Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN Pada BAYI Ny.

H DENGAN
PNEUMONIA NEONATUS di RUANGPERINATOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
MUSLAN
NPM: 1830702014

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEOTARAKAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bayi NY. H DENGAN
PNEUMONIA NEONATUS DI RUANG PERINATOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
MUSLAN
NPM: 1830702014

Laporan Tugas Akhir


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
pada
Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEOTARAKAN
2021
a
a
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini yang berjudul “Asuhan keperawatan pada BayiNy. H dengan Pneumonia
neonatus yang dirawat diruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini penulis mengalami hambatan dan berbagai kesulitan, namun demikian
penulis berusaha menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini berkat
bimbingan, bantuan, dan dorongan yang diberikan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih pada:
1. Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan
2. Kedua orang tua tercinta saya yang selalu memberikan doa dan dukungan baik
secara material maupun nonmaterial
3. Bapak Prof. Dr. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.
4. Bapak Sulidah, S.Kep.,Ns.M. Kep Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan sekaligus menjadi pembimbing II yang telah
memberikan motivasi selama penulis mengikuti perkuliahan DIII Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
5. Ibu Yuni Retnowati, SST, M,Keb selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
6. Bapak Alfianur, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan, sekaligus sebagai
pembimbing I dan penguji III yang telah memberikan bimbingan, masukan
serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini.
7. Bapak Nurman Hidaya, S.Kep.Ns., M.Kep selaku penguji II yang telah
memberikan bimbingan, masukan serta dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Ibu Paridah, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan
sekaligus penguji I yang telah memberikan bimbingan, masukan serta
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Ibu Fitriya Handayani, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
10. Ibu Ana Damayanti, S.Kep.Ns., M.K.M selaku koordinator mata kuliah atas
saran, masukan dan motivasi untuk terus berjuang meyelesaikan mata kuliah
ini dengan baik dan tepat waktu yang telah memberikan masukan dan juga
dukungannya kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Ibu Maria Imaculata Ose, S.Kep.NS., M.Kep selaku dosen pembimbing
akademik, yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan selama
perkuliahan.
12. Seluruh Bapak/ibu dosen dan staf Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
13. Keluarga klien Bayi Ny. H yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam
memberikan informasi kepada saya tentang penyakit yang di alami Bayi Ny. H
14. Rekan-rekan Departemen Keperawatan yang telah berkerja sama dan saling
memberi memotivasi penulis selama proses penyelesaian laporan tugas akhir
ini. Terima kasih atas kebersamaan suka duka selama proses ini.
15. Angkatan 2018 Mahasiswa Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan terkhusus untuk teman-teman Lokal C2
yang telah bersama-sama selama 3 tahun berkuliah dan menjalani senang dan
susah bersama, terima kasih banyak atas motivasi yang telah di berikan kepada
saya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir masih belum
sempurna dan masih banyak membutuhkan perbaikan, oleh karena itu penulis sanga
mengharapkan kritik dan saran.
ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. H Dengan Diagnosis Pneumonia Neonatus


Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan

Muslan, Alfianur, Sulidah

Pneumonia merupakan penyakit radang akut pada sistem pernafasan yang


menyerang jaringan paru dan sekitarnya. Tujuan penulisan ini agar penulis
memperoleh gambaran nyata mengenai pelaksanaan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan pada Bayi Ny. H dengan penyakit pneumonia neonatus. Metode
penulisan yaitu deskriptif, tipe studi kasus dengan Teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan srudi dokumentasi serta studi
kepustakaan. Hasil pengkajian klien terdapat 3 masalah keperawatan yang muncul
yaitu: gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-perifer, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas dan resiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju metabolisme, dan
yang menjadi prioritas masalah keperawatan yaitu: pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hambatan upaya nafas, gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membrane alveolus-perifer dan resiko hipotermia dibuktikan
dengan penurunan laju metabolisme. Kesimpulan, penulis menemukan
kesenjangan yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus, dan pada saat
pelaksanaan ada satu diagnosis yang intervensinya belum teratasi yaitu pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas. Diharapkan perawat
mampu melanjutkan intervensi sesuai dengan yang diharapkan agar intervensi
yang belum teratasi dapat teratasi.

