Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang

berjudul “Asuhan KeperawatanPada Kliem An. C dengan gangguan sistem

pencernaan diare di ruang perawatan anak RS Tk. II Pelamonia Makassar”.

Karya tulis ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan

Program Studi Tidung Makassar Tahun Ajaran 2002 – 2003 dan sekaligus merupakan

bahan bacaan bagi rekan-rekan seprofesi guna menambah pengetahuan dan

ketrampilan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus diare dengan

menggunakan pendekatan asuhan keperawatan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan penulisan karya tulis

ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pada masa yang akan datang.

Terwujudnya karya tulis ini tidak lepas dari arahan bimbingan , bantuan dan

partisipasi dari berbagai pihak, baik berupa moril, materil maupun spritual. Untuk itu

perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Hj.Nani Russa, SKM, M.Si , selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tidung Politeknik Kesehatan Makassar, yang telah memberikan nasehat, petunjuk

dan bimbingan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.

1
2. Kepala Rumah Sakit Tk.II Pelamonia Makassar yang telah memberikan izin

untuk kegiatan praktek klinik keperawatan.

3. Ibu Hj. Mutasimah AR.Malaka, SKM , selaku dosen pembimbing karya tulis

yang telah meluangkan waktu dan pikiran guna membimbing, mengarahkan dan

memberikan saran dalam penyusunan karya tulis ini.

4. Ibu Hj. Martini Bennu, SKM, M.Kes , selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu dan pikiran guna memberikan bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan karya tulis ini.

5. Bapak Suyatmen, AMK , selaku penguji dan pembimbing di lahan praktek

Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar.

6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Keperawatan Tidung Politeknik

Kesehatan Makassar yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama

penulis mengikuti pendidikan.

7. Seluruh pembimbing lahan praktek dan staf perawatan RS Tk.II Pelamonia

Makassar yang telah membantu penulis selama kegiatan praktek klinik

keperawatan.

8. Klien beserta keluarga yang telah bersedia bekerja sama selama asuhan

keperawatan diberikan.

9. Kedua orang tua tecinta beserta segenap keluarga yang telah banyak

memberikan bantuan, dorongan moril maupun materil serta doa sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keperawan Tidung Politeknik

Kesehatan Makassar.

2
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Keperawatan Tidung Politeknik

Kesehatan Makassar yang telah telah banyak memberikan dorongan dalam

penyelesaian karya tulis ini.

11. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan karya tulis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmatNya kepada merekan yang

telah memberikan jasa-jasanya kepada penulis. Harapan penulis semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan

perawatan pada khususnya.

Makassar, Agustus 2003

Penulis

3
BAB I

PE N DAHU LUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar mewujudkan derajat yang optimal

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai

oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,

memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang

ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai:

INDONESIA SEHAT 2010.

Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit,

melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan

kesehatan masyarakat (Depkes, 1999).

Salah satu yang menyebabkan tingginya angka kesakitan pada bayi dan

anak balita adalah diare, yang mana penyakit ini merupakan penyakit yang sangat

4
berbahaya bila tidak ditangani dalam 1 x 24 jam yang dapat menimbulkan

kehilangan cairan yang hebat dan mengakibatkan kematian.

Berdasarkan data yang didapatkan di bagian adiministrasi kesehatan RS

Tk.II Pelamonia Makassar tercatat bahwa jumlah penderita diare / GEA selama

periode Januari sampai Desember 2002 sebanyak 462 (43,83 %) dari 1054 orang

pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis menyusun karya tulis ilmiah yang

berjudul Asuhan Keperawatan pada klien An.C dengan gangguan diare di ruang

Perawatan anak Rs Tk.II Pelamonia Makassar

B. Batasan Masalah

Berdasarkan data dan informasi dari berbagai referensi yang ada

memeberikan gambaran yang cukup jelas, bahwa pasien dengan masalha diare

mempunyai resiko yang sangat berat dan luas sehingga membutuhkan asuhan

keperawatan dengan memberikan tindakan yang maksimal dengan harapan

masalah dapat dikurangi / diatasi.

Berhubung masalah pada diare cukup luas sedangkan waktu yang tersedia

sangat terbatas, maka dalam penyusunan karya tulis ini hanya membatasi tentang

asuhan keperawatan pada klien An.C dengan diare selama 2 hari dari tanggal 28

dan 29 Juli 2003 di Rumah Sakit Tk.II Pelamonia Makassar.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

5
Memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

pada kasus diare di Rumah Sakit Tk.II Pelamonia Makassar, dengan

pendekatan pasien keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Memperoleh pengalaman yang nyata dalam pengkajian dan

analisa data keperawatan yang terjadi pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan diare.

b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menentukan diagnosa

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan diare.

c. Menetapkan perencanaan asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan sistem pernafasan diare.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan diare.

e. Memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi asuhan

keperawatan klien dengan gangguan sistem pencernaan diare.

D. Manfaat Penulisan

Dalam penulisan ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yang meliputi :

1. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan, serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan.

6
2. Sebagai sumber referensi tambahan bagi para mahasiswa serta rekan

seprofesi dalam meningkatkan serta mengembangkan asuhan keperawatan

pada klien dengan diare.

E. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis

ini adalah melalui pendekatan dan langkah-langkah serta metode ilmiah sebagai

berikut :

1. Studi kepustakaan

Dengan membaca literatur yang ada dan tersedia di perpustakaan, penulis

banyak mendapatkan bahan masukan untuk melandasi konsep dasar teoritis

mengenai penyakit diare serta asuhan keperawatan.

2. Studi kasus

Dengan menggunakan proses asuhan keperawatan untuk mendapatkan data,

penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, catatan

di ruangan serta hasil pemeriksaan laboratorium.

3. Diskusi

Penulis mengadakan diskusi konsultasi dengan pembimbing karya tulis,

pembimbing klinik di ruang perawatan perawat serta rekan-rekan mahasiswa.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membagi lima bab, dimana

setiap bab diuraikan dalam sub-sub bab dengan susunan sebagai berikut :

7
BAB I : Pendahuluan

Yang mengemukakan latar belakang masalah, batasan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta

sistematikan penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Di dalam bab ini diuraikan tentang konsep-konsep / teori yang

mendasari penulisan karya tulis ini. Penulisan diuraikan sebagai

berikut :

A. Konsep dasar medik diare, terdiri dari :

Pengertian etologi, anatomi fisiologi saluran pencernaan

patofisiologi, manifestasi klinik, insiden , komplikasi,

pemeriksaan diagnostik, pencegahan dan penatalaksanaan .

B. Konsep dasar asuhan keperawatan, terdiri dari pengkajian data,

diagnostik keperawatan, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus

Terdiri dari pengkajian data, klasifikasi data, analisa data, prioritas

masalah, perencanaan, pelaksanaan keperawatan serta evaluasi

keperawatan.

BAB IV : Pembahasan

8
Di dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan antara

konsep teori yang dikemukakan serta kenyataan yang didapat

dalam uraian tinjauan kasus serta cara pemecahan masalahnya.

BAB V : Penutup

Menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang dapat

menjadi masukan dalam dunia keperawatan khususnya

penatalaksanaan asuhan keperawatan klien dengan kasus diare.

Lampiran

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

a. Keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih

dari 3 kali pada anak, konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau atau

dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saha.

b. Kehilangan cairan dan elektolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang

encer atau cait.

(Suriadi, Skp ; Rita Yuliani, Skp ).

c. BAB (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu

lebih dari 200 gram atau 220 ml/24 jam.

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2001 : 179)

2. Penyebab

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :

a. Faktor infus

1) Infeksi enteral, infeksi saluran pencernaan makanan

yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini

meliputi :

10
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersenia, Aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO

(oxgackie, Poliomyelits), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.

c) Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris,

Oxyuris, Strong lordes). Protozoa (entamoeba histolotica, giardia

lamblia, trichomonas homonis), Jamur (candida albicans).

2) Infeksi pakenteral : infeksi di luar alat pencernaan

makanan seperti atitis media akut tonsilitis/tonsilofaxingitis,

branchopheumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerasisi

laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa

dan galaktosa).

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

4) Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi

terhadap makanan

5) Faktor fsikologis : rasa takut dan cemas.

3. Anatomi fisiologi saluran pencernaan.

a. Anatomi

11
Gambar.

Saluran gastrointestinal adalah jalur panjang (panjang totalnya 23 – 26

kaki) yang berjalan dari mulut, melalui esofagus lambung, dan usus sampai

anus.

1) Mulut

Merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding dari

kavum oris mempunyai struktur yang melayani fungsi mastikasi,

salivasi, menelan, kecap dan berkecap. Mulut dibatasi pada ke-2 sisi

pipi yang dibentuk oleh muskulus businatorius. Terdapat tiga pasang

glandula salivarius mensekresikan saliva melalui duktus ke dalam

mulut. Saliva menganudng air, musin (yang bertindak sebagai lubrikan),

dan ptialin

2) Lidah

Tunas kecap ditemukan pada papila dan respon menghisap meningkat

dengan adanya rasa bahan yang manis. Lidh menempati kavum oris dan

melekat secara langsung pada epiglotis dalam laring. Tiga ruang mirip

celah membentuk struktur dalam mulut yang memungkinkan cairan

untuk melintas ke dalam faring.

3) Gigi

Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa

kehidupan yang berbeda. Set pertama adalah gigi susu yang bersifat

sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama dan kedua.

12
Set kedua atau sel permanen menggantikan gigi primer. Terdapat 20

gigi susu dan 32 gigi permanen.

4) Esofagus

Terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang

punggung dan pasterior terhadap trakhea dan jantung. Selang yang

dapat mengempis ini, yang panjangnya  25 cm (inci) menjadi distensi

bila makanan melewatinya.

5) Lambung

Ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dan garis tengah

tubuh, tepat di bawah diafragma kiri, lambung merupakan kantung yang

dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml.

6) Usus halus

Merupakan segmen paling panjang dari saluran gasteointestinal yang

jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Usus

halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas disebut

duodenum, bagian tengah disebut jejenum, dan bagian bawah disebut

ileum. Duktus koledukus yang memungkinkan pasase baik empedu dan

sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam duodenum pada ampula

vater. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak di bagian

bawah kanan duodenum disebut sekum.

7) Usus besar

13
Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen

transversum yang memanjang dari abdomen kanan atas ke kiri dan

segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar

terdiri dari kolon sigmoid dan rektum berlanjut pada anus.

b. Fisiologi saluran pencernaan

Fungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yaitu :

1) Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk

molekul untuk dicerna.

2) Mengeleminasi makanan yang tidak tercerna dan

terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh.

3) Proses pencernaan mulai dengan mengunyah, dimana

makanan diperoleh ke dalam partikel kecil-kecil yang dapat ditelan dan

dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva merupakan sekresi pertama

yang kontak dengan makanan yang membantu melumasi makanan saat

dikunyah sehingga memudahkan menelan.

4) Menelan sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh

pusat menelan di medula oblongata di sistem saraf pusat. Saat makanan

ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakhea. Otot halus di

dinding esofagus berkontraksi dalam uratan irama dari esofagus ke arah

lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjan saluran.

5) Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam

berespon atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan.

14
Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambungnya ke

arah pilorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati

sfingter pilorus, partike ini diaduk kembali ke korpus lambung. Dengan

cara ini makanan di dalam lambung secara mekanis dicampur dan

dihancurkan menjadi partikel lebih kecil dan memungkinkan makanan

dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus pada kecepatan yang

memungkinkan absorbsi nutrien efisien.

6) Sekresi di dalam duodenum datang dari pankreas, hepar

dan kelenjar di dinding usus halus. Pankreas mensekresi enzim

pencernaan (tripsin, amilase dan lipase). Empedu membantu

mengemulsikan lemak yang dicerna sehingga mudah dicerna dan

diabsorbsi. Sekresi kelenjar usus terdiri dari mukus yang menyelimuti

sel-sel dan melindungi mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida,

hormon, elekttolit dan enzim.

7) Usus besar mensekresi mukus yang mempermudah

jalannya faeces dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap zat

besi, kalsium dan fospat yang ditelan. Absorbsi air, garam dan glukosa

terjadi dalam usus besar.

4. Patofisiologi

a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada

intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan sekresi cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat

15
berpindah dari rongga ekstravaskuler ke dalam tinja, sehingga

mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis

metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan

foksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa

intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan

elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa

intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan

kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektorlit.

b. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk

mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan.

c. Meningkatnya motalitas, intestinal dapat mengakibatkan

gangguan absorbsi intestinal.

5. Manifestasi klinis

a. Sering BAB dengan konsistensi faeces cair atau encer.

b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastis

kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

c. Mual dan muntah

d. Demam

e. Kram abdomen

f. Anorexia

g. Lemah

16
h. Pucat

i. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat.

j. Berat badan turun

k. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

6. Insiden

a. Gastrointestinal akut adalah penyakit utama kedua yang

paling sering menyerang anak-anak (flu adalah yang pertama).

b. Rotavirus adalah penyebab kira-kira 35 % sampai 50 %

hospitalisasi karena gastrointestinal akut antara 7 % dan 17 % disebabkan

adenovirus dan 15 % disebabkan bakteri.

c. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita

gastrointestinal akut daripada bayi yang mendapat susu formula, antibodi

maternal terhadap sejumlah patogen enterik dipindahkan melalui ASI.

7. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi

berbagai komplikasi sebagai berikut :

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik

c. Hipoka/ emra (dengan gejala mereorisme, hipotoni otot.

Lemah. Bradikardi, perubahan tkg).

d. Hipoglikemia

17
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan

defisiensi enzim laktase.

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein

8. Pemeriksaan diagnostik

a. Hematest faeces, untuk memeriksa adanya darah (lebih

umum dengan pada yang bakteria).

b. Evalusi faeces terhadap volume, warna, konsistensi, adanya

pus.

c. Hitung darah lengkap dengan deferensial.

d. Uji antigen imunoesei enzim, untuk memastikan rotavirus

e. Kultur faeces

f. Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa dan adanya darah.

9. Pencegahan

Penularan penyakit diare melalui “4 F” ( finger, faeces, food dan fly). Maka

adapun pencegahan yang penting yaitu :

a. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum

makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.

b. Membiasakan anak BAB di jamban dan jamban harus selalu

bersih agar tidak ada lalat.

c. Kebersihan lingkungan untuk menghindari adanya lalat.

d. Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja).

18
e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri,

agar diajarkan untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit

penyakit diare, selain itu air harus bersih juga perlu dimasak mendidih

lebih lama.

10. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diara adalah :

a. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah

pemberian cairan.

b. Diatetik

c. Obat-obatan.

a. pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasinya dan keadaan umum.

1) Jenis cairan

a) Cairan peroral :

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa

dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan

peroral berupa cairan yang berisi Nacl dan NaHCO 3, KCI dan

glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan

sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya

mengandung garam dan gula (Nacl dan sukrosa), atau air tajin

19
yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum

di bawah berobat ke Rumah Sakit pelayanan kesehatan untuk

mencegah dehidrasi lebih jauh.

b) Cairan parenteral :

(1) Belum ada dehidrasi

Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.

(2) Dehidrasi ringan

1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik).

Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.

(3) Dehidrasi sedang

1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik

(sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.

(4) Dehidrasi berat

(a) Untuk anak umur 1 bulan – 2

tahun, berat badan 3 – 10 kg.

yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 Hs / kg

BB /m (sel infus berukuran 1 ml = 15 hs) atau 13 tetes / kg

BB /menit (sel infus 1 ml : 20 Hs).

7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m

atau 4 tetes / kg BB/m.

20
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau

intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan D6 aa

intravena 2 Hs / kg BB / m atau 3 Hs / kg Bb / m.

(b) Untuk anak lebih dari 25 tahun

dengan BB 10 – 15 kg :

1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes /kg bb /m atau

10 Hs /kg BB /m.

7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 Hs /kg BB /m

atau 4 hs /kg BB /m.

16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau

intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan

dengan D6 aa intravna 2 hs /kg BB /m atau 3 tetes / kg

BB/m.

(c) Untuk bayi baru lahir (neonatus)

dengan BB 2 – 3 kg.

Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg

bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1

bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama =

25 ml / kg BB /jam atau 6 Hs /kg BB /m, 8 Hs /kg BB /m.

20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2 hs /kg Bb /m

atau 2 ½ hs /kg BB / menit.

b. Pengobatan dietetik

21
1) Untuk anak dibawah 1

tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis

makanan :

a) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah

dan asam lemak tak jenuh).

b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.

2) Cara memberikannya :

Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila

diberi ASI / susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-

selang.

Hari 2 – 4 : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.

Hari 5 : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau

makanan biasa.

c. Obat-obatan

1) Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg.

Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.

2) Obat spasmolitik.

3) Antibiotik

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Menurut Yura ( 1983), proses keperawatan adalah suatu tindakan yang

berurutan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah pasien,

22
membuat perencanaan untuk mengatasi, melaksanakan dan mengevaluasi

keberhasilan efektif akan masalah yang diatasinya.

Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu : pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Doengoes Marylin E,

1982 : 2).

1. Pengkajian

Pengkajian data merupakan awal dan merupakan dasar proses

keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu

penentuan status kesehatan dan pada pertahanan klien, mengidentifikasikan

kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.

Tahap pengkajian terdiri dari 4 kegiatan, yaitu :

1) Pengumpulan data

Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi dari klien, keluarga,

catatan medis atau profesi lain, termasuk hasil diagnosa test. Data

dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik

(inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) yang meliputi data-data sebagai

berikut :

a) Biodata

Terdiri atas identitas pasien : nama, umur , jenis kelamin, agama,

alamat dan diagnosa medis.

Terdiri dari identitas orang tua : nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

agama, suku /bangsa, alamat.

23
b) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama dan riwayat keluhan utama

c) Riwayat kesehatan masa lalu

(1) Riwayat penyakit yang pernah diderita, opname atau tidak.

(2) Riwayat nutrisi dan riwayat pemberian imunisasi

(3) Riwayat alergi

d) Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi :

Prenatal, natal, post natal.

e) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Berat badan lahir, panjang badan lahir, lingkar kepala, lingkar dada,

lingkar lengan atas, motorik halus, motorik kasar.

f) Data psikososial spritual : anak dan orang tua.

g) Pola kebiasaan sehari-hari : makan, minum, istirahat/ tidur, pola

eleminasi BAB dan BAK, aktivitas sehari-hari sebelum dan selama

sakit.

h) Pemeriksaan fisik meliputi :

(1) Keadaan umum : tingkat kesadaran, rewel atau tidak, lemah

atau tidak.

(2) Tanda- tanda vital : tensi, nadi, suhu, pernafasan.

(3) Kepala/ wajah : ubun-ubun cekung /tidak, menutup atau

belum , mata cekung atau tidak, selaput lendir mulut kering atau

tidak, ada air mata saat menangis atau tidak.

24
(4) Sistem pernafasan : frekuensi pernapasan, hiperventilasi /tidak,

pernapasan kussmaul.

(5) Sistem kardiovaskuler : denyut nadi, bunyi jantung I/II, suhu

badan, tekanan darah.

(6) Sistem pencernaan : perubahan kebiasaan Bab (encer, ada

darah /lendir ), nyeri kram / abdomen, distensi abdomen,

perubahan dalam berat badan, mual /muntah, nafsu makan,

hiperaktif bising usus.

(7) Sistem muskuluskeletal : ekstremitas atas/bawah ( keadaan

akral, kekuatan otot, kemampuan gerak sendi).

(8) Sistem integumen : turgor kulit, warna kulit, keadaan kulit

daerah bokong.

(9) Genetalia dan usus : apakah ada kelainan atau tidak, keadaan

kulit pada sekitar anus kemerahan/ lecet (Speer Kethleen

Morgan 1994).

(10) Status sosial : keadaan rumah dan lingkungan, status rumah

kebanjiran atau tidak pada musim hujan

(11) Keadaan psikoligis orang tua : tingkat pengetahuan orang tua,

alasan orang tua membawa anaknya ke rumah sakit, harapan

keluarga terhadap anaknya, informasi yang telah diterima oleh

orang tua.

(12) Pemeriksaan penunjang :

25
Untuk kasus diare, biasanya dilakukan pemeriksaan :

(a) Kultur tinja, untuk biakan kuman, biasanya

ditemukan E.coli, shygella, selain sebagai biakan kuman

yang berfungsi untuk mendeteksi apakah klien intoleransi

terhadap lemak atau karbohidrat.

(b) Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, glukosa.

(c) Pemeriksaan darah rutin : Hb, lucosit, eritrosit,

trombosit. Biasanya terjadi leukositosis bila diare

disebabkan oleh kuman.

(d) Pemeriksaan urinalisa : kepekatan dan berat jenis

urine.

2) Klasifikasi data

Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan

data ke dalam data subyektif dan data obyktif.

3) Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan

permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan

patofisiologi mengenai penyebab dari penyakit diare sampai

permasalahannya tersebut.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses

26
kehidupan yang aktual atau potensial untuk pemilihan intervensi keperawatan

dalam mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat ( Doengoes

Marylin E , 1998 : 46).

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien diare

adalah :

a. Diare berhubungan dengan infeksi , ingesti makanan

pengiritasi atau gangguan usus.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau

diare.

c. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya

defekasi dengan iritasi pada daerah anal dan bokong.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

muntah atau diare.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai perawatan di rumah.

f. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi sakit

3. Perencanaan

a. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan

pengiritasian atau gangguan usus.

Tujuan : Pola defekasi klien dapat kembali normal seperti sebelum

dirawat di rumah sakit

Intervensi :

27
1) Pertahankan status puasa sampai frekuensi dan

volume defekasi menurun.

Rasional : untuk mencegah iritasi lebih lanjut.

2) Observasi dan catat frekuensi defekasi,

karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.

Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji

beratnya episode.

3) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di

samping tempat tidur.

Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan

laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai

komplikasi. Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda

dan dapat tidak terkontrol, peningkatan resiko

inkontinensia / jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan

tangan.

4) Identifikasi makanan dan cairan yang

mencetuskan diare

Rasional : menghindarkan iritasi meningkatkan istirahat usus.

5) Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara

bertahap

Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau

menurunkan rangsang makanan / cairan makan kembali

28
secara bertahap cairan mencegah kram dan diare

berulang.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau

diare.

Tujuan : status volume cairan kembali normal, dengan kriteria

membran mukos lembab turgor kulit normal, penambahan

berat badan, haluaran urine sesuai usia.

Intervensi :

1) Monitor intake dan output.

Rasional : catatan mengenai intake dan output dapat mendeteksi

dini adanya ketidakseimbangan cairan.

2) Timbang berat badan tiap hari

Rasional : penimbangan berat badan harian yang tepat dapat

mendeteksi kehilangan cairan.

3) Pantau tanda dan gejala dehidrasi seperti : turgor

kulit, warna kulit, keadaan ubun-ubun, membran mukosa, haus.

Rasional : adanya turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung,

membran mukosa kering, mengindikasikan adanya

dehidrasi.

4) Beri cairan parenteral dengan pemberian cairan

elektrolit sesuai pesanan.

29
Rasional : pemberian cairan parenteral sangat dibutuhkan juka klien

telah mengalami dehidrasi atau resiko terjadinya

dehidrasi.

5) Berikan cairan peroral kepada klien

Rasional : pemberian cairan peroral dapat mengembalikan cairan

dan elektrolit yang hilang melalui muntah dan defekasi.

c. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya

defekasi dengan iritasi pada daerah anal dan bokong.

Tujuan : kulit perineal, mengalami pemulihan dengan kriteria warna

kulit perineal sama dengan area sekitarnya dan tidak terjadi

lecet serta kemerahan.

Intervensi :

1) Jaga daerah pemasangan popok agar tetap bersih dan

kering.

Rasional : agar daerah perineal tidak lembab yang memudahkan

terjadinya lecet.

2) Observasi kemerahan dan pucat

Rasional : area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan

memerlukan pengobatan lebih intensif.

3) Berikan perawatan kulit, berikan perhatian khusus pada

lipatan kulit.

Rasional : kelembaban dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.

30
4) Ganti popok / alat tenun setiap kali basah

Rasional : menghindari pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme.

5) Berikan salep pelindung setiap mengganti popok /

pakaian

Rasional : salep pelidung kulit mengurangi kontak kulit perineal

dengan asam dan cairan faeces.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi melalui intake yang adekuat dengan

kriteria adanya penambahan berat badan.

Intervensi :

1) Timbang berat badan dengan timbangan yang sama

Rasional : meskipun beberapa program memungkinkan pasien

melihat hasil timbangan ini memaksa isu kepercayaan

pada pasien yang biasanya tidak mempercayai orang

lain.

2) Awasi pemasukan diet jumlah kalori. Berikan makanan

sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.

Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi.

Anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat

masukan makanan yang sulit pada sore hari.

3) Berikan perawatan mulut sebelum makan.

31
Rasional : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu

makan.

4) Anjurkan makan dalam posisi tegak.

Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat

meningkatkan nafsu makan.

5) Konsul pada ahli diet dukungan tim nutrisi untuk

pemberian diet sesuai kebutuhan pasien.

Rasional : berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi

kebutuhan individu.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai perawatan di rumah.

Tujuan : pasien / orang tua menunjukkan pemahamannya tentang di

rumah dan evaluasi serta menyatakan mengerti instruksi diet

yang harus dijalankan.

Intervensi :

1) Ajarkan pada orang tua tentang kegunaan obat- obat

seperti antimuntah atau anti diare.

Rasional :

2) Jelaskan kepada orang tua untuk selalu memonitor

adanya muntah atau diare pada anak dan denyut nadi yang tidak teratur

serta langsung melaporkan kepada dokter.

32
Rasional : adanya tanda-tanda muntah dan diare merupakan gejala

ketidak seimbangan cairan.

3) Ajarkan kepada orang tua bagaimana penanganan diare

di rumah.

Rasional : dengan mengetahui cara penanganan diare di rumah

memudahkan orang tua memberi tindakan sebelum

membawa klien ke rumah sakit.

4) Diskusikan pentingya masukan cairan yang adekuat

serta kebutuhan pasien.

Rasional : mempercepat penyembuhan dan normalisasi fungsi usus.

f. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi sakit

Tujuan : menurunkan rasa takut dan cemas orang tua terhadap keadaan

anaknya.

Intervensi :

1) Berikan informasi tentang proses penyakitnya dan antisipasi tindakan.

Rasional : mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan

ansietas.

2) Kaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk sembuh.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang

memungkinkan membuat pilihan berdasarkan informasi.

3) Dorong menyatakan perasaan berikan umpan balik.

33
Rasional : membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang

terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang

menyebabkan stres.

4) Akui bahwa ansietas dan mirip dengan yang diekspresikan orang lain.

Tingkatkan perhatian mendengar pasien.

Rasional : validasi bahwa perasaan normal dan dapat membantu

menurunkan stres.

5) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.

Rasional : keterlibatan klien/ keluarga dalam perencanaan

perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu

menurunkan ansietas.

6) Bantu untuk mengidentifikasi atau memerlukan perilaku koping yang

digunakan pada masa lalu.

Rasional : perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan

masalah / stres saat ini.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan. Untuk itu pelaksanaan yang efektif, dituntut

pengetahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga perawat, untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu yang telah

ditentukan dan direncanakan.

Dalam proses pelaksanaan perawatan mencakup 3 hal, yaitu :

34
a. Melaksanakan rencana keperawatan

Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupakan

dasar atau pedoman dalam intervensi perawatan.

b. Mengidentifikasi reaksi / tanggapan klien

Dalam mengidentifikasi reaksi / tanggapan klien dituntut upaya yang tidak

terges-gesa, cermat dan teliti agaar menemukan reaksi kliean sebagai

akibat dari tindakan keperawatan yang diberikan. Dengan melihat akan

sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi reaksi klien yang

mungkin menunjukkan adanya penyimpangan.

c. Mengevaluasi tanggapan / reaksi klien

Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dari hasil yang

diharapkan. Langkah ini merupakan syarat yang pertama yang dipenuhi

bila perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah intervensi

perawatan dapat diterima oleh klien.

5. Evaluasi

Merupakan proses yang kontingue dan penting untuk menjamin kualitas

dan ketepatan perawatan yang diberikan dilakukan dengan meninjau respon

pasien untuk menetukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi

kebutuhan pasien.

Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :

a. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau

belum ?

35
b. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum?

c. Apakah perlu pengkajian kembali

Hasil yang diharapkan :

a. Melaporkan pola defekasi normal.

b. Mempertahankan keseimbangan cairan

1) Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.

1) Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot

2) Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor

jaringan normal.

3) Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran

4) Mengalami berat jenis urin normal

c. Mengalami penurunan tingakt ansietas

d. Mempertahankan integritas kulit

1) Mempertahankan

integritas kulit

2) Menggunakan pelembab

atau salep sebagai barier kulit

e. Tidak mengalami komplikas

1) Elektrolit tetap dalam rentang normal

2) Tanda vital stabil

3) Tidak ada disritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran

36
37

Anda mungkin juga menyukai