Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN IKM-KP

Penugasan Kelompok

MATA KULIAH IKM-KP 3

KODE DAA62049 SKS 2 SEMESTER 6


DOSEN PENGAMPU Koordinator modul :
dr. Nuretha Hevy Purwaningtyas, M.Sc, Sp.KKLP
Penyusun:
1. Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes, Sp.KKLP
2. Dr. dr. Farida Rusnianah, M.Kes, Sp.KKLP
3. Dr. dr. Nanik Setijowati, M.Kes, Sp.KKL
4. dr. Nurul Hidayati, MSc., Sp.DLP
5. dr. Alidha Nur R., MSc, Sp.KKLP

BENTUK TUGAS WAKTU PENGERJAAN TUGAS

Case Based Group Work:


2 minggu
Analisis kasus

JUDUL TUGAS

Pengelolaan Masalah Kesehatan Individu menggunakan Prinsip Pendekatan Holistik dan Intervensi
Komprehensif di Layanan Primer

DASAR PEMIKIRAN

Peran utama dokter adalah memeliharan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Seorang dokter
harus mampu menjelaskan dan menerapkan ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu,
keluarga ataupun masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja
sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Dokter yang bekerja di layanan primer dituntut untuk
memiliki pemikiran yang sistematis, dengan pendekatan yang holistik terhadap kondisi yang dihadapi pasien
dan keluarga, sehingga mampu memberikan intervensi yang komprehensif.

Setiap pasien yang datang kepada Dokter Layanan Primer memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik dari
aspek fisik, mental dan spiritual, serta aspek lain yang berkontribusi terhadap kondisi pasien. Seringkali satu
pasien memiliki multipel diagnosis yang bisa jadi berupa komorbid atau komplikasi, dan hampir dapat
dipastikan bahwa kondisi yang melatarbelakangi pasien dan keluarga sangat berbeda. Dengan demikian,
pemahaman Dokter terkait hal ini diharapkan akan mampu memberikan penanganan yang spesifik (tailored)
untuk pasien dan keluarga. Prinsip intervensi komprehensif pada Kedokteran keluarga harus menggunakan
3 level pencegahan (pencegahan primer, sekunder dan tersier) yang ditujukan pada pasien (patient
centered), berfokus pada keluarga (family focused) dan berorientasi kepada masyarakat (community
oriented). Dengan pendekatan yang demikian, diharapkan terjadi penurunan angka morbiditas dan
mortalitas serta peningkatan pada kualitas hidup pasien dan keluarga.

1
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN PENUGASAN
1. Mahasiswa mampu menyusun mekanisme patofisiologi yang menegakkan diagnosis biomedis
Pasien yang melibatkan semua factor risiko yang ada
2. Mahasiswa mampu Menyusun Mandala of Health pada pasien
3. Mahasiswa mampu mengusulkan dan menjelaskan intervensi komprehensif yang meliputi terapi
farmakologis dan non-farmakologis

METODE PENGERJAAN TUGAS


1. Setiap kelas dibagi menjadi delapan kelompok. Mekanisme pembagian kelompok diserahkan pada
masing-masing kelas dan disarankan membuat kelompok baru (bukan kelompok PBL). PJ Kelas
menyampaikan daftar kelompok (meliputi nama ketua dan anggota kelompok) kepada dr. Harun Al
Rasyid, MPH sebagai PJMK IKM-KP 3 melalui WA atau email harun.alrasyid.fk@ub.ac.id paling lambat
17 Maret 2023.
2. Setiap kelompok melakukan analisis untuk satu kasus (kasus terlampir). Nomor kelompok
sesuai dengan nomor kasus yang dikerjakan. Misalnya, kelompok 1 akan mengerjakan kasus
1, demikian seterusnya.
3. Lakukanlah analisis bersama kelompok tentang:
a. Mekanisme patofisiologi yang menegakkan Diagnosis Biomedis Pasien (masukkan
semua faktor risiko pada pasien di dalamnya) - (diagnosis pasien menggunakan ICD-
10)
b. Mandala of Health pada kasus
c. Intervensi komprehensif yang meliputi terapi farmakologis dan non-farmakologis
4. Susunlah laporan penugasan dengan sistematika
a. Patofisiologi penyakit sesuai kasus
b. Mandala of health dan penjelasannya (termasuk factor risiko didalamnya)
c. Diagnosis penyakit (berdasarkan ICD-10)
d. Usulan terapi farmakologis
e. Usulan terapi non-farmakologis
5. Tugas kelompok yang dikumpulkan ada dua yaitu laporan yang ditulis dengan MS Word dan
file presentasi kelompok (powerpoint).
6. Penulisan referensi (sitasi) menggunakan style Harvard

2
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
a. Obyek Garapan: Pengelolaan masalah kesehatan individu menggunakan pendekatan dokter
keluarga
b. Bentuk Luaran:
1. Tugas ditulis dengan MS Word (Arial 10 atau Calibri 11, spasi 1,5) sesuai dengan sistematika
penugasan, dengan format nama file: (IKMKP3_Tugas 1_[Kelas]_[Nomor kelompok])
maksimal 10 halaman
Contoh nama file: IKMKP3_Tugas 1_A_Kelompok 4
2. Di samping format Word, kelompok juga mempersiapkan Slide Presentasi PowerPoint,
terdiri dari : Text, grafik, tabel, gambar, animasi ataupun video clips, maksimum 15 slide.
Dikumpulkan dalam bentuk softcopy format ekstensi (*.ppt/.pptx), dengan format nama file
sama seperti di atas.
3. Kedua format laporan tugas diupload pada Google Classroom melalui penugasan oleh Ketua
Kelompok. Tugas hanya akan diassign ke Ketua. Jika ada perubahan harap menghubungi
PJMK IKM-KP3, dr Harun. Waktu pengumpulan tugas sesuai dengan tenggat waktu yang telah
ditetapkan.

INDIKATOR, KRITERIA, DAN BOBOT PENILAIAN


a. Laporan dalam Word (bobot 50%)
1. Analisis patofisiologi penyakit (20%)
2. Analisis Mandala of Health dan Faktor Risiko (30%)
3. Penetapan diagnosis (20%)
4. Terapi farmakologis dan non farmakologis (30%)

b. Slide presentasi (50%)


1. Presentasi disajikan secara runtut dengan struktur yang jelas dan mudah dipahami serta
disajikan dengan menggunakan grafis dan visual yang menarik (20%)
2. Presenter menjelaskan dengan suara yang jelas pengucapan dan kontak mata yang baik (20%)
3. Kelompok mampu mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif dan menarik
(20%)
4. Mampu menjawab pertanyaan audience dan penguji dengan baik dan sesuai dengan teori yang
ada (40%)

c. Plagiasi : setiap bentuk plagiasi adalah pelanggaran etika ilmiah dan etika sivitas akademika. Pastikan
dikerjakan dengan menggunakan teknik parafrasing (bukan cut and paste), mengutip dan
menuliskan referensi dengan tepat. Apabila ditemukan plagiasi (baik dengan pembanding antar
kelompok maupun publikasi lain), maka sangsi minimal adalah nilai penugasan dibatalkan (0) untuk
semua anggota kelompok yang terlibat plagiasi. Sanksi lebih tegas lain dapat dipertimbangkan untuk
diberikan sesuai dengan pertimbangan Kepala Departemen dan Ketua Program Studi.

DEADLINE PENUGASAN: Senin, 27 Maret 2023, pukul 15.00 WIB

3
LAMPIRAN KASUS

Kasus 1
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke klinik di Kota Malang dengan diantar oleh Ibunya, dengan
keluhan nyeri dan keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya, nyeri dirasakan sangat
mengganggu (skala 7 dari 10), namun setelah keluar cairan dari tellinga, rasa nyeri berkurang dan pasien lebih tenang.
Seminggu sebelumnya, pasien mengalami batuk pilek dan nyeri telan, yang menurut ibu pasien tertular dari adik-
adiknya yang juga mengalami batuk pilek sebelumnya. Saat itu Ibu pasien tidak memberikan obat-obatan tertentu
kepada pasien, selain madu dan zaitun. Karena kondisi pasien tidak kunjung membaik, Ibu pasien membawa pasien
periksa setelah terjadi nyeri telinga tersebut. Saat ini, gejala yang dialami pasien adalah batuk berdahak (warna putih),
pilek (cairan warna bening), nyeri tenggorokan, nyeri telinga dan keluar cairan bening dari telinga.
Ibu pasien memiliki kebiasaan membersihkan telinga dengan cotton bud. Saat ditanyakan riwayat trauma pada
telinga disangkal, riwayat berenang atau kemasukan air pada telinga disangkal, riwayat berpergian keluar kota
disangkal, riwayat kontak dengan pasien covid disangkal dan riwayat nyeri gigi disangkal.
Pasien sebelumnya pernah mengeluhkan nyeri telinga pada tahun 2019, tetapi tidak sampai mengeluarkan cairan.
Pasien mengatakan mendapatkan obat minum dan obat tetes telinga dan keluhan membaik.
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien merupakan anak yang aktif, penurut dan dekat dengan
keluarga. Pasien dikatakan suka bermain dengan adik-adiknya. Biasanya pasien suka bermain dengan anak sebaya.
Namun dikarenakan pandemi ini, pasien dibatasi untuk bermain dengan anak-anak sebaya di luar rumah. Pasien juga
suka bercerita tentang kegiatan sekolahnya atau cerita hal lain. Anak kedua (adik pertama pasien) merupakan
perempuan berusia 6 tahun dan anak ketiga (adik kedua) merupakan laki-laki berusia 5 tahun. Pasien tinggal dirumah
bersama ibu, ayah, kedua adiknya, dan nenek dari ibu pasien. Hubungan dengan tetangga pasien juga dikatakan baik.
Ayah pasien bekerja sebagai penyuplai logistik pada suatu CV yang bergerak dalam renovasi rumah dan kadang
bekerja sebagai tukang bangunan. Ibu pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga berasal
dari ayah pasien sekitar Rp. 1.600.000 perbulan ditambah dengan gaji pensiunan nenek pasien kurang lebih Rp.
2.000.000. Pendapatan pasien dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di keluarga pasien tidak ada
yang merokok dan minum alkohol. Pasien dikatakan lebih dekat dengan ayahnya. Pasien dari kecil diasuh oleh kedua
orang tua pasien. Pasien sering tidur bersama dengan adik-adiknya atau dengan ayah dan ibunya. Pasien biasa makan
tiga kali sehari dengan lauk bermacam-macam seperti sayur, telur, tempe, dan tahu ayam. Pasien dikatakan gemar
meminum minuman dingin dan suka memakan es batu. Selama pandemi, keluarga pasien mematuhi protokol
kesehatan COID-19. Apabila keluar rumah menggunakan masker dan menghindari kerumunan. Namun, ayah pasien
bekerja sebagai tukang bangunan sehingga berkumpul dengan rekan kerjanya ketika bekerja. Rumah pasien terdiri
dari 3 kamar tidur. Setiap ruangan memiliki ventilasi yang baik. Kamar pertama berukuran 4x4 meter, kamar kedua
dan ketiga berukuran 3x3. Kamar ketiga ditempati oleh nenek pasien. Kamar pertama dan kedua ditempati oleh ayah,
ibu, pasien dan adik pasien tetapi untuk penempatannya berubah-ubah. Ibu pasien mengatakan setiap hari minimal
1 kali dilakukan bersih-bersih rumah, seperti menyapu dan mengepel sehingga kondisi rumah tetap bersih. Di rumah
pasien untuk keseharian memasak menggunakan kompor gas.
Pasien dilahirkan secara SC pada usia kandungan 38 minggu oleh Sp.OG karena panggul sempit dan saat lahir pasien
langsung menangis, tidak biru dan tidak memiliki kelainan kongenital dengan berat badan lahir 3.400 gram. Ketika
bayi pasien hanya mengkonsumsi susu formula.

Pada Pemeriksaan Fisik didapatkan: Status Lokalis:


Pasien Nampak sakit ringan, GCS 456 Compos Mentis,
dengan HR: 96 x/menit, RR : 18 x/menit, SpO2 : 98%
pada Udara Ruangan, Suhu : 37,2 C.
Status Gizi: TB : 123 cm (persentil 25), BB : 22 Kg
(persentil 25), Status gizi : Gizi baik

4
Family assessment:
Keluarga pasien merupakan keluarga campuran (extended family) karena di dalam rumah pasien terdapat ayah, ibu,
pasien, adik ke-1 dan ke-2 pasien, serta nenek dari ibu pasien.
Tahap keluarga pasien menurut Duvall’s Eight Stage of Family Life Cycle adalah tahap IV yaitu schooler Family anak
tertua berusia 8 tahun.
Family APGAR Score tidak dilakukan
Family SCREEM tidak dilakukan

5
Kasus 2

Pasien seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke klinik dengan keluhan susah tidur karena selalu merasa ingin
kencing saat malam hari. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 2 minggu ini. Selain itu pasien mengatakan bahwa
dia sering sekali merasa lapar, dan sering kehausan. Walaupun sering makan dan minum, pasien mengatakan
bahwa akhir-akhir ini berat badannya menurun. Selain itu pasien merasa cepat lelah dan ingin selalu tiduran atau
berbaring saja di rumah.
Dokter di klinik melakukan pemeriksaan tanda vital dan didapatkan TD 185/80, N 78x/menit, RR 16x/menit. Dokter
juga melakukan pemeriksaan Gula Darah Sewaktu dan didapati GDS 305 mg/dL. Selain itu, pada pemeriksaan
antropometri didapatkan TB pasien 160 cm dan BB pasien 80 kg.
Selain melakukan anamnesis terkait keluhan dan pemeriksaan fisik, dokter juga menggali kehidupan sosial pasien.
Pasien tadinya adalah seorang guru yang baru 2 tahun ini pensiun. Selepas pensiun, pasien hanya di rumah saja,
membantu istrinya dan terkadang berkebun di rumah. Pasien menyampaikan bahwa dirinya merasa bingung
karena tidak ada aktivitas lagi selepas pensiun. Pasien memiliki 2 orang anak yang selisih usianya berjarak cukup
jauh. Anak pertama perempuan berusia 20 tahun dan masih kuliah di tingkat 3 sedang anak kedua laki-laki berusia
10 tahun dan masih sekolah di kelas 4 SD. Istri pasien juga seorang guru PNS yang masih aktif bekerja. Pasien
mengakui cukup stress karena masih harus menanggung biaya pendidikan anak-anaknya.
Terkait dengan kehidupan sehari-harinya, pasien mengakui bahwa dirinya dalam hal makan, tidak pernah
berpantang makanan karena mengira dirinya sehat-sehat saja. Makanan yang digemari pasien adalah jenis
makanan gorengan (pasien hampir setiap hari beli gorengan di warung sembari ngopi dan merokok), termasuk
kerupuk (pasien tidak bisa makan tanpa lauk kerupuk). Pasien juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
olahraga, karena dulu tidak ada waktu. Saat ini pasien mengaku tidak suka OR karena tidak terbiasa. Pasien juga
memiliki kebiasaan merokok sejak dia SMA. Dalam sehari pasien menghabiskan 1 pack rokok, terutama ketika
pasien sedang ngopi bersama kawan-kawannya di warung.
Dokter menggali Riwayat keluarga pasien, terutama dari orang tua pasien. Pasien mengatakan bahwa ayahnya dulu
meninggal mendadak. Pasien mengatakan ayahnya sehat-sehat saja dan tidak pernah ada keluhan, namun disaat
meninggalnya, Ayah pasien mengalami nyeri dada kiri, lalu tidak sadar dan meninggal. Pasien tidak mengetahui
apakah Ayahnya memiliki sakit tekanan darah tinggi atau penyakit gula atau sakit apapun. Ibu pasien baru saja
meninggal pada usia 80 tahun, dengan riwayat sakit kencing manis.
Pemeriksaan keluarga (Family Assessment) didapatkan Family APGAR Score 6 yang menunjukkan moderately
dysfunctional family. Pada observasi Family SCREEM didapatkan kondisi patologis dari aspek sosial, yaitu pasien
sangat aktif di masyarakat dan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian, tahlilan, pertemuan warga dll
dimana pada acara tersebut suguhan makanan merupakan jenis-jenis makanan yang manis dan gurih (gorengan).
Selain itu juga dari aspek Edukasi, walaupun pasien memiliki tingkat Pendidikan cukup baik (lulusan S2) namun
pemahaman dalam bidang Kesehatan terbatas. Family genogram pada pasien sebagai berikut:

6
Kasus 3

Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal pada tungkai kaki kirinya. Gatal
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu dan dirasakan semakin meluas. Awalnya, pasien tidak memberikan obat apapun
pada gatalnya itu, namun karena dirasa makin meluas dan makin gatal, pasien mencoba mengoleskan lengkuas ke
ruam gatalnya tersebut. Namun bukannya semakin membaik, pasien merasa semakin gatal dan panas pada ruam
tersebut. Menurut pasien, di dalam rumahnya hanya dia yang mengalami sakit ini. Pasien sering bertukar handuk
dengan anggota keluarga yang lainnya.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan bahwa dirinya punya sakit kencing manis. Penyakit ini dikatakan pasien sudah sejak 10 tahun
yang lalu, dan pasien selalu rutin kontrol ke Puskesmas. Pasien mendapat obat metformin yang diminum 2x1 setiap
hari dan glibenclamide yang diminum 1x1 setiap pagi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:

Tensi: 130/80 mmHg


Nadi: 78x/menit
Respirasi: 17x/menit
TB: 150cm
BB: 80 kg
BMI: 35,6 (severely obese)

Status Lokalis:
Pada tungkai bawah kanan bagian medial ditemukan
ruam/lesi kemerahan yang aktif pada bagian pinggir,
dengan batas jelas, terdapat skuama pada bagian
yang aktif.

Riwayat sosial:
Pasien tinggal bersama dengan Suami, Anak satu-satunya dan Ibunya. Sehari-hari Pasien adalah seorang Ibu rumah
tangga yang juga berperan sebagai pencari nafkah. Suami pasien mengalami sakit yang menyebabkan tidak bisa
bekerja dan hanya menggantungkan hidupnya pada istri dan anaknya. Pasien memiliki 1 orang anak perempuan yang
berusia 25 tahun, yang sudah bekerja, namun belum menikah dan masih tinggal bersama. Sehari-hari pasien bekerja
dengan membuat kerajinan tangan yang dijual secara online. Penghasilan rata-rata pasien dan anaknya berkisar Rp
2.500.000,- per bulan, dimana jumlah tersebut masih kurang untuk menanggung beban 4 orang dalam rumah
mereka.
Rumah pasien berukuran sekitar 10x10m2 dan dihuni oleh 4 orang. Kondisi rumah cenderung lembab, minim ventilasi
sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan kurang. Rumah pasien dengan rumah tetangga kanan dan kirinya
berdempet dan lantai rumah pasien masih berupa plester.
Pada Family Assessment didapatkan:
• Bentuk keluarga : extended family (dimana terdapat suami, istri (pasien), anak dan ibu dari pasien)
• Family stage sesuai DUVAL : stage 5 menuju 6 (anak sudah dewasa namun belum menikah)
• Family Genogram sebagai berikut:

7
• Family APGAR Score : 6 yang menunjukkan kurangnya dukungan keluarga
• Family SCREEM sebagai berikut:
Social : -

Cultural : percaya bahwa dengan mengoles lengkuas akan menyembuhkan gatalnya

Religi : -

Ekonomi : Tingkat ekonomi rendah sehingga cenderung mengabaikan gejala penyakit pada saat
awal dan baru datang ke fasilitas Kesehatan saat sudah memburuk

Edukasi : Tingkat Pendidikan dan pengetahuan pasien dan keluarga terkait penyakitnya kurang

Medical : Tidak bisa menggunakan BPJS karena tidak mampu membayar iuran bulanan

Kondisi pasien saat kontrol ke Puskesmas:


Pemberian terapi dengan miconazole salep, 2 dd ue
selama 5 hari

8
Kasus 4

Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke klinik dengan keluhan sakit kepala dan terasa kaku di bahu dan leher.
Pasien merasa sakit kepala di kedua sisi seperti diikat atau ditekan disertai kaku di bahu hingga leher, tidak berdenyut,
keluhan muncul seminggu sekali akhir-akhir ini, dan bisa berlangsung hingga 3 hari, sakit kepala tidak diperberat oleh
aktivitas sehari-hari pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, mual (-), muntah (-), fotofobia (-), fonofobia (-
), pasien mengaku sakit kepalanya sedikit membaik dengan kompres hangat. Pasien juga mengeluhkan rasa tidak
nyaman di lambung yang hilang timbul sejak 30 tahun yang lalu, rasa tidak nyaman meliputi pasien sering sendawa
dan terasa perih di ulu hati, sensasi panas di dada (-), rasa makanan naik kembali ke kerongkongan (-). Rasa tidak
nyaman di lambung timbul saat pasien telat makan dan mengonsumsi makanan pedas atau ketan. Pasien pernah
melakukan medical check up mandiri dan didapatkan hasil dislipidemia pada pemeriksaan darah lengkap ((+/-) 1
minggu yang lalu). Pada USG abdomen tidak ditemukan kelainan organ dalam abdomen. Pada ekg ditemukan aritmia
tanpa gejala, namun saat diperiksa CT Angiography tidak didapatkan kelainan jantung (2020). Pasien merasa khawatir
bahwa sakitnya ini akan mempengaruhi kualitas hidupnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien Memiliki riwayat vertigo yang mengganggu sejak 2020. Vertigo terasa seperti pusing berputar saat sujud atau
berubah posisi, DM (-), HT (-). Pasien mengira sakit kepalanya saat ini disebabkan oleh vertigonya. Setelah muncul
gejala vertigo, pasien memutuskan untuk melakukan general check up meliputi pemeriksaan darah lengkap, USG
abdomen, ekg, dan stress test. Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan dislipidemia. Pada USG abdomen tidak
ditemukan kelainan organ dalam abdomen. Pada ekg ditemukan aritmia, namun saat diperiksa CT Angiography tidak
didapatkan tanda sumbatan pembuluh darah jantung maupun iskemik pada jantung sehingga diperkirakan ada
masalah kelistrikan namun pasien tidak pernah merasakan keluhan pada dada maupun rasa cepat lelah saat
beraktivitas. Kadar asam urat cenderung tinggi (+), kadar kolesterol cenderung tinggi (+).
Riwayat Keluarga (Family History)
Keluhan serupa tidak dialami keluarga lainnya. Riwayat penyakit kronis pada keluarga meliputi ibu pasien yang
memiliki DM Tipe 2, ayah pasien meninggal pada 2018 dikarenakan pneumonia dengan riwayat BPH, dan ketiga anak
pasien memiliki alergi terhadap susu sapi sewaktu kecil. Isteri pasien mengalami migrain yang biasanya terjadi saat
menstruasi.
Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai PNS di Universitas Negeri Malang, Pasien memiliki riwayat pendidikan D3 dan S1 Teknik Mesin,
dilanjutkan S2 Manajemen. dikarenakan tanggung jawab cukup besar. Pasien merupakan suami dan ayah yang
memiliki 3 anak perempuan, memiliki keluarga yang harmonis dan cukup religius. Anak pasien yang tertua berusia 18
Tahun. Pasien cukup aktif dalam kegiatannya bersama tetangga di sekitar rumah, serta terkadang masih berolahraga
dengan teman-temannya. Pasien bekerja di kantor, sering bekerja di depan laptop, terkadang bekerja di luar kantor
saat ada tugas atau kunjungan ke tempat lain, Stress (+) sesekali saat terdapat banyak pekerjaan di kantor, pasien
agak sulit memulai tidur namun masih merasa tidurnya cukup, Merokok(-), pasien sudah cukup meminum banyak
air, yaitu 3 gelas di pagi hari dan 4 gelas saat di kantor belum termasuk yang berasal dari makanan pasien.
Riwayat pengobatan
Pasien pernah meminum obat omeprazole, antasida dan scopma plus untuk dispepsianya, serta pernah meminum
dexamethasone dan natrium diclofenac untuk kaku lehernya namun masih belum berkurang sensasi kaku di leher,
bahu dan pusing di kepalanya.
Review of system
Pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan lain. Keluhan gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, maupun
BAB atau BAK yang terganggu disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis GCS 15 (Compos Mentis) ; Tekanan Darah : 120/80 mmHg ; HR : 76x/menit ; RR : 15 x/menit ; SpO2
: 96% on room air ; Temp : 36,3*C
Kepala / Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Thorax: dalam batas normal

9
Abdomen: dalam batas normal
Status Gizi ➔ BB : 73 kg ; TB : 172 cm ; IMT : 24.7 kg/m2 ➔ overweight

Family Assessment

Merupakan keluarga inti (nuclear family), tahapan Duvall stage 5 yakni keluarga dengan anak remaja (anak tertua 13-
20 tahun).
Family APGAR Score 6 ➔ keluarga pasien termasuk ke dalam kategori moderately functional family.
Family SCREEM tidak ditemukan hal yang patologis.

10
Kasus 5
Seorang anak laki-laki berusia 16 tahun datang ke klinik dengan diantar oleh Ibunya dengan keluhan nyeri yang sangat
pada perut bagian bawah yang dirasa tembus sampai belakang sejak dini hari. Nyeri dirasakan mendadak saat pasien
sedang tidur. Nyeri memberat jika pasien bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat. Pasien langsung ke IGD
Puskesmas Kedungkandang dan mendapat obat anti-nyeri lalu diminta periksa di poli pagi harinya. Dari IGD semalam
pasien mendapatkan Asam Mefenamat 3x500mg dan Lansoprazole 1x30mg. Nyeri berkurang dengan obat anti-nyeri
tersebut namun masih terasa. Keluhan demam (-), nyeri saat BAK (-), mual (-), muntah(-), keluhan BAB/BAK (-).
Riwayat terjatuh (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah terdiagnosa Hernia saat usia 5 bulan dan di operasi saat usia 2 tahun.
Riwayat keluarga:
Ayah pasien mempunyai riwayat batu saluran kemih, stroke ringan dan tekanan darah tinggi. Ibu pasien memiliki
riwayat darah tinggi saat hamil pasien dan adik pasien. Riwayat DM (-)
Riwayat Sosial:
Pasien merupakan siswa SMK kelas 1. Ayah pasien berkerja sebagai tukang parkir di Universitas Merdeka Malang.
Ibu pasien berkerja sebagai penjahit di rumah. Adik pasien merupakan siswa kelas 2 SD.
Pasien makan dalam porsi besar 3x sehari. Pasien senang makan pedas dan gorengan. Pasien jarang minum namun
sekali minum banyak. Pasien di sekolah sering menahan kencing karena tidak berani ijin ke kamar kecil saat pelajaran.

Pemeriksaan Fisik:
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 103 x/menit
Laju pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,0°C
TB : 165cm
BB : 95,9kg
BMI : 35,1 kg/m2 (Obesitas)

Pemeriksaan kepala, leher, thorax dalam batas normal


Pemeriksaan Abdomen didapatkan: Flat, supel, BU (+) normal, Nyeri ketok CVA D/S (+/-), nyeri tekan (+)

Pemeriksaan Penunjang ➔ Urinalisis:


PH : 5.0
Berat Jenis : 1.025
Warna : Kuning
Kekeruhan : +1
Albumin : (+1)
Sedimen: leukosit 2-4 plp, eritrosit 35-40 plp, epitel squamous +, kristal asam urat +

Family Assessment:
Bentuk keluarga merupakan keluarga inti.
Tahapan keluarga sesuai Duvall ➔ tahap 5 (family with teenagers)
Family APGAR Score: 10 ➔ highly functional family
Family SCREEM ➔ patologis pada aspek social (perumahan yang padat penduduk) dan ekonomi (tingkat ekonomi
menengah ke bawah)
Family Genogram sebagai berikut:

11
12
Kasus 6

Seorang perempuan berusia 52 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan BAB lebih dari 10x dalam sehari sejak
kemarin. Pasien datang ke Poli Puskesmas Kedungkandang dengan keluhan Buang air besar cair sejak 1 hari yang lalu.
Diare dialami >10x sebanyak ±50cc tiap diare dengan konsistensi lembek tidak disertai darah dan lender. Diare diobati
dengan obat entrostop 1x1 tablet yang dibeli sendiri di apotik , frekuensi dan jumlah diare berkurang menjadi 5-6
sebanyak ±20cc, namun diare buang air besar tetap cair. Diare tidak disertai dengan demam. Sebelum diare pasien
pergi ke Surabaya ada acara keluarga makan-makanan yang pedas. Pasien khawatir keluhan diare ini dikarenakan
makanan pedas yang kemarin.
Selain itu, pasien juga ingin kontrol gula darah karena sudah 5 bulan tidak mengecek gula darahnya. Pasien
terdiagnosis kencing manis sejak 10 tahun yang lalu. Saat itu pasien periksa ke Puskesmas dan hasil gula darah puasa
270mg/dL, pasien saat itu mengeluhkan berat badannya turun dari 60kg sampai 39 selama 2 tahun terakhir tanpa
diketahui penyebab pastinya, pasien mudah haus, dan pasien sangat mudah lapar. Pasien selama ini tidak
mengkonsumsi obat untuk kencing manis dan tidak rutin kontrol ke poli namun minum obat herbal (daun insulin).
Pasien mengeluhkan pandangan kabur pada mata kanan dan kirinya, namun tidak ada keluhan sesak, kesemutan,
nyeri dada, luka pada kaki, maupun keluhan BAK/BAB.
Pasien terdiagnosa diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu, namun tidak rutin kontrol ke poli.
Riwayat Keluarga:
Ayah pasien sudah meninggal ± 20 tahun yang lalu karena sakit yang tidak diketahui. Ibu pasien sudah meninggal ±
15 tahun yang lalu karena penyakit kencing manis. Suami pasien menderita diare juga.
Riwayat Sosial:
Pasien tinggal di sebuah perumahan dengan higienitas yang baik. Pasien biasa makan 3 kali sehari (nasi putih,
sayur, ayam atau ikan, jarang makan daging). Pasien suka makan-makanan manis, seperti jajanan pasar jika ada acara
syukuran di tetangga sekitar rumahnya, dan suka minum minuman manis seperti kopi dan dengan gula. Aktivitas
pasien di rumah menjaga toko dan mayoritas aktivitas duduk atau tidur, mengobrol dengan suami, dan menonton
televisi. Pasien tinggal serumah dengan suami dan satu anaknya. Pasien tidak pernah merokok.
Pasien memiliki satu orang anak perempuan. Anak pasien belum berkeluarga. Suami pasien bekerja sebagai
pedagang seperti pasien di rumahnya dan mengurus anak perempuan satu-satunya.
Suami pasien seringkali menasehati pasien untuk menjaga pola makannya tetapi pasien kadang masih makan dan
minum yang mengandung gula hingga sekarang. Suami pasien tidak menasehati pasien untuk rutin kontrol ke
puskesmas dan pasien merasa tidak butuh kontrol. Setelah 5 bulan tidak kontrol pasien baru menyadari bahwa
dirinya harus kontrol. Pasien kesulitan control karena waktu menjaga tokonya dari pagi hingga sore, sedangkan sore
hari puskesmas sudah tutup.
Pasien rutin mengikuti kegiatan PKK di kompleknya setiap hari Minggu. Pasien juga rajin beribadah. Hubungan pasien
dengan tetangga terjalin baik dan tidak ada masalah. Untuk kebutuhan ekonomi pasien, saat ini pasien masih bekerja
sebagai pedagang dengan penghasilan kurang lebih Rp 400.000-500.000/bulan.
Riwayat Pengobatan:
Pasien mengkonsumsi obat Glimepirid 1x4mg dan metformin 2x500mg untuk kencing manisnya.tetapi selama 5
bulan ini pasien tidak minum obat dan hanya minum obat herbal (daun insulin).

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Suhu : 36,5°C

Tekanan Darah : 130/70 mmHg TB : 150 cm

Frek. Nadi : 92 x/menit, reguler, kuat BB : 39 kg


angkat
Frek. Nafas : 20 x/menit Status Gizi : underweight

BMI : 17,3kg/m2
Kepala, leher, thorax dalam batas normal
Abdomen: Flat, supel, BU (+) meningkat

Pemeriksaan penunjang:
13
GDS 300 mg/dL, GDP 270 mg/dL GD2PP 288mg/dL

Family Assessment:
Bentuk keluarga: Keluarga Inti
Tahapan keluarga sesuai Duvall: tahap 4-5 ➔ Family with Teenagers (Oldest child 13-20 tahun)
Family Genogram:

Family APGAR Score ➔ 9 ➔ Highly functional family


Family SCREEM ➔ didapatkan kondisi patologis dalam aspek ekonomi (low level economy)

14
Kasus 7

Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh Ibunya, dengan keluhan batuk berdahak.
Keluhan batuk sejak lebih kurang 3 minggu yang lalu. Batuk berdahak dan sulit keluar, kental dan berwarna putih.
Tidak didapatkan darah pada dahak. Pasien belum diberikan obat maupun diperiksakan ke dokter mengenai
keluhannya ini. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam naik turun sejak 1 minggu sebelum berobat ke
Puskesmas. Pasien sudah diberikan obat paracetamol, demamnya turun 1-2 hari, tetapi naik lagi. Ketika diperiksakan
ke Puskesmas pasien merasakan demam sumer-sumer. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sejak 3
minggu terakhir serta berat badan pasien cenderung menurun. Sebelum batuk berat badan pasien 23 kg, ketika
berobat ke Poli Umum Puskesmas berat badan pasien 19 kg. Tidak didapatkan sesak maupun berkeringat pada malam
hari.
Pasien memiliki riwayat muntaber saat berumur 3 tahun, dan pernah terkena infeksi paru pada usia 5 tahun dan
meminum obat untuk penyakit paru tersebut selama 2 bulan. Ibu pasien lupa nama obatnya.
Paman pasien didiagnosis TB 2 bulan yang lalu dan sedang dalam masa pengobatan untuk penyakitnya.
Riwayat Sosial:
Pasien tinggal serumah dengan orangtua, adik, nenek, kakek, paman, bibi dan 2 orang adik sepupunya. Pasien
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Ayah pasien sehari-hari bekerja sebagai sopir ojek online sedangkan ibu
pasien bekerja sebagai pegawai tata usaha di SLB Putra Jaya. Sehari-hari pasien dirawat oleh ibu, kakek dan neneknya.
Ayah dan paman pasien merupakan seorang perokok.
Aktivitas pasien sehari-hari bersekolah di sebuah SD Negeri. Pada waktu luangnya pasien sehari-hari bermain dengan
teman-temannya dan menghabiskan waktu bersama keluarganya. Pasien biasa makan 3 kali sehari dengan menu
nasi, nugget, tahu, tempe, ayam, telur. Ibu pasien mengatakan untuk sayuran pasien hanya mau makan sayur sop
atau sayur bayam, dan jarang mengkonsumsi buah-buahan karena tidak suka. Di sekolah pasien sering jajan permen,
cokelat, gorengan, snack kemasan maupun minuman berwarna. Dalam sehari pasien mengonsumsi air sebanyak
sekitar 5 gelas. BAB di toilet duduk, BAB bisa sekali sehari atau 2 hari sekali, konsistensi tidak keras dan tidak lembek
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tetangga dan lingkungan di sekitarnya. Pasien dikenal sebagai anak yang
ceria dan aktif dilingkungan sekitar tempat tinggalnya. Pasien tinggal di pemukiman yang jarak antar rumahnya rapat
dengan higienitas yang cukup baik. Tetapi untuk rumah pasien sendiri ventilasi dan pencahayaannya kurang baik.

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum : Baik TB : 120 cm
Suhu: 36,8°C BB : 19 kg
Frek. Nadi: 95x/menit, regular, kuat Status Gizi : BB/TB : P5-P10 (Anak dengan gizi kurang)
Frek. Nafas: 18x/menit
Tekanan Darah :tidak dilakukan pengukuran

Kepala, leher dalam batas normal


Thorax: simetris, stem fremitus D=S, sonor, rh +/+ pada lapang paru bagian atas D et S, Wheezing -/-
Abdomen dalam batas normal

Family Assessment:
Bentuk Keluarga: extended family
Tahapan Keluarga sesuai Duvall ➔ tahap IV : keluarga dengan anak sekolah
Family APGAR Score tidak dievaluasi
Family Genogram:

15
16
Kasus 8

Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada punggung bagian bawah. Nyeri
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, dimana dirasakan terutama pada saat duduk dan/atau mengangkat beban. Nyeri
dirasakan seperti kaku, berat, tidak terlalu tajam dan tidak menjalar dengan tingkat keparahan nyeri 4 dari skala nyeri
1-10. Nyeri ini dirasakan berangsur membaik ketika istirahat berbaring. Selama 1 tahun ini pasien hanya berusaha
istirahat berbaring ketika keluhan nyeri punggung muncul dan meminum jamu “pegal linu” yang biasa diracik sendiri
oleh penjualnya dan dekat tempat kerja. Akan tetapi pasien khawatir karena nyerinya tidak kunjung membaik.
Riwayat Sosial:
Pasien dahulunya merupakan seorang kuli bangunan panggilan sejak berumur 17 tahun, mempunyai seorang istri
dan 5 orang anak yaitu anak pertama perempuan, anak kedua & ketiga & keempat anak laki-laki dan anak kelima
perempuan. Kesibukan sehari-hari pasien adalah bekerja sebagai kuli angkat barang serta sopir truk antar provinsi
yang sekali perjalanan perlu waktu 24-36 jam yang mana mayoritas aktivitasnya duduk dalam posisi membungkuk
saat mengendarai truknya. Istri mendukung kesehatan pasien dalam memeriksakan diri ke puskesmas. Pasien sering
mengkonsumsi jamu “pegel linu” serta kopi pada saat bekerja supaya keluhan nyerinya berkurang. Pasien juga
merupakan perokok aktif 1-2 pak perharinya. Secara ekonomi pasien merasa mendapatkan gaji pas-pasan cenderung
kurang dikarenakan gajinya hanya 1,5 juta perbulannya dengan lima orang anak. Selama ini bisa tercukupi
dikarenakan pasien ikut juga membantu dalam kuli angkut barang sehingga dapat tambahan gaji sekitar 500 ribu -1
juta tergantung banyaknya pekerjaan yang disanggupi.

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang TB : 168 cm
Suhu : 36,6°C BB : 55 kg
Tekanan Darah : 110/70 mmHg IMT : 19,5 kg/m2
Frek. Nadi : 60x/menit, reguler, kuat Status Gizi : BB normal
Frek. Nafas : 20 x/menit
VAS : 4/10
Kepala, Leher, Thorax, Abdomen dan Extrimitas dalam batas normal

Status neurologis:
GCS 456
Nervus Cranialis → normal
Reflek Fisiologis → normal
Reflek Patologis → normal
Motorik → normal
Sensorik → normal
Autonom → normal
Lasseque (-), bragard (-), sicard (-), patric (-), kontrapatric (-)
Tes provokasi:
Schober (ROM limitation (+))

Family Assessment:
Bentuk Keluarga:
Tahapan Keluarga sesuai Duvall ➔
Family APGAR Score ➔ 9 → Highly Functional Family
Family SCREEM
• Social: -
• Cultural: kebiasaan minum jamu
• Religion: -
• Economy: Low level economy
• Education: Low level education
• Medical: -

17
Family Genogram:

18

Anda mungkin juga menyukai