Kata kunci: Pneumonia, Neonatus, Asuhan Keperawatan.


NURSNG CARE FOR MRS. H’s BABY WITH THE DIAGNOSIS OF
NEONATAL PNEUMONIA IN THE PERINATOLOGY ROOM OF
TARAKAN CITY GENERAL HOSPITAL

Abstract
Pneumonia is an acute inflammatory disease of the respiratory system that anacks
the lung and swounding tissues. The pwpose of this final project was to obtain a
real pictwe of the implementation and documentation of nwsing care in Mrs. H’s
baby with neonatal pneumonia. The project used descriptive method with a case
study. Data were collected through interviews, observations, physical examinations
and documentation studies, and literatwe studies. The results showed that there
were 3 nursing problems found, namely gas exchange disorders related to changes
in the alveolar-peripheral membrane, ineffective breathing patterns related to
respiratory effort barriers, and the risk of hypothermia as evidenced by a decfease
in metabolic rate. The priority nwsing problems were breathing patterns ineffective
related to respiratory effort, impaired gas exchange related to changes in the
alveolar-peñpheral membrane and the risk of hypothermia as evidenced by
decreased metabolic mte. In conclusion, lere were gaps in theory but not in cases,
and at tR time of implementation there was one diagnosis with unreso1t'ed
intervention, namely ineffective breathing patterns related to respiratory effort
obstruction. Nwses are expected to be able to continue the intervention as expected
so that unresolved interventions can be resolved.

Keywords: Pneumonia, Neonak5, Nwsing Care.

” n ed by Verified by
be

Alfianur, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Supervisor
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii


PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan ........................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................... 4
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 5
2.1 Konsep Dasar Pneumonia Neonatus ............................................................... 5
2.1.1 Pengertian Pneumonia Neonatus .................................................................. 5
2.1.2 Klasifikasi Pneumonia Neonatus ................................................................. 6
2.1.3 Etiologi Pneumonia Neonatus ...................................................................... 7
2.1.4 Patofisiologi Pneumonia Neonatus .............................................................. 8
2.1.5 Penyimpangan KDM .................................................................................. 10
2.1.6 Manifestasi Pneumonia Neonatus .............................................................. 11
2.1.7 Penatalaksanaan Pneumonia Neonatus ...................................................... 11
2.1.8 komplikasi Pneumonia Neonatus ............................................................... 12
2.1.9 Pemeriksan Penunjang Pneumonia Neonatus ............................................ 12
2.1.10 Pencegahan Pneumonia Neonatus ............................................................ 13
2.1.11 Tumbuh Kembang Pneumonia Neonatus ................................................ 13
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pneumonia Neonatus ................. 14
2.2.1 Pengkajian .................................................................................................. 15
2.2.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................................. 16
2.2.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 17
2.2.4 Implementasi keperawatan ......................................................................... 19
2.2.5 Evaluasi ...................................................................................................... 20
BAB 3 TINJAUAN KASUS.............................................................................. 22
3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 22
3.1.1 Biodata ....................................................................................................... 22
3.1.2 Pengkajian Fisik Neonatus ......................................................................... 23
3.1.3 Riwayat Sosial ........................................................................................... 24
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 24
3.1.5 Terapi Saat Ini ............................................................................................ 25
3.1.6 Data Fokus ................................................................................................. 25
3.1.7 Analisa Data ............................................................................................... 25
3.2 Diagnosis keperawatan ................................................................................. 26
3.3 Perencanaan .................................................................................................. 26
3.4 Implementasi ................................................................................................. 28
3.5 Evaluasi ......................................................................................................... 32
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 34
4.1 Pengkajian ..................................................................................................... 34
4.2 Diagnosis keperawatan ................................................................................. 35
4.3 Perencanaan .................................................................................................. 36
4.4 Implementasi ................................................................................................. 37
4.5 Evaluasi ......................................................................................................... 38
BAB 5 PENUTUP.............................................................................................. 39
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 39
5.2 Saran.............................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41
DAFTAR BAGAN

2.1 Penyimpangan KDM Pneumonia Neonatus


DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
ANC : Antenatal Care
By : Bayi
BB : Berat Bayi
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
CRT : Capillary Refill Time
CPAP : Continuous Positive Airway Pressure
DJJ : Denyut Jantung Janin
DS : Data Subjektif
DO : Data Objektif
IV ` : Intravena
LP : Lingkar Paha
LK : Lingkar Kepala
LD : lingkar Dada
Ny : Nyonya
OGT : Orogastic Tube
PEEP : Positive End Expiratory Pressure
PB : Panjang Bayi
PCP : Pneumocyistis jiroveci
RR : Respiratory Rate
RSV : Respiratory syncytial virus
SC : Section Caesarea
WHO : Word Health Organization
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah suatu penyakit radang akut pada sistem pernafasan yang
menyerang jaringan paru dan sekitarnya (Syahra, 2018). Pneumonia adalah radang
paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi (Johannes, 2017). Pneumonia
merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi pengisian rongga alveoli dan
eksudat, yang disebabkan oleh beberapa (Fitria, 2013). Berdasarkan pada beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia merupakan infeksi paru-paru yang
disebabkan oleh beberapa bakteri, virus atau benda asing lainnya. Pneumonia dapat
menyerang siapa saja, bahkan bayi di bawah usia 2 tahun lebih rentang mengalami
penyakit pneumonia.
Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus
pneumonia pada balita yaitu faktor nutrisi, faktor lingkungan serta riwayat penyakit
yang pernah diderita (Syahra, 2018). Penyebab paling umum pneumonia pada balita
adalah agen infeksius seperti virus, bakteri dan jamur yang terdiri dari bakteri
streptococcus pneummoniae, haemophilus influenza tipe b (Hib) dan pneumocystis
jiroveci. Virus dan bakteri ini menginfeksi paru-paru jika terhirup terutama pada anak-
anak dengan daya tahan tubuh yang lemah (Johannes, 2017). Berdasarkan beberapa
faktor penyebab dari pneumonia dapat disimpulkan bahwa pneumonia disebabkan oleh
mycoplasma, virus, jamur, aspirasi benda asing, dn bakteria. Ada tiga penyebab utama
pneumonia yaitu adanya bakteri, virus dan fungi, pada anak-ank yang di bawah usia 2
tahun beresiko tinggi menderita infeksi tersebut.
Komplikasi potensial pneumonia meliputi bacteremia, ifusi pleura, empyema,
abses paru, pneumatoked dan pneumotoraks (Johannes, 2017). Kondisi ini muncul
ketika paru-paru tidak bias mendapatkan cukup oksigen ke dalam darah. Penumpukan
karbon dioksida juga dapat merusak jaringan dan organ sehingga akan mengganggu
kandungan oksigen pada darah. Akibatnya, pengiriman oksigen ke jaringan menjadi
lambat, gagal pernafasan termasuk akibat komplikasi pneumonia, dapat berlangsung

1
dengan cepat dan tanpa tanda-tanda apapun. Kondisi ini membutuhkan perawatan
darurat (Rahmawati, 2019). Berdasarkan hal tersenut dapat disimpulkan bahwa
kegagalan pernafasan adalah salah satu komplikasi pneumonia yang serius, dimana
paling rentang terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun yaitu disebabkan oleh beberapa
kateri, jamur atau benda-benda asing lainnya.
Berdasarkan laporan WHO tahun (2017) 15% dari kematian anak dibawah 5 tahun
atau 5,5 juta disebabkan pneumonia dan berdasarkan sampel sistem registrasi
balitatangkes tahun 2016 jumlah lebih dari 800.000 anak di Indonesia. Pada profil
Kesehatan republik Indonesia data tahun 2017 didapatkan angka insiden pneumonia di
Indonesia sebesar 20,54 per 1000 balita. Pada daerah provinsi Kalimantan Utara
sebesar 1,49% pada bayi neonatus sebanyak 177 bayi, pada daerah kota Tarakan
sebesar 4,09% pada bayi neonatus sebanyak 333 bayi (Kemenkes RI, 2018). Jadi
ditemukan dari data di atas pada daerah Kalimantan utara pada peningkatan kasus
kematian pada balita dengan pneumonia yaitu meningkat. Setelah dilakukan
pemeriksaan dan tatalaksana standar pneumonia baik melalui pendekatan MTBS,
ditemukan dari tahun 2018 sampai dengan 2019 yaitu dari 1,49% menjadi 3,55%
(Prabhakara, 2019).
Berdasarkan data-data pengkajian yang dilakukan di lahan dengan klien, penulis
berkeinginan untuk mengangkat kasus tersebut dalam menyusun Laporan Tugas Akhir
(LTA) dengan judul Asuhan keperawatan Pneumonia Neonatus dengan Bayi Ny. H. di
Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan agar dapat mengetahui
komplikasi apa saja yang terjadi pada klien pneumonia dengan diharapkannya tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut, dan mengetahui secara nyata pelaksanaan asuhan
keperawatan.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Secara umum tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir dapat memahami tentang
konsep dan teori yang berkaitan dengan Pneumonia Neonatus dengan memperoleh
pengalaman yang nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada Bayi Ny. H
dengan Diagnosis Pneumonia Neonatus melalui pendekatan proses keperawatan.

2
1.2.2 Tujuan khusus
Berikut beberapa tujuan khusus :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
pada Bayi Ny. H dengan Diagnosis Pneumonia Neonatus di ruang Perinatologi
Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
2) Mempelajari adanya kesenjangan antara teori dan penerapan asuhan keperawatan
pada Bayi Ny. H dengan Diagnosis Pneumonia Neonatus di ruang Perinatologi
Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
3) Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung dalam melaksanakan proses
keperawatan pada Bayi Ny. H dengan Diagnosis Pneumonia Neonatus di ruang
Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
4) Melaksanakan pemecahan masalah pada Bayi Ny. H dengan Diagnosis Pneumonia
Neonatus di ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
1.3 Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Bayi Ny. H yang dirawat dengan Diagnosis medik
Pneumonia Neonatus selama 3 hari di ruangan Perinatologi di Rumah Sakit Umum
Kota Tarakan mulai tanggal 15-17 Maret 2021.
1.4 Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah metode
deskriptif yaitu pemberian gambaran keadaan yang sedang berlangsung dan aktual
pada kasus tertentu dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi Langkah-langkah pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1) Metode wawancara, penulis melakukan wawancara kepada keluarga klien, dokter,
serta perawat yang bertanggung jawab dalam perawatan Bayi Ny. H.
2) Observasi. Dalam pengumpulan data ini penulis mengadakan pengamatan dengan
cara observasi secara langsung kepada orang tua Bayi Ny. H sebagai data untuk
menegakkan Diagnosis keperawatan.

3
3) Pemeriksaan fisik. Dalam pemeriksaan fisik penulis menggunakan Teknik dan
proses yang meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4) Studi dokumentasi. Dengan mengkaji catatan medis yang ada dan
mendokumentasikan Tindakan keperawatan serta waktu pelaksanaantindakan.
5) Studi kepustakaan. Dalam studi kepustakaan ini, penulis mendapat informasi dari
buku-buku sumber yang berkaitan dengan teori.
1.5 Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematik dalam 5 BAB , dengan urutan
sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulis, ruang lingkup,
metode penulisan dan sistematik penulisan.
Bab 2 Landasan Teori, yang meliputi konsep dasar medis yang terdiri dari
pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi, penyimpangan KDM
teori, dan konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, Diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab 3, Laporan Kasus yang menguraikan tentang pelaksanaan suhan keperawatan
pada Bayi Ny. H dengan pneumonia di ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan dan penyimpangan konsep dasar medis sesuai kasus. Pelaksanaan tersebut
meliputi pengkajian, Diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab 4, pembahasan yang menguraikan tentang kesenjangan antara asuhan
keperawatan pada Bayi Ny. H di ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan
dalam praktik nyata dengan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia
secara teoritis. Pembahasan tersebut meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab 5, yaitu penutup yang didalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran dari
hasil pembahasan masalah, kemudian setelah itu daftar Pustaka dan lampiran.

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Pneumonia Neonatus


2.1.1 Pengertian Pneumonia Neonatus
Pneumonia merupakan salah satu infeksi yang tersering pada neonatus dan salah
satu penyebab terpenting kematian perinatal. Pneomaonia neonatal merupakan infeksi
parenkim paru dengan terjadinya serangan dalam beberapa jam sejak kelahiran,, yang
dapat disamakan dengan kumpulan gejala-gejala sepsis. Infeksi dapat ditularkan
melalui plasenta, aspirasi, atau diperoleh setelah kelahiran. Sepsis neonates adalah
infeksi sistematik oleh sebab masuknya kuman kedalam tubuh disertai manifestasi
klinis yang terjadi pada neonatus (Salendu, 2013).
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi pengisian
rongga alveoli dan eksudat, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-
benda asing. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
yang bisa menimbulkan kematian terutama pada anak usia balita (Dinda Saputri, 2019).
Ketika sistem imun seseorang dalam keadaan baik, kuman penyebab pneumonia
dapat dihancurkan oleh makrofag alveoli. Kuman penyebab pneumonia dapat
menginfeksi orang yang sistem pertahanan tubuhnya lemah atau belum kompeten,
misalnya neonatus. Pneumonia pada neonatus dapat diakibatkan karena proses yang
terjadi dalam kehamilan. Berdasarkan onset kejadiannya, pneumonia neonatus
intranatal termasuk ke dalam pneumonia postnatal awitan dini (early onset) dan
pneumonia neonatus postnatal ke dalam pneumonia awitan lambat (late onset)
(Meizikri et al., 2016).
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang terjadi
pada rongga alveoli dan eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda
asing lainnya. Biasanya pneumonia pada neonatus diakibatkan karena proses yang
terjadi pada saat kehamilan.

5
2.1.2 Klasifikasi Pneumonia Neonatus
Pneumonia pada anak dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pneumonia: obaris,
pneumonia lobularis (bronchopneumonia), pneumonia interstisialis. Dinegara
berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang
sering menyebabkan pneumonia dala Streptococcus Pneumoniae, Haemophilus
influenza, dan Staphylococcus aureus (Sutarga, 2017).
Menurut Sutarga (2017), bahwa Depkes RI membuat klasifikasi pneumonia pada
balita berdasarkan kelompok usia diantaranya :
1) Usia anak pada umur 2 bulan - <5 tahun yang batuk menandakan bukan pneumonia
tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada kebawah, sedangkan
pneumonia ditandai dengan adanya nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada
kebawah dan pneumonia berat ditandai dengan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke depan.
2) Usia kurang dari 2 bulan batuk bukan pneumonia ditandai dengan tidak adanya
nafas cepat, jika pneumonia maka akan terjadinya nafas cepat dan adanya tarikan
dinding dara bagian bawah yang kuat.
Pada umumnya pembagian pneumonia dibagi berdasarkan tingkat dan letak
anatomi:
Pembagian pneumonia berdasarkan tingkatan adalah :
1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat :
(1) Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis atau tidak sadar.
(2) Nyeri dada atau nyeri pleuritic dirasakan waktu menarik nafas dalam (pleuritic
pain).
(3) Terdapat stridor (suara nafas cepat bunyi grok-grok saat inspirasi).
2) Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah :
(1) Bayi 0-5 bulan apabila frekuensi nafas 30-5- x/menit atau >60 x/menit.
(2) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 25-40 x/menit atau > 50 x/menit.
(3) Anak usia 12 bulan-5 tahun apabila frekuensi nafas 40x/menit.

6
3) Batuk pada pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit
sangat berat.
Pembagian pneumonia berdasarkan letak anatomi adalah:
(1) Pneumonia lobaris yaitu : melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau ganda.
(2) Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) yaitu : terjadi pada ujung akhir
bronkhiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
(3) Pneumonia interstisial yaitu : proses implamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular (Salim et al.,
2016).
2.1.3 Etiologi Pneumonia Neonatus
Pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan jamur. Menurut hasil
penelitian penyebab pneumonia adalah bakteri (70%) kemudian virus dan jamur yang
sangat jarang ditemukan sebagai penyebab pneumonia.
Menurut Nurarif & Kusuma (2016), penyebab pneumonia pada anak dapat
digolongkan menjadi :
1) Bacteria: Staphylococcus aureus, Hamophilus influinzae, Streptococcus
pneumoniae.
2) Virus: Respiratory syncytial virus dan virus influenza.
3) Mycoplasma pneumonia.
4) Jamur: pneumocyistis jiroveci (PCP)
5) Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, dan benda
asing.
6) Pneumonia hipostatik.
7) Sindrom Loeffler.
Ada beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan terjadinya kasus
pneumonia pada balita ialah:

7
1) Umur balita: pada kelompok umur bayi sampai anak balita yang menderita
pneumonia yang tertinggi terdapat pada kelompok umur bayi (<12 bulan)
dibandingkan umur anak balita (12-59 bulan).
Faktor nutrisi: status gizi yang kurang dengan keadaan imunitas rendah akan mudah
terserang penyakit infeksi terutama pneumonia. Balita yang tidak mengkomsumsi
ASI eksklisif sampai usia 6 bulan dan pemberian ASI selama 6 bulan pertama.
Pemberian ASI selama 2 tahun juga akan menambah ketahanan anak dalam
melawan gangguan penyakit infeksi salah satunya adalah pneumonia. (Syahra,
2018).
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus,
jamur, dan bakteri streptococcus pneumoniae merupakan penyebab tersering
pneumonia bacterial pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada
anak kurang dari 5 tahun. Respiratory syncytial virus (RSV) merupakan viru penyebab
tersering pada anak kursng dari 3 tahun. Pada umur yang lebih mudan adenovirus,
parainfluenza virus dan influenza virus juga ditemulan. (maysyaroh, 2015).
2.1.4 Patifisiologi Pneumonia Neonatus
Pneumonia dapat timbul melalui aspirasi kuman atau menyabar langsung dari
saluran pernafasan atas. Akibat sekunder dari viremia atau bacteremia hanya Sebagian
kecil. Saluran pernafasan bawah dimulai dari sublaring hingga unit terminal umumnya
dalam keadaan steril. Melalui bebarapa mekanisme, paru terlindung dari infeksi
termasuk barrier anatomi dan barrier mekanik sreta sistem pertahanan tubuh local
maupun sistemik. Barrier anatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi pertikel di
hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks batuk dan upaya menjaga kebersihan jalan
nafas oleh lapisan mukosiliat.
Seseorang yang terkena pneumonia akan mengalami gangguan pada proses
ventilasi yang disebabkan karena penurunan volume paru. Untuk mengatasi gangguan
ventilasi, tubuh akan meningkatkan volume tidak dan frekuensi nafas sehingga terlihat
takipnea dan dyspnea. Sehingga proses disfusi gas akan terganggu dan menyebabkan
hipoksia bahkan gagal nafas (Rahmawati, 2019).

8
Sebagian besar pneumonia timbul melalui aspirasi kuman atau penyebaran
langsung kuman dari saluran respiratorik atas. Dalam keadaan normal respiratorik
bawah mulai dari seblaraing hingga unit terminal adalah steril. Paru terlindung dari
infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barrier anatomi dan berrier mekanik.
Juga system pertahanan tubuh lokal maupun sistemik. Beberapa bakteri tertentu
memiliki gambaran patologi khas. Steotococcus oneumonia biasanya bermanifestasi
klinis sebagai bercak-cak konsulidasi merata diseluruh lapang paru. Staphylococcus
aureus pada bayi menyebabkan abses-abses kecil atau pneumotokel, karena kuman ini
menghasilkann berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin,, lekosidin, koagulase
yang menyebabkan nekrosis dan perdarahan (maysyaroh, 2015).

9
2.1.5 Penyimpangan KDM

Bakteri, virus, jamur, parasite,benda asing

Droplet

Menginfeksi area beronkus dan parenkim par

Pneumonia

infeksi saluran pernafasan kuman masuk kedalam bronkus

pelepasan histamine, prostaglandin proses peradangan

dilatasi pembuluh darah adanya eksudasi

eksudat plasma masuk akumulasi secret pada bronkus

gangguan difusi dalam kapiler di alveoli ketidakefektifan secret pada bronkus

Gangguan pertukaran gas

Terbentuk jaringan ikat

edema alveoli jaringan paru>>jaringan ikat

tekanan dinding paru

Pemenuhan paru

Ketidakefektifan pola nafas

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM Pneumonia neonatus


(Syahra, 2018).

10
2.1.6 Manifestasi klinik Pneumonia Neonatus
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anakn tergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
1) Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-
kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
2) Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnu,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara nafas melemah, dan ronkhi. Akan tetapi, pada neonatus dan bayi kecil, gejala
dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu terlihat jelas, mencakup
serangan apnea, sianosis, merintih, nafas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah,
tidak mau minum, takikarni atau bradikardi dan retraksi subkosta. Pada perkusi dan
auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan (Limbong, 2017).
Manifestasi klinis pada pneumonia menurut (Johannes 2017), sebagai berikut :
1) Keluhan utama batuk.
2) Tedapat salah satu atau lebih tanda bahaya umum, seperti bayi tidak bisa minum
atau menyusu, selalu memuntahkan semuanya, bayi kejang dan bayi tampak
latergis/tidak sadar.
3) Frekuensi nafas cepat.
4) Ada tarikan dinding dada je dalam saat bernafas.
5) Terdapat stridor.
6) Saturasi oksigen <90%.
2.1.7 Penatalaksanaan Pneumonia Neonatus
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis, distress
pernafasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain,
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil
dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap. Dasar tatalaksana
pneumonia rawat adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta
tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi
oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula

11
darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi
vitamin A tidak terbukti efektif. Penyakit peryerta harum ditanggulangi dengan
adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dapat diantisipasi (Limbong,
2017).
2.1.8 Komplikasi Pneumonia Neonatus
Menurut WHO dalam seyawati (2018), apabila kondisi anak memburuk dan
tidak membaik selama 2 hari, maka perlu dilihat komplikasi atau diagnosis lain
dengan melakukan foto dada. Beberapa komplikasi antara lain :
1) Pneumonia stafilokokus, ditandai dengan pneumatokel atau pneumotorak
dengan efusi pleura pada foto dada dan ditemukan gram positif pada sputum,
adanya infeksi kulit disertaipus/pustula. Pneumonia stalfilokokus memperburuk
gejala klinis secara cepat walaupun telah diberikan terapi.
2) Emplema, apabila ditemukan demam persistem, tanda klinis dan gambaran foto
dada maka curiga emplema. Apabila masih terdapat tanda dan pendorongan
organ intratorakal, pekak pada perkusi, gambaran foto dada menunjukkan
adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada, demam menetap meskkipun sedang
diberi antibiotic dan cairan pleura menjadi keruh atau purulen (Hanum, 2019).
2.1.9 Pemeriksaan penunjang Pneumonia Neonatus
Foto rontgen thoraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis
utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya
efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambarab radiologi sering kali tidak
sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa-apa
tetapi gambaran foto thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak
dapat membedakan antara pneumonia bakteri dari pneumonia virus. Gambaran
radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam:.
1) Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram biasanya
disebabkan infeksi akibat pneumocpccus atau bakteri lain.
2) Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau mycoplasma, gambaran
berupa corakan bronchovaskuker bertambah, peribronchal cuffing dan
overaeriation : bila berat terjadi pachyconsolidation karena atelectasis.
Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan

12
gambaran bilateral yang diffus, corakan periobroncial yang bertambah, dan
tampak infiltrate halus sampai ke perifer.
Pemeriksaan laboratorium, pada sebagian kasus pemeriksaan yang ekstensif
tidak perlu dilakukan tetapi pemeriksaan laboratorium mungkin akan membantu
memperkira mikroorganisme penyebab, Leukoisitosis >15.000/UL sering kali
dijumpai. Dominasi netrofil pada hitung jenis atau adanya pergeseran ke kiri
menunjukkan bakteri sebagai penyababnya. Leukosit >30.000/UL dengan dominasi
netrofil mengarah ke pneumonia streptokokus dan staphylococcus.
2.1.10 Pencegahan
Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat mirip
dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan
hal berikut:
1) Menghindarkan bayi dari paparan asap rokok, polusi udara dan tenpat keramaian
yang berpotensi penularan.
2) Memberikan pemberian ASI
3) segera berobat jika mendapati bayi mengalami batuk, panas dan pilek.
4) Periksakan Kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan dan
segera ke RS jika kondisi bayi memburuk
5) Imunisasi Hib untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae,
vaksin Pneumokokal Peptavalen (mencegah invasive pneumococcal diseases)
dan vaksinasi influenzae pada bayi resiko tinggi.
2.1.11 Tumbuh kembang
Teori perkembangan menurut Erikson ada 8 tahapan yang saling berurutan
sepanjang hidup. Berikut merupakan delapan tahap perkembangan psikososial
menurut Erikson, yaitu: Trust versus Mistrust (0-1 tahun), Autonomy vs Shame
Doubt (18 bulan -3 tahun), Initiative vs Guilt (3-6 tahun), Industry vs Inferyority (6-
12 tahun), Identiry vs Role Cunfusion (12-18 tahun), Intimac vs Isolation (18-35
tahun), Generativity vs Stagnation (35-64 tahun), Integrity vs Despair (65 tahun
keatas). Pada tahap Trust versus Mistrust (0-1 tahun) dimana tahap ini dimulai dari
usia 0 sampai dengan 18 bulan. Dalam tahap ini bayi berusaha keras untuk
mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhikebutuhan

13
anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai
dan dapat mengembangkan asa (hope).
Menurut sigmand Freud ada 5 tahapan tumbuh kembang psikoseksual yaitu
sebagai berikut:
1. Fase oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
refleks menghisap adalah sangat penting. Konflik utama pada tahap ini adalah
proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada parah pengasuh.
Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan, fiksasi
oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, makan atau menggigitkuku.
2. Fase anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa focus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini
adalah pelatihan toilet-anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan
tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan
kemandirian pada anak.
3. Fase phalic
Pada tahap ini, focus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Freud juga
percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan, karena
ibu harus berbagi kasi saying dengannya.
4. Fase laten
Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan social dan
komunikasi serta kepercayaan diri. Freud mengambarkan fase laten sebