Anda di halaman 1dari 209

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN


NAPAS PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
1 ULU PALEMBANG
TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
DEWINDA
PO.71.20.1.18.030

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAPAS PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
1 ULU PALEMBANG
TAHUN 2021

Diajukan Kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Untuk


Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan

OLEH:
DEWINDA
PO.71.20.1.18.030

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang
berjudul ”Implementasi Keperawatan Keluarga Dengan Masalah
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Tuberculosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2021”. Penulisan karya tulis
ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Palembang Poltekkes
Kemenkes Palembang. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini
atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada:
1. Kedua orang tuaku Syaifullah dan Ibu Yusmanita dan saudara kandungku
Agnes Silvita, S.Pd. dan Rizki Amelia, A.Md. Keb yang telah memberikan
dukungan, motivasi, dan do’a dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak Muhamad Taswin, S.Si., Apt., MM., M.Kes. selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Palembang.
3. Ibu Hj. Devi Mediarti, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Palembang Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
4. Ibu Hj. Sherli Shobur, SKM., MKM. selaku pembimbing utama karya tulis
ilmiah, yang telah sabar memberikan saran dan masukan.
5. Bapak H. Ridwan, S.Pd., SKM., M.Kes. selaku pembimbing pendamping
karya tulis ilmiah, yang telah sabar memberikan saran dan masukan.
6. Ibu Faiza Yuniarti, S.Pd., MKM selaku penguji pertama yang telah
memberikan masukan dan saran.
7. Ibu Dr. Hj. Ira Kusumawaty, S.Kp., M.Kep., MPH. selaku penguji kedua yang
telah memberikan masukan dan saran

vi
8. Ibu Sri Martini, S.Pd., S.Kp., M.Kes. selaku pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan masukan, saran, nasihat, serta semangat kepada
penulis selama menyusun karya tulis ilmiah ini.
9. Semua dosen, staf, karyawan, dan karyawati Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang Jurusan Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan mendidik penulis sehingga mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
10. Sahabat Saya Dogotik Official (Anisa Tamarani, Ayu Febriani, Eldania
Harisma Lingga, Emilia Nursafitri, Gita Rizkia Aslamiya, Hary Akbar, Indah
Sari) dan dua sahabatku Aulia Syahrani, Bella Kurnia yang selalu
menyemangati dan telah berjuang bersama saling mendukung dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
11. Teman- teman angkatan 51 yang telah berjuang bersama dan saling
mendukung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
12. Adik bimbingan saya Adiza, kakak Zahratu Qolbi Fajri, AMd.Kep. dan
kakak Anggun Putri Utami, AMd. Kep. serta sahabat-sahabat saya Adi
Sutrisno, Aprilia, Nyayu Thassa Akila Haya, Ilani Silvi dan teman-temanku di
luar sana yang selalu mendukung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan maka
kiranya penulis mohon saran dan masukan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi penulis dan pengembangan ilmu
keperawatan.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Palembang, 28 April 2021

Penulis

vii
ABSTRAK

Dewinda. (2021). Implementasi Keperawatan Keluarga Dengan Masalah


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Tuberculosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2021. Program Diploma III
Keperawatan, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang. Pembimbing
(I) : Sherli Shobur, SKM., MKM. Pembimbing (II) : H. Ridwan Ikop, S.Pd., SKM.,
M.Kes.

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Adapun tujuan studi kasus ini untuk mampu mengimplementasikan latihan
batuk efektif, teknik relaksasi napas dalam dan memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga mengenai penyakit tuberculosis paru. Subyek studi kasus ini adalah dua orang
pasien dan keluarga pasien tuberculosis paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas. Studi kasus dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun
2021 yaitu di rumah keluarga Tn.S dan Ny.S. Studi kasus dilakukan dengan kunjungan
rumah minimal 3 kali kunjungan untuk memberikan implementasi keperawatan keluarga
pada keluarga dari tanggal 11 April – 13 April 2021. Pada saat pengkajian didapatkan
pasien batuk dan mengalami sesak. Implementasi yang dilakukan pada pasien dan
keluarga antara lain untuk masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dilakukan
latihan batuk efektif, teknik relaksasi napas dalam dan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit tuberculosis paru. Evaluasi dari ketiga masalah yang diangkat,
semuanya dapat teratasi. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan penulis,
saran yang bisa disampaikan ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan bahan
acuan dalam memberikan implementasi keperawatan dengan Tuberculosis Paru.

Kata kunci : Tuberculosis paru, ketidakefektifan bersihan jalan napas, implementasi


keperawatan keluarga.

viii
ABSTRACT

Dewinda. (2021). Implementation of Family Nursing with the Problems of


Ineffectiveness in the Pathway of Breath in Lung Tuberculosis Patients in the Work
Area of 1 Ulu Palembang Health Center in 2021. Nursing Diploma III Program,
Department of Nursing, Health Polytechnic, Ministry of Health Palembang
Advisor (I): Sherli Shobur, SKM., MKM. Advisor (II): H. Ridwan Ikop, S.Pd.,
SKM., M.Kes.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis.


The purpose of this case study is to be able to implement effective cough exercises, deep
breathing relaxation techniques and provide health education to families regarding
pulmonary tuberculosis. The subjects of this case study were two patients and families of
pulmonary tuberculosis patients with problems with the ineffectiveness of airway
clearance. Case studies are conducted in the working area of the 1 Ulu Palembang Health
Center in 2021, namely in the family home of Mr. S and Ms. S. Case studies are carried
out with home visits of at least 3 visits to provide family nursing implementation to the
family from April 11 to April 13, 2021. At the time of assessment the patient was
coughing and experiencing shortness. Implementation carried out on patients and
families, among others, for the problem of the ineffectiveness of airway cleaning carried
out effective cough exercises, deep breathing relaxation techniques and providing health
education regarding pulmonary tuberculosis. Evaluation of the three issues raised, all of
which can be resolved. Based on the results of the discussion conducted by the author,
this suggestion can be used as a learning material and reference material in providing
nursing implementation with pulmonary tuberculosis.

Keywords : Pulmonary tuberculosis, ineffective airway clearance, implementation of


family nursing.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................iii
HALAMAN PERSETUJUAN STUDI KASUS ..............................................iv
HALAMAN PENGESAHAN STUDI KASUS ...............................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................viii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS .....................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................x
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................3
1.3 Tujuan Studi Kasus ......................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................3
1.4 Manfaat Studi Kasus ....................................................................................4
1.4.1 Teoritis ...............................................................................................4
1.4.2 Aplikasi Terapeutik ............................................................................4
1.4.3 Metodelogis ........................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit ..........................................................................................6


2.1.1 Definisi ................................................................................................6
2.1.2 Etiologi ................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi ........................................................................................7
2.1.4 Pathway ...............................................................................................8

x
2.1.5 Klasifikasi ...........................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis ...............................................................................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................10
2.1.8 Faktor Resiko ......................................................................................11
2.1.9 Cara Penularan ....................................................................................11
2.1.10 Penatalaksanaan ................................................................................14
2.2 Konsep Keluarga ...........................................................................................19
2.2.1 Definisi Keluarga ................................................................................19
2.2.2 Struktur Keluarga .................................................................................19
2.2.3 Tipe Keluarga .......................................................................................20
2.2.4 Ciri-ciri Keluarga .................................................................................20
2.2.5 Peran Keluarga .....................................................................................20
2.2.6 Fungsi Keluarga ...................................................................................21
2.2.7 Tahap Perkembangan Keluarga ...........................................................22
2.2.8 Tugas Keluarga ....................................................................................24
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga .....................................................................25
2.3.1 Pengkajian ............................................................................................25
2.3.2 Diagnosa...............................................................................................31
2.3.3 Intervensi ..............................................................................................23
2.3.4 Implementasi ........................................................................................34
2.3.5 Evaluasi ................................................................................................35
2.4 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas ...........................................36
2.4.1 Latihan Batuk Efektif ...........................................................................37
2.4.2 Latihan Napas Dalam ...........................................................................38
2.4.3 Memberi Pendidikan Kesehatan ..........................................................39

BAB III METODE STUDI KASUS


3.1 Rancangan Studi Kasus .................................................................................40
3.2 Kerangka Konsep ..........................................................................................40
3.3 Definisi Istilah ...............................................................................................40
3.4 Subjek Studi Kasus .......................................................................................41
3.5 Fokus Studi Kasus .........................................................................................41

xi
3.6 Tempat dan Waktu Studi Kasus ....................................................................41
3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ...................................................42
3.7.1 Instrumen Pengumpulan Data ..............................................................42
3.7.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................................42
3.8 Analisis dan Penyajian Data .........................................................................42
3.9 Etika Studi Kasus ..........................................................................................42

BAB IV HASIL STUDI KASUS


4.1 Profil Puskesmas 1 Ulu Palembang ..............................................................44
4.1.1 Ruang TBC dan Kusta .........................................................................44
4.2 Pengkajian ...............................................................................................45
4.3 Analisa Data ..................................................................................................71
4.3.1 Skoring Masalah Keperawatan ...........................................................77
4.3.2 Penetapan Prioritas Diagnosa Keperawatan........................................84
4.4 Intervensi Keperawatan .................................................................................87
4.5 Implementasi Keperawatan ...........................................................................105
4.7 Evaluasi Keperawatan ...................................................................................113

BAB V
5.1 Latihan Batuk Efektif ....................................................................................133
5.2 Teknik Relaksasi Napas Dalam ...................................................................134
5.3 Memberikan Pendidikan Kesehatan ..............................................................136

BAB VI
6.1 Kesimpulan ...................................................................................................138
6.2 Saran ..............................................................................................................138

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................140


LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Efek samping ringan dan berat dari OAT ............................................ 16

Tabel 2.3 Skala Dalam Penggunaan Proses Skoring ............................................ 32

Tabel 4.1 Komposisi Keluarga Tn.S .................................................................... 48

Tabel 4.2 Komposisi Keluarga Ny.S .................................................................... 50

Tabel 4.3 Data Umum .......................................................................................... 51

Tabel 4.4 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga ...................................... 53

Tabel 4.5 Lingkungan ........................................................................................... 55

Tabel 4.6 Struktur Keluarga ................................................................................. 59

Tabel 4.7 Fungsi Keluarga ................................................................................... 61

Tabel 4.8 Stress dan Koping Keluarga ................................................................. 64

Tabel 4.9 Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn.S ........................................................ 66

Tabel 4.10 Pemeriksaan Fisik Keluarga Ny.S ...................................................... 71

Tabel 4.11 Harapan Keluarga ............................................................................... 73

Tabel 4.12 Analisa Data Keluarga........................................................................ 73

Tabel 4.13 Skoring Masalah Keperawatan 1 Tn.S ............................................... 78

Tabel 4.14 Skoring Masalah Keperawatan 1 Ny.S............................................... 79

Tabel 4.15 Skoring Masalah Keperawatan 2 Tn.S ............................................... 80

Tabel 4.16 Skoring Masalah Keperawatan 2 Ny.S............................................... 81

Tabel 4.17 Skoring Masalah Keperawatan 3 Tn.S ............................................... 82

Tabel 4.18 Skoring Masalah Keperawatan 3 Ny.S............................................... 84

Tabel 4.19 Penetapan Prioritas Diagnosa Keperawatan Tn.S .............................. 85

Tabel 4.20 Penetapan Prioritas Diagnosa Keperawatan Ny.S .............................. 86

Tabel 4.21 Intervensi Keperawatan Tn.S ............................................................. 87

Tabel 4.22 Intervensi Keperawatan Ny.S ............................................................. 90

xiii
Tabel 4.23 Implementasi Tn.S ............................................................................. 93

Tabel 4.24 Implementasi Ny.S ............................................................................. 95

Tabel 4.25 Evaluasi Tn.S ..................................................................................... 97

Tabel 4.26 Evaluasi Ny.S....................................................................................101

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway .........................................................................................8

Gambar 2.2 Simbol-simbol Dalam Genogram ..................................................27

Gambar 4.1 Genogram Keluarga Tn.S ..............................................................49

Gambar 4.2 Genogram Keluarga Ny.S ..............................................................50

Gambar 4.3 Denah Rumah Tn.S........................................................................58

Gambar 4.4 Denah Rumah Ny.S .......................................................................58

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Format Pengkajian


LAMPIRAN 2: Kuisoner
LAMPIRAN 3 : Pengajuan Judul
LAMPIRAN 4: Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
LAMPIRAN 5: Lembar Konsultasi Pembimbing Pedamping
LAMPIRAN 6: Surat Izin Pengambilan Data PPSDM Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Palembang
LAMPIRAN 7: Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data Kesbangpol Kota
Palembang
LAMPIRAN 8: Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data Dinas Kesehatan
Palembang
LAMPIRAN 9: Surat Keterangan Selesai Penelitian Puskesmas 1 Ulu
Palembang
LAMPIRAN 10: Leaflet
LAMPIRAN 11: Satuan Acara Penyuluhan
LAMPIRAN 12: Standar Operasional Prosedur
LAMPIRAN 13: Dokumentasi
LAMPIRAN 14: Informent Consent

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran
perncernaan dan luka terbuka pada kulit (NANDA NIC-NOC, 2015). Prevalensi
tuberculosis paru di dunia pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC
(CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.
Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia
Tenggara (45%) dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya dan 25%
terjadi di kawasan Afrika. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu
India,Indonesia,China,Filipina,dan Pakistan. (WHO, 2017 dalam Kementrian
Kesehatan RI, 2018).
Pada tahun 2017 diperkirakan 10 juta orang di dunia menjadi penderita
baru yang terinfeksi penyakit TB, jumlah orang yang meninggal pertahun adalah
1,3 juta jiwa, dan 0,3 juta orang meninggal tersebut terinfeksi HIV/AIDS
(WHO,2018). Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dengan penduduk
penderita TB sebanyak 888.904 atau 8% dari penderita TB sebanyak dari
penderita global yang di laporkan di tahun 2017 (WHO 2018). Prevalensi penyakit
TB di Indonesia adalah 253 per 100.000 penduduk di tahun 2006, 297 per 100.000
penduduk di tahun 2014, 335 per 100.000 di tahun 2017 (Kementrian Kesehatan
RI,2018).
Prevalesi kasus baru BTA positif tertinggi yang ditemukan di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2017 tepatnya di Kota Lubuk Linggau adalah 1.104
kasus (CDR 84%). Pada tahun 2018 kasus tertinggi terdapat di Kota Palembang
dengan jumlah kasus adalah 1.987 kasus. Sedangkan jumlah seluruh kasus yang
ditemukan baik itu BTA positif, BTA negatif/rontegen positif dan extra paru di
provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018 dengan jumlah seluruh kasus laki-laki dan
perempuan sebanyak 16.686 kasus (CNR 199) (Profil Kesehatan Provinsi Sumatra

1
2

Selatan, 2018). Penderita tuberculosis paru di Puskesmas 1 Ulu pada tahun 2018
dilihat dari seluruh Case Notification Rate (CNR) PER 100.000 Penduduk dan
jumlah seluruh kasus tuberculosis paru 36 orang atau 63.2% penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki dan 21 orang atau sekitar 36.8% penduduk yang
berjenis kelamin perempuan (Profil Kesehatan Kota Palembang, 2018). Dengan
angka Succes Rate sebesar 89,5% target nasional 85 % angka ini menunjukan
target nasional untuk angka kesembuhan TB sudah tercapai (Profil Kesehatan
Provinsi Sumatra Selatan, 2018).
Hasil penelitian yang di lakukan RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung
Utara di ruang paru dengan jumlah 30 responden hasilnya diagnosa keperawatan
yang mucul yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas sebanyak 30 responden
(100%) (Apriyani 2015). Sedangkan hasil penelitian yang di lakukan di Kabupaten
Grobongan (2018) diagnosa keperawatan yang paling banyak muncul di rumah
sakit adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien tuberculosis paru
sebanyak 52 responden (52%) (Rofi, dkk 2018). Penelitian yang di lakukan di
Puskesmas Pertorangan Kabupaten Jombang dengan diagnosa keperawatan
ketidakefektian bersihan jalan napas dengan jumlah 24 orang responden
didapatkan sebanyak 13 responden (54,2%) tidak bisa mengeluarkan sputum yang
berada di jalan napas hal ini mengakibatkan klien menjadi sesak dan penurunan
ekspansi paru. (Alie, dkk 2013).
Pada penelitian yang di lakukan di Ruang Rawat Inap Paru RSUD
Balaraja Kota Tanggerang dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan napas dengan jumlah responden 10 orang di dapatkan sebanyak 4 responden
(40%) tidak dapat mengeluarkan sputum yang berlebihan pada jalan napas (
Lestari, dkk 2020). Sedangkan penelitian yang di lakukan di Puskesmas Tes
Kabupaten Lebong Bengkulu dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas dengan jumlah responden 20 orang di dapatkan hasil
sebanyak 9 responden (45%) yang tidak bisa mengeluarkan sputum yang berada di
jalan napas hal ini mengakibatkan klien menjadi sesak. (Listiana, dkk 2020).
Penyakit TB paru ditularkan melalui udara, saat penderita batuk, bersin
atau berbicara, kuman TB yang berbentuk droplet akan bertebaran di udara.
Droplet yang sangat kecil kemudian mengering dengan cepat dan menjadi droplet

Poltekkes Kemenkes Palembang


3

yang mengandung kuman TB paru. Gejala utama pada tersangka tuberculosis paru
adalah batuk berdahak lebih dari tiga minggu, sesak napas, nyeri dada, berkeringat
pada malam hari, dan demam tinggi (Masriadi, 2014). Dampak dari pengeluaran
dahak yang tidak lancar akibat ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah
penderita mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas di dalam
paru-paru. Batuk efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan
menjaga paru-para agar tetap bersih. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien
dengan cara posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar (Nugroho,
2011).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah studi kasus ini yaitu dengan tingginya


prevalensi tuberculosis paru dan tingginya masalah ketidakefektifan bersihan jalan
napas yang mengakibatkan sesak pada klien bagaimana melakukan implementasi
keperawatan keluarga dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
pasien dan keluarga pasien tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu
Palembang Tahun 2021.

1.3. Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum


Tingginya prevalensi tuberculosis paru dan tingginya masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas yang mengakibatkan sesak
pada klien penulis mampu melaksanakan implementasi
keperawatan keluarga dengan masalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas pada pasien dan keluarga pasien tuberculosis paru di
wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2021.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Klien dan keluarga dapat mengimplementasikan latihan


batuk efektif dengan masalah ketidakefektifan jalan napas
pada pasien tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas 1
Ulu Palembang Tahun 2021.

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

b. Klien dan keluarga dapat mengimplementasikan teknik


relaksasi latihan napas dalam dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien
tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu
Palembang Tahun 2021.
c. Klien dan keluarga dapat memahami tentang pendidikan
kesehatan mengenai penyakit tuberculosis paru dengan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien
tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu
Palembang Tahun 2021.

1.4. Manfaat Studi Kasus

Setelah melakukan asuhan keperawatan ini, diharapkan dapat


memberikan manfaat sebagai berikut :

1.4.1. Teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah


wawasan,pengetahuan,pengalaman,serta untuk sarana belajar
dengan menerapkan ilmu yang telah di peroleh tentang tuberculosis
paru.

1.4.2. Aplikasi Teraupetik

Menjalin kerja sama dengan petugas kesehatan di puskesmas


dengan upaya memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
pada klien dengan perawatan di rumah dan memberikan informasi
serta pelaksanaan implementasi keperawatan keluarga pasien
tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang
Tahun 2021.

1.4.3. Metodelogis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat membantu dalam


menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan dapat menilai hasil-

Poltekkes Kemenkes Palembang


5

hasil studi kasus yang sudah ada serta dapat dipertanggung


jawabkan kebenarannya.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan


mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit, tetapi paling banyak melalui inhalasi
droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Nanda NIC-NOC,
2015).

2.1.2 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak


berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe Human dan Tipe
Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di
udara yang berasal dari TBC dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 Fase menurut Nanda
NIC-NOC, 2015 :
a. Fase 1 (Fase Tuberculosis Primer): masuk ke dalam paru dan berkembang
biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh.
b. Fase 2
c. Fase 3 (Fase Laten): fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur
hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh,
dan bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf
hillus, leher dan ginjal.
d. Fase 4: dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke
organ yang lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.

6
7

2.1.3 Patofisiologi

Pertama kali klien terinfeksi oleh tuberculosis disebut sebagai “infeksi


primer” dan terdapat apeks paru atau dekat pleura lobus bawah. Infeksi primer
hanya berukuran mikroskopis. Tempat infeksi primer dapat mengalami proses
degenerasi nekrotik (perkejuan) yang menyebabkan pembentukan rongga yang
terisi oleh massa basil tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang mati dan
jaringan paru nekrotik. Pada waktunya, material ini mencair dan dapat mengalir
ke dalam percabangan trakeobronkhial dan dibatukkan. Rongga yang terisi udara
tetap ada dan terdeteksi ketika dilakukan rontgen dada.

Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan


dengan membentuk jaringan paru dan pada akhirnya terbentuk lesi pengapuran
yang dikenal sebagai tuberkel Ghon. Lesi ini dapat mengandung basil hidup yang
dapat aktif kembali, meski telah bertahun-tahun dan menyebabkan infeksi
sekunder. Infeksi tuberkulosis primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi
alergi terhadap basil tuberkel dan proteinnya. Respons imun seluler ini tampak
dalam bentuk sensitivitas sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes kulit
tuberkulin (Niluh & Christantie, 2003).

Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada semua sel-sel tubuh


2 sampai 6 minggu setelah infeksi primer dan akan dipertahankan selama basil
hidup dalam tubuh. Imunitas di dapat ini menghambat pertumbuhan basil lebih
lanjut dan terjadinya infeksi aktif. Faktor yang mempunyai peran dalam
perkembangan tuberkulosis menjadi penyakit aktif termasuk usia lanjut, infeksi
HIV, dan malnutrisi. Selain penyakit primer yang progresifm ineksi ulang juga
mengarah pada bentuk klis tuberkulosis aktif. Tempat primer infeksi yang
mengandung basil tuberkulosis dapat tetap laten selama bertahun-tahun dan
kemudia aktif kembali jika daya tahan klien yang telah mengalam infeksi
tuberkulosis untuk mengetahui adanya penyakit aktif (Niluh & Christantie, 2003).

Poltekkkes Kemenkes Palembang


8

2.1.4 Pathway
Gambar 2.1 Pathway
Mycobacterium tuberkulosa Droplet infection Masuk lewat jalan nafas

Menempel pada paru

Keluar dari tracheobionchial Dibersihkan oleh makrofag Menetap di jaringan paru


bersama sekret

Terjadi proses peradangan


Sembuh tanpa pengobatan

Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang di


sitoplasma makrofag

Sarang primer/afek primer


Mempengaruhi hipotalamus
(fokus ghon)

Mempengaruhi sel point

Hipertermi

Komplek primer Limfangitis lokal Limfadinitis regional

Menyebar ke organ lain (paru Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas
lain, saluran pencernaan, tulang) pengobatan fibrosis

Pertahanan primer tidak adekuat

Pembentukan tuberkel Kerusakan member alveolar

Pembentukan sputum
berlebihan

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

(Sumber: Nanda NIC-NOC, 2015)

Poltekkkes Kemenkes Palembang


9

2.1.5 Klasifikasi

Tuberkulosis dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil pemeriksaan dahak


(BTA). Klasifikasi tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak menurut
Laban, 2008 yaitu :
a. Tuberkulosis paru Basil Tahan Asam (BTA) positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
2) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
3) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
b. Tuberkulosis paru Basil Tahan Asam (BTA) negatif
1) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
2) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
mycobacterium tuberculosis positif.

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gambaran tuberkulosis paru dapat menjadi 2 golongan menurut Nanda
NIC-NOC, 2015, yaitu :
a. Gejala respiratorik
1) Batuk, yaitu gejala timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah, yaitu darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak nafas, yaitu gejala ini dapat ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


10

4) Nyeri dada, yaitu nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri
pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem pernafasan di pleura
terkena.
b. Gejala sistematik
1) Demam, yaitu gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip dengan demam influenza.
2) Gejala sistematik lain, yaitu keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise.
3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu/bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis


paru menurut Padila, 2013 yaitu :
a. Laboratorium darah rutin
LED normal / meningkat, limfositosis.
b. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Tes PAP adalah uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux / Tuberkulin
Tes Mantoux adalah uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Pemeriksaan radiologi
Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis tuberculosis paru, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah.
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular).

Poltekkkes Kemenkes Palembang


11

2.1.8 Faktor Resiko


Faktor Resiko terjadinya penyakit tuberculosis paru menurut Aini,
dkk 2017 yaitu sebagai berikut :
1) Rumah tempat tiggal tidak tersedia atau tidak memiliki ventilasi
2) Jendela rumah tidak dibuka setiap hari atau tidak memiliki jendela
rumah
3) Keadaan rumah pengap atau lembab
4) Sinar matahari yang masuk kerumah tidak cukup yang ditandai
dengan tidak adanya cahaya terang dari sinar matahari pada siang
hari di dalam rumah
5) Tinggal di lingkungan yang kumuh
6) Minum Alkohol
7) Perokok dan mantan perokok
8) Mengalami gizi buruk atau malnutrisi
9) Menderita HIV/AIDS
10) Menderita Diabetes
11) Tinggal serumah dengan penderita TB Paru
12) Tinggal serumah dengan lebih dari satu penderita TB Paru
13) Adanya kontak dengan penderita TB Paru diluar rumah secara
intensif seperti tempat kerja, sekolah, dll.

2.1.9 Cara Penularan


Cara penularan penyakit tuberculosis paru menurut Naga 2012 yakni
secara umum, derajat atau tingkat penularan penyakit tuberculosis paru tergantung
pada banyaknya bakteri Mycobacterium Tuberculosis di dalam sputum, dengan
adanya pencemaran udara dari batuk, bersin, dan berbicara. Bakteri ini dapat
bertahan di udara selama beberapa jam sehingga cepat atau lambat droplet yang
mengandung bakteri TB akan terhirup orang lain. Resiko penularan tergantung
dengan seseorang dengan seberapa seringnya terpapar percikan. Pasien TB
dengan BTA (+) memberikan penularan lebih besar di bandingkan dengan pasien
TB dengan BTA (-). Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukan dengan Annual
Risk Of Tuberculosis Infetion (ARTI) yaitu proposi penduduk yang berisiko

Poltekkkes Kemenkes Palembang


12

terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10 orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun. Infeksi TB ini dibuktikan dengan perubahan
reaksi tuberkulin yang negatif menjadi positif, kemungkinan pasien TB
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh yang rendah dan malnutrisi.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


13

PROGRAM DOTS (Directly Observed Treatment Short)


Lima komponen strategi DOTS menurut WHO dalam Nanda NIC-NOC,
2015 adalah sebagi berikut :
a. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
Komitmen pimpinan yang tinggi mulai dari pusat, provinsi dan
kabupaten/kota sangat menentukan terhadap keberhasilan program TB.
Komitmen ini meliputi kebijakan, keberpihakkan, perhatian begitu juga
dalam bentuk pendanaan untuk mendukung pelaksanaan program TB.
b. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik. Diagnosis TB
dilakukan dengan pemeriksaan spesimen dahak. Pemeriksaan dahak
dilakukan terhadap dahak terduga TB yaitu dahak sewaktu pada waktu
berkunjung ke faskes, dahak pagi yang diambil pagi hari ketika di rumah dan
dahak sewaktu ketika datang ke faskes kembali (SPS). Pemeriksaan ini
dilakukan menggunakan mikroskopis setelah dibuat sediaan pada slide.
c. Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan menggunakan
obat anti tuberculosis (OAT), dengan lama pengobatan enam bulan. Dalam
pengobatan harus ada pengawas minum obat. Hal ini diperlukan agar pasien
minum obat secara rutin atau tidak putus selama jadwal waktu pengobatan.
Pengawas minum obat dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, tokoh
masyarakat atau keluarganya sendiri.
d. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin. Obat
TB harus tersedia dalam jumlah yang cukup di setiap tingkat administrasi dan
faskes setiap waktu. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pasien putus
berobat yang diakibatkan oleh ketersediaan obat.
e. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB. Seluruh proses penemuan dan
pengobatan terhadap pasien harus dicatat dan dilaporkan secara periodik
sesuai ketentuan yang berlaku.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


14

2.1.10 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4 atau 7 bulan). Panduan obat yang digunakan terdiri
dari panduan obat utama dan tambahan menurut Nanda NIC-NOC, 2015 yaitu :
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1) Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan menurut Nanda NIC-NOC,
2015 yaitu :
a) Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3x/ minggu atau BB > 60 kg:
600 mg, BB 40-60 kg: 450 mg, BB < 40 kg: 300 mg, dan dosis
intermitten 600 mg/kali.
b) INH
Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg/kk BB 3 kali seminggu,
15 mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/har. Untuk dewasa,
intermitten: 600 mg/kali.
c) Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50
mg/kg BB 2 kali seminggu atau BB > 60 kg: 1500 mg, BB 40-60 kg:
1000 mg, BB < 40 kg: 750 mg.
d) Streptomisin
Dosis 15 mg/kg BB atau BB > 60 kg: 1000 mg, BB 40-60 kg: 750 mg,
BB < 40 kg: sesuai BB.
e) Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg
BB 3x seminggu. 45 mg/kg BB 2x seminggu atau BB > 60 kg: 1500
mg, BB 40-60 kg: 1000 mg, BB < 40 kg: 750 mg, dan dosis intermiten
40 mg/kg BB/kali.
2) Kombinasi dosis tetap (fixed dose combination), kombinasi dosis tetap
ini menurut Nanda NIC-NOC, 2015 yaitu :
a) Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


15

b) Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.
c) Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi
dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase
intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis
2 obat anti tuberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai
dengan pedoman pengobatan.
3) Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin, kuinolon, obat lain masih dalam penelitian seperti makrolid,
amoksilin + asam klavulanat. Kemudian, derivat rifampisin dan INH
yaitu sebagian besar penderita tuberculosis dapat menyelesaikan
pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami
efek samping. Oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek
samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping
yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat
diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


16

2.1 Tabel efek samping ringan dan berat dari OAT


Efek samping ringan dari OAT :
Efek samping Penyebab Penanganan

Tidak nafsu makan, mual, Rimpamfisin Obat diminum malam


sakit perut sebelum tidur

Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin atau allopurinol

Kesemutan sampai dengan INH Beri vitamin B6 (piridoksin


rasa terbakar di kaki 100 mg/hari)

Warna kemerahan pada air Rifampisin Beri penjelasan tidak perlu


seni diberi aba-aba

Efek samping berat dari OAT :


Efek samping Penyebab Penanganan
Gatal dan kemerahan pada Semua jenis OAT Beri antihistamin dan
kulit dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan
Ikhterik Hampir semua OAT Hentikan semua OAT dan
ikhterik menghilang
Bingung dan muntah- Hampir semua OAT Hentikan semua OAT dan
muntah lakukan uji fungsi hati
Gangguan penglihatan Ethambutanol Hentikan ethambutanol
Pura-pura dan shock Rifampisin Hentikan rifampisin

(Sumber : Nanda NIC-NOC, 2015).

Poltekkkes Kemenkes Palembang


17

b. Paduan Obat Anti Tuberkulosis


Pengobatan tuberkulosis menurut Nanda NIC-NOC, 2015 dibagi menjadi :
1) TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE / 4 RH
Alternatif : 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE / 6HE
Paduan ini dianjurkan untuk TB paru BTA (+) kasus baru, TB paru BTA
(-) dengan gambaran radiologik lesi luas, TB di luar paru kasus berat.
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan,
dengan paduan 2RHZE / 7 RH, dan alternatif 2RHZE / 7R3H3, seperti
pada keadaan TB dengan lesi luas, disertai penyakit komorbid (Diabetes
Mellitus, pemakaian obat imunosupresi / kortikosteroid), TB kasus berat
(millier). Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan
disesuaikan dengan hasil uji resistensi.
2) TB paru (kasus baru), BTA negatif
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ / 4 RH
Alternatif : 2 RHZ / 4R3H3 atau 6 RHE
Paduan ini dianjurkan untuk TB paru BTA negatif dengan gambaran
radiologik lesi minimal, TB di luar paru kasus ringan, TB paru kasus
kambuh. Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam
OAT pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat
diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6
bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga paduan obat
yang diberikan : 3 RHZE / 6 RH. Bila tidak ada / tidak dilakukan uji
resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES / 1 RHZE /
5R3H3E3 (Program P2TB).
3) TB paru kasus gagal pengobatan
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan minimal
menggunakan 4-5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitif
(seandainya H resisten, tetap diberikan). Dengan lama pengobatan minimal
selama 1-2 tahun.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


18

4) TB paru kasus lalai berobat


Penderita TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali
sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
a) Penderita yang menghentikan pengobatannya < 2 minggu, pengobatan
OAT dilanjutkan sesuai jadwal.
b) Penderita menghentikan pengobatannya > 2 minggu
c) Berobat > 4 bulan, BTA megatif dan klinik, radiologik negatif,
pengobatan OAT STOP.
d) Berobat > 4 bulan, BTA positif: pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih
lama.
e) Berobat < 4 bulan, BTA positif: pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang sama.
f) Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu
pengobatan diteruskan kembali sesuai jadwal.
5) TB paru kasus kronik
a) Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi,
berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan
hasil uji resistensi (minimal terdapat 2 macam OAT yang masih
sensitif dengan H tetap diberikan walaupun resisten) ditambah dengan
obat lain seperti kuinolon, betalaktam, makrolid.
b) Jika tidak mampu diberikan INH seumur hidup, pertimbangkan
pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


19

2.2 Konsep Keluarga


2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah pekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosi, dan sosial dari tiap anggota (Harmoko, 2012).
2.2.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bahwa keluarga bisa melaksanakan
fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga menurut Harnilawati, 2013
yaitu:
a. Patrinilineal
Patrinilieal adalah keluarga kandung yang terdiri dari beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga kandung yang terdiri dari beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
kandung istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga kandung
suami.
e. Keluarga Kawin
Keluarga kawin adalalah hubungan suami istri sebagai dasar untuk membina
keluarga dari pihak suami maupun istri.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


20

2.2.3 Tipe Keluarga


Pembagian tipe keluarga menurut Suprajitno, 2004 yaitu :
a. Keluarga inti adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi.
b. Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah seperti kakek, nenek, paman, bibi.
c. Orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah.
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya.
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

2.2.4 Ciri-ciri Keluarga


Ciri-ciri keluarga menurut Ali, 2009 yaitu :
a. Terdiri dari 2 orang atau lebih dalam satu atap yang mempunyai hubungan
perkawinan.
b. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
c. Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing yang
dikoordinasikan oleh kepala keluarga.
d. Umumnya dipimpin oleh suami dan dilakukan secara musyarawah.

2.2.5 Peran Keluarga


Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Peranan keluarga menggambarkan perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing menurut Harnilawati, 2013 yaitu :

Poltekkkes Kemenkes Palembang


21

a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pemberi rasa nyaman bagi setiap anggota keluarga dan sebagai
anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pencari
nafkah tambahan dan sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, sosial,
mental dan spiritual.

2.2.6 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga menurut Harmoko, 2012 yaitu :
a. Fungsi biologis
Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan kedewasaan
kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi yaitu membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga di masa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan yaitu memberikan pengetahu.an, keterampilan,
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

Poltekkkes Kemenkes Palembang


22

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai


dengan tingkat perkembangannya.

2.2.7 Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan menurut Harmoko, 2012 yaitu :
a. Tahap 1 (pasangan baru atau keluarga baru)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
membina hubungan intim, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan
dengan keluarga lain atau kelompok sosial, merencanakan anak atau keluarga
berencana, menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
b. Tahap 2 (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran di mulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua, membagi peran dan tanggung
jawab, menata ruang untuk anak, mempersiapkan biaya untuk anak, dan
bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
c. Tahap 3 (anak pra sekolah)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun sampai 5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan
anggota keluarga, membantu anak untuk bersosialisasi, mempertahankan
hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar lingkungan keluarga, dan
pembagian tanggung jawab anggota keluarga
d. Tahap 4 (anak usia sekolah)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat
belajar, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual,
dan menyediakan aktifitas untuk anak.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


23

e. Tahap 5 (anak remaja)


Tahap ini di mulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun sampai 19-20
tahun. Tujuan utama pada tahap ini adalah memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah memberikan kebebasan yang
seimbang dan mempertahankan komunikasi terbuka antar anak dan orang tua.
f. Tahap 6 (anak dewasa)
Tahap ini di mulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tujuan
utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini adalah memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar,
berperan sebagai suami, istri, kakek, dan nenek, menciptakan lingkungan
rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
g. Tahap 7 (usia pertengahan)
Tahap ini di mulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kesehatan,
mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai, mempertahankan hubungan dengan anak dan
keluarga, dan mempersiapkan diri untuk menjadi manusia lanjut usia.
h. Tahap 8 (usia lanjut)
Tahap terakhir perkembangan keluarga di mulai pada saat salah satu
pasangan pensiun dan salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan, mempertahakan hubungan antara suami dan istri serta saling
merawat, menerima kematian pasangan dan mempersiapkan kematian.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


24

2.2.8 Tugas Keluarga


Tugas keluarga menurut Harmoko, 2012 yaitu :
a. Pemeliharaan fisik
Keluarga bertanggung jawab menyediakan tempat bernaung, pakaian yang
sesuai dan makanan yang bergizi, serta asuhan kesehatan atau keperawatan
yang memadai.
b. Pemeliharaan sumber
Sumber-sumber tersebut meliputi keuangan, waktu pribadi, energi dan
hubungan dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga
dipenuhi melalui penganggaran dan pembagian kerja untuk menyediakan
bahan, ruangan dan fasilitas melalui hubungan interpersonal untuk saling
membagi wewenang, menghormati dan perhatian.
c. Pembagian kerja
Anggota keluarga menetapkan siapa yang akan memikul tanggung jawab,
seperti memperoleh penghasilan atau mengelola tugas kerumahtanggan.
d. Sosialisasi anggota keluarga
Keluarga mempunyai tanggung jawab untuk membimbing berkembangnya
secara matang pola perilaku yang diterima masyarakat, menyangkut
kebutuhan makan, eliminasi, istirahat, tidur, dan interaksi dengan orang lain.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
Melahirkan, adopsi dan membesarkan adalah tanggung jawab keluarga.
Kebijakan-kebijakan ini ditetapkan untuk memasukkan orang lain ke dalam
keluarga seperti untuk saudara, orang tua tiri,tamu dan teman.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


25

2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis
besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah struktur dan
karakteristik keluarganya, sosial, ekonomi, budaya, faktor lingkungan, riwayat
kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga, psikososial keluarga (Harmoko,
2012). Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini menurut Harmoko, 2012 yaitu :
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama
atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,
dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
terkait dengan kesehatan seperti latar belakang etnik keluarga atau
anggota keluarga, tempat tinggal keluarga, kegiatan-kegiatan sosial
budaya, rekreasi dan pendidikan, kebiasaan-kebiasaan diet dan
berbusana, baik tradisional maupun modern, bahasa yang digunakan di
dalam keluarga (rumah), penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga
dan praktisi.
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhi kesehatan seperti :
a) Keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan.
b) Agama yang dianut oleh keluarga.
c) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut
dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


26

5) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga


ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupuna anggota
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga seperti :
a) Jumlah pendapatan per bulan.
b) Sumber-sumber pendapatan per bulan.
c) Jumlah pengeluaran per bulan.
d) Sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya di lihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreeasi, selain itu perlu dikaji penggunaan
waktu luang.
b. Genogram
Genogram adalah sebuah diagram yang menggambarkan kontelasi keluarga
(pohon keluarga).

Poltekkkes Kemenkes Palembang


27

Gambar 2.2 Simbol-simbol dalam Genogram

Laki-laki Perempuan Kawin

Pisah Cerai

Klien yang di identifikasi Tidak menikah

Anak Adopsi / Angkat Anggota Serumah

Kembar Meninggal

(Sumber : Harmoko, 2012)

Poltekkkes Kemenkes Palembang


28

c. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


Tahap, perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan tahap
kehidupan keluarga. Tahapan keluarga menurut Harmoko 2012 ditentukan
sebagai berikut :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, di tentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti
perceraian, kematian dan keluarga yang hilang.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal orang tua menjelaskan
hubungan masa lalu dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
d. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, kontrak
atau lainnya). Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan
eksterior. Interior meliputi jumlah kamar dan tipe kamar, sedangkan
eksterior meliputi perabot, ventilasi, lantai, tangga rumah, dapur, suplai
air minum, penggunaan alat-alat masak, kamar mandi, sanitasi air, fasilitas
toilet, kamar tidur, sanitasi rumah, serta pengaturan privasi.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan apakah keluarga yang
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal atau tidak.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakna keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


29

5) Sistem pendukung keluarga


Sistem pendukung keluarga meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat,
sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial serta jaminan
pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga.
e. Struktur Keluarga
1) Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, termasuk pesan
yang di sampaikan, bahas yang di gunakan, komunikasi secara langsung
atau tidak, pesan emosional (positif atau negatif), frekuensi dan kualitas
komunikasi yang berlangsung.
2) Struktur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga, pembagian peran untuk mengambil keputusan
dalam pekerjaan atau tempat tinggal, serta siapa yang memutuskan
kegiatan dan kedisiplinan anak-anak.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga secara formal
maupun informal.
4) Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga dengan
kelompok atau komunitas.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji yaitu interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu persediaan makanan, pakaian, perlindungan,
serta merawat anggota keluarga yang sakit.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


30

g. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji yaitu mengkaji beberapa anak, merencanakan jumlah
anggota keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
h. Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dalam masyarakat guna
meningkatkan status kesehatan dalam keluarganya.
i. Stres dan koping
1) Stresor jangka pendek
Stres yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaiannya dalam
waktu kurang lebih 6 bulan.
2) Stres jangka panjang
Stres yang di alami memerlukan tahap penyelesaian lebih dari 6 bulan.
3) Kemampuan dalam keluarga dalam merespon stresor
Mengkaji sejauh mana keluarga merespon terhadap situasi stresor.
4) Strategi koping yang digunakan
Mengkaji strategi apa yang di gunakan dalam keluarga bila menghadapi
permasalahan dalam keluarganya.
5) Strategi disungsional
Mengkaji adaptasi disfungsional yang di gunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
j. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
k. Harapan keluarga
Perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


31

2.3.2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakn-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosa
keperawatan keluarga di analisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam
tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungso-
fungsi keluarga, koping keluarga. Komponen diagnosa keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES (Problem, Etiologi, Sign). Ada tiga perumusan
diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati
menurut Harmoko (2012), yaitu :
a. Masalah (problem, P)
Mengacu pada respon keluarga terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
b. Penyebab (etiologi, E)
Penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah
terhadap intervensi keperawatan.
c. Tanda (sign, S)
Tanda / sign adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


32

Penentuan Prioritas
Tabel 2.3
Skala Dalam Penggunaan Proses Skoring
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah 1
Tidak atau kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis dan keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah dapat dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

(Sumber : Harmoko, 2012).


Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan menurut Harmoko,
2012 yaitu :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
2) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

skor yang diperoleh


x bobot
skor tertinggi
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

Poltekkkes Kemenkes Palembang


33

2.3.3 Intervensi
Apabila masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah
teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan
sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawata keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan
dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah keperawatan yang telah di
identifikasi (Harmoko, 2012). Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana
asuhan keperawatan keluarga menurut Harmoko, 2012 yaitu :
a. Menentukan sasaran yang paling penting
Sasaran harus ditentukan bersama keluarga jika keluarga mengerti dan
menerima sasaran yang telah ditentukan, mereka diharapkan dapat
berpartisipasi dalam mencapai secara aktif tersebut. Misalnya, setelah
dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang menderita penyakit tuberculosis paru.
b. Menentukan tujuan dan objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci,
berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan
dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat di ukur,
realistis, dan ada batasan waktu. Misalnya, setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan anggota keluarga yang sakit tuberculosis paru
mengerti tentang cara pengobatan dan tindakan pencegahan.
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Perawatan
kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi
sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidak sanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur
pencapaian tertentu, sedangkan standar menunjukkan tingkat penampilan
yang diinginkan untuk membandingan bahwa perilaku menjadi tujuan
tindakan perawat telah tercapai.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


34

2.3.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga.
Perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam
mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Oleh karena itu, diharapkan
perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi-
potensi yang ada, sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri dan mandiri
dalam menyelesaikan masalah (Harmoko, 2012). Tindakan keperawatan keluarga
menurut Harmoko, 2012 yaitu :
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara mengidentifikasi konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


35

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan
rencana tindakan yang dilakukan perawat, apabila tidak atau belum berhasil perlu
disusun rencana baru. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga (Bakri, 2017).
Evaluasi menurut Bakri, 2017 yaitu :
a. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk kegiatan
pengisian catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang di alami klien.
Formal yang digunakan dalam evaluasi ini adalah SOAP, yaitu :
1) S (subjektif) adalah data subjektif berisi data dari pasien melalui
anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
2) O (objektif) adalah data objektif dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik.
3) A (assesment) adalah analisis berdasarkan data yang telah dikumpulkan
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, serta perlu tidaknya
dilakukan tindakan segera.
4) P (plan) adalah rencana dari tindakan yang diberikan.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


36

2.4 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


2.4.1 Pengertian
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas (Nanda NIC-NOC, 2015).
a. Batasan Karakteristik
1) Tidak ada batuk
2) Suara napas tambahan
3) Perubahan frekuensi napas
4) Perubahan irama napas
5) Sianosis
6) Kesulitan berbicara
7) Penurunan bunyi napas
8) Dispnea
9) Sputum dalam jumlah banyak
b. Faktor yang Berhubungan
1) Lingkungan yaittu perokok pasif, mengisap asap, merokok
2) Obstruksi jalan nafas yaitu spasme/penyempitan jalan napas, pengumpulan
seksresi tertahan, banyaknya mukus/lendir.
c. Tujuan
1) Kepatenan jalan napas.
d. Kriteria Hasil
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah).
2) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara
abnormal).
3) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


37

e. Perencanaan
1) Kaji frekuensi pernafasan pasien.
2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan sputum dengan cara batuk efektif.
3) Beri posisi semi fowler.
4) Bersihkan sputum dengan cara batuk efektif.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai dengan indikasi.

2.4.2 Latihan Batuk Efektif


a. Definisi
Latihan batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi
pada jalan nafas, suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal (Muttaqin, 2012).
b. Tujuan
Latihan batuk efektif bertujuan untuk meningkatkan mobilisasi sekret,
mencegah resiko tinggi retensi sekresi, membebaskan jalan nafas dari
akumulasi sekret, Latihan batuk efektif bertujuan untuk mengeluarkan
sputum dan membantu membersihkan sekret pada jalan nafas (Muttaqin,
2012).
c. Prosedur
Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret. Prosedur latihan
batuk efektif menurut ( Rahayu dan Mardi, 2016) yaitu :
1) Memita pasien dengan posisi senyaman mungkin (semi fowler)
2) Anjurkan pasien untuk minum air putih hangat untuk mengencerkan
sputum
3) Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen.
4) Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidug
hingga 3 hitungan jaga muut tetap tertutup).
5) Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan, dan hembuskan nafas
secara perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)
6) Memita pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi otot

Poltekkkes Kemenkes Palembang


38

7) Meminta pasien melakukan nafas dalam 2 kali, yang ke 3 inspirasi, tahan


nafas dan batukkan dengan kuat di daam sputum pot.

2.4.3 Latihan Nafas Dalam


a. Definisi
Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat peralahan dan dada
mengembang penuh. Penatalaksanaan pemberian latihan nafas dalam sangat
penting diketahui perawat yang setiap hari berhadapan dengan klien yang
mempunyai masalah dengan kapasitas dan ventilasi paru (Muttaqin, 2012).
b. Tujuan
Tujuan nafas dalam adalah untuk memperbaiki kapasitas vital dan ventilasi
paru, menyimpan energi, menghilangkan sekret, memaksimalkan upaya
ekspansi paru, membantu pernapasan abdomen agar lebih mudah sehingga
pernapasan lebih efektif, membantu menurunkan efek ansietas. Efek relaksasi
nafas dalam membuat klien merasa rileks dan tenang saat mengambil oksigen
di udara melalui hidung (Muttaqin, 2012).
c. Prosedur
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan abdominal
(diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur teknik relaksasi nafas dalam menurut (Rahayu dan Mardi, 2016) yaitu
1) Atur posisi yang nyaman (semi fowler)
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen.
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat di bawah tulang iga.
4) Latih pasien tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup.
Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5) Anjurkan pasien tetap rileks, jangan melengkungkan punggung dan
konsentrasi dengan pengembangan abdomen.
6) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips breathing) secara
perlahan-lahan.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


39

2.4.4 Memberikan Pendidikan Kesehatan


Keluarga dan penderita tuberkulosis paru diberdayakan melalui pemberian
informasi yang memadai tentang tuberkulosis dan pentingnya upaya pencegahan
dan pengendalian tuberkulosis. Diharapkan dapat merubah perilaku keluarga yang
meliputi menumbuhkan aspek pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap dan
tindakan, kesadaran kesehatan terhadap anggota keluarga dalam perawatan,
pengobatan dan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru.

Poltekkkes Kemenkes Palembang


BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus

Desain studi kasus ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah keperawatan pada keluarga dengan ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu
Palembang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan implementasi
keperawatan.

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep studi kasus adalah kerangka antara implementasi


keperawatan terhadap ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga
dengan tuberkulosis paru.

Gambar 3.1

Ketidakefektifan bersihan jalan Implementasi Keperawatan


napas pada keluarga dengan a. Latihan batuk efektif
tuberkulosis paru b. Latihan napas dalam
c. Memberi pendidikan
kesehatan mengenai
penyakit tuberculosis
paru kepada pasien dan
keluarga pasien.

3.3 Definisi Istilah

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga dengan tuberkulosis


paru adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
oleh keluarga dengan tuberkulosis paru. Untuk mengukur ketidakefektifan

40
41

bersihan jalan napas yaitu dengan cara austukultasi apakah ada suara napas
tambahan dan menanyakan apakah ada keluhan sesak dari klien.
b. Batuk efektif adalah tindakan keperawatan untuk mengurangi energi
pasien sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal.
c. Napas dalam adalah tindakan keperawatan untuk menarik nafas perlahan
melalui hidung dan menggunakan diafragma untuk memperbaiki kapasitas
vital, ventilasi paru, dan menghilangkan sekret.
d. Memberi pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien adalah
memberikan informasi yang memadai tentang tuberkulosis dan pentingnya
upaya pencegahan dan pengendalian tuberkulosis kepada keluarga.

3.4 Subjek Studi Kasus

Subyek studi kasus dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dua
orang pasien dan keluarga pasien tuberculosis paru dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas di Puskesmas 1 Ulu Palembang.
Dilakukan dengan memperoleh data dan informasi tentang penyakit
tuberculosis paru di Puskesmas 1 Ulu Palembang lalu melakukan survei dari
rumah ke rumah untuk mendapatkan 2 orang pasien tuberculosis paru dengan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas.

3.5 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus ini adalah implementasi keperawatan pada pasien dan
keluarga pasien tuberkulosis paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas.

3.6 Tempat dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu Palembang 9


April sampai 13 April pada Tahun 2021.

Poltekkes Kemenkes Palembang


42

3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Instrumen Pengumpulan Data

Alat yang digunakan yaitu format asuhan keperawatan keluarga


yang berisi pengkajian, diagnosa, perencanaan, riwayat kesehatan dan
dari setiap anggota keluarga serta evaluasi.

3.7.2 Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data. Dalam studi kasus ini, peneliti akan
mewawancarai responden dan keluarga responden.
b. Observasi dan Pengukuran
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain
melihat, mendengar, mencatat, dan lain sebagainya. Dalam studi
kasus ini, peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap responden berkaitan dengan masalah yang diamati dan
dihadapi, seperti pengukuran tanda-tanda vital (frekuensi denyut
nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh dan tekanan darah).
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan adalah pemeriksaan seluruh
tubuh mulai dari bagian kepala sampai ekstremitas bawah dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

3.8 Analisis dan Penyajian Data

Dalam penulisan ini penulis menganalisis data dari hasil observasi dan
wawancara ke klien. Adapun bentuk penyajian data studi kasus ini adalaah
disajikan dalam bentuk naratif.

Poltekkes Kemenkes Palembang


43

3.9 Etika Studi Kasus

Sebelum melakukan studi kasus, setiap pasien akan diberi hak penuh untuk
menyetujui atau menolak menjadi responden dengan cara menandatangani
informed consent atau surat pernyataan kesediaan yang telah disiapkan oleh
peneliti. Etika studi kasus menurut Macnee dalam Maksuk, 2018 yaitu :
a. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk
membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari
paksaan untuk berpartisipasi dari studi kasus ini.
b. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk
dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan
terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana informasi
tentang mereka dibagi dengan orang lain.
c. Hak anonymiry dan confidentiality, maka semua informasi yang didapat
dari klien dijaga dengan sedemikian rupa.
d. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang sama
untuk dipilih atau terlibat dalam studi kasus tanpa diskrimnasi dan
diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh
persetujuan yang disepakati.
e. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian
mengharuskan agar klien dilindungi dan eksploitasi dan peneliti harus
menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya
atau kerugian dari suatu studi kasus, serta memaksimalkan manfaat dari
studi kasus.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB IV

HASIL STUDI KASUS

4.1 Profil Puskesmas 1 Ulu Palembang

Puskesmas 1 Ulu berdiri sejak tahun 1983 atas bantuan Bank Dunia
dimana tanahnya merupakan tanah hibah dari pengusaha 1 Ulu. Pada
tanggal 14 Agustus 1983 puskesmas ini diresmikan sebagai Puskesmas
KIP UNIT 1 Ulu Palembang dan mulai melaksanakan operasionalnya.
Sekarang Puskesmas ini berganti nama menjadi Puskesmas 1Ulu
Palembang
Puskesmas 1 Ulu terletak di jalan Faqih Usman No. 23329 Kelurahan 1
Ulu Kecamatan Seberang 1 Ulu. Letak Puskesmas ini terletak dibelakang
masjid sekitar 100 meter dari jalan raya tetapi mudah dijangkau
masyarakat. Wilayah kerja Puskesmas ini meliputi 2 kelurahan yaitu
kelurahan1 Ulu dan kelurahan Kentang dengan luas wilayah 88,75Ha.

Wilayah Kerja Puskesmas 1 Ulu ini berbatasan dengan:


1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan 3 Ulu
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Ogan Kertapati
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Musi
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurah 15 Ulu

4.1.1 Ruangan TBC Dan Kusta


Ruangan TBC dan Kusta telah berdiri sejak tahun 2010,
mempunyai sumber daya manusia yaitu Kepala Puskesmas 1
Ulu Hj. Lela Harmiyati, SKM. MKM. Penanggung Jawab
Ruangan Dr. Anna Karenina PB. Perawat Dian Fitriana, Amd.
Kep. LCPK Ruslan

44
45

4.2 Pengkajian

Penulis melakukan proses pendekatan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret


2021. Penulis berkunjung ke Puskesmas 1 Ulu Palembang mengajukan surat
resmi pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah asuhan keperawatan keluarga.
Setelah diterima langsung dilanjutkan memperoleh data dan informasi tentang
penyakit Tuberculosis Paru meliputi nama klien Tn. S umur 48 tahun dan Ny. S
umur 34 tahun serta alamat pasien berada di wilayah kerja Puskesmas 1 Ulu
Palembang. Kemudian penulis tempat tinggal Tn. S dan Ny. S.

Pada tanggal 9 april dilakukan pengkajian untuk mendapatkan data yang


tepat untuk menentukan masalah kesehatan keluarga. Setelah data terkumpul
penulis menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana
asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas. Implementasi
keperawatan disusun sesuai dengan rencana yang dibuat kemudian dilakukan
evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan. Dari hasil kunjungan
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.

Poltekkes Kemenkes Palembang


46

PASIEN 1

Tabel 4.1 Komposisi Keluarga Tn.S

No Nama Umur Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


Kelamin Dengan Kesehatan
KK
1. Tn. S 48 Laki-laki Kepala SD Petani Sakit
Keluarga
2. Ny.I 48 Perempuan Istri SD Ibu Sehat
Rumah
Tangga
3. Tn. S 23 Laki- laki Anak SMP Buruh Sehat
Harian
Lepas
4. Nn. L 20 Perempuan Anak SMP Buruh Sehat
Harian
Lepas
5. Tn. A 19 Laki- laki Anak SD Buruh Sehat
Harian
Lepas
6. Nn. L 18 Perempuan Anak SMP Buruh Sehat
Harian
Lepas
7. An. N 4 Laki – laki Anak Belum Belum Sehat
Sekolah Bekerja

Poltekkes Kemenkes Palembang


47

Genogram :

Gambar 4.1 Genogram Keluarga Tn.S

Keterangan :

v = Laki – laki = Klien = Meninggal

= Perempuan = Tinggal Serumah

Poltekkes Kemenkes Palembang


48

PASIEN 2

Tabel 4.2 Komposisi Keluarga Ny. S

No Nama Umur Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


Kelamin Dengan Kesehatan
KK
1. Ny. S 34 Perempuan Kepala SD Wirausaha Sakit
Keluarga
2. An. N 11 Laki – Anak SD Pelajar Sehat
Laki

Genogram :

--

Keterangan :

v = Laki – laki = Klien = Meninggal

= Perempuan

Poltekkes Kemenkes Palembang


49

Tabel 4.3 Data Umum

No Kategori Pasien 1 Pasien 2


1. Tipe Keluarga Tipe keluarga Tn.S ini Tipe keluarga Ny.S adalah
adalah tipe Nuclear Family Single parent (orang tua
(Keluarga Inti) suatu rumah tunggal) yaitu keluarga
tangga yang terdiri dari yang memiliki satu orang
suami, istri dan anak tua dengan anak akibat
kandung. kematian.
2. Suku Bangsa Keluarga Tn.S adalah Keluarga Ny. S adalah
Warga Negara Indonesia Warga Negara Indonesia
(WNI), Tn. S berasal dari (WNI) Ny.S berasal dari
palembang. Bahasa yang Jawa. bahasa yang
digunakan adalah bahasa digunakan di dalam rumah
Palembang. adalah bahasa Jawa, tetapi
bahasa yang digunakan
dalam berinteraksi dengan
warga sekitar adalah
bahasa Palembang.
3. Agama Keluarga Tn.S beragama Keluarga Ny.S beragama
Islam dan cukup taat dalam Islam dan cukup taat
menjalankan ibadah. Dalam dalam menjalankan
keluarga Tn. S tidak ada ibadah. Dalam keluarga
kebiasaan dalam agamanya Ny.S tidak ada kebiasaan
yang bertentangan dengan dalam agamanya yang
kesehatan . bertentangan dengan
kesehatan .
4. Status Sosial Tn.S merupakan kepala Ny.S merupakan kepala
Ekonomi keluarga yang bekerja keluarga dan pencari
Keluarga sebagai petani dengan nafkah di keluarga, suami
penghasilan + 1.000.000 Ny.S sudah meninggal
dalam sebulan , istri Tn.S dan tinggal sendiri

Poltekkes Kemenkes Palembang


50

adalah seorang ibu rumah sekarang Ny.S yang


tangga Tn. S memiliki 5 bekerja sebagai wirausaha
orang anak yaitu 3 anak ia memiliki warung
laki-laki 2 anak yang telah dirumahnya sebagai
bekerja dengan penghasilan penghasilan utamanya,
+ 1.000.000 dalam sebulan, pegahasilan + 1.000.000
dan 1 anak laki- laki yang dalam sebulan. Status
masih usia pra sekolah, 2 ekonomi tergolong kurang
anak perempuan yang telah mampu kebutuhan –
bekerja dengan penghasilan kebutuhan seperti
+ 1.000.000 dalam sebulan. membeli kebutuhan
Status ekonomi tergolong sandang panan,bayar
sederhana. Kebutuhan – listrik, PAM merasa
kebutuhan Tn.S yaitu kesulitan.
membeli kebutuhan sandang
pangan,bayar listrik dan
PAM.
5. Aktivitas Keluarga tidak mempunyai Keluarga tidak
Rekreasi jadwal rekreasi khusus mempunyai jadwal
Keluarga tetapi keluarga sering rekreasi khusus tetapi
berkumpul dan menonton keluarga sering berkumpul
TV . dan menonton TV.

Interpretasi

Berdasarkan data diatas di dapatkan data bahwa pasien 1 merupakan tipe keluarga
Besar (The Nuclear Family), sedangkan pasien 2 merupakan tipe keluarga Orang
Tua Tunggal (Single Parent). Pasien 1 berasal dari Palembang dan pasien ke 2
berasal dari Jawa, kedua pasien beragama Islam dengan latar belakang pasien 1
sederhana sedangkan pasien ke 2 kurang mampu. Aktivitas rekreasi keluarga
pasien 1 dan 2 tidak memiliki jadwal reakreasi khusus tetapi keluarga sering
berkumpul dan menonton TV.

Poltekkes Kemenkes Palembang


51

Tabel 4.4 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

No Kategori Pasien 1 Pasien 2


1. Tahap Keluarga Tn.S berada Keluarga Ny.S berada
Perkembangan pada tahap keluarga pra pada tahap keluarga
Keluarga Saat Ini. sekolah, remaja,dan dengan anak usia sekolah,
dewasa. Pada anak tahap ini dimulai dari usia
pertama.kedua,ketiga,dan 7 tahun An.N dan berakhir
ke empat tahap dewasa sampai pada usia 12
yaitu tahap ini adalah tahun.
mengorganisasikan
kembali keluarga untuk
tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk
hidup sendiri, Pada anak
kelima yakni An.N yaitu
tahap pra sekolah yaitu
berusia dari 2,5 – 5
tahun.
2. Tahap Tugas perkembangan Tugas perkembangan
Perkembangan yang seharusnya dilalui yang seharusnya dilalui
Keluarga yang oleh keluarga saat ini oleh keluarga saat ini
Belum Terpenuhi. keluarga merasa belum keluarga merasa belum
terpenuhi. Keluarga Tn.S terpenuhi. Keluarga Ny. S
mengatakan semaksimal mengatakan semaksimal
mengkin menciptakan mengkin menciptakan
keluarga yang keluarga yang
membahagiakan anaknya membahgiakan anaknya –
– anaknya. anaknya.
3. Riwayat Kesehatan 1. Tn.S merupakan 1. Ny.S merupakan klien
Keluarga. klien yang yang mempunyai
mempunyai penyakit penyakit TB paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


52

TB paru. Klien Klien mengatakan


mengatakan bahwa bahwa dia mengalami
dia mengalami sesak sesak nafas,nyeri dada,
nafas,nyeri dada, dan dan susah tidur pada
susah tidur pada malam hari,nafsu
malam hari, sering makan menurun sering
batuk yang disertai batuk yang disertai
dahak hijau, yang dahak hijau adatyang
tidak sembuh- tidak sembuh-sembuh
sembuh sudah lebih sudah lebih kurang 4
kurang 6 bulan, bulan, kemudian klien
kemudian klien berobat ke rumah sakit
diajak istrinya Ny.I Muhamadiyah. Ny.S
berobat ke rumah diperiksa dahaknya
sakit Muhamadiyah. dan dilakukan rontgen
Tn.S diperiksa ke laboratorium
dahaknya dan hasilnya terkena TB
dilakukan rontgen ke Paru.
laboratorium hasilnya
terkena TB Paru.
4. Riwayat Keluarga Tn.S mengatakan Ny.S mengatakan tidak
Sebelumnya. sebelumya tidak ada memiliki riwayat penyakit
anggota keluarganya menular ataupun penyakit
yang menderita penyakit keturunan.
tuberculosis paru.
Penyakit ini muncul
sejak awal Oktober

Poltekkes Kemenkes Palembang


53

Interpretasi

Berdasarkan data diatas terhadap tahap perkembangan keluarga pada pasien 1


adalah usia dewasa untuk anak pertama,kedua,ketiga,keempat dan usia pra
sekolah untuk anak kelima. Sedangkan pada pasien 2 adalah usia sekolah. Kedua
pasien ini selalu berusaha untuk membahagiakan keluarganya. Pasien 1 batuk
berdahak tidak sembuh – sembuh sudah kurang lebih selama 6 bulan. Sedangkan
pada pasien 2 mengalami batuk berdahak dan berdarah sudah kurang lebih 4
bulan. Kedua pasien tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
tuberculosis paru.

Tabel 4.5 Lingkungan

No Kategori Pasien 1 Pasien 2


1. Kateristik Rumah yang ditempati oleh Rumah yang di tempati oleh
Rumah Tn.S merupakan rumah Ny.S merupakan rumah
sendiri, berukuran 6x12 kontrakan di bawah rumah
meter, terdiri dari 1 ruang orang, berukuran 4x8 meter,
tamu,3 kamar tidur, 1 kamar terdiri dari 1 ruang tamu, 1
mandi, 1 dapur dan 2 kamar, 1 dapur, 1 kamar
jendela yag selalu terbuka. mandi dan tidak memiliki
Dinding rumah terbuat dari jendela, akan tetapi pintu
papan,lantai rumah papan. rumah selalu terbuka karena
Di dalam rumah memiliki usaha warung,
pencahayaan cukup terang. kondisi pencahayaan di ruang
Kondisi ruangan sedikit tamu cukup terang akan
kotor dan tata perabotan tetapi dikamar, dapur agak
tidak tertata rapi. Sarana air gelap karena tidak ada
berasal dari air PAM. jendela dan ventilasi yang
minim, dinding rumah
terbuat dari kayu, lantai
semen, kondisi ruangan
cukup bersih dan tata

Poltekkes Kemenkes Palembang


54

perabotan rumah tersusun


rapi.
2. Kateristik Lingkungan di sekitar Lingkungan disekitar rumah
Tetangga dan rumah Tn.S terdiri dari Ny.S terdiri dari masyarakat
Komunitas rumah masyarakat padat. yang tergolong masyarakat
Masyarakat di sekitar rumah padat. Umumnya masyarakat
Tn.S tentangga – tangganya di lingkungan Ny.S berasal
mempunyai kebiasaan dari suku Jawa dan
gotong royong. Keluarga Palembang. Hubungan
merasa nyaman karena dengan tentangga baik seperti
keluarga merasa saling kekeluargaan, sarana jalan di
bantu-membantu. Sarana daerah hanya bisa masuk 1
jalan di daerah hanya bisa motor.
masuk 2 motor.
3. Mobilitas Tn.S sudah menempati Keluarga Ny.S baru pindah
Geografis rumahnya dan tinggal di dari jawa mengikuti
Keluarga lingkungan tersebut sejak suaminya sejak menikah dan
lama, Tn.S tidak pernah tidak pernah berpindah
pindah rumah. Alat tempat tinggal. Alat
transportasi yang ada di transportasi di sekitar rumah
sekitar rumah adalah adalah angkutan
angkutan umum,bentor. umum,bentor namun hanya
Sepeda motor menjadi alat sampai didepan rumah. Tidak
tranportasi keluarga. ada alat transportasi yang
digunakan kelurarga yakni
hanya berjalan kaki.
4. Perkumpulan Tn.S aktif mengikuti Ny.S tidak aktif mengikuti
Keluarga dan perkumpulan keluarga perkumpulan keluarga seperti
Interaksi seperti kegiatan gotong- kegiatan gotong – royong dan
dengan royong dan keluarga Tn.S aktif memenuhi undangan
Masyarakat juga aktif dalam berinteraksi masyarakat dalam kegiatan
dengan masyarakat sekitar yang diadakan oleh

Poltekkes Kemenkes Palembang


55

dan aktif memenuhi masyarakat.


undangan masyarakat serta
berpartisipasi dalam
kegiatan yang diadakan oleh
masyarakat.
5. Sistem Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat
Pendukung sekitar keluarga Tn.S sekitar keluarga Ny.S
Keluarga merupakan sistem merupakan sistem
pendukung. Keluarga Tn.S pendukung. Keluarga Ny.S
memiliki kartu jaminan memiliki kartu jaminan
kesehatan sebagai kesehatan sebagai penunjang
penunjang kesehatan. kesehatan. Puskesmas
Puskesmas merupakan merupakan fasilitas
fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan yang
kesehatan yang ada di ada di lingkungan keluarga
lingkungan keluarga Tn.S Ny.S

Interpretasi

Berdasarkan data diatas bahwa rumah pasien 1 adalah rumah sendiri, sedangakan
rumah pasien 2 adalah rumah sewaan. Kedua tetangga pasien 1 dan pasien 2
berinteraksi dengan baik. Pasien 1 berkendaran bermotor sedangkan pasien 2
menggunakan transportasi umum, jika ada perkumpulan dengan tetangga
besosialisasi dan selalu turut seta seperi acara yang diadakan oleh masyarakat.
Kedua pasien memiliki kartu jaminan kesehatan untuk berobat atau memeriksa
keadaan ke fasilitas kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


56

Gambar 4.3 Denah Rumah Tn.S

Kamar Kamar Kamar

Tidur Tidur Tidur

Dapur

Ruang
Kamar
Tamu
Mandi

Gambar 4.4 Denah Rumah Ny.S

Kamar

Tidur Dapur

Ruang
Kamar
Tamu
Mandi

Poltekkes Kemenkes Palembang


57

Tabel 4.6 Struktur Keluarga

No Kategori Pasien 1 Pasien 2


1. Pola Komunikasi pada keluarga Komunikasi pada keluarga
Komunikasi Tn.S dilakukan secara Ny.S dilakukan secara
Keluarga terbuka. Dalam kehidupan terbuka. Dalam kehidupan
sehari-hari keluarga Tn.S sehari-hari keluarga Ny.S
menggunakan bahasa menggunakan bahasa Jawa.
Palembang.
2. Struktur Tn.S menunjukkan perilaku Ny.S menunjukkan perilaku
Kekuatan yang baik agar dapat ditiru yang baik agar dapat ditiru
Keluarga oleh keluarga. Tn.S oleh keluarga. Ny.S
mengatakan bahwa ketika mengatakan bahwa ketika ada
ada konflik di dalam konflik di dalam keluarga
keluarga mereka bersama- mereka bersama-sama
sama menyelesaikan konflik menyelesaikan konflik
tersebut dengan musyawarah. tersebut dengan musyawarah.
3. Struktur 1. Tn.S memiliki peran 1. Ny.S memiliki peran
Peran formal sebagai pencari formal sebagai pencari
Keluarga nafkah. Peran informal nafkah. Peran informal
Tn.S dalam keluarga Ny.S dalam keluarga
adalah sebagai kepala adalah sebagai kepala
keluarga. keluarga.
2. Ny.I memiliki peran 2. An.N memiliki peran
formal sebagai ibu rumah formal sebagai anak yang
tangga. Peran informal masih sekolah.
Ny.I dalam keluarga
adalah sebagai istri dan
ibu
3. Tn.S yang berperan
sebagai anak mempunyai
tanggung jawab untuk

Poltekkes Kemenkes Palembang


58

mencari nafkah
membantu kedua orang
tua
4. Nn.L yang berperan
sebagai anak mempunyai
tanggung jawab untuk
mencari nafkah
membantu kedua orang
tua
5. Tn.A yang berperan
sebagai anak mempunyai
tanggung jawab untuk
mencari nafkah
membantu kedua orang
tua
6. Nn.L yang berperan
sebagai anak mempunyai
tanggung jawab untuk
mencari nafkah
membantu kedua orang
tua
7. An.N yang berperan
formal sebagai anak .
4. Nilai dan Keluarga Tn.S menerapkan Keluarga Ny.S menerapkan
Norma nilai dan norma budaya yang nilai dan norma budaya yang
Budaya berlaku menurut ajaran berlaku menurut ajaran agama
agama Islam dan aturan yang Islam dan aturan yang sudah
sudah berlaku di masyarakat. berlaku di masyarakat

Poltekkes Kemenkes Palembang


59

Interpretasi

Berdasarkan data di atas bahwa pasien 1 menggunakan bahasa sehari-sehari


adalah bahasa Palembang, Sedangkan pasien 2 menggunakan bahasa sehari –
hari adalah bahasa Jawa. Kedua pasien menyelesaikan masalah dengan cara
bermusyawarah atau berdiskusi jika ada konflik di dalam keluarga. Kedua pasien
sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah di dalam keluarganya. Keluarga
kedua pasien menerapkan nilai dan norma budaya menurut ajaran agama Islam.

Tabel 4.7 Fungsi Keluarga

No Kategori Pasien 1 Pasien 2


1. Fungsi Keluarga Tn.S hidup rukun, Keluarga Ny.S saling
Afektif saling menyayangi satu sama memberikan perhatian, kasih
lain. Keluarga Tn.S juga saling sayang dan menjaga
bahu membahu memenuhi kepentingan bersama.
kebutuhan keluarga.
2. Fungsi Interaksi antar anggota keluarga Interaksi antar anggota
Sosialisasi Tn.S terjalin baik. Keluarga keluarga Ny.S terjalin baik.
dikenal baik dengan para Keluarga dikenal baik
tetangga. dengan para tetangga.
3. Fungsi 1. Mengenal masalah 1. Mengenal masalah
Perawatan kesehatan kesehatan
Keluarga Saat wawancara diketahui Saat ditanya diketahui
bahwa keluarga Tn.S belum mengenal masalah
pengertian, penyebab, kesehatan. Hal itu
pencegahan dan penularan terbukti ketika diajukan
penyakit TB Paru, keluarga pertanyaan seperti apa itu
hanya dapat mengetahui penyakit TB Paru serta
sedikit pengertian TB paru, bagaimana tanda dan
sedangkan yang lainnya gejalanya.
belum terjawab.

Poltekkes Kemenkes Palembang


60

2. Membuat keputusan 2. Membuat keputusan


tindakan kesehatan yang tindakan kesehatan
tepat yang tepat
Tn.S mengatakan jika ada Ny.S mengatakan jika
anggota keluarga yang sakit ada anggota keluarga
akan langsung dibawa ke yang sakit akan langsung
Puskesmas. dibawa ke Puskesmas.
3. Kemampuan keluarga 3. Kemampuan keluarga
dalam merawat anggota dalam merawat
keluarga yang sakit anggota keluarga yang
- Keluarga belum mengetahui sakit
tentang apa itu penyakit TB - Keluarga belum
Paru dan bagaimana cara mengetahui tentang apa
penyembuhan serta itu penyakit TB Paru dan
pencegahannya. Keluarga bagaimana cara
sangat mengharapkan penyembuhan serta
kesembuhan untuk Tn.S dan pencegahannya.
selalu mendoakan yang - Keluarga sangat
terbaik kepada Allah SWT. mengharapkan
- Keluarga Tn.S tidak kesembuhan untuk Ny.S
mempercayai penyakit TB dan selalu mendoakan
Paru adalah penyakit yang yang terbaik
menular. kepada Allah SWT.
4. Kemampuan keluarga - Ny.S tidak mempercayai
memelihara lingkungan penyakit TB Paru adalah
rumah yang sehat penyakit menular.
- Kondisi pencahayaan dan 4. Kemampuan keluarga
ventilasi cukup baik Sumber memelihara lingkungan
air yang digunakan keluarga rumah yang sehat
Tn.S dan masyarakat sekitar - Kondisi pencahayaan dan
adalah PDAM. ventilasi rumah Ny.S
- Ny.I mengatakan jarang sangat kurang dan sedikit

Poltekkes Kemenkes Palembang


61

membersihkan rumahnya gelap. Sumber air yang


semenjak An.N lahir karena digunakan keluarga Ny.S
sibuk mengasuh An.N dan masyarakat sekitar
- Tn. S tidak pernah menutup adalah PDAM.
mulutnya saat batuk. - Ny.S tidak pernah
- Tn.S tidak pernah menutup mulutnya saat
menggunakan masker saat di batuk.
dalam rumah - Ny.S tidak pernah
- Tn.S membuang menggunakan masker
sembarangan dahak yang saat di dalam rumah
dikeluarkannya - Ny.S tidak mempunyai
- Tn.S tidur tidak alat makan sendiri
memisahkan diri dari - Ny.S tidak pernah
istrinya dan An.N menjaga jarak saat
- Tn.S tidak mempunyai alat berbicara dengan An.N
makan sendiri - Ny.S tidur tidak
- Tn.S tidak pernah menjaga memisahkan diri dari
jarak saat berbicara dengan An.N
anggota keluarga 5. Kemampuan
5. Kemampuan menggunakan fasilitas
menggunakan fasilitas kesehatan
kesehatan Jika ada anggota
Jika ada anggota keluarga keluarga Ny.S dan An.N
Tn.S yang sakit dan yang sakit dan
kondisinya masih dapat kondisinya masih dapat
diatasi maka keluarga akan diatasi maka keluarga
membeli obat yang dibeli di akan membeli obat yang
warung. Jika tidak dapat dibeli di warung. Jika
diatasi maka akan langsung tidak dapat diatasi maka
dibawa ke Rumah Sakit akan langsung dibawa ke
Muhammadiyah Palembang Rumah Sakit
Muhammadiyah

Poltekkes Kemenkes Palembang


62

Palembang

Interpretasi

Berdasarkan data di atas bahwa kedua pasien saling menyayangi satu sama lain
dalam keluarga dan berinteraksi dengan baik dengan tetangga. Kedua pasien
belum mengenal tentang penyakit tuberculosis paru tetapi menggunakan
fasilitas kesehatan ketika berobat atau memeriksa keadaan. Kedua keluarga
pasien belum mengetahui pencegahan tuberculosis paru dan tidak memodifikasi
lingkungan rumah dengan sehat

Tabel 4.8 Stress dan Koping Keluarga

No Kategori Pasien 1 Pasien 2


1. Stressor Jangka pendek : Jangka pendek dan jangka
Keluarga Tn.S mengatakan panjang : keluarga Ny.S
tidak ada hal yang dapat hanya pasrah kepada Allah
memicu stress. SWT atas kesembuhan Ny.S

Jangka panjang :
Keluarga Tn.S mengatakan
khawatir apabila sakit yang
diderita Tn.S tidak kunjung
sembuh.
2. Kemampuan Ny.I membawa Tn.S ke An.N selalu memberikan
Keluarga Puskesmas untuk dorongan dan semangat pada
Berespon memeriksakan kesehatannya Ny.S yang memiliki masalah
Terhadap dan anggota keluarga selalu dan berusaha menjaga
Masalah berusaha menjaga kesehatan kesehatan Ny.S, begitupun
terutama Tn.S sebaliknya.

Poltekkes Kemenkes Palembang


63

3. Strategi Jika ada masalah dalam Jika ada masalah dalam


Koping yang keluarga Tn.S selalu keluarga Ny.S selalu
Digunakan berdiskusi atau berdiskusi atau
bermusyawarah untuk bermusyawarah untuk
menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah
dengan sesama anggota dengan sesama anggota
keluarga. keluarga.
4. Strategi Dalam menghadapi masalah Jika ada salah satu anggota
Adaptasi dalam keluarga Tn.S tidak keluarga yang salah, Ny.S
Disfungsional pernah menyelesaikan dan anggota keluarga lainnya
dengan kekerasan akan menegur dan
melainkan selalu berdiskusi menasihatinya begitupun
sehingga tidak ada sebaliknya agar masalah
perpecahan keluarga. tersebut tidak berlarut lama

Interpretasi

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pasien 1 khawatir atas penyakit


anggota keluarga yang menderita tuberculosis paru, sedangkan pasien hanya
pasrah kepada Allah SWT atas penyakitnya. Kedua keluarga pasien selalu
memberikan semangat dan dorongan kepada anggota keluarga ketika sakit.
Kedua keluarga pasien berdiskusi dan bermusyarawah jika ada konflik dan
selalu menegur serta menasihati kepada salah satu anggota keluarga yang
salah.

Poltekkes Kemenkes Palembang


64

Tabel 4.9 Pemeriksaan Fisik (Head to toe) Keluarga Tn.S

No Pemeriksaan Tn.S Ny.I Tn.S Nn.L Tn.A Nn.L An.N


Fisik
1. Keadaan 1. TD : 1. TD : 1. TD : 1. TD : 1. TD : 1. TD : 1. Nadi :
Umum : 110/80mm 120/70m 120/80m 120/80m 120/80m 120/80m 84x/m
Tanda-tanda Hg mHg mHg mHg mHg mHg 2. RR :
Vital
2. Nadi : 2. Nadi : 2. Nadi : 2. Nadi : 2. Nadi : 2. Nadi : 24x/m
80x/m 76x/m 80x/m 76x/m 72x/m 84x/m 3. Suhu :
3. RR : 3. RR : 3. RR : 3. RR : 3. RR : 3. RR : 36°C
24x/m 20x/m 22x/m 20x/m 20x/m 20x/m
4. Suhu : 4. Suhu : 4. Suhu : 4. Suhu : 4. Suhu : 4. Suhu :
36,8°C 36°C 36,5°C 36,2°C 36,5°C 36°C
2. Kepala Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
ukuran kulit ukuran kulit ukuran kulit ukuran kulit ukuran kulit ukuran kulit ukuran kulit
kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih, kepala
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada bersih, tidak
benjolan dan benjolan dan benjolan dan benjolan dan benjolan dan benjolan dan ada benjolan
lesi, rambut lesi, rambut lesi, rambut lesi, rambut lesi, rambut lesi, rambut dan lesi,
hitam hitam hitam hitam hitam hitam rambut
hitam
3. Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,

Poltekkes Kemenkes Palembang


65

konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva


tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak
sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak anemis,
ikterik, ikterik, ikterik, ikterik, ikterik, ikterik, sklera tidak
kondisi mata kondisi mata kondisi mata kondisi mata kondisi mata kondisi mata ikterik,
baik. baik. baik. baik. baik. baik. kondisi mata
baik.
4. Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
peradangan. peradangan. peradangan. peradangan. peradangan. peradangan. peradangan.

5. Telinga Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,


simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, simetris, simetris, tidak simetris,
ada serumen, ada serumen, ada serumen, tidak ada tidak ada ada serumen, tidak ada
fungsi fungsi fungsi serumen, serumen, fungsi serumen,
pendengaran pendengaran pendengaran fungsi fungsi pendengaran fungsi
baik baik baik pendengaran pendengaran baik pendengaran
baik baik baik

Poltekkes Kemenkes Palembang


66

6. Mulut Normal, Normal, Normal, Normal, Normal, Normal, Normal,


bersih, bersih, bersih, bersih, bersih, bersih, bersih,
lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak lembab,
ada kesulitan ada kesulitan ada kesulitan ada kesulitan ada kesulitan ada kesulitan tidak ada
untuk untuk untuk untuk untuk untuk kesulitan
menelan. menelan. menelan. menelan. menelan. menelan. untuk
menelan.
7. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar kelenjar kelenjar limfe kelenjar
dan tiroid. dan tiroid. dan tiroid. limfe dan limfe dan dan tiroid. limfe dan
tiroid. tiroid. tiroid.
8. Dada dan Bentuk dada simetris, simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
Paru - paru simetris, tidak bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas
ada reguler. reguler. reguler. reguler. reguler. reguler.
penggunaan
otot bantu,
pernafasan
terdapat
banyak sekret,

Poltekkes Kemenkes Palembang


67

warna sekret
kehijauan,
karakter sekret
kental, jumlah
sekret banyak,
suara nafas
ronchi
(+).Suara
nafas
vesikuler,
sesak dan
batuk.
9. Jantung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bunyi bunyi bunyi bunyi bunyi bunyi bunyi
tambahan. tambahan. tambahan. tambahan. tambahan. tambahan. tambahan.
10. Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
a. Inspeksi pembesaran, pembesaran, pembesaran, pembesaran, pembesaran, pembesaran, pembesaran,
b. Auskultasi tidak ada nyeri tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
c. Perkusi tekan, tidak nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,
d. Palpasi ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Poltekkes Kemenkes Palembang


68

pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran


hepar. hepar. hepar. hepar. hepar. hepar. hepar.
11. Ekstremitas Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
Atas & normal tidak normal tidak normal tidak normal tidak normal tidak normal tidak normal tidak
Bawah : ada gangguan, ada ada ada ada ada ada
tidak ada luka gangguan, gangguan, gangguan, gangguan, gangguan, gangguan,
tidak ada luka tidak ada luka tidak ada tidak ada tidak ada luka tidak ada
luka luka luka
12. Genetalia Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan

Poltekkes Kemenkes Palembang


69

Tabel 4.10 Pemeriksaan Fisik (Head to toe) Keluarga Ny.S

No Pemeriksaan Fisik Ny.S An.N


1. Keadaan Umum : 1. TD : 120/80mmHg 1. Nadi :
Tanda-tanda Vital 2. Nadi : 88x/m
80x/m 2. RR :
3. RR : 24x/m
24x/m 3. Suhu :
4. Suhu : 36°C
36,5°C
2. Kepala Simetris, ukuran kulit kepala bersih, Simetris, ukuran kulit kepala bersih, tidak
tidak ada benjolan dan lesi, rambut ada benjolan dan lesi, rambut hitam.
hitam.
3. Mata Simetris, konjungtiva tidak anemis, Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera
sklera tidak ikterik, kondisi mata baik. tidak ikterik, kondisi mata baik.
4. Hidung Bersih, tidak ada sekret, tidak ada Bersih, tidak ada sekret, tidak ada tanda-
tanda-tanda peradangan. tanda peradangan.

5. Telinga Bersih, simetris, tidak ada serumen, Bersih, simetris, tidak ada serumen, fungsi
fungsi pendengaran baik Pendengaran baik
6. Mulut Normal, bersih, lembab, tidak ada Normal, bersih, lembab, tidak ada

Poltekkes Kemenkes Palembang


70

kesulitan untuk menelan. kesulitan untuk menelan.


7. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan
dan tiroid. tiroid.
8. Dada dan Paru – paru Bentuk dada simetris, tidak ada Bentuk dada simetris, bunyi nafas reguler.
penggunaan otot bantu, pernafasan
terdapat cukup banyak sekret, karakter
sekret kental, jumlah sekret cukup
banyak, suara nafas ronchi (+). Suara
nafas vesikuler, sesak dan batuk.
9. Jantung Tidak ada bunyi tambahan. Tidak ada bunyi tambahan.
10. Abdomen Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran hepar. tekan, tidak ada pembesaran hepar.
11. Ektermitas Atas dan Pergerakan normal tidak ada Pergerakan normal tidak ada gangguan,
Bawah
gangguan, tidak ada luka tidak ada luka
12. Genetalia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Interpretasi
Dari data di atas dapat disimpulkan pada pasien 1 Tn.S memiliki tekanan darah yaitu 110/80mmHg, sedangkan
pada pasien 2 Ny.S memiliki tekanan darah 120/80 mmHg. Pada pemeriksaan paru-paru pasien 1 dan pasien 2 ada
masalah mengalami keluhan berupa sesak dan batuk.

Poltekkes Kemenkes Palembang


71

Tabel 4.11 Harapan Keluarga

No Pasien 1 Pasien 2
1. Harapan keluarga terhadap Harapan keluarga terhadap petugas
petugas kesehatan adalah kesehatan adalah mendapatkan informasi
mendapatkan informasi penyakit penyakit Tuberculosis Paru dan cara
Tuberculosis Paru dan cara mengatasinya.
mengatasinya.

4.3 Analisa Data

Tabel 4.12 Analisa Data Keluarga

No Data Etiologi Masalah


1. Pasien 1 (Tn.S) Ketidakmampuan Ketidakefektifan
Data Subjektif keluarga dalam bersihan jalan
- Tn.S mengatakan ia saat ini merawat anggota napas akibat
sering batuk-batuk disertai keluarga yang pembentukan
dahak/sputum sakit sputum yang
- Tn.S mengatakan tidak berlebihan
nyaman karena kesulitan
dalam bernapas dan sesak
napas saat tengah malam
sampai dengan shubuh.
- Keluarga Tn.S mengatakan
bahwa Tn.S mengalami batuk
tidak sembuh-sembuh kurang
lebih 6 bulan yang lalu
- Tn.S dan keluarga tidak
mengetahui tentang perawatan
pada penyakit TB Paru.
- Tn.S minum obat 3 oat dalam
satu tablet berwarna merah
diminum 1 kali sehari setiap

Poltekkes Kemenkes Palembang


72

hari. Pada jam 06.00 WIB.


- Ny.S mengatakan bahwa ia
adalah pengigat dan menyuruh
Tn.S untuk minum obat tepat
waktu.
- Keluarga Tn.S mengharapan
kesembuhan dari penyakit
Tn.S
Data Objektif :
- Tn.S tampak batuk, sputum (+)
- TD : 110/80 mmHg, N :
80x/m, RR : 24x/m, T : 36,8°C
- Tampak suara tambahan,
ronchi
- Sputum kental
- Jumlah sputum + 15 ml
- Warna sputum kehijauan

Pasien 2 (Ny.S) Ketidakmampuan Ketidakefektifan


Data Subjektif : keluarga dalam bersihan jalan
- Ny.S mengatakan bahwa ia merawat anggota napas akibat
batuk-batuk sudah lebih dari 4 keluarga yang pembentukan
bulan sakit sputum yang
- Ny.S mengatakan bahwa ia berlebihan
sesak napas dan sulit untuk
bernapas saat shubuh dan
aktivitas yang berat.
- Ny.S mengatakan bahwa ia
meminum obat 2 oat dalam
satu tablet obat berwarna
kuning diminum 3 kali dalam
satu minggu pada hari Senin,

Poltekkes Kemenkes Palembang


73

Rabu, Jum’at pada jam 05.00


WIB.
- Ny.S mengatakan bahwa ia
membuat alarm untuk
mengigatkannya jadwal
minum obat tiap waktu.
Data Objektif :
- TD : 120/80mmHg, N : 80x/m,
RR : 24x/m, T : 36,5°C
- Tampak suara tambahan saat
batuk, ronchi (+)
- Sputum kental
- Jumlah sputum + 10 ml
- Warna sputum kehijauan
2. Pasien 1 (Tn.S) Ketidakmampuan Defisit
Data Subjektif : keluarga dalam pengetahuan
- Klien dan keluarga Tn.S mengenal berhubungan
mengatakan bahwa sudah masalah dengan kurang
mengetahui sedikit tentang kesehatan. minat dalam
penyakit TB Paru. belajar.
- Keluarga Tn.S mengatakan
tidak mengerti bagaimana
penyakit TB Paru dapat
dicegah dan mengharapkan
Tn.S cepat sembuh dari
penyakitnya
- Tn.S dan keluarga mengatakan
bahwa tidak mempercayai
bahwa penyakit TB Paru
adalah penyakit yang menular
Data Objektif :
- Klien dan keluarga tampak

Poltekkes Kemenkes Palembang


74

bingung saat ditanya masalah


penyakit TB Paru.
- Klien belum mengerti tentang
pencegahan TB Paru.
Pasien 2 (Ny.S) Ketidakmampuan Defisit
Data Subjektif : keluarga dalam pengetahuan
- Saat ditanya tentang mengenal berhubungan
pengertian, penyebab, masalah dengan kurang
pencegahan dan penularan kesehatan. minat dalam
penyakit TB Paru. Klien dan belajar.
keluarga tidak mengetahui
sedikit pun tentang penyakit
TB Paru.
- Ny.S mengatakan bahwa tidak
mempercayai bahwa penyakit
TB Paru adalah penyakit yang
menular
- Ny.S dan An.N mengatakan
tidak mengerti bagaimana
penyakit TB Paru dapat
dicegah.
Data Objektif :
- Ny.S dan An.N tampak
bingung saat ditanya masalah
penyakit TB Paru.
- Keluarga belum mengerti apa
itu TB Paru.
3. Pasien 1 (Tn.S) Ketidakmampuan Resiko terjadinya
Data Subjektif keluarga dalam penularan TB
- Ny.I mengatakan jarang memodifikasi Paru kepada
membersihkan rumahnya lingkungan anggota keluarga
semenjak An.N lahir karena lainnya.

Poltekkes Kemenkes Palembang


75

sibuk mengasuh An.N


- Tn. S tidak pernah menutup
mulutnya saat batuk.
- Tn.S tidak pernah
menggunakan masker saat di
dalam rumah
- Tn.S membuang
sembarangan dahak yang
dikeluarkannya
- Tn.S tidur tidak memisahkan
diri dari istrinya dan An.N
- Tn.S tidak mempunyai alat
makan sendiri
- Tn.S tidak pernah menjaga
jarak saat berbicara dengan
anggota keluarga
Data Objektif
- Tn. S tidak pernah menutup
mulutnya saat batuk.
- Tn.S tidak pernah
menggunakan masker saat di
dalam rumah
- Tn.S membuang
sembarangan dahak yang
dikeluarkannya
- Tn.S tidak pernah menjaga
jarak saat berbicara dengan
anggota keluarga
Pasien 2 (Ny.S) Ketidakmampuan Resiko terjadinya
Data Subjektif keluarga dalam penularan TB
- Ny.S mengatakan tidak ada memodifikasi Paru kepada
jendela dan ventilasi lingkungan anggota keluarga

Poltekkes Kemenkes Palembang


76

dirumahnya sangat minim. lainnya.


- Ny. S mengatakan tidak
pernah menutup mulutnya
saat batuk.
- Ny.S mengatakan tidak
pernah menggunakan masker
saat di dalam rumah
- Ny.S mengatakan tidak
mempunyai alat makan
sendiri
- Ny.S mengatakan tidak
pernah menjaga jarak saat
berbicara dengan An.N
- Ny.S mengatakan tidur tidak
memisahkan diri dari An.N
Data Objektif
- Kondisi pencahayaan dan
ventilasi rumah Ny.S sangat
kurang dan sedikit gelap.
- Ny. S tidak pernah menutup
mulutnya saat batuk.
- Ny.S tidak pernah
menggunakan masker saat di
dalam rumah
- Ny.S tidak pernah menjaga
jarak saat berbicara dengan
An.N

Poltekkes Kemenkes Palembang


77

4.3.1 Skoring Masalah Keperawatan

Pasien 1 Tn.S

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas akibat pembentukan sputum


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit.

Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Skor masalah : 2/3x1=2/3 1 Keluarga Tn.S mengatakan
- Ancaman kesehatan bahwa Tn.S mengalami batuk
tidak sembuh-sembuh kurang
lebih 6 bulan yang lalu.

Kemungkinan masalah 2/2x2=2 2 Tn.S mengatakan sulit untuk


dapat diubah : bernapas dan sesak.
- Dengan mudah
Potensial masalah untuk 3/3x1=1 1 Tn.S dan keluarga mempunyai
dicegah : kemauan yang sangat besar untuk
- Tinggi menyelesaikan masalah penyakit
yang diderita Tn.S
Menonjolnya masalah : 2/2x1=1 1 Tn.S merasa sangat tidak nyaman
- Harus segera ditangani karena kesulitan dalam bernapas
dan sering batuk.
Total 4 ⁄

Poltekkes Kemenkes Palembang


78

Pasien 2 Ny.S

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas akibat pembentukan sputum


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit.

Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Skor masalah : 2/3x1=2/3 1 Keluarga mengatakan Ny.S
- Ancaman kesehatan mengalami batuk tidak sembuh-
sembuh lebih dari 4 bulan.
Kemungkinan masalah 2/2x2=2 2 Ny.S mengatakan sulit untuk
dapat diubah : bernapas dan sesak.
- Dengan mudah
Potensial masalah untuk 3/3x1=1 1 Ny.S dan keluarga mempunyai
dicegah : kemauan yang sangat besar untuk
- Tinggi menyelesaikan masalah penyakit
yang diderita Ny.S
Menonjolnya masalah : 2/2x1=1 1 Ny.S merasa sangat tidak nyaman
- Harus segera ditangani karena kesulitan dalam bernapas
dan sering batuk.
Total 4 ⁄

Poltekkes Kemenkes Palembang


79

Pasien 1 Tn.S

Skoring Masalah Keperawatan II

2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan.

Tabel 4.15 Skoring Masalah Keperawatan 2 Tn.S

Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Skor masalah : 2/3x1=2/3 1 Tn.S dan keluarga mengetahui
- Ancaman kesehatan sedikit tentang penyakit TB Paru.

Kemungkinan masalah 2/2x2=2 2 Tn.S dan keluarga punya


dapat diubah : keinginan untuk lebih mengetahui
- Hanya sebagian tentang penyakit TB Paru.
Potensial masalah untuk 2/3x1=1 2/3 Masalah kesehatan keluarga Tn.S
dicegah : dapat dicegah dengan
- Cukup memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit TB
Paru.
Menonjolnya masalah : 2/2x1=1 1 Tn.S dan keluarga tampak
- Harus segera ditangani bingung ketika ditanya tentang
penyakit TB Paru.
Total 3 ⁄

Poltekkes Kemenkes Palembang


80

Skoring Masalah Keperawatan II

Pasien 2 Ny.S

2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan.

Tabel 4.16 Skoring Masalah Keperawatan 2 Ny.S

Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Skor masalah : 2/3x1=2/3 1 Ny.S dan keluarga tidak
- Ancaman kesehatan mengetahui tentang penyakit TB
Paru.

Kemungkinan masalah 2/2x2=2 2 Ny.S dan keluarga punya


dapat diubah : keinginan untuk lebih mengetahui
- Hanya sebagian tentang penyakit TB Paru.
Potensial masalah untuk 2/3x1=2/3 2/3 Masalah kesehatan keluarga Ny.S
dicegah : dapat dicegah dengan
- Cukup memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit TB
Paru.
Menonjolnya masalah : 2/2x1=1 1 Ny.S dan keluarga tampak
- Harus segera ditangani bingung ketika ditanya tentang
penyakit TB Paru.
Total 3 ⁄

Poltekkes Kemenkes Palembang


81

Pasien 1 Tn.S

Skoring Masalah Keperawatan III

3. Resiko terjadinya penularan TB Paru kepada anggota keluarga lainnya


dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.

Tabel 4.17 Skoring Masalah Keperawatan 3 Tn.S


Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Skor masalah : 2/3x1=2/3 1 Tn.S tidak pernah menggunakan
- Ancaman kesehatan masker saat di dalam rumah,tidak
menutup mulut saat batuk, dan
Tn.S membuang sembarangan
dahak yang dikeluarkannya.

Kemungkinan masalah Masalah kesehatan keluarga Tn.S


dapat diubah : dapat dicegah melalui pendidikan
- Hanya sebagian kesehatan tentang resiko
penularan penyakit TB Paru,
resiko yang dapat terjadi dapat
dikurangi, namun sangat
memerlukan dukungan dari klien
dan keluarga untuk memodifikasi
lingkungan rumah.
Potensial masalah untuk 1/3x1=1/3 1 Resiko penularan TB Paru tidak
dicegah : mudah untuk dicegah apabila
- Rendah keluarga Tn.S dan Tn.S tidak
memdofikasi lingkungan rumah
dengan baik.

Menonjolnya masalah : 1/2x1=1/2 1 Ny.I mengatakan jarang


- Ada masalah tapi tidak membersihkan rumahnya
perlu segera ditangani semenjak An.N lahir karena sibuk

Poltekkes Kemenkes Palembang


82

mengasuh An.N
Total 2½

Poltekkes Kemenkes Palembang


83

Pasien 2 Ny.S

Skoring Masalah Keperawatan III

3. Resiko terjadinya penularan TB Paru kepada anggota keluarga lainnya


dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.

Tabel 4.18 Skoring Masalah Keperawatan 3 Ny.S


Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Skor masalah : 2/3x1=2/3 1 Ny.S tidak pernah memakai
- Ancaman kesehatan masker di dalam rumah, dan tidak
menutup mulut saat batuk.
Kemungkinan masalah 1/2x2=1 2 Masalah kesehatan keluarga Ny.S
dapat diubah : dapat dicegah melalui pendidikan
- Hanya sebagian kesehatan tentang resiko
penularan penyakit TB Paru,
resiko yang dapat terjadi dapat
dikurangi, namun sangat
memerlukan dukungan dari klien
dan keluarga untuk memodifikasi
lingkungan rumah.
Potensial masalah untuk 1/3x1=1/3 1 Resiko penularan TB Paru tidak
dicegah : mudah untuk dicegah apabila
- Rendah keluarga Ny.S dan Ny.S tidak
memdofikasi lingkungan rumah
dengan baik.
Menonjolnya masalah : 1/2x1=1/2 1 Kondisi rumah Ny.S tampak
- Ada masalah tapi tidak gelap, ventilasi dan cahaya sangat
perlu segera ditangani kurang
Total 2½

Poltekkes Kemenkes Palembang


84

4.3.2 Penetapan Prioritas Diagnosa Keperawatan

Pasien 1

Tabel 4.19 Penetapan Prioritas Diagnosa Keperawatan Tn.S


No. Masalah Keperawatan Skor
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas akibat 4 ⁄

pembentukan sputum berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang minat 3 ⁄

dalam belajar berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam mengenal masalah kesehatan.
3. Resiko terjadinya penularan TB Paru kepada anggota 2½
keluarga lainnya dengan ketidakmampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkungan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


85

Pasien 2

Tabel 4.20 Penetapan Prioritas Diagnosa Keperawatan Ny.S


No. Masalah Keperawatan Skor
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas akibat 4 ⁄

pembentukan sputum berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang minat 3 ⁄

dalam belajar berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam mengenal masalah kesehatan.
3. Resiko terjadinya penularan TB Paru kepada anggota 2½
keluarga lainnya dengan ketidakmampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkungan.

Interpretasi
Dari hasil analisa data dan skala prioritas di atas dapat disimpulkan bahwa
masalah yang dialami pasien 1 dan pasien 2 adalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas, maka yang ditetapkan implementasi adalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas.

Poltekkes Kemenkes Palembang


87

4.4 Intervensi Keperawatan

Pasien 1 Tn.S

Tabel 4.21 Intervensi Keperawatan Tn.S

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah 3x kunjungan Kognitif 1. Tuberculosis 1. Berikan


bersihan jalan napas 3x kunjungan rumah, klien dan Paru adalah penjelasan kepada
akibat pembentukan rumah diharapkan keluarga mampu : penyakit yang pasien dan
sputum berhubungan masalah kesehatan 1. Merawat anggota menular yang keluarga cara
dengan teratasi. keluarga yang sakit. disebabkan oleh perawatan pada
ketidakmampuan 2. Mampu Mycobacterium anggota keluarga
keluarga dalam menyebutkan Tuberculosis yang terkena TB
merawat anggota kembali hal-hal yang 2. Gejala penyakit Paru.
keluarga yang sakit. telah didiskusikan. TB Paru adalah 2. Berikan
3. Mampu melakukan batuk terus pendidikan
teknik napas dalam menerus dan kesehatan kepada
dan teknik batuk berdahak > 3 pasien dan

Poltekkes Kemenkes Palembang


88

efektif. minggu, nyeri keluarga mengenai


dada, sesak TB Paru.
napas, nafsu 3. Berikan
makan kesempatan pada
berkurang, dan pasien dan
keringat malam. keluarga untuk
3. Pengobatan TB mengulangi apaa
Paru dapat yang telah
dilakukan didiskusikan.
dengan 4. Anjurkan pasien
meminum obat dan keluarga
secara tuntas dan untuk melakukan
tidak boleh tindakan yang
terputus. telah diajarkan
jika batuk dan
Afektif sesak muncul.
1. Klien dan 5. Beri kesempatan
keluarga mau kepada pasien dan
mengikuti saran keluarga untuk
perawat. bertanya.

Poltekkes Kemenkes Palembang


89

Psikomotor
1. Klien dan 6. Anjurkan pasien
keluarga dan keluarga
melakukan untuk kembali
teknik napas menggunakan
dalam dan fasilitas kesehatan
teknik batuk dalam proses
efektif. pengobatan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


90

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Setelah 3x kunjungan Kognitif 1. Tuberculosis 1. Berikan


berhubungan dengan 3x kunjungan rumah, klien dan Paru adalah penjelasan kepada
kurang minat dalam rumah diharapkan keluarga mampu : penyakit yang pasien dan
belajar berhubungan masalah kesehatan 1. Mengetahui dan menular yang keluarga cara
dengan teratasi. memahami penyakit disebabkan oleh perawatan pada
ketidakmampuan tuberculosis paru Mycobacterium anggota keluarga
keluarga dalam 2. Mampu Tuberculosis yang terkena TB
mengenal masalah menyebutkan 2. Gejala penyakit Paru.
kesehatan. kembali hal – hal TB Paru adalah 2. Berikan
yang telah di batuk terus pendidikan
diskusikan menerus dan kesehatan kepada
berdahak > 3 pasien dan
minggu, nyeri keluarga
dada, sesak mengenai TB
napas, nafsu Paru.
makan 3. Berikan
berkurang, dan kesempatan pada

Poltekkes Kemenkes Palembang


91

keringat pasien dan


malam. keluarga untuk
3. Pengobatan TB mengulangi apaa
Paru dapat yang telah
dilakukan didiskusikan.
dengan 4. Beri kesempatan
meminum obat kepada pasien dan
secara tuntas keluarga untuk
dan tidak boleh bertanya.
terputus.
5. Anjurkan pasien
Afektif
dan keluarga
1. Klien dan untuk kembali
keluarga mau menggunakan
mengikuti saran fasilitas kesehatan
Psikomotor perawat. dalam proses
pengobatan.
2. Klien dan
keluarga
mengetahui dan

Poltekkes Kemenkes Palembang


92

memahami
penyakit
tuberculosis
paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


93

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

3. Resiko terjadinya Setelah dilakukan Setelah 3x kunjungan Kognitif 1. Tuberculosis 1. Berikan


penularan TB Paru 3x kunjungan rumah, klien dan Paru adalah penjelasan kepada
kepada anggota rumah diharapkan keluarga mampu : penyakit yang pasien dan
keluarga lainnya masalah kesehatan 1. Mengetahui dan menular yang keluarga cara
dengan teratasi. memahami penyakit disebabkan oleh perawatan pada
ketidakmampuan tuberculosis paru Mycobacterium anggota keluarga
keluarga dalam 2. Mampu Tuberculosis yang terkena TB
memodifikasi menyebutkan 2. Gejala penyakit Paru.
lingkungan. kembali hal – hal TB Paru adalah 2. Berikan
yang telah di batuk terus pendidikan
diskusikan menerus dan kesehatan kepada
berdahak > 3 pasien dan
minggu, nyeri keluarga
dada, sesak mengenai TB
napas, nafsu Paru.
makan 3. Berikan
berkurang, dan kesempatan pada

Poltekkes Kemenkes Palembang


94

keringat pasien dan


malam. keluarga untuk
3. Pengobatan TB mengulangi apaa
Paru dapat yang telah
dilakukan didiskusikan.
dengan 4. Beri kesempatan
meminum obat kepada pasien dan
secara tuntas keluarga untuk
dan tidak boleh bertanya.
terputus.
5. Anjurkan pasien
Afektif
dan keluarga
4. Klien dan untuk kembali
keluarga mau menggunakan
mengikuti saran fasilitas kesehatan
Psikomotor perawat. dalam proses
pengobatan.
5. Klien dan
keluarga
mengetahui dan

Poltekkes Kemenkes Palembang


95

memahami
penyakit
tuberculosis
paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


96

Pasien 2 Ny.S

Tabel 4.22 Intervensi Keperawatan Ny.S

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah 3x kunjungan Kognitif 1. Tuberculosis 1. Berikan


bersihan jalan napas 3x kunjungan rumah, klien dan Paru adalah penjelasan kepada
akibat pembentukan rumah diharapkan keluarga mampu : penyakit yang pasien dan
sputum berhubungan masalah kesehatan 1. Merawat anggota menular yang keluarga cara
dengan teratasi. keluarga yang sakit. disebabkan oleh perawatan pada
ketidakmampuan 2. Mampu Mycobacterium anggota keluarga
keluarga dalam menyebutkan Tuberculosis. yang terkena TB
merawat anggota kembali hal-hal yang 2. Gejala penyakit Paru.
keluarga yang sakit. telah didiskusikan. TB Paru adalah 2. Berikan
3. Mampu melakukan batuk terus pendidikan
teknik napas dalam menerus dan kesehatan kepada
dan teknik batuk berdahak > 3 pasien dan
efektif. minggu, nyeri keluarga mengenai
dada, sesak TB Paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


97

napas, nafsu 3. Berikan


makan kesempatan pada
berkurang, dan pasien dan
keringat malam. keluarga untuk
3. Pengobatan TB mengulangi apaa
Paru dapat yang telah
dilakukan didiskusikan.
dengan 4. Anjurkan pasien
meminum obat dan keluarga
secara tuntas dan untuk melakukan
tidak boleh tindakan yang
terputus. telah diajarkan
jika batuk dan
sesak muncul.
Afektif 1. Pasien dan 5. Beri kesempatan
keluarga mau kepada pasien dan
mengikuti saran keluarga untuk
perawat. bertanya.

Poltekkes Kemenkes Palembang


98

Psikomotor 1. Pasien dan 6. Anjurkan pasien


keluarga dan keluarga
melakukan untuk kembali
teknik napas menggunakan
dalam dan fasilitas kesehatan
teknik batuk dalam proses
efektif. pengobatan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


99

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Setelah 3x kunjungan Kognitif 1. Tuberculosis 1. Berikan


berhubungan dengan 3x kunjungan rumah, klien dan Paru adalah penjelasan kepada
kurang minat dalam rumah diharapkan keluarga mampu : penyakit yang pasien dan
belajar berhubungan masalah kesehatan 1. Mengetahui dan menular yang keluarga cara
dengan teratasi. memahami penyakit disebabkan oleh perawatan pada
ketidakmampuan tuberculosis paru Mycobacterium anggota keluarga
keluarga dalam 2. Mampu Tuberculosis yang terkena TB
mengenal masalah menyebutkan 2. Gejala penyakit Paru.
kesehatan. kembali hal – hal TB Paru adalah 2. Berikan
yang telah di batuk terus pendidikan
diskusikan menerus dan kesehatan kepada
berdahak > 3 pasien dan
minggu, nyeri keluarga
dada, sesak mengenai TB
napas, nafsu Paru.
makan 3. Berikan
berkurang, dan kesempatan pada

Poltekkes Kemenkes Palembang


100

keringat pasien dan


malam. keluarga untuk
mengulangi apaa
yang telah
3. Pengobatan TB didiskusikan.
Paru dapat 4. Beri kesempatan
dilakukan kepada pasien dan
dengan keluarga untuk
meminum obat bertanya.
secara tuntas
dan tidak boleh 5. Anjurkan pasien
Afektif
terputus. dan keluarga
untuk kembali
menggunakan
4. Klien dan fasilitas kesehatan
Psikomotor keluarga mau dalam proses
mengikuti saran pengobatan.
perawat.

5. Klien dan

Poltekkes Kemenkes Palembang


101

keluarga
mengetahui dan
memahami
penyakit
tuberculosis
paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


102

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

3. Resiko terjadinya Setelah dilakukan Setelah 3x kunjungan Kognitif 1. Tuberculosis 1. Berikan


penularan TB Paru 3x kunjungan rumah, klien dan Paru adalah penjelasan kepada
kepada anggota rumah diharapkan keluarga mampu : penyakit yang pasien dan
keluarga lainnya masalah kesehatan 1. Mengetahui dan menular yang keluarga cara
dengan teratasi. memahami penyakit disebabkan oleh perawatan pada
ketidakmampuan tuberculosis paru Mycobacterium anggota keluarga
keluarga dalam 2. Mampu Tuberculosis yang terkena TB
memodifikasi menyebutkan 2. Gejala penyakit Paru.
lingkungan. kembali hal – hal TB Paru adalah 2. Berikan
yang telah di batuk terus pendidikan
diskusikan menerus dan kesehatan kepada
berdahak > 3 pasien dan
minggu, nyeri keluarga
dada, sesak mengenai TB
napas, nafsu Paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


103

makan 3. Berikan
berkurang, dan kesempatan pada
keringat pasien dan
malam. keluarga untuk
3. Pengobatan TB mengulangi apaa
Paru dapat yang telah
dilakukan didiskusikan.
dengan 4. Beri kesempatan
meminum obat kepada pasien dan
secara tuntas keluarga untuk
dan tidak boleh bertanya.
terputus.
Afektif 5. Anjurkan pasien
dan keluarga
4. Klien dan untuk kembali
keluarga mau menggunakan
mengikuti saran fasilitas kesehatan
Psikomotor
perawat. dalam proses
pengobatan.
5. Klien dan

Poltekkes Kemenkes Palembang


104

keluarga
mengetahui dan
memahami
penyakit
tuberculosis
paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


105

4.5 Implementasi Keperawatan

Pasien 1 Tn.S

Tabel 4.23 Implementasi Keperawatan Tn.S

Diagnosa Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal
Minggu, 11 April 2021 Senin, 12 April 2021 Selasa, 13 April 2021
Pukul 10.00 – 10.30 WIB Pukul 09.00 – 09.30 WIB Pukul 11.00 – 11.30 WIB
Ketidakefektifan 1. Melakukan latihan batuk 1. Melakukan latihan batuk 1. Melakukan latihan batuk
bersihan jalan napas efektif efektif efektif
akibat pembentukan 2. Melakukan teknik relaksasi 2. Melakukan teknik relaksasi 2. Melakukan latihan napas
sputum berhubungan latihan napas dalam latihan napas dalam dalam
dengan 3. Memberikan pendidikan 3. Memberikan pendidikan 3. Memberikan pendidikan
ketidakmampuan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan
keluarga dalam keluarga mengenai TB Paru, keluarga mengenai TB keluarga mengenai TB Paru,
merawat anggota seperti : Paru, seperti : seperti :
keluarga yang sakit. a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru
b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru
c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru
d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru
e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru

Poltekkes Kemenkes Palembang


106

f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru


g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru

Poltekkes Kemenkes Palembang


107

Diagnosa Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal
Minggu, 11 April 2021 Senin, 12 April 2021 Selasa, 13 April 2021
Pukul 10.30 – 10.45 WIB Pukul 09.30 – 09.45 WIB Pukul 11.30 – 11.45 WIB
Defisit pengetahuan 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan
berhubungan dengan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan
kurang minat dalam keluarga mengenai TB Paru, keluarga mengenai TB keluarga mengenai TB
belajar berhubungan seperti : Paru, seperti : Paru, seperti :
dengan a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru
ketidakmampuan b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru
keluarga dalam c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru
mengenal masalah d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru
kesehatan. e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru
f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru
g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru

Poltekkes Kemenkes Palembang


108

Diagnosa Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal
Minggu, 11 April 2021 Senin, 12 April 2021 Selasa, 13 April 2021
Pukul 10.30 – 10.45 WIB Pukul 09.30 – 09.45 WIB Pukul 11.30 – 11.45 WIB
Resiko terjadinya 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan
penularan TB Paru kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan
kepada anggota keluarga mengenai TB Paru, keluarga mengenai TB keluarga mengenai TB
keluarga lainnya dengan seperti : Paru, seperti : Paru, seperti :
ketidakmampuan a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru
keluarga dalam b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru
memodifikasi c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru
lingkungan. d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru
e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru
f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru
g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru

Poltekkes Kemenkes Palembang


109

Pasien 2 Ny.S

Tabel 4.24 Implementasi Keperawatan Ny.S

Diagnosa Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal
Minggu, 11 April 2021 Senin, 12 April 2021 Selasa, 13 April 2021
Pukul 14.00 – 14.30 WIB Pukul 13.00 – 13.30 WIB Pukul 10.00 – 10.30 WIB
Ketidakefektifan 1. Melakukan latihan batuk 1. Melakukan latihan batuk 1. Melakukan latihan batuk
bersihan jalan napas efektif efektif efektif
akibat pembentukan 2. Melakukan teknik relaksasi 2. Melakukan teknik relaksasi 2. Melakukan latihan napas
sputum berhubungan latihan napas dalam latihan napas dalam dalam
dengan 3. Memberikan pendidikan 3. Memberikan pendidikan 3. Memberikan pendidikan
ketidakmampuan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan
keluarga dalam keluarga mengenai TB Paru, keluarga mengenai TB keluarga mengenai TB Paru,
merawat anggota seperti : Paru, seperti : seperti :
keluarga yang sakit. a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru
b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru
c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru
d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru
e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru
f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru

Poltekkes Kemenkes Palembang


110

g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru

Poltekkes Kemenkes Palembang


111

Diagnosa Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal
Minggu, 11 April 2021 Senin, 12 April 2021 Selasa, 13 April 2021
Pukul 14.30 – 13.45 WIB Pukul 13.30 – 13.45 WIB Pukul 10.30 – 10.45 WIB
Defisit pengetahuan 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan
berhubungan dengan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan
kurang minat dalam keluarga mengenai TB Paru, keluarga mengenai TB keluarga mengenai TB
belajar berhubungan seperti : Paru, seperti : Paru, seperti :
dengan a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru
ketidakmampuan b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru
keluarga dalam c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru
mengenal masalah d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru
kesehatan. e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru
f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru
g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru

Poltekkes Kemenkes Palembang


112

Diagnosa Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal Waktu dan Tanggal
Minggu, 11 April 2021 Senin, 12 April 2021 Selasa, 13 April 2021
Pukul 14.30 – 13.45 WIB Pukul 13.30 – 13.45 WIB Pukul 10.30 – 10.45 WIB
Resiko terjadinya 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan 1. Memberikan pendidikan
penularan TB Paru kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan kesehatan pada pasien dan
kepada anggota keluarga mengenai TB Paru, keluarga mengenai TB keluarga mengenai TB Paru,
keluarga lainnya seperti : Paru, seperti : seperti :
dengan a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru a. Pengertian TB Paru
ketidakmampuan b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru b. Gejala TB Paru
keluarga dalam c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru c. Pemeriksaan TB Paru
memodifikasi d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru d. Penularan TB Paru
lingkungan. e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru e. Pencegahan TB Paru
f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru f. Pengobatan TB Paru
g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru g. Perawatan TB Paru

Interpretasi
Dari data implementasi pada pasien 1 dan 2 mendapatkan tindakan yang sama. Pada pasien 1 dengan kasus baru dianjurkan untuk
melatih kembali semua tindakan yang telah diberikan dan minum obat secara teratur. Sedangkan pada pasien 2 dengan kasus baru
dianjurkan untuk melatih kembali semua tindakan jika batuk dan sesak napas nya muncul tetapi batuk dan sesak napas nya sudah
berkurang karena sekarang pasien 2 dalam masa pengobatan fase lanjutan / fase akhir. Kedua pasien mengetahui dan memahami
penyakit tuberculosis paru.
Poltekkes Kemenkes Palembang
113

4.6 Evaluasi Keperawatan

Pasien 1 Tn.S

Tabel 4.25 Evaluasi Keperawatan Tn.S

No. Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


1. Minggu, 11 April 2021 Ketidakefektifan bersihan jalan S :
Pukul 10.00 – 10.30 napas akibat pembentukan sputum - Tn.S mengatakan ia saat ini sering batuk-batuk
WIB berhubungan dengan disertai dahak/sputum
ketidakmampuan keluarga dalam - Tn.S mengatakan tidak nyaman karena
merawat anggota keluarga yang kesulitan dalam bernapas dan sesak napas saat
sakit. tengah malam dan shubuh
- Keluarga Tn.S mengatakan bahwa Tn.S
mengalami batuk tidak sembuh-sembuh kurang
lebih 6 bulan yang lalu
- Tn.S dan keluarga tidak mengetahui tentang
perawatan pada penyakit TB Paru
- Keluarga Tn.S mengharapkan kesembuhan dari
penyakit Tn.S

Poltekkes Kemenkes Palembang


114

O:
- Tampak suara tambahan, ronchi
- Sputum kental
- Jumlah sputum + 15 ml
- Warna sputum kehijauan
- Saat batuk ekspresi wajah meringis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Senin, 12 April 2021 Ketidakefektifan bersihan jalan S :
Pukul 09.00 – 09.30 napas akibat pembentukan sputum - Tn.S mengatakan semenjak diajarkan batuk
WIB berhubungan dengan efektif dan latihan napas dalam batuk dan sesak
ketidakmampuan keluarga dalam nya sedikit berkurang.
merawat anggota keluarga yang - Tn.S dan keluarga mengatakan telah mengerti
sakit. sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
Paru.
O:
- Tn.S dan keluarga memperhatikan saat
penjelasan

Poltekkes Kemenkes Palembang


115

- Tn.S dan keluarga mampu menyebutkan


sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
Paru
- Jumlah sputum + 10 ml
- Tn.S masih tampak sedikit meringis saat
mengeluarkan sputum
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
3. Selasa, 13 April 2021 Ketidakefektifan bersihan jalan S :
Pukul 11.00 – 11.30 napas akibat pembentukan sputum - Tn.S mengatakan batuk dan sesak napas sudah
WIB berhubungan dengan berkurang.
ketidakmampuan keluarga dalam - Tn.S dan keluarga mengatakan dapat
merawat anggota keluarga yang mempraktikkan batuk efektif dan latihan
sakit. napas dalam pada anggota keluarga yang
terkena penyakit TB Paru.
- Tn.S dan keluarga mengatakan sudah
mengerti apa yang harus dilakukan untuk
merawat anggota keluarga yang terkena

Poltekkes Kemenkes Palembang


116

penyakit TB Paru.
- Keluarga Tn.S mengatakan akan kontrol ke
Puskesmas terdekat untuk memeriksa kondisi
Tn.S
O:
- Tn.S dan keluarga memperlihatkan batuk
efektif dan latihan napas dalam pada anggota
keluarga yang terkena penyakit TB Paru.
- Jumlah sputum + 7 ml.
- Tn.S tidak lagi meringis saat mengeluarkan
sputum
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Saran untuk keluarga Tn.S
- Anjurkan Tn.S untuk melakukan batuk efektif
dan latihan napas dalam jika keluhan batuk
dan sesak napas muncul.
- Anjurkan keluarga untuk menciptakan

Poltekkes Kemenkes Palembang


117

lingkungan yang nyaman.

No. Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


1. Minggu, 11 April 2021 Defisit pengetahuan berhubungan S :
Pukul 10.30 – 10.45 dengan kurang minat dalam belajar - Klien dan keluarga Tn.S mengatakan bahwa
WIB berhubungan dengan sudah mengetahui sedikit tentang penyakit TB
ketidakmampuan keluarga dalam Paru.
mengenal masalah kesehatan - Keluarga Tn.S mengatakan tidak mengerti
bagaimana penyakit TB Paru dapat dicegah dan
mengharapkan Tn.S cepat sembuh dari
penyakitnya
- Tn.S dan keluarga mengatakan bahwa tidak
mempercayai bahwa penyakit TB Paru adalah
penyakit yang menular

O:
- Klien dan keluarga tampak bingung saat
ditanya masalah penyakit TB Paru.
- Klien belum mengerti tentang pencegahan TB

Poltekkes Kemenkes Palembang


118

Paru.

A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Senin, 12 April 2021 Defisit pengetahuan berhubungan S :
Pukul 09.30 – 09.45 dengan kurang minat dalam belajar - Tn.S dan keluarga mengatakan telah mengerti
WIB berhubungan dengan sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
ketidakmampuan keluarga dalam Paru.
mengenal masalah kesehatan O:
- Tn.S dan keluarga memperhatikan saat
penjelasan
- Tn.S dan keluarga mampu menyebutkan
sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
Paru
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Palembang


119

3. Selasa, 13 April 2021 Defisit pengetahuan berhubungan S :


Pukul 11.00 – 11.30 dengan kurang minat dalam belajar - Tn.S dan keluarga mengatakan sudah
WIB berhubungan dengan mengerti apa yang harus dilakukan untuk
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena
mengenal masalah kesehatan. penyakit TB Paru.
O:
- Tn.S dan keluarga tidak lagi bingung saat di
tanya tentang penyakit tuberculosis paru
- Tn.S dan keluarga mengetahui dan
memahami penyakit tuberculosis paru
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Palembang


120

No. Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


1. Minggu, 11 April 2021 Resiko terjadinya penularan TB S :
Pukul 10.30 – 10.45 Paru kepada anggota keluarga - Ny.I mengatakan jarang membersihkan
WIB lainnya dengan ketidakmampuan rumahnya semenjak An.N lahir karena sibuk
keluarga dalam memodifikasi mengasuh An.N
lingkungan. - Tn. S tidak pernah menutup mulutnya saat
batuk.
- Tn.S tidak pernah menggunakan masker saat
di dalam rumah
- Tn.S membuang sembarangan dahak yang
dikeluarkannya
- Tn.S tidur tidak memisahkan diri dari istrinya
dan An.N
- Tn.S tidak mempunyai alat makan sendiri
- Tn.S tidak pernah menjaga jarak saat
berbicara dengan anggota keluarga

O:
- Tn. S tidak pernah menutup mulutnya saat
batuk.

Poltekkes Kemenkes Palembang


121

- Tn.S tidak pernah menggunakan masker saat


di dalam rumah
- Tn.S membuang sembarangan dahak yang
dikeluarkannya
- Tn.S tidak pernah menjaga jarak saat
berbicara dengan anggota keluarga

A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Senin, 12 April 2021 Resiko terjadinya penularan TB S :
Pukul 09.30 – 09.45 Paru kepada anggota keluarga - Tn.S dan keluarga mengatakan telah mengerti
WIB lainnya dengan ketidakmampuan sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
keluarga dalam memodifikasi Paru.
lingkungan. O:
- Tn.S dan keluarga memperhatikan saat
penjelasan
- Tn.S dan keluarga mampu menyebutkan
sebagian tentang perawatan pada penyakit TB

Poltekkes Kemenkes Palembang


122

Paru
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
3. Selasa, 13 April 2021 Resiko terjadinya penularan TB S :
Pukul 11.00 – 11.30 Paru kepada anggota keluarga - Tn.S dan keluarga mengatakan sudah
WIB lainnya dengan ketidakmampuan mengerti apa yang harus dilakukan untuk
keluarga dalam memodifikasi merawat anggota keluarga yang terkena
lingkungan. penyakit TB Paru.
O:
- Tn.S dan keluarga tidak lagi bingung saat di
tanya tentang penyakit tuberculosis paru
- Tn.S dan keluarga mengetahui dan
memahami penyakit tuberculosis paru
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Palembang


123

Pasien Ny.S

Tabel 4.26 Evaluasi Keperawatan Ny.S

No. Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


1. Minggu, 11 April 2021 Ketidakefektifan bersihan jalan S :
Pukul 14.00 – 14.30 napas akibat pembentukan sputum - Ny.S mengatakan bahwa ia batuk-batuk sudah
WIB berhubungan dengan lebih dari 4 bulan
ketidakmampuan keluarga dalam - Ny.S mengatakan bahwa ia sesak napas dan
merawat anggota keluarga yang sulit untuk bernapas
sakit. - Keluarga mengatakan Ny.S mengalami batuk
tidak sembuh-sembuh lebih dari 4 bulan
O:
- Tampak suara tambahan, ronchi
- Sputum kental dan jumlah sputum + 10 ml
- Warna sputum kehijauan
- Saat batuk ekspresi wajah meringis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Palembang


124

2. Senin, 12 April 2021 Ketidakefektifan bersihan jalan S :


Pukul 13.00 – 13.30 napas akibat pembentukan sputum - Ny.S mengatakan semenjak diajarkan batuk
WIB berhubungan dengan efektif dan latihan napas dalam batuk dan sesak
ketidakmampuan keluarga dalam nya sedikit berkurang.
merawat anggota keluarga yang - Ny.S dan keluarga mengatakan telah mengerti
sakit. sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
Paru.
O:
- Ny.S dan keluarga memperhatikan saat
penjelasan
- Ny.S dan keluarga mampu menyebutkan
sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
Paru
- Jumlah sputum + 7ml
- Ny.S masih tampak sedikit meringis saat
mengeluarkan sputum
A:
Masalah teratasi sebagian
P:

Poltekkes Kemenkes Palembang


125

Intervensi dilanjutkan

3. Selasa, 13 April 2021 Ketidakefektifan bersihan jalan S :


Pukul 10.00 – 10.30 napas akibat pembentukan sputum - Ny.S mengatakan batuk dan sesak napas
WIB berhubungan dengan sudah berkurang.
ketidakmampuan keluarga dalam - Ny.S dan keluarga mengatakan dapat
merawat anggota keluarga yang mempraktikkan batuk efektif dan latihan
sakit. napas dalam pada anggota keluarga yang
terkena penyakit TB Paru.
- Ny.S dan keluarga mengatakan sudah
mengerti apa yang harus dilakukan untuk
merawat anggota keluarga yang terkena
penyakit TB Paru.
- Keluarga Ny.S mengatakan akan kontrol ke
Puskesmas terdekat untuk memeriksa kondisi
Ny.S
O:
- Ny.S dan keluarga memperlihatkan batuk

Poltekkes Kemenkes Palembang


126

efektif dan latihan napas dalam pada anggota


keluarga yang terkena penyakit TB Paru.
- Jumlah Sputum + 5ml
- Ny.S tidak lagi meringis saat mengeluarkan
sputum
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Saran untuk keluarga Ny.S
- Anjurkan Ny.S untuk melakukan batuk efektif
dan latihan napas dalam jika keluhan batuk
dan sesak napas muncul.
- Anjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman.

Poltekkes Kemenkes Palembang


127

No. Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


1. Minggu, 11 April 2021 Defisit pengetahuan berhubungan S :
Pukul 14.30 – 14.45 dengan kurang minat dalam belajar - Saat ditanya tentang pengertian, penyebab,
WIB berhubungan dengan pencegahan dan penularan penyakit TB Paru.
ketidakmampuan keluarga dalam Klien dan keluarga tidak mengetahui sedikit
mengenal masalah kesehatan pun tentang penyakit TB Paru.
- Ny.S mengatakan bahwa tidak mempercayai
bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit yang
menular
- Ny.S dan An.N mengatakan tidak mengerti
bagaimana penyakit TB Paru dapat dicegah.

O:
- Ny.S dan An.N tampak bingung saat ditanya
masalah penyakit TB Paru.
- Ny.S dan keluarga belum mengerti apa itu TB
Paru.

A:
Masalah belum teratasi
P:

Poltekkes Kemenkes Palembang


128

Intervensi dilanjutkan
2. Senin, 12 April 2021 Defisit pengetahuan berhubungan S :
Pukul 13.30 – 13.45 dengan kurang minat dalam belajar - Ny.S dan keluarga mengatakan telah mengerti
WIB berhubungan dengan sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
ketidakmampuan keluarga dalam Paru.
mengenal masalah kesehatan O:
- Ny.S dan keluarga memperhatikan saat
penjelasan
- Ny.S dan keluarga mampu menyebutkan
sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
Paru
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
3. Selasa, 13 April 2021 Defisit pengetahuan berhubungan S :
Pukul 10.30 – 10.45 dengan kurang minat dalam belajar - Ny.S dan keluarga mengatakan sudah
WIB berhubungan dengan mengerti apa yang harus dilakukan untuk
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena
mengenal masalah kesehatan. penyakit TB Paru.

Poltekkes Kemenkes Palembang


129

O:
- Ny.S dan keluarga tidak lagi bingung saat di
tanya tentang penyakit tuberculosis paru
- Ny.S dan keluarga mengetahui dan
memahami penyakit tuberculosis paru
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Palembang


130

No. Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi


1. Minggu, 11 April 2021 Resiko terjadinya penularan TB S :
Pukul 14.30 – 14.45 Paru kepada anggota keluarga - Ny.S mengatakan tidak ada jendela dan
WIB lainnya dengan ketidakmampuan ventilasi dirumahnya sangat minim.
keluarga dalam memodifikasi - Ny. S mengatakan tidak pernah menutup
lingkungan. mulutnya saat batuk.
- Ny.S mengatakan tidak pernah menggunakan
masker saat di dalam rumah
- Ny.S mengatakan tidak mempunyai alat
makan sendiri
- Ny.S mengatakan tidak pernah menjaga jarak
saat berbicara dengan An.N
- Ny.S mengatakan tidur tidak memisahkan diri
dari An.N

O:
- Kondisi pencahayaan dan ventilasi rumah
Ny.S sangat kurang dan sedikit gelap.
- Ny. S tidak pernah menutup mulutnya saat
batuk.

Poltekkes Kemenkes Palembang


131

- Ny.S tidak pernah menggunakan masker saat


di dalam rumah
- Ny.S tidak pernah menjaga jarak saat
berbicara dengan An.N

A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Senin, 12 April 2021 Resiko terjadinya penularan TB S :
Pukul 13.30 – 13.45 Paru kepada anggota keluarga - Ny.S dan keluarga mengatakan telah mengerti
WIB lainnya dengan ketidakmampuan sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
keluarga dalam memodifikasi Paru.
lingkungan. O:
- Ny.S dan keluarga memperhatikan saat
penjelasan
- Ny.S dan keluarga mampu menyebutkan
sebagian tentang perawatan pada penyakit TB
Paru
A:

Poltekkes Kemenkes Palembang


132

Masalah teratasi sebagian


P:
Intervensi dilanjutkan
3. Selasa, 13 April 2021 Resiko terjadinya penularan TB S :
Pukul 10.30 – 10.45 Paru kepada anggota keluarga - Ny.S dan keluarga mengatakan sudah
WIB lainnya dengan ketidakmampuan mengerti apa yang harus dilakukan untuk
keluarga dalam memodifikasi merawat anggota keluarga yang terkena
lingkungan. penyakit TB Paru.
O:
- Ny.S dan keluarga tidak lagi bingung saat di
tanya tentang penyakit tuberculosis paru
- Ny.S dan keluarga mengetahui dan
memahami penyakit tuberculosis paru
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Latihan Batuk Efektif

Pada hari pertama melakukan kunjungan 9 April 2021 pengkajian yang


dilakukan di rumah Tn.S seluruh anggota keluarga hadir dan lengkap, pada
tanggal 11 April 2021 implementasi hari pertama anak pertama Tn.S tidak
ada karena sedang bekerja, pada tanggal 12 April 2021 implementasi hari
kedua anak ke empat Tn.S tidak hadir karena sedang bekerja, dan pada
tanggal 13 April implementasi hari kedua semua anggota keluarga Tn.S hadir.
Sedangkan keluarga Ny.S yaitu An.N saat dilakukan pengkajian 9 April 2021
dan Implementasi dari tanggal 11 April – 13 April 2021 selalu ikut serta .

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11 April – 13 April


2021 latihan batuk efektif pada Tn.S dan Ny.S. Pemberian latihan batuk
efektif ini dapat mengurangi energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal yang dialami Tn.S dan Ny.S. Caranya
yaitu Atur posisi dengan posisi senyaman mungkin (semi fowler) anjurkan
pasien untuk minum air putih hangat untuk mengencerkan sputum meminta
pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen.Melatih
pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan jaga mulut tetap tertutup), lalu menahan nafas hingga 3 hitungan,
dan hembuskan nafas secara perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
seperti meniup) lalu merasakan mengempisnya abdomen (perut) dan
kontraksi otot. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena
dapat menyebabkan kelelahan (fatigue) dan kekurangan oksigen (hipoksia).
Setelah dilakukan tindakan latihan batuk efektif Tn.S dan Ny.S mengatakan
bahwa batuknya sudah berkurang dan dapat menerapkannya jika batuknya
kambuh kembali.

Perbedaan di antara kedua pasien tersebut adalah Tn.S tidak kooperatif


tetapi dia mampu melakukan latihan batuk efektif , Tn.S akan berusaha

133
134

semaksimal mungkin dalam proses pengobatannya walaupun pasien sudah


masuk ke 2 bulan dalam waktu pengobatan, Tn.S juga akan menggunakan
masker supaya ketika dia batuk atau bersin tidak akan terkena orang lain,
serta keluarganya kooperatif dan sangat mengikuti saran dari perawat namun
keluarganya berusaha untuk merawat anggota keluarga yang sakit dan akan
bergegas untuk memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan, keluarganya
akan lebih memperhatikan atau memperdulikan kesehatan anggota keluarga
khususnya yang sedang sakit, sedangkan Ny.S kooperatif, bertanya tentang
penyakit TB Paru, menceritakan bagaimana dia sampai divonis TB Paru,
Ny.S mampu melakukan batuk efektif dan mengeluarkan dahak secara
maksimal dalam jumlah sedikit, serta keluarganya juga kooperatif dan sangat
mengikuti saran dari perawat untuk menganjurkan Ny.S batuk efektif ketika
batuknya muncul.
Penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (2012) dalam Mardiono (2013)
membuktikan bahwa latihan batuk efektif sangat efektif dalam pengeluaran
sputum dan membantu membersihkan sekret pada jalan napas serta mampu
mengatasi sesak napas pada pasien TB Paru di ruang rawat inap Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudusda.

Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Koja Jakarta Utara setelah


dilakukan pengelolahan selama 3 hari, hasil studi kasus menunjukkan adanya
peningkatan pengeluaran sekret pada klien tuberculosis paru yang
mendapatkan latihan batuk efektif sehingga klien mampu mempertahankan
jalan napas yang efektif (Sitorus, dkk 2018).

5.2 Latihan Nafas Dalam

Pada hari pertama melakukan kunjungan 9 April 2021 pengkajian yang


dilakukan di rumah Tn.S seluruh anggota keluarga hadir dan lengkap, pada
tanggal 11 April 2021 implementasi hari pertama anak pertama Tn.S tidak
ada karena sedang bekerja, pada tanggal 12 April 2021 implementasi hari
kedua anak ke empat Tn.S tidak hadir karena sedang bekerja, dan pada
tanggal 13 April implementasi hari kedua semua anggota keluarga Tn.S hadir.

Poltekkes Kemenkes Palembang


135

Sedangkan keluarga Ny.S yaitu An.N saat dilakukan pengkajian 9 April 2021
dan Implementasi dari tanggal 11 April – 13 April 2021 selalu ikut serta .

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11 – 13 April


2021 teknik relaksasi latihan napas dalam pada Tn.S dan Ny.S. Pemberian
teknik relaksasi latihan napas dalam ini dapat memperbaiki kapasitas vital
dan ventilasi paru, membantu pernapasan abdomen agar lebih mudah
sehingga pernapasan lebih efektif, membantu menurunkan efek ansietas, dan
membuat pasien merasa rileks dan tenang saat mengambil oksigen di udara
melalui hidung. Atur posisi yang nyaman (semi fowler) fleksikan lutut klien
untuk merelaksasikan otot abdomen, tempatkan 1 atau 2 tangan pada
abdomen, tepat di bawah tulang iga. Latih pasien tarik nafas dalam melalui
hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi, anjurkan
pasien tetap rileks, jangan melengkungkan punggung dan konsentrasi dengan
pengembangan abdomen. hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse
lips breathing) secara perlahan-lahan.

Setelah dilakukan tindakan teknik relaksasi latihan napas dalam Tn.S


dan Ny.S mengatakan bahwa sesak napasnya sudah berkurang dan dapat
melakukan aktivitas kembali tanpa ada rasa sulit bernapas. Pada saat
melakukan studi kasus didapatkan kesamaan antara teoritis dan hasil studi
kasus yang didapat dan tidak ada hambatan bagi kedua keluarga dan pasien
tersebut.
Perbedaan di antara kedua pasien tersebut adalah Tn.S mengatakan
bahwa ketika diajarkan latihan napas dalam ini sangat membantu nya apalagi
ketika dia sedang bekerja, Tn.S sering sesak ketika dia bekerja sampai siang
hari panas,Tn.S sulit tidur karena sesak napas, sebelum diajarkan latihan
napas dalam ini waktu tidur nya sangat terganggu, tapi sekarang setelah
diajarkan latihan napas dalam Tn.S tidak sulit lagi untuk tidur dan dapat
melakukan latihan napas dalam ketika sesak napas nya muncul.
Sedangkan, Ny.S mengatakan bahwa ketika diajarkan latihan napas
dalam sesak napas nya berkurang. Ketika divonis TB Paru, Ny.S bingung
untuk melakukan perawatan selain minum obat, maka dari itu ketika sesak
napas nya muncul Ny.S hanya duduk sebentar tidak beraktivitas, dia

Poltekkes Kemenkes Palembang


136

mengkhawatirkan penyakitnya yang akan bertambah buruk jika tidak dicegah


dengan perawatan lainnya selain minum obat. Setelah diajarkan latihan napas
dalam ini, Ny.S mengatakan bahwa dirinya mengalami perubahan. Ketika
sesak napas nya muncul, Ny.S langsung melakukan tindakan latihan napas
dalam dan tidak mengganggu aktivitasnya. Walaupun, Ny.S mampu
melakukan tindakan latihan napas dalam, dia tidak pernah putus dalam proses
pengobatannya yang masuk ke 5 bulan.
Hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Al – Hakim RSUD Ratu Zalecha
Martapura setelah diberikan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif
selama 2 hari adanya pengaruh yang signifikan terhadap bersihan jalan napas
pada klien tuberculosis paru (Hasaini, 2018)

5.3 Memberikan Pendidikan Kesehatan

Pada hari pertama melakukan kunjungan 9 April 2021 pengkajian yang


dilakukan di rumah Tn.S seluruh anggota keluarga hadir dan lengkap, pada
tanggal 11 April 2021 implementasi hari pertama anak pertama Tn.S tidak
ada karena sedang bekerja, pada tanggal 12 April 2021 implementasi hari
kedua anak ke empat Tn.S tidak hadir karena sedang bekerja, dan pada
tanggal 13 April implementasi hari kedua semua anggota keluarga Tn.S hadir.
Sedangkan keluarga Ny.S yaitu An.N saat dilakukan pengkajian 9 April 2021
dan Implementasi dari tanggal 11 April – 13 April 2021 selalu ikut serta.

Setelah memberi pendidikan kesehatan pada tanggal 11 – 13 April


2021 mengenai penyakit tuberculosis paru pada Ny.S dan Ny.S. Pemberian
pendidikan kesehatan mengenai penyakit tuberculosis paru dapat
menumbuhkan aspek pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap dan
tindakan, kesadaran kesehatan terhadap anggota keluarga dalam perawatan,
pengobatan dan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru. Setelah
dilakukan pemberian pendidikan kesehatan mengenai penyakit tuberculosis
paru keluarga dan pasien Tn.S dan Ny.S dapat memahami, mencegah dan
merawat anggota keluarga jika terkena penyakit TB paru. Pada saat
melakukan studi kasus didapatkan kesamaan antara teoritis dan hasil studi

Poltekkes Kemenkes Palembang


137

kasus yang didapat dan tidak ada hambatan bagi kedua keluarga dan pasien
tersebut.
Perbedaan di antara kedua pasien adalah Tn.S dan keluarga mengetahui
sedikit tentang penyakit TB paru meskipun hanya pengertian tetapi Tn.S tidak
memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan terdekat karena menganggap
batuk biasa setelah 6 bulan terakhir Tn.S merasakan batuknya semakin parah
dan mengalami sesak nafas barulah Tn.S ditemani Ny.I memeriksan diri ke
Rumah Sakit Muhammadiyah. Sedangkan Ny.S tidak mengetahui tentang
penyakit TB paru dan menanggap batuk seperti biasa setelah batuk yang
dialaminya semakin parah dan tidak kunjung sembuh selama 4 bulan terakhir
Ny.S memeriksakan diri ke Rumah Sakit Muhammadiyah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukana (2003) untuk meningkatkan
pengetahuan penderita TB paru tentang pengobatan TB paru yang intensif
dan benar telah dilakukan pemberian informasi (penyuluhan) dengan metode
dua arah kepada penderita TB paru. Dari hasil studi ini diperoleh hasil yang
berbeda bermakna setelah penderita TB paru diberikan penyuluhan, dimana
pengetahuan penderita TB paru setelah diberikan penyuluhan lebih baik 3,05
kali dibandingkan dengan pengetahuan penderita TB paru sebelum mendapat
penyuluhan. Peningkatan pengetahuan penderita tentang TB paru yang
didapat dari studi ini ternyata berpengaruh terhadap ketataan penderita minum
obat.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari implementasi ini keluarga pada pasien Tuberculosis Paru dengan


masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di Puskesmas 1 Ulu
Palembang selama 3 hari (dari tanggal 11 April 2021 – 13 April 2021), maka
didapat kesimpulan :
a. Mengetahui ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien tuberculosis
paru sebelum dan sesudah latihan batuk efektif di wilayah kerja Puskesmas
1 Ulu Palembang Tahun 2021.
b. Mengetahui pengaruh latihan napas dalam pada pasien tuberculosis paru
sebelum dan sesudah latihan napas dalam di wilayah kerja Puskesmas 1
Ulu Palembang Tahun 2021.
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan mengenai penyakit
tuberculosis paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas
pada pasien dan keluarga pasien tuberculosis paru di wilayah kerja
Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2021.

6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
Implementasi keperawatan ini dapat menjadi bahan referensi bagi
pihak Puskesmas untuk meningkatkan implementasi keperawatan keluarga
dengan memberikan informasi yang benar tentang pelaksanaan
implementasi keperawatan keluarga pada pasien dan keluarga dengan
Tuberculosis Paru serta untuk pelaksanaan implementasi keperawatan
lebih lanjut.

138
139

2. Bagi Pasien dan Keluarga


Tetap menjalankan program yang telah dilaksanakan oleh petugas
kesehatan di dalam pengobatan serta minum obat secara teratur selama 6
bulan tanpa terputus.

3. Bagi Penulis Selanjutnya


Diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu keperawatan tidak hanya
kepada keluarga yang dibina tetapi juga kepada masyarakat lebih luas.

Poltekkes Kemenkes Palembang


DAFTAR PUSTAKA

Aini, dkk. (2017). Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Tuberculosis. Jurnal


Informatika Mulawarman, Volume 12, No 1.
Ali. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Alie, dkk (2013). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada
Pasien Tuberculosis di Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang.
Jurnal STIKES Pemkab Jombang, Volume 2.
Apriyani. (2015). Identifikasi Diagnosis Keperawatan Pada Pasien Di Ruang
Paru Sebuah Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan, Volume 9, No 1.
Bakri. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Mahardika.
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi
Selatan : Pustaka As Salam.
Hasaini. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Batuk Efektif
Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Tuberculosis Paru di Ruang
Al – Hakim RSUD Ratu Zalecha Martapura. Jurnal Dinamika Kesehatan,
Volume 9, No 2.
Ikawati. (2016). Penalataksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan.
Yogyakarta : Bursa Ilmu.
Laban. (2008). TBC : Penyakit & Cara Pencegahannya. Yogyakarta : Kanisius.
Lestiana, dkk (2020). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum
Pada Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia,
Volume 4, No 1.
Mardiono. (2013). Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Frekuensi
Pernafasan Pasien TB Paru di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RS
Pelabuhan Palembang. Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No.2
Masriadi. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular. Depok : PT RajaGrafindo
Persada.
Muttaqin. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Naga (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Diva
Press
Nanda NIC-NOC. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta : MediAction.
Niluh,Christantie. (2003). Keperawatan Medikal Bedah : Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.
Nugroho. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik
Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri, Volume 4,
No.2, 137.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

140
141

Pitri. (2018). Panduan Praktis Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Dengan


Pendekatan Studi Kasus. Palembang : CV Putra Penuntun.
Profil Kesehatan Kota Palembang (2018) “Dinas Kesehatan Kota Palembang
https://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-161-298.pdf
Profil Kesehatan Provinsi Sumsel (2018) “Dinas Kesehatan Kota Palembang
https://www.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_
PROVINSI_2018/06_Sumsel_2018.pdf
Pusdatin Kemkes. (2018). “ Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infod
atin-tuberkulosis-2018.pdf
Rahayu, & Mardi. (2016). Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp
content/uploads/2017/08/Praktikum-KDM-2-Komprehensif.pdf
Rofi, dkk. (2018). Diagnosa Keperawatan Yang Sering Ditegakkan Perawat Pada
Pasien Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit. Jurnal Kepimpinan Dan
Manajemen Keperawatan, Volume 1, No 2.
Sitorus, dkk. (2018). Penerapan Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada Pada Pasien
TB Paru Yang Mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di
RSUD Koja Jakarta Utara. Jurnal JAKHKJ Vol. 4, No. 2.
Sukana. (2003). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB
Paru di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.2No.3.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta : EGC.
WHO. (2018). “WHO Global Tuberculosis Report 2018. In Pharmacological
Reports”.
https://doi.org/10.1016/j.pharep.2017.02.021
WHO. (2018). “WHO Tuberculosis country profiles. Retrieved April 25, 2018,
from WHO”.
https://www.who.int/tb/country/data/profiles /en/

Poltekkes Kemenkes Palembang


LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN

1. Data Umum

Nama kepala keluarga :


Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

Daftar Anggota Keluarga

No. Nama L/P Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


Kesehatan

Genogram
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Anggota keluarga yang sakit

Tipe Keluarga
a. Kewarganegaraan / suku bangsa :
b. Agama :
c. Status sosial ekonomi keluarga :
d. Aktivitas rekreasi keluarga :

2. Riwayat Perkembangan Keluarga


a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya

3. Keadaan Lingkungan
a. Keadaan Karakteristik Rumah
1. Kondisi Atap Rumah
a. Baik
b. Tidak Baik
2. Apakah di rumah terdapat ventilasi udara dan jendela ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah jendela di buka setiap hari ?
a. Ya
b. Tidak
4. Pencahayaan Rumah
a. Baik
b. Kurang
c. Cukup
5. Penerangan :
a. Lampu tempel
b. Petromaks
c. Listrik
6. Lantai :
a. Tanah
b. Papan
c. Plester
d. Ubin

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


1) Mayoritas penduduk
2) Sarana kesehatan di lingkungan
c. Mobilitas Geografis Keluarga
1) Daerah asal keluarga
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
1) Kegiatan keluarga di rumah
2) Kegiatan keluarga dengan masyarakat
e. Sistem Pendukung Keluarga

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
1) Bahasa yang digunakan sehari-hari
2) Jenis komunikasi
Formal :
Informal :
b. Struktur Kekuatan Keluarga
1) Pengambil keputusan
2) Cara mengambil keputusan dalam keluarga
c. Struktur Peran Keluarga
1) Peran kepala keluarga
2) Peran anggota keluarga
d. Nilai dan Norma Keluarga
1) Sistem nilai yang ditanamkaan pada keluarga
2) Adat / istiadat yang dianut
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
1) Hubungan antar keluarga
b. Fungsi Sosial
1) Interaksi antar anggota keluarga
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan
2) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
3) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
4) Kemampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
5) Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan
d. Fungsi Reproduksi
e. Fungsi Ekonomi
1) Jenis pekerjaan :
2) Jumlah penghasilan per bulan :
6. Stres dan Koping Keluarga
a. Stressor
b. Kemampuan Keluarga Berespons Terhadap Masalah
c. Strategi Koping yang Digunakan
d. Strategi Adaptasi Disfungsional
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Keadaan umum :
2) Kesadaran :
3) Tanda-tanda vital (TTV)
a. Tekanan darah :
b. Suhu :
c. Heart Rate :
d. Respiratory Rate :
8. Harapan Keluarga
KUISIONER PENDERITA TUBERCULOSIS PARU BTA (+)

I. Biodata

1. Nama : Umur :
2. Status :
a. Menikah
b. Tidak Menikah
3. Berapa jumlah anggota keluarga ?
a. Putra : 1. Umur :
2. Umur :
3. Umur :

b. Putri : 1. Umur :
2. Umur :
3. Umur :

4. Pekerjaan :
a. Pegawai negeri sipil/TNI/POLRI
b. Petani
c. Karyawan swasta/buruh
d. Wiraswasta
e. Pelajar
f. Pensiunan / pengangguran / IRT
5. Pendapatan per bulan :
a. Kurang dari Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000
c. Lebih dari Rp. 3.000.000
II. Latar Belakang Pendidikan

1. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak tamat SD / Buta Huruf
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA / SMK
e. Akademi D1 / D3
f. S1
2. Apakah di antara anggota keluarga ada yang pernah mengikuti kegiatan
yang bersifat kesehatan atau kemasyarakatan ?
a. Ya
b. Tidak
3. Bila ya, apakah bentuk kegiatan kemasyarakatan atau kesehatan tersebut ?
a. Pramuka
b. Dokter kecil
c. Karang taruna / kader PKM
d. PMR
e. Keperawatan / posyandu
4. Apakah diantara anggota keluarga ada yang berlatar pendidikan
kesehatan?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila ya, apa bentuk pendidikan tersebut ?
a. Akademi / sekolah keperawatan
b. Akademi kebidanan
c. Analis kesehatan
d. Kedokteran
e. Lain-lain
III. Pengetahuan Tentang Penyakit Tuberculosis Paru

1. Apakah anggota keluarga sudah mengenal penyakit Tuberculosis Paru ?


a. Ya
b. Tidak
2. Bila ya, menurut anda penyakit Tuberculosis Paru penyakit apa ?
a. Penyakit kutukan
b. Penyakit tidak dapat disembuhkan
c. Penyakit yang dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur
d. Penyakit paru yang ditandai oleh batuk yang terus menerus dan nyeri
e. Penyakit paru yang disebabkan oleh kuman
3. Apakah anda sudah mengenal penyakit Tuberculosis Paru itu ada obatnya?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah saudara tahu kalau penyakit Tuberkulosis sangat menular?
a. ya
b. Tidak
5. Melalui apa yang saudara ketahui cara penularannya adalah :
a. Pada waktu batuk atau bersin
b. Peredaran darah
c. Berbicara terlalu dekat
d. Saluran napas
e. melalui alat makan
f. Tidak Tahu
6. Apakah anda sudah mengetahui pengobatan TBC memerlukan
pengawasan serta direncanakan teratur ?
a. Ya
b. Tidak
7. Bila ya, oleh siapakah penelanan obat dalam pengobatan TB diawasi ?
a. Petugas kesehatan puskesmas
b. Kader
c. Suami/istri/anak
d. Dokter
e. Instruksi tertulis dari petugas kesehatan
8. Apakah anda mengetahui cara penularan penyakit TB paru ?
a. Ya
b. Tidak
9. Bila ya, menurut anda penyakit TB paru dapat menular melalui ?
a. Percikan ludah penderita TB
b. Air kencing
c. Kotoran / feses
d. Hubungan seksual
e. Dahak penderita TB yang mengering dan terbawa udara
10. Apakah anda mengetahui gejala penyakit TB paru ?
a. Ya
b. Tidak
11. Bila ya, penyakit TB paru terlihat jelas melalui gejala ?
a. Batuk darah
b. Dahak campur darah
c. Sesak nafas dan nyeri dada
d. Lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun
12. Gejala utama pada tuberkulosis yang saudara ketahui adalah;
a. Batuk terus menerus dan bardahak selama 1 minggu
b. Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu
c. Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
13. TB paru dapat menyebabkan kematian bila ?
a. Tanpa pengobatan
b. Pengobatan tidak teratur
c. Menolak untuk diperiksa di Puskesmas walaupun telah timbul
perdarahan dan muntah berat
d. Hidup tidak memperhatikan kesehatan
e. Lebih percaya dukun dalam pengobatannya
14. Apakah anda mengetahui bahaya yang terjadi pengobatan TB paru tidak
tuntas ?
a. Ya
b. Tidak
15. Bila ya, pengobatan TBC tidak dilakukan secara teratur dan tidak disiplin
maka akan mengakibatkan ?
a. Menambah dan memperparah sesak nafas dan nyeri dada
b. Batuk darah
c. Badan lemah
d. Dahak bercampur darah
16. Apakah tau bahwa ventilasi dan pencayahaan rumah mempengaruhi
penularan TB?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah mengetahui bahwa lingkungan dapat mempengaruhi penularan TB
paru?
a. Ya
b. Tidak

IV. Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


1. Sudah berapa lama menderita batuk ?
a. 1 - 2 Bulan
b. 2 - 3 Bulan
c. 3 - 4 Bulan
d. 4 - 6 Bulan
2. Apakah yang keluhan yang dirasakan saat batuk ?
a. Tidak ada
b. Sesak
c. Sakit di tenggorokan
d. Sesak dan sakit tenggorokan
3. Jumlah frekuensi batuk dalam satu hari ?
a. 1 – 2 kali / hari
b. 2 – 3 kali / hari
c. 3 – 4 kali/ hari
d. Lebih dari 5 kali/ hari
4. Saat batuk apakah susah mengeluarkan dahak?
a. Lancar
b. Kadang – kadang
c. Susah keluar dahak
d. Tidak keluar sama sekali
5. Apa warna dahak yang dikeluarkan saat batuk ?
a. Hijau
b. Kuning
c. Hijau kekuningan
d. Putih
6. Apakah pernah mengalami batuk darah?
a. Ya
b. Tidak
7. Jika pernah mengalami batuk berdarah berapa lama mengalaminya ?
a. 1 bulan
b. 2 bulan
c. 3 bulan
d. Lebih dari bulan
8. Berapa jumlah frekuensi batuk berdarah dalam satu hari?
a. 1 kali/ hari
b. 2 kali/ hari
c. 3 kali/ hari
d. Lebih dari 3 kali / hari

V. SIKAP RESPONDEN

Petunjuk : Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan sikap


Penderita TB Paru Positif terhadap membuang dahak di sembarang tempat,
jawablah dengan memberi tanda (√) pada kotak pilihan anda.
Keterangan pilihan jawaban :
1. SS = Sangat Setuju
2. S = Setuju
3. N = Netral
4. TS = Tidak Setuju
5. STS = Sangat Tidak Setuju
NO Pernyataan Jawaban
5 4 3 2 1
SS S N TS STS
1 Penyakit TBC merupakan penyakit yang sangat
menular
2 Penderita TB Paru Positif sebaiknya tidak
membuang dahak di sembarang tempat
3 Setiap orang batuk terus menerus lebih dari 3
minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak
4 Penderita TB Paru Positif tidak menularkan
penyakit TB paru kepada orang lain
5 Untuk menghindari risiko penularan, saat batuk
sebaiknya menutup mulut dengan tissue, sapu
tangan
6 Agar orang lain tidak tertular penyakit TB Paru,
penderita TB Paru sebaiknya berbicara tidak terlalu
dekat
7 Penderita TB Paru Positif tidak perlu mempunyai
alat makan tersendiri
8 Pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus
dan diberi cairan lisol
9 Penderita TB Paru Positif tidak perlu tidur sendiri
diruang khusus hingga pasien sembuh
10 Setuju kalau penderita TBC dapat disembuhkan

VI. Perilaku Sehat

Petunjuk : Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan tindakan


penderita TB Paru Positif. Jawablah dengan memberi tanda (X) pada pilihan
yang sesuai dengan pernyataan yang benar-benar anda alami.
Keterangan pilihan jawaban : Ya dan Tidak

1. Apakah saudara ketika batuk menutup mulut?


a. Ya
b. Tidak

2. Jika menutup mulut, jenis penutup mulut yang digunakan adalah :


a. Tissue atau Sapu Tangan
b. Telapak tangan
3. Apabila menggunakan penutup mulut ketika batuk maka :
a. Tissue di buang sembarang tempat
b. Sapu Tangan dicuci dan direndam dengan larutan deterjen

4. Apabila menggunakan penutup mulut, apa alasan saudara ?


a. Mencegah penyebaran kuman penyakit
b. Terbiasa bila batuk menutup mulut
5. Apakah saudara membuang dahak di wadah khusus?
a. Ya
b. Tidak

6. Bila dalam wadah khusus, wadah yang saudara gunakan adalah?


a. Pot bertutup dengan larutan lisol
b. Pot biasa

7. Apakah alat makan saudara terpisah dengan anggota keluarga lainya?


a. Ya
b. Tidak

8. Apakah saudara tidur terpisah dengan anggota keluarga lainya?


a. Ya
b. Tidak

9. Apakah saudara menjemur kasur pada terik matahari setiap harinya?


a. Ya
b. Tidak
VII. Penggunaan Fasilitas Kesehatan

1. Kemana saudara berobat bila ada anggota keluarga yang sakit ?


a. Dukun
b. Mantri
c. Dokter
d. Puskesmas
e. Rumah Sakit
2. Adakah alat transportasi yang menuju Puskesmas atau Unit Pelayanan
terdekat ?
a. Ya
b. Tidak
3. Alat transportasi yang di pakai ?
a. Ojek
b. Becak
c. Angkutan kota
d. Kendaraan pribadi
e. Hanya jalan kaki
4. Berapa rata-rata biaya transportasi pulang pergi ke Pelayanan Kesehatan ?
a. Kurang dari Rp. 1.000
b. Rp. 1.000 – Rp. 5.000
c. Rp. 5.000 – Rp. 10.000
5. Berapa waktu yang ditempuh perjalanan ke Pelayanan Kesehatan ?
a. Kurang dari 10 menit
b. 10 menit – 30 menit
c. 30 menit – 60 menit
6. Bagaimana ventilasi tempat tinggal anda ?
a. Setiap ruangan
b. Hanya ruangan depan
c. Hanya di kamar tidur
d. Tidak ada ventilasi
e. Hanya di ruang belakang
7. Bagaimana anda menanggulangi anggota keluarga yang sakit dengan
batuk-batuk yang tidak kunjung sembuh ?
a. Obat warung
b. Ke dukun
c. Ke Rumah Sakit
d. Ke Puskesmas
e. Ke dokter

VIII. Tertutup dan Rahasia

1. Apa di antara anggota keluarga anda pernah mengidap TB paru ?


a. Ya
b. Tidak
2. Berapa kali anda periksa ke Puskesmas dalam satu bulan ?
a. Tidak pernah
b. Satu kali per bulan
c. Dua kali per bulan
d. Lebih dari dua bulan
3. Bagaimana status anda pada program pengobatan penyakit TB tersebut ?
a. Aktif
b. Tidak aktif
4. Apakah anda memiliki kartu pengobatan TB paru dari puskesmas ?
a. Ya
b. Tidak
5. Bagaimana cara didiagnosis sebelum anda divonic TB paru ?
a. Anamnesis saja
b. Anamnesis diikuti pemeriksaan dahak S.P.S
c. Anamanesis pemeriksaan dahak dan rontgen
d. Anamnesis dan rontgen
Bagaimana Apa itu TBC?
Penularan TBC?
TBC adalah penyakit infeksi
Kuman TBC keluar ke udara menular yang disebabkan oleh
melalui droplet / percikan dahak Mycobacterium Tuberculosis.
pada saat penderita TBC batuk,
bersin atau berbicara.
Gejala TBC?
Pencegahan TBC
Tutup mulut
saat batuk

Membuka jendela
Batuk Sesak nafas
Tuberculosis
tiap pagi hari
(TBC)
Menjemur kasur
dan batal maksimal
seminggu sekali Nyeri dada Demam

Jangan meludah Pemeriksaan TBC


atau membuang
dahak sembarangan
Pemeriksaan
Dahak Dewinda
Pengobatan TBC dilakukan menurut PO.71.20.1.18.030
Direct Observed Treatment Short-
course :
1. Fasel awal selama 2 bulan Rontgen Foto
2. Fase lanjutan selama 4 bulan Dada
2. Relaksasi Latihan Perawatan
Nafas Dalam Penyakit TBC
Latihan nafas dalam adalah bernafas
dengan perlahan dan menggunakan 1. Batuk Efektif
diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan Batuk efektif adalah suatu
dada mengembang penuh. metode batuk dengan benar,
dimana klien dapat menghemat
Bagaimana
energi sehingga tidak mudah Cara Perawatan
Prosedur Relaksasi lelah dan apat mengeluarkan Penyakit TBC?
Latihan Nafas Dalam dahak secara maksimal.

Atur posisi yang nyaman. Prosedur Batuk Efektif

Tarik nafas dalam lewat


hidung dan tahan nafas
Fleksikan lutut klien untuk beberapa detik.
untuk merelaksasikan
otot abdomen.

Tempatkan 1 atau 2
tangan pada abdomen, Batukkan 2 kali. Pada saat
tepat di bawah tulang iga. batuk, tekan dada dengan
bantal dan tampung sekret
pada sputum pot.
Tarik nafas dalam
melalui hidung, juga
mulut tetap tertutup.
Hitung sampai 3
selama inspirasi.
Hindari penggunaan waktu yang
lama selama batuk karena dapat
Hembuskan lewat bibir menyebabkan kelelahan dan
seperti meniup dan ekspirasi kekurangan oksigen (hipoksia).
secara perlahan-lahan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Tuberculosis Paru

Hari / Tanggal :

Waktu :

Penyaji : Dewinda (Mahasiswi Tingkat 3 Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang)

Tempat :

I. Tujuan

1.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga diharapkan mengetahui
dan memahami tentang topik-topik yang dijelaskan.

1.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga diharapkan mampu :
1. Mengetahui tentang pengertian Tuberculosis Paru
2. Mengetahui tentang gejala Tuberculosis Paru
3. Mengetahui pemeriksaan Tuberculosis Paru
4. Mengetahui penularan Tuberculosis Paru
5. Mengetahui pencegahan Tuberculosis Paru
6. Mengetahui pengobatan Tuberculosis Paru
7. Mengetahui perawatan Tuberculosis Paru

II. Sasaran
Sasaran ditujukan pada seluruh anggota keluarga

III. Strategi Pelaksanaan


1. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab
2. Media : Leaflet
No. Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu Media
1. Pendahuluan a. Salam Pembuka a. Menjawab 5 menit
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyampaikan topik b. Mendengar
dan tujuan penyuluhan Kan
2. Kerja 1. Penyampaian Materi a. Mendengar 30 menit Leaflet
Menjelaskan tentang : kan dengan
a. Pengertian penuh
Tuberculosis Paru perhatian
b. Gejala
Tuberculosis Paru
c. Pemeriksaan
Tuberculosis Paru
d. Penularan
Tuberculosis Paru
e. Pencegahan 5 menit
Tuberculosis Paru
f. Pengobatan
Tuberculosis Paru
g. Perawatan
Tuberculosis Paru
2. Tanya Jawab b. Bertanya 7 menit
Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
bertanya
3. Evaluasi c. Dapat
Meminta keluarga mengulangi
untuk mengulangi
kembali topik yang
sudah dijelaskan
3. Penutup d. Menyimpulkan materi a. Mendengar 3 menit
yang didiskusikan kan

IV. Materi

Terlampir

V. Evaluasi

1. Evaluasi Struktural
a. Kesepakatan pertemuan dengan keluarga
b. Kesiapan penyajian dari penyuluh
2. Evaluasi Proses
1) Keluarga
a. Keluarga mengikuti kegiatan sampai selesai
b. Keluarga mampu menyimak dan merespon
c. Pertemuan berjalan dengan lancar
2) Penyuluh
a. Bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab
3. Evaluasi Hasil
Keluarga mampu :
a. Mengetahui tentang pengertian Tuberculosis Paru
b. Mengetahui tentang gejala Tuberculosis Paru
c. Mengetahui tentang pemeriksaan Tuberculosis Paru
d. Mengetahui penularan Tuberculosis Paru
e. Mengetahui pencegahan Tuberculosis Paru
f. Mengetahui pengobatan Tuberculosis Paru
g. Mengetahui perawatan Tuberculosis Paru
LAMPIRAN MATERI

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang


disebabkan mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan
hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui
saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit,
tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang
yang terinfeksi bakteri tersebut (Nanda NIC-NOC, 2015).

2.1.2 Manifestasi Klinis


Gambaran tuberkulosis paru dapat menjadi 2 golongan menurut
Nanda NIC-NOC, 2015, yaitu :
a. Gejala respiratorik
1) Batuk, yaitu gejala timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat
non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah
bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah, yaitu darah yang dikeluarkan dalam dahak
bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak
darah, gumpalan darah dalam jumlah sangat banyak. Batuk
darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak nafas, yaitu gejala ini dapat ditemukan bila kerusakan
parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan
lain-lain.
4) Nyeri dada, yaitu nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk
nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
pernafasan di pleura terkena.
b. Gejala sistematik
1) Demam, yaitu gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip dengan demam influenza.
2) Gejala sistematik lain, yaitu keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu/bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.

2.1.3 Pemeriksaan

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan


tuberculosis paru menurut Padila, 2013 yaitu :
a. Laboratorium darah rutin
LED normal / meningkat, limfositosis.
b. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA untuk memastikan diagnostik TB paru,
namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70% pasien
yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Tes PAP adalah uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux / Tuberkulin
Tes Mantoux adalah uji serologi imunoperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB.
e. Pemeriksaan radiologi
Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis tuberculosis paru,
yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal
lobus bawah.
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular).
2.1.4 Penularan

Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe Human dan Tipe
Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah
(droplet) dan di udara yang berasal dari TBC dan orang yang terkena
rentan terinfeksi bila menghirupnya. Dalam perjalanan penyakitnya
terdapat 4 Fase menurut Nanda NIC-NOC, 2015 :
a. Fase 1 (Fase Tuberculosis Primer): masuk ke dalam paru dan
berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh.
b. Fase 2
c. Fase 3 (Fase Laten): fase dengan kuman yang tidur (bertahun-
tahun/seumur hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan
keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di tulang panjang,
vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf hillus, leher dan ginjal.
d. Fase 4: dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat
menyebar ke organ yang lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.

2.1.5 Pencegahan

Pencegahan tuberculosis paru yaitu tutup mulut saat batuk, tidak boleh
membuang ludah atau dahak sembarangan, membuka jendela tiap pagi
hari, dan menjemur kasur dan bantal maksimal 1 minggu sekali.

2.1.6 Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3


bulan) dan fase lanjutan (4 atau 7 bulan). Panduan obat yang digunakan
terdiri dari panduan obat utama dan tambahan menurut Nanda NIC-NOC,
2015 yaitu :
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1) Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan menurut Nanda NIC-
NOC, 2015 yaitu :
a) Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3x/ minggu atau BB >
60 kg: 600 mg, BB 40-60 kg: 450 mg, BB < 40 kg: 300 mg, dan
dosis intermitten 600 mg/kali.
b) INH
Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg/kk BB 3 kali
seminggu, 15 mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/har.
Untuk dewasa, intermitten: 600 mg/kali.
c) Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu,
50 mg/kg BB 2 kali seminggu atau BB > 60 kg: 1500 mg, BB
40-60 kg: 1000 mg, BB < 40 kg: 750 mg.
d) Streptomisin
Dosis 15 mg/kg BB atau BB > 60 kg: 1000 mg, BB 40-60 kg:
750 mg, BB < 40 kg: sesuai BB.
e) Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB,
30mg/kg BB 3x seminggu. 45 mg/kg BB 2x seminggu atau BB
> 60 kg: 1500 mg, BB 40-60 kg: 1000 mg, BB < 40 kg: 750 mg,
dan dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali.
2) Kombinasi dosis tetap (fixed dose combination), kombinasi
dosis tetap ini menurut Nanda NIC-NOC, 2015 yaitu :
a) Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu
rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan
etambutol 275 mg.
b) Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu
rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.
c) Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk
kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet
sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat
menggunakan kombinasi dosis 2 obat anti tuberkulosis seperti
yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman
pengobatan.
3) Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin, kuinolon, obat lain masih dalam penelitian seperti
makrolid, amoksilin + asam klavulanat. Kemudian, derivat
rifampisin dan INH yaitu sebagian besar penderita tuberculosis
dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun
sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat
penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang
terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan
dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT
dapat dilanjutkan.

2.1.7 Perawatan

Keluarga dan penderita tuberkulosis paru diberdayakan melalui


pemberian informasi yang memadai tentang tuberkulosis dan pentingnya
upaya pencegahan dan pengendalian tuberkulosis. Diharapkan dapat
merubah perilaku keluarga yang meliputi menumbuhkan aspek
pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap dan tindakan, kesadaran
kesehatan terhadap anggota keluarga dalam perawatan, pengobatan dan
pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru.
Adapun perawatan penyakit tuberkulosis paru, yaitu :
a. Teknik Relaksasi Latihan Nafas Dalam
1) Definisi
Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen
terangkat peralahan dan dada mengembang penuh.
Penatalaksanaan pemberian latihan nafas dalam sangat penting
diketahui perawat yang setiap hari berhadapan dengan klien yang
mempunyai masalah dengan kapasitas dan ventilasi paru
(Muttaqin, 2012)

.
2) Tujuan
Tujuan napas dalam adalah untuk memperbaiki kapasitas
vital dan ventilasi paru, menyimpan energi, menghilangkan
sekret, memaksimalkan upaya ekspansi paru, membantu
pernapasan abdomen agar lebih mudah sehingga pernapasan lebih
efektif, membantu menurunkan efek ansietas. Efek relaksasi nafas
dalam membuat klien merasa rileks dan tenang saat mengambil
oksigen di udara melalui hidung (Muttaqin, 2012).
3) Prosedur
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas
pernapasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur teknik relaksasi nafas dalam menurut Rahayu dan
Mardi, 2016 yaitu :
1) Atur posisi yang nyaman (semi fowler)
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen.
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat di bawah
tulang iga.
4) Latih pasien tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut
tetap tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5) Anjurkan pasien tetap rileks, jangan melengkungkan
punggung dan konsentrasi dengan pengembangan
abdomen.
6) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips
breathing) secara perlahan-lahan.

b. Latihan Batuk Efektif


1) Definisi
Latihan batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk
membersihkan sekresi pada jalan nafas, suatu metode batuk
dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga
tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal (Muttaqin, 2012).
2) Tujuan
Latihan batuk efektif bertujuan untuk meningkatkan
mobilisasi sekret, mencegah resiko tinggi retensi sekresi,
membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret, Latihan batuk
efektif bertujuan untuk mengeluarkan sputum dan membantu
membersihkan sekret pada jalan nafas (Muttaqin, 2012).
3) Prosedur
Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan
sekret. batuk efektif menurut Rahayu dan Mardi, 2016 yaitu :
1) Memita pasien dengan posisi senyaman mungkin (semi
fowler)
2) Anjurkan pasien untuk minum air putih hangat untuk
mengencerkan sputum
3) Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu
tangan di abdomen.
4) Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas
dalam melalui hidug hingga 3 hitungan jaga muut tetap
tertutup).
5) Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hiungan, dan
hembuskan nafas secara perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut, bibir seperti meniup)
6) Memita pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi otot.

c. Memberikan Pendidikan Kesehatan


Keluarga dan penderita tuberkulosis paru diberdayakan melalui
pemberian informasi yang memadai tentang tuberkulosis dan
pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian tuberkulosis.
Diharapkan dapat merubah perilaku keluarga yang meliputi
menumbuhkan aspek pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap
dan tindakan, kesadaran kesehatan terhadap anggota keluarga dalam
perawatan, pengobatan dan pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis paru.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LATIHAN BATUK EFEKTIF

Latihan batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk


membersihkan sekresi pada jalan nafas, suatu metode batuk
PENGERTIAN dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi
sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal.
(Muttaqin, 2012).
1. Meningkatkan mobilisasi sekret
2. Mencegah resiko tinggi retensi sekresi
3. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
4. Mengeluarkan sputum
TUJUAN
5. Membantu membersihkan sekret pada jalan nafas
(Muttaqin, 2012).

ALAT DAN Pot Sputum


BAHAN
1. Atur posisi senyaman mungkin (semi fowler)
2. Anjurkan untuk minum air putih hangat untuk
mengencerkan sputum
3. Letakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen.
4. Lakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidug
hingga 3 hitungan jaga muut tetap tertutup).
PROSEDUR 5. Meminta menahan nafas hingga 3 hitungan, dan
hembuskan nafas secara perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup)
6. Rasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi otot
7. Lakukan nafas dalam 2 kali, yang ke 3 inspirasi, tahan
nafas dan batukkan dengan kuat di dalam sputum pot.
( Rahayu dan Mardi, 2016)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan


menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen
terangkat peralahan dan dada mengembang penuh.
Penatalaksanaan pemberian latihan nafas dalam sangat
PENGERTIAN penting diketahui perawat yang setiap hari berhadapan
dengan klien yang mempunyai masalah dengan kapasitas dan
ventilasi paru.

(Muttaqin, 2012).

1. Memperbaiki kapasitas vital dan ventilasi paru


2. Menyimpan energi
3. Menghilangkan sekret
4. Memaksimalkan upaya ekspansi paru
TUJUAN
5. Membantu pernapasan abdomen agar lebih mudah
sehingga pernapasan lebih efektif
6. Membantu menurunkan efek ansietas (Cemas)

ALAT DAN -
BAHAN
1. Atur posisi yang nyaman (semi fowler)
2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen.
3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat di bawah
tulang iga.
4. Latih pasien tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut
PROSEDUR
tetap tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5. Anjurkan pasien tetap rileks, jangan melengkungkan
punggung dan konsentrasi dengan pengembangan
abdomen.
6. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips
breathing) secara perlahan-lahan.
(Rahayu dan Mardi, 2016)
DOKUMENTASI TN.S
DOKUMENTASI NY.S

Anda mungkin juga menyukai