Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHEPALGIA


DENGAN INTERVENSI KOPLEMENTER BEKAM DAN TRADITIONAL
MASSAGE

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


KEPERAWATAN KOPLEMENTER

Di Susun Oleh :
Cecep Ilham
NIM : 20008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DR.SISMADI


PROGRAM STUDI D3 KEP. KOMPLEMENTER
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan
pada saya sehingga dapat menyelesaikan satuan acara pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas ini
saya banyak mendapat kesulitan namun atas berkat bimbingan dan arahan berbagai pihak sehingga
makalah ini dapat selesai tepat waktu. Tujuan penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang harus diselesaikan pada semester 6. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Ibu Ns Hernida Dwi Lestari SPd, MKep, Selaku Ketua STIKes Dr. Sismadi

2. Ibu Ns. Rogayah , SKep, selaku Kaprodi DIII Keperawatan STIKes Dr. Sismadi.

3. Orang tua yang telah memberikan dorongan moral dan materil selama menyelesaikan tugas ini.

4. Rekan - rekan seangkatan / tingkat 3 semester 6 yang telah menunjukkan kerjasama yang baik dan
partisipasi yang tinggi sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa baik isi maupun cara penulisan masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
untuk perbaikan selanjutnya.

Taggerang, 10 Mei 2023

Penulis

Cecep Ilham
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan ini merupakan bagian dari praktik profesional Ners stase Keperawatan Medikal
Bedah yang telah dilaksanakan selama 1 minggu dengan rentang waktu 3 hari pada tanggal
10 Mei sampai 16 Mei di Klinik Sehat serpong. Kasus utama yang dijadikan subjek dalam
penerapan asuhan keperawatan pada stase keperawatan komplemennter adalah klien
dengan cephalgia atau nyeri kepala. Cephalgia atau nyeri kepala adalah rasa tidak nyaman,
rasa sakit yang terjadi pada seluruh daerah kepala atau bagian atas dari kepala dan terkadang
menyebar ke wajah, gigi, rahang, mata, leher, hidung dan telinga. Nyeri kepala menjadi hal
yang paling sering dikeluhkan setelah nyeri punggung dan biasanya merupakan alasan yang
membawa seseorang kepada dokter.
Nyeri kepala dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. Sebanyak 90% dari keseluruhan keluhan nyeri kepala adalah nyeri kepala primer
dan 10% sisanya merupakan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala dikategorikan primer jika
tidak ditemukan adanya kerusakan struktural maupun metabolik yang mendasari nyeri
kepala. Dikategorikan sekunder apabila nyeri kepala disertai dengan gangguan saraf seperti
kejang-kejang, mata juling, penglihatan ganda, dan kelemahan di salah satu alat gerak. Nyeri
kepala primer meliputi tension-type headache, migrain, dan cluster headache (hidayati,
2016).
Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang
menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita,dan 75 %
dari jumlah di atas adalah tipe tension headache 2 yang berdampak pada menurunnya
konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 % (Melo, 2013). Menurut WHO (2012), sekitar
47% populasi di dunia setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri kepala dalam satu tahun.
Berdasarkan data prevalensi diketahui bahwa nyeri kepala menempati peringkat teratas
dengan persentase sebanyak 42% dari semua keluhan pasien neurologi (Sjahrir, 2009)
(Kurniawan, B. C., 2019). Data WHO (2011), sebanyak 50-75% orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami nyeri kepala. 10% dari jumlah tersebut mengalami migren dan 1,7-4% dari
populasi orang dewasa menderita nyeri kepala selama 15 hari atau lebih setiap bulannya.
Tension-type headache menjadi gangguan nyeri kepala dengan prevalensi lebih tinggi dari
pada migren dengan rasio 42: 11 (Macgregor et al., 2011) ( Nurhikmah, 2017).

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan karya ilmiah akhir ini adalah memberikan gambaran
kegiatan pelaksanaan praktek klinik profesi stase keperawatan medikal bedah yang berfokus
pada penerapan asuhan keperawatan dengan masalah Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (Cephalgia) pada Tn.S di Klinik sehat serpong.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pengkajian ini adalah :
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. S dengan masalah keperawatan Nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Cephalgia) di Klinik sehat serpong..
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S dengan masalah
keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Cephalgia) di Klinik
sehat serpong
c. Mampu menyusun intervensi yang tepat pada pada Tn. S dengan masalah keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Cephalgia) di Klinik sehat serpong.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang


dibuat pada Tn. S dengan masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (Cephalgia) di Klinik sehat serpong.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil keperawatan pada Tn. S dengan masalah keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Cephalgia) di Klinik sehat serpong.
f. Mampu melakukan proses praktik profesi dalam pencapaian target kompetensi asuhan
keperawatan pada Tn. S dengan masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (Cephalgia) di Klinik sehat serpong.

C. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ilmiah ini adalah untuk memudahkan pembaca
memahami isi penulisan makalah ilmiah maka penulis mencantumkan sistematika penulis
yang terdiri dari lima bab, antara lain sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, Tujuan penulisan dan sistematika penulisan, BAB II Landasan Teoritis yang terdiri
dari Konsep Dasar yang mencakup masalah keperawatan utama, konsep teori, BAB III
Pembahasan kasus yang terdiri dari pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Asuhan
Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi, BAB IV Pembahasan kasus yang terdiri dari
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Asuhan Keperawatan, Implementasi dan
Evaluasi, BAB V Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

Bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan teori gangguan rasa nyaman : Nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Cephalgia) di Klinik sehat serpong. Serta
konsep teori asuhan keperawatan pada klien meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
pelaksanaan serta evaluasi keperawatan secara teori yang didapatkan dari sumber atau
referensi yang berkaitan serta mendukung penulisan kasus.

A. Konsep Masalah Utama : Nyeri


1. Definisi Nyeri
Definisi nyeri sendiri banyak versi menurut berbagai sumber namun secara umum sama
saja pengertian dan makna yang disampaikan setiap sumber. Namun, disini penulis
memaparkan definisi menurut buku PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dengan
definisi dan indikator diagnostik yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Nyeri akut adalah
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

2. Etiologi Nyeri
Penyebab yang berasal dari nyeri ini bisa dikategorikan 3 (tiga) yaitu menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) yaitu:
a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).
b. Agen pencemaran kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).
c. Agen cedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari nyeri ini menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dibagi menjadi
gejala dan tanda yaitu mayor dan minor. Dari masing masing gejala dan tanda mayor dan
minor memiliki sub bagian yaitu dibagi subjektif dan objektif, diantaranya adalah :
a. Mayor
1) Subjektif :
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif:
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
b. Minor
1) Subjektif:
a) (Tidak tersedia)
2) Objektif:
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis

4. Kondisi Klinis
Terkait Kondisi klinis yang terkait ataupun yang berhubungan dengan nyeri ini dapat
ditimbulkan atau dijumpai pada kasus penyakit atau masalah kesehatan menurut (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017) adalah sebagai berikut:
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
d. Sindrom koroner akut
e. Glaukoma 7

5. Fisiologi Nyeri
Menurut Kozier & Snyder (2011) terdapat 5 fisiologi nyeri yaitu :
a. Nosisepsi Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik primer yang khusus mendeteksi
kerusakan jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan.
Reseptor yang menyalurkan sensasi nyeri disebut nosiseptor. Reseptor nyeri atau nosiseptor
ini dapat dieksitasi oleh stimulus mekanis, suhu, kimia proses fisiologi yang berhubungan
dengan persepsi nyeri digambarkan sebagai nosisepsi. Empat proses terlibat dalam nosisepsi:
transduksi, transmisi, persepsi, modulasi (Paice 2002 dalam Kozier 2011).
b. Tranduksi Selama fase transduksi, stimulus berbahaya (cedera jaringan) memicu pelepasan
mediator biokimia (misalnya prostaglandin, bradykinin, serotonin, histamin, zat P) yang
mensensitisasi nosiseptor. Stimulasi menyakitkan atau berbahaya juga menyebabkan
pergerakan ion-ion menembus membran sel, yang membangkitkan nosiseptor. Obat nyeri
dapat bekerja selama fase ini dengan menghambat produksi prostaglandin atau dengan
menurunkan pergerakan ion-ion menembus membran sel misalnya, anastesi lokal (Kozier
2011).
c. Transmisi Proses nosisepsi kedua, transmisi nyeri, meliputi tiga segmen (McCaffery & Pasero
1999). Selama segmen pertama, impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medula
spinalis. Zat P bertindak sebagai sebuah neurotransmiter, yang meningkatkan pergerakan
impuls menyeberangi sinaps saraf dari neuron aferen primer ke neuron ordo ke dua di kornu
dorsalis medula spinalis dua tipe serabut nosiseptif menyebabkan transmisi ini ke kornu
dorsalis medula spinalis : serabut C yang menstimulasi nyeri tumpul yang berkepanjangan dan
serabut A-delta yang mentransmisikan 8 nyeri tajam dan lokal. Segmen kedua adalah
transmisi dari medula spinalis dan asendens melalui traktus spinotalamikus ke batang otak
dan talamus. Segmen ketiga melibatkan transmisi sinyal antara talamus ke kortekssensorik
somatik tempat terjadinya persepsi nyeri (Kozier 2011).
d. Persepsi Proses ketiga, persepsi adalah saat klien menyadari rasa nyeri yaitu diyakini bahwa
persepsi nyeri terjadi dalam struktur kortikal, yang memungkinkan strategi kognitif-perilaku
yang berbeda dipakai untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri (McCaffery &
Pasero, 1999) misalnya, intervensi non farmakologi seperti distraksi, imajinasi terbimbing, dan
musik dapat mengalihkan perhatian klien ke nyeri (Kozier 2011).
e. Modulasi Seringkali digambarkan sebagai “sistem desendens” proses keempat ini terjadi
saat neuron di batang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu dorsalis medula spinalis
(Paice, 2002, hal. 75). Serabut desendens ini melepaskan zat seperti opioid endogen,
serotonin, dan norepinefrin, yang dapat menghambat naiknya impuls berbahaya
(menyakitkan) di kornu dorsalis. Namun, neurotransmiter ini diambil kembali oleh tubuh,
yang membatasi kegunaan analgetiknya (McCaffery & Pasero, 1999). Klien yang mengalami
nyeri kronik dapat diberi resep antidepresan trisiklik, yang menghambat kembali norepinefrin
dan serotonin. Tindakan ini meningkatkan fase modulasi yang membantu menghambat
naiknya stimulus yang menyakitkan (Kozier 2011). Skala Nyeri Penilaian nyeri merupakan
elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan
keterangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. intensitas nyeri harus dimulai sedini
mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukan 9 ekspresi nyeri yang
dirasakan. Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala menurut
(Mubarak, dkk., 2015) yaitu :
a. Skala nyeri numerik (numerical rating scale) Pasien menyebutkan intensitas nyeri
berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat
yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada skala
nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan
(Mubarak, dkk., 2015).
b. Skala nyeri deskriptif Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut skala pendeskripsian verbal/ Verbal Deskriptor Scale
(VDS) merupakan garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian ini mulai dari
“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukan
keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (Mubarak, dkk., 2015).
c. Skala wajah (faces scale) Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak
nyeri, kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir, adalah orang
dengan ekspresi nyeri yang sangat berat. Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang
cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan
pada geriatri dengan gangguan kognitif (Mubarak, dkk., 2015).
BAB 3

PEMBAHASAN DIAGNOSIS MEDIS

1. Pengertian Cephalgia
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala. Cephalgia berasal
dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo dan algos. Cephalgia memiliki
arti kepala, sedangkan logos 10 memiliki arti nyeri. Cephalgia dapat menimbulkan
gangguan pada pola tidur, pola makan, menyebabkan depresi sampai kecemasan pada
penderitaannya (Hidayati, 2016).
cephalgia atau nyeri kepala merupakan suatu penyakit yang sering atau pernah
dialami oleh masyarakat. Penyakit ini menyerang pada segala umur. Namun penyakit ini
bisa disembuhkan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan periksa ke dokter
(Kurniawan, 2019). Nyeri kepala merupakan perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak
nyaman yang menyerang seluruh kepala dengan batas dari bawah dagu sampai belakang
kepala. Gangguan rasa nyaman ini dapat berlangsung kurang dari 1 jam atau bahkan
selama beberapa hari, serta dapat muncul secara tiba-tiba atau perlahan-lahan.
Berdasarkan penyebab dapat digolongkan menjadi nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan
anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya. Sedangkan nyeri kepala sekunder adalah
nyeri kepala yang jelas terhadap kelainan anatomi atau kelainan struktur.
2. Klasifikasi Cephalgia
Tahun 2013, International Headache Society merilis sistem klasifikasi terbarunya
untuk nyeri kepala. Ada tiga kategori nyeri kepala menurut IHS berdasarkan sumber nyeri:
a. Nyeri kepala primer Yang termasuk tipe nyeri kepala primer, yaitu: tension, migrain dan
cluster. Nyeri kepala primer dapat mempengaruhi kualitas hidup. Beberapa orang
mungkin dapat mengalami pemulihan yang segera sementara sedangkan orang lain dapat
terus berulang dalam waktu yang lama. Walaupun nyeri kepala dalam tipe ini sering
dianggap ringan, namun terkadang keluhan-keluhan ini dapat berkaitan dengan gejala
yang menyerupai gejala stroke atau penyakit serius lainnya.
b. Nyeri kepala sekunder Yang termasuk tipe nyeri kepala sekunder, yaitu: 11 - Nyeri
kepala postkonkusi (Post-concussion headaches). - Nyeri kepala yang disebabkan oleh
kondisi infeksi seperti meningitis. Infeksi juga dapat berasal dari bagian tubuh lain selain
kepala, seperti yang terjadi pada kasus sinusitis, flu, infeksi telinga, serta infeksi pada gigi.
- Nyeri kepala rebound. Nyeri kepala ini disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi
obat pereda sakit. - Nyeri kepala akibat penambahan massa dalam kepala misal tumor
otak, dan perdarahan dalam otak. - Orang yang meminum terlalu banyak alkohol biasanya
bangun dengan nyeri kepala. Tipe ini termasuk ke dalam kategori nyeri kepala sekunder.
c. Neuralgia cranialis, nyeri fasialis dan nyeri kepala lain. Neuralgia artinya nyeri saraf.
Neuralgia cranialis menandakan adanya inflamasi pada salah satu dari dua belas saraf
kranialis yang berasal dari otak. Salah satu contoh yang paling sering adalah trigeminal
neuralgia yang melibatkan nervus kranial V (saraf trigeminal). Nyeri timbul ketika saraf
mengalami radang.

3. Etiologi
Penyebab nyeri kepala banyak sekali, meskipun kebanyakan adalah kondisi yang
tidak berbahaya (terutama bila kronik dan kambuhan), namun nyeri kepala yang timbul
pertama kali dan akut awas ini adalah manifestasi awal dari penyakit sistemik atau suatu
proses intrakranial yang memerlukan evaluasi sistemik yang lebih teliti (Bahrudin, 2013).
Menurut Papdi (2012) sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko yang
umum yaitu:
a. Penggunaan obat yang berlebihan dapat memicu sakit kepala bertambah parah setiap
diobati.
b. Stres adalah pemicu yang paling umum menyebabkan sakit kepala. Stres dapat
menyebabkan pembuluh darah dibagian otak mengalami penegangan sehingga
menyebabkan sakit kepala.
c. Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit kepala, karena saat tidur
seluruh anggota tubuh termasuk otak dapat beristirahat.
d. Kegiatan berlebihan Kegiatan yang berlebihan dapat mengakibatkan pembuluh darah
di kepala dan leher mengalami pembengkakan, sehingga efek dari pembengkakan dan
terasa nyeri.
e. Rokok Kandungan didalam rokok yaitu nikotin yang dapat mengakibatkan pembuluh
darah menyempit, sehingga menyebabkan sakit kepala.
4. Manifestasi Klinis Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun
berat, nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadi
secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi (Kusuma, 2012).
Gejala dan tanda nyeri menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) adalah sebagai berikut:
a. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : mengeluh nyeri
2) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif : tidak tersedia
2) Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.

5. Patofisiologi
Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam
saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf
bermielin A delta (mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi) dan saraf bermielin
(mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan) ke kornus dorsalis medulla spinalis,
thalamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasi
sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer
dan disusun saraf pusat. Rangsangan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu
(panas dan dingin), agen kimia, trauma/inflamasi (Iqbal Mubarak,M 2015).
Efek yang ditimbulkan dapat berupa pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif terhadap lokasi nyeri, menimbulkan kegelisahan, frekuensi nadi meningkat,
pasien mengalami kesulitan tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dalam kasus tertentu pasien bisa
mengalami perubahan proses berfikir dan diaphoresis (PPNI, 2016).

6. Pathway
Trauma Non Trauma Tumpul Tajam Beban Stress Hormon kortisol ↑ Faso kontriksi
pemulih darah otak Gang. Pola Tidur Ketidak adekuatan suplai darah O2 ke otak
Intrakranial Jaringan Otak Rusak (Kontusio Laserasi) Perubahan autoregulasi Odem
serebral Kejang Ekstrakarnial Terputusnya kontuinitas jaringan kulit otot dan vaskuler
Gangguan Suplai darah Perdarahan Hematoma Perubahan sirkulasi CSS Penekanan
jaringan otak Peningkatan Hipoksia TIK Girus medialis lobus temporalis tergeser Nekrosis
jaringan otak Mesesenfal o Gang. Fungsi otak Gang. Kesadaran Mual muntah papilodema.
Pandangan kabur. Penurunan fungsi Nyeri Kepala (Cephalgia) Disfungsi bagian otak Risiko
perfusi serebra tidak efektif Resiko defisit nutrisi Kerusakan saraf motorik Resiko Jatuh
Sumber Soemarmo, (2009) Penuntun Neurlogi. Jakarta : Binarupa Aksara.
BAB 4
ASUHAN KEERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien
meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2011).
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) terdapat 14 jenis
subkategori data yang harus dikaji meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, neurosensory, reproduksi dan seksualitas, nyeri dan
kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan, kebersihan diri,
penyuluhan dan pembelajaran, interaksi sosial, serta keamanan dan proteksi (PPNI,
2016).
Pengkajian pada pasien cephalgia menggunakan pengkajian mengenai nyeri
akut meliputi ; identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan
dahulu atau sebelumnya, riwayat kesehatan sekarang, dan riwayat kesehatan
keluarga. Pengkajian mendalam terhadap nyeri yaitu, perawat perlu mengkaji semua
faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku,
emosional, dan sosiokultural. Cara pendekatan yang digunakan dalam mengkaji nyeri
adalah dengan prinsip PQRST yaitu provokasi adalah faktor yang memperparah atau
meringankan nyeri. Quantity adalah kualitas nyeri misalnya tumpul, tajam, merobek.
Region/radiasi adalah area atau tempat sumber nyeri. Severity adalah skala nyeri yang
dirasakan pasien dapat dinilai dengan skala 0- 5 atau skala 0-10.
Timing adalah waktu terjadinya nyeri, lamanya nyeri berlangsung, dan dalam kondisi
seperti apa nyeri itu muncul (s. Mubarak Wahit Iqbal, 2015). Pengkajian pada nyeri
akut adalah sebagai berikut:
a. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif: mengeluh nyeri
2) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur).
b. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif: tidak tersedia
2) Objektif: tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.

2.. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon


Pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini yaitu diagnosa aktual. Diagnosa aktual
terdiri dari tiga komponen yaitu masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda (sign),
dan gejala (symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Masalah (problem) merupakan label diagnosa yang menggambarkan inti dari
respons pasien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label
diagnosis terdiri dari deskriptor atau penjelas dan fokus diagnostik. Nyeri merupakan
deskriptor, sedangkan akut merupakan fokus diagnostik. Penyebab (etiologi)
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi
dapat mencangkup empat kategori yaitu fisiologis, biologis atau psikologis, efek
terapi/tindakan, situasional(lingkungan atau personal), dan maturasional. Etiologi dari
nyeri akut terdiri dari agen pencedera fisiologis, agen pencemaran kimiawi, agen
cedera fisik(prosedur operasi). Tanda(sign) dan gejala (sign and symptom). Tanda
merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan gejala merupakan data subjektif
yang diperoleh dari hasil anamnesis. Tanda dan gejala dikelompokkan menjadi dua
yaitu mayor dan minor. Tanda dan gejala pada nyeri akut terdiri dari tanda mayor
yaitu mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif(mis.waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Tanda dan gejala
minor yaitu, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.
Proses penegakan diagnosis atau mendiagnosis merupakan suatu prosessistematis
yang terdiri atas tiga tahap yaitu analisis data, identifikasi masalah, dan perumusan
diagnosis. Metode penulisan pada diagnosa aktual terdiri dari masalah, penyebab,
dan tanda/gejala. Masalah berhubungan dengan penyebab dibuktikan dengan
tanda/gejala (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Adapun diagnosa keperawatan yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: proses inflamasi ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (misal, waspada,
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola napas berubah. Diagnosis yang muncul pada pasien cephalgia
menurut Soemarno (2009) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stres, keengganan
untuk makan).
4. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan cedera kepala.
5. Resiko jatuh ditandai dengan kejang. .

3.Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan
sistematis dan mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah, setiap
tindakan berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk
meningkatkan hasil pada pasien (Kozier et al, 2010). Intervensi keperawatan terdiri
dari intervensi utama dan pendukung. Intervensi utama dari diagnosa keperawatan
nyeri akut 18 adalah manajemen nyeri dan pemberian analgesik. Intervensi
pendukung diantaranya edukasi efek samping obat, edukasi manajemen nyeri,
edukasi teknik nafas dalam pemijatan masase, latihan pernapasan dan teknik distraksi
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-
aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi
pasien keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan.
Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri dari indikator-
indikator atau kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua jenis luaran
keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan) dan luaran negatif (perlu
diturunkan) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018). Komponen luaran keperawatan
diantaranya label (nama luaran keperawatan berupa kata-kata kunci informasi
luaran), ekspektasi (penilaian terhadap hasil yang diharapkan, meningkat, menurun,
atau membaik), kriteria hasil (karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur,
dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi, menggunakan skor
1-3 pada pendokumentasian computer-based). Ekspektasi luaran keperawatan terdiri
dari ekspektasi meningkat yang artinya bertambah baik dalam ukuran, jumlah,
maupun derajat atau tingkatan, menurun artinya berkurang, baik dalam ukuran,
jumlah maupun derajat atau tingkatan, membaik artinya menimbulkan efek yang
lebih baik, adekuat, atau efektif (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

2. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan fase ketika perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan
yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi. Penatalaksanaan nyeri adalah pengurangan nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima pasien. Penatalaksanaan tersebut terdiri dari dua tipe
dasar tindakan keperawatan yaitu farmakologi dan nonfarmakologi (Kozier et al., 2010).
Tindakan- tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas 23 observasi, terapeutik,
edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi ini akan mengacu
pada SIKI yang telah dibuat pada rencana keperawatan.

3. Evaluasi Keperawata
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum tercapai,
intervensi yang sudah ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa struktur,
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment,
planning) (Achjar, 2012). Format yang digunakan dalam tahap evaluasi menurut Alimul
(2012), yaitu format SOAP yang terdiri dari :a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan
yang didapat dari pasien setelah tindakan yang diberikan. Pada pasien cephalgia dengan
nyeri akut diharapkan keluhan nyeri berkurang
b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan.
c. Analysis, yaitu membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan
tujuan dan kriteria hasil. Kemudian ditarik kesimpulan dari tiga kemungkinan simpulan,
yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respon pasien yang menunjukan perubahan dan kemajuan yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu respon pasien yang menunjukan masih dalam kondisi
terdapat masalah.
3) Tujuan tidak tercapai, yaitu respon pasien tidak menunjukan adanya perubahan kearah
kemajuan.
d. Planning, yaitu rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Anindya, (2009 ) ,hipertensi: Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta Penerbit Kanisius


Arita Murwani,(2009), Proses Keperawatan, Egc,Jakarta Armilawaty,(2007), Penuntun
Diet,Jakarta : Gramedia pustaka utama Bylvia Anderra (1995).

Patofisiologi konsep klinik edisi 11. EGC, Jakarta Brunner & suddarth, (2002),
Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta:EGC Bambang Sadewo,(2004), Hipertensi.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Bambang Sadewo,(2004), Hipertensi. Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama Corwin, (2009). Gaya hidup pada penderita hipertensi.

Surakarta Fakultas Psikologi,Universitas Muhammadiyah Surakarta


Doengoes,(2009). Rencana Asuhan Keperawatan,BBC,Jakarta Farapti (2016), Status Sosial
Ekonomi Dan Kejadian Hipertensi, Universitas Airlangga
A. Identitas Klien

1. Nama pasien : Tn. S

2. Nama PJ pasien : Tidak ada ( Pasien Sendiri )

3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan : Wirausaha

6. Alamat : Wisma mas Blok C Mo 32 Cinangka sawangan , Depok

B. Keluhan Utama

1. keluhan Utama saat mengunjungi klinik

tn. S Mengeluhkan pusing yang sangat berat dan pegal pegal di suluruh area tubuh terkhusus
bagian pundak saat mengunjungi Klinik.

2. Keluhan Saat Pengkajian.

- Tn S. Mengeluhkan sering sakit kepala dan pegal pegal

- Pasien mengatakan Memiliki Riwayat penyakit kolesterol dengan 200mgdl

C. Diagnosa medis

Kolesterol

Chepalgia

Myalgya

D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
- Tn S. Mengeluhkan sering pusing dan pegal pegal
- Pasien mengatakan Memiliki Riwayat penyakit kolesterol dengan kadar 200mgdl

2. Riwayat Kesahatan Yang Lalu


Pasien tidak meiliki Riwayat Kesehatan yang serius dalam beberapa bulan terakhir

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada Riwayat Kesehatan mengenai keluarga inti pasien
E. Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan Klien
1. Pola Aktivitas Sehari hari
a. Pola kebutuhan cairan nutrisi dan cairan pada pasien normal hanya saja memiliki pantangan
tidak boleh mengkonsumsi makanan berlemak terlalu banyak
b. Pola eliminasi pada pasien normal
c. Pasien memiliki Pola Isirhat yang cukup dan kebersiahan diri yang baik dan interaksi yang baik
pula.
2. Riwayat Psikologi
1. Status Emosi : Emosi Pada Pasien Normal
2. Pola Komunikasi :
Apakah klien hati-hati dalam berbicara (ya/tidak)
Apakah klien diajak komunikasi ( ya / tidak )
Apakah klien berkomunikasi dengan jelas (ay / tidak ),
Apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( ya / tidak ).
Apakah klien memiliki tipe kepribadian terbuka atau tertutup?

3.Pola Pertahanan
- Pasien melanjutkan/mengkonsumsi beberapa herbal setelah di berikan Tindakan komplemneter.

4. Dampak menerima perawatan di Klinik


Pasien mengatakan lebih enakan dan pusing memudar semenjak di terapi komplementer oleh
pihak klinik

5. Kondisi / Perasaan Pasien


Suasana hati yang menonjol pada klien ( sedih / gembira )
Emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya ( ya / tidak )

6. Pola Interaksi Klien :


- Pasien Memiliki respon yang cukup baik kepada sesama dan interaksi yang bagus.

F. Pemeriksaan Fisik :

-- Tn S. Mengeluhkan sering Pusing pada area kepala dan pegal pegal


- Pasien mengatakan Memiliki Riwayat penyakit kolesterol

Hasil TTV : TD = 122/80 MMhg

Suhu = 35*C

Rr = 21x/mnt

Spo2 = 98 %

Skala nyeri pada pusing : 4 dari 1- 10

Keadaan : Composmentis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TINDAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN : NYERI DAN INTOLERANSI AKTIVITAS

Data dari Form pengkajian


1. Diagnosa
2. Anlaisis data

Data Masalah Keperawatan Etiologi


DS :
1. pasien mengatakan pusing pada Nyaman nyeri berhubungan dengan Repstor vasibilator, visual dan propiosepk =>
bagian kepala gejala penyakit. Alarm reacton chepalhia=> pusing ketika menggerakan kepala=>
2. Pasien mengatakan pegal pegal Rasa Nyaman Terganggu => Munculnya terjadinya gejala
pada area badan terkhusus penyakit
Pundak
DO :
Pasien Nampak memegang kepala
- Pasie Nampak kecapean
- Hasil TTV : TD = 120/80 MMhg Intoleransi Aktivitas berhubungan Terjadi Chepalgia => Lemas Karena Pusing => Resiko Jatuh=>
Suhu = 35*C dengan Kurangnya kemampuan untuk Kurang nya Tenaga => Kebutuhan Intoleransi Kativitas terganggu
Rr = 21 x/mnt bergerak =, Kurang bebas untuk Bergerak.
Spo2 = 98 %
Keadaan : Composmentis
Skala Nyeri : 4 dari 1 – 10
Pengkajian PQRST :
P : Nyeri di sebab kan kecapean dan
kurang istirhat
Q ; Nyeri seperti di tekan di area kepala Devisist Pengetahuan Berhubungan Tn. S Sibuk bekerja => jarang Membuka media informasi=> Tidak
R : Nyeri hanya pada area kepala ( pusing ) dengan Kurangnya paparan informasi. pernah konsultasi Kesehatan => Pengetahuan terhadap
S : 4 dari 1-10 Kesehatan kurang => Terjadi nya Gejala penyakit.
T : sejak 2 hari yang lalu

Data Penunjang : Tidak ada data


Penunjang
Diagnosa Keperawatan

Nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit.

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kurangnya kemampuan untuk bergerak

Devisist Pengetahuan Berhubungan dengan Kurangnya paparan informasi

Rencana Keperawatan

Diagnos akeperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi

Nyaman nyeri berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri 1. Nyeri yang berkurang dapat
gejala penyakit. keperawatan selama 1x24 jam Observasi meminimalisir rasa pusing
diharapkan nyeri menurun dengan ▪ lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri 2. Energi yang tidak stabil
a. Keluhan nyeri menurun ▪ Identifikasi skala nyeri dapat menghambat
b Tampak meringis menurun ▪ Identifikasi respon nyeri non aktivitas
c. Sikap protektif menurun verbal
Intoleransi Aktivitas berhubungan d. Gelisah menurun ▪ Identifikasi faktor yang 3. interaksi staf dengan pasien
dengan Kurangnya kemampuan e. Kesulitan tidur menurun memperberat yang
untuk bergerak f. Frekuensi nadi membaik dan memperingan nyeri konsistenmeningkatkan
g. Tekanan darah membaik dan ttv Terapeutik pembentukan kepercayaan
dalam skala normal ▪ Berikan teknik non farmakologis
h. Pengkajian PQRST dalam batas untuk mengurangi rasa nyeri (mis. 4. Pemenuhan kebutuhan
normal TENS, hypnosis, akupresur, terapi pasien akan
musik, biofeedback, terapi pijat, dapatmengurangi
aroma ke$emasan anak sehingga
Devisist Pengetahuan Berhubungan terapi, teknik imajinasi terbimbing, anak akan dapatmulai
dengan Kurangnya paparan kompres hangat/dingin, terapi menjalin komunikasi
informasi bermain) dengan orang lain
▪ Control lingkungan yang denganaserti
memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
▪ Fasilitasi istirahat dan tidur
▪ Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan
nyeri

Evaluasi dan Implementasi

Waktu dan tanggal Tindakan Paraf Waktu dan Tanggal Evaluasi Paraf

Rabu, 10 Mei 2023, Bekam Dan Tradisional Rabu , !0 Mei 2023, Evaluasi terhadap pasien dengan
Jam 10 : 00 Wib Massage Jam 11:30 WIB hasil :

S : Pasien mengatakan pusing


menghilang dan pegal pegal
membaik

O : TD : 130/90 MMhg
Spo2 : 98%
Rr : 19 x menit
Suhu : 36*c

Keadaan komposmentis
Sakala nyeri menurun
Pengkajian pqrst membaik

A : Masalah Teratasi
P : Intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai