien (Pangkey et Al, 2021).
Implementasi yang dilakukan pada pasien dispnea yaitu meliputi perencanaan
yang telah direncanakan menurut SIKI sehingga pada kasus Ny. S penulis langsung
memberikan implementasi berdasarkan perencanaan yang telah direncanakan. Adapun
implementasi yang didapatkan pada Ny. S adalah: implementasi sebagian besar sudah
dilakukan sesuai dengan perencanaan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan di mana pada
dokumentasi ini akan membandingkan secara sistematis dan terencana tentang
Kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan
yang dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga Kesehatan lainnya
(Pangkey et Al, 2021).
Evaluasi dilakukan pada Ny. S didapatkan kondisi membaik dengan data sebagai
berikut:
1. Diagnosa I
S: pasien mengatakan sesak
O: pasien terlihat kesulitan untuk bernapas. Pasien menggunakan otot bantu
pernapasan, terpasang RM 12 lpm, dan pola napas takipnea TD: 129/73 mmHg, nadi:
82x/menit, RR: 23x/menit, Suhu: 36
A: masalah pola napas tidak efektif belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
2. Diagnosa II
S: pasien mengatakan masih sesak.
O: pasien terlihat sulit bernapas. Menggunakan otot bantu, terpasang RM 12lpm,
dan pola napas takipnea. TD: 129/73 mmHg, Nadi: 84x/menit, RR: 23x/menit, Suhu:
36, PCO2 : 20.4mmHg, PO2 : 114.6mmHg, pH : 7.469, SPO2 : 99.90%
A: Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari yang dimulai
pada tanggal 26-28 Juni 2023 yang diberikan pada pasien Ny. S yang mengalami
dispnea kesimpulannya sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian subjektif dan objektif pada Ny. S adalah pasien mengeluh sesak
dan pusing, mual dan muntah. Pasien terpasang RM.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatanyang muncul pada asuhan keperawatan ini adalah pola
napas tidak efektif, gangguan pertukaran gas dan ketidakstabilan glukoa darah.
3. Perencanaan
Perencanaan yang disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang di temukan
saat pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara perencanaan secara teori
maupun secara kejadian dilapangan pada diagnose yang sama. Pada diagnosa
yang sama perencanaan disesuaikan dengan diagnose yang sama.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan intervensi atau perencanaan yang telah
ditemukan hambatan dalam proses pelaksanaan dikarenakan dukungan keluarga
dan sikap kooperatif pasien.
5. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan menunjukan bahwa dari 2 diagnosa, masalah belum
teratasi dengan 2 diagnosa, yaitu:
a. Diagnosa I
S: Pasien mengatakan masih merasakan sesak
O: Pasien masih terlihat kesusahan untuk bernapas
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
b. Diagnosa II
S: pasien mengatakan masih merasakan pusing
O: masih terpasang oksigen
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan
B. Saran
1. Bagi rumah sakit dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan
kepada pasien hendaknya rumah sakit terus meningkatkan pengetahuan tenaga
perawat dan tenaga medis lainnya dengan melaksanakan pelatihan atau seminar
untuk perawat dan juga menyediakan fasilitas yang sesuai dengan standar
prosedur Tindakan keperawatan dan untuk mendapatkan peningkatan.
2. Bagi mahasiswa selanjutnya agar dalam melakukan asuhan keperawatan
dilakukan mulai pasien masuk sampai pasien pulang sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Mendoza, M. J. L., Ting, F. I. L., Vergara, J. P. B., Sacdalan, D. B. L., & Sandoval-
Tan, J. 2020. Fan-on-Face Therapy in Relieving Dyspnea of Adult Terminally Ill Cancer
Patients: A Meta-Analysis. Asian Journal of Oncology, 6(02), 88–93.
https://doi.org/10.1055/s-0040-1713332
Kako, J., Morita, T., Yamaguchi, T., Kobayashi, M., Sekimoto, A., Kinoshita, H.,
Ogawa, A., Zenda, S., Uchitomi, Y., Inoguchi, H., & Matsushima, E. 2018. Fan Therapy Is
Effective in Relieving Dyspnea in Patients with Terminally III Cancer: A Parallel-Arm,
Randomized Controlled Trial. Journal of Pain and Symptom Management, 56(4), 493–500.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2018.07.001
Wong, S. L., Leong, S. M., Chan, C. M., Kan, S. P., & Cheng, H. W. B. 2017. The
Effect of Using an Electric Fan on Dyspnea in Chinese Patients with Terminal Cancer: A
Randomized Controlled Trial. American Journal of Hospice and Palliative Medicine, 34(1),
42–46. https://doi.org/10.1177/1049909115615127
World Health Organization. (2020). Palliative Care. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/palliative-care
Ting, F. I. L., Barbon, C. E., Estreller, S., & Strebel, H. M. J. 2019. The FAFA (Fan on
Face) Trial: A Randomized Clinical Trial on the Effect of a Fan Blowing Air on the Face to
Relieve Dyspnea in Filipino Patients with Terminal Cancer. Annals of Oncology, 30(9).
https://doi.org/10.1093/annonc/mdz430
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.