Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan nafas dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya penyakit dan

kecelakaan. Gangguan nafas bisa berakibat fatal jika tidak diketahui cara

mengatasinya. Gangguan nafas yang mungkin saja terjadi di lingkungan atau di

rumah kita adalah gangguan akibat suatu kecelakaan atau tersedak, yang dapat

menyebabkan terhentinya jantung dan paru (Wisnu, 2010).

Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan

yang disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak nafas. Frekuensi

nafas pada keadaan sesak nafas lebih cepat dari keadaan normal. Oleh karena itu,

bila sesak nafas ini berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada

otot – otot pernapasan. Kelelahan otot – otot nafas akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan sisa – sisa pembakaran berupa gas karbondioksida. Gas

karbondioksida yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan

menekan pusat nafas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti

nafas (Wisnu, 2010)

Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat

dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya nafas maka

oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
2

berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung (Wisnu,

2010).

American Heart Association (AHA) baru-baru ini telah mempublikasikan

pedoman cardio pulmonary resuscitation dan perawatan darurat kardiovaskular

2010. Seperti kita ketahui, para ilmuan dan praktisi kesehatan terus

mengeavaluasi CPR atau yang lebih kita kenal dengan RJP ini dan

mempublikasikannya setiap 5 tahun (New Guideline AHA,2010 dalam HIPTIK

Pro GaDar, 2011).

Evaluasi dilakukan secara menyeluruh mencakup urutan dan prioritas

langkah-langkah CPR dan disesuaikan dengan kemajuan ilmiah saat ini unutk

mengidentifikasi faktor yang mempunyai dampak terbesar pada kelangsungan

hidup. Atas dasar kekuatan bukti yang tersedia, mereka mengembangkan

rekomendasi untuk mendukung intervensi yang hasilnya menunjukkan paling

menjanjikan (New Guideline AHA, 2010 dalam HIPTIK Pro GaDar, 2011).

Rekomendasi di 2010 Pedoman mengkonfirmassi keamanan dan efektifitas

dari banyak pendekatan, mengakui ketidakefektifan orang lain fan

memperkenalkan perawatan baru berbasis evaluasi bukti intensif dan konsesnsus

para ahli. Kehadiran rekomendasi baru ini tidak untuk menunjukkan bahwa

pedomansebelumnya tidak aman atau tidak efektif (New Guideline AHA, 2010

dalam HIPTIK Pro GaDar, 2011).


3

Tindakan BHD yang wajib dilakukan secara cermat dan terus menerus jelas

memerlukan pengetahuan yang cukup untuk menunjang keberhasilan tindakan

tersebut, khususnya bagi tenaga kesehatan yang merupakan benteng utama yang

menjadi acuan dalam mensosialisasikan tindakan BHD kepada masyarakat,

karena indikasi tindakan ini sifatnya mendadak dan darurat.

Rahman (2008) pernah meneliti pengetahuan perawat tentang kegawatan

nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus yang mengalami kegawatan

pernafasan di ruang NICU, ruang perinatologi dan ruang anak RSUD Gunung

Jati Cirebon didapatkan bahwa pengetahuan perawat yang dikategorikan baik

masih sangat kurang. Berdasarkan penelitian tersebut disarankan bahwa

pengetahuan perawat dan keterampilan tindakan resusitasi untuk selalu

ditingkatkan baik formal maupun nonformal sehingga dalam pemberian asuhan

keperawatan pada situasi kritis dapat dilakukan dengan lebih efektif (Syam,

2012).

Data yang diperoleh dari bagian medical record Rumah Sakit Ibnu Sina

Makassar dalam sepuluh bulan terakhir terhitung sejak Januari sampai Oktober

2013 jumlah pasien mencapai 1136 orang dan yang meninggal dunia sebanyak

37 orang sementara pasien dengan indikasi bantuan hidup dasar diperkirakan

sekitar 74 orang, ini membuktikan masih tingginya angka kematian dan begitu

pentingnya tindakan bantuan hidup dasar harus di milikioleh semua perawat

(Rekam Medik RS Ibnu Sina).


4

Dari hasil pengamatan penulis yang telah bekerja selama empat tahun di

Rumah Sakit tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang

tindakan BHD masih sangat minim, hal itu di buktikan pada empat tahun terakhir

tidak ada perawat yang di ikut sertakan pada pelatihan gawat darurat sehingga

ilmu yang diperoleh kurang menunjang kebutuhan profesi. Sehubungan dengan

latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis akan

mengadakan suatu penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan

Perawat tentang Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar di Instalasi Gawat

Darurat RS. Ibnu Sina Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut: Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang

Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar di Instalasi Gawat Darurat RS. Ibnu Sina

Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

perawat tentang penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Instalasi

Gawat Darurat RS. Ibnu Sina Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran perawat yang mengetahui tentang

penatalaksanaan BHD
5

b. Diketahuinya gambaran perawat yang kurang mengetahui tentang

penatalaksanaan BHD.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Diharapakan melalui penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal pemanfaatan bantuan hidup dasar yang difokuskan pada

peningkatan pengetahuan tentang teori tersebut sehingga para peneliti

selanjutnya mampu mengembangkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

untuk melakukan peneliti selanjutnya mengenai faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan perawat khususnya dalam penatalaksanaan tindakan

bantuan hidup dasar.

2. Manfaat Institusi

Dengan termotivasinya tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuannya

mengenai bantuan hidup dasar berdasarkan hasil penelitian ini maka

keterampilan perawat akan lebih ditingkatkan sehingga mutu pelayanan

rumah sakit menjadi lebih baik.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat utamanya pada pasien yang membutuhkan tindakan bantuan hidup

dasar, karena melalui hasil penelitian ini pelayanan kesehatan akan

termotivasi untuk mendorong tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan

pengetahuannya, sehingga berdampak pada tingginya mutu pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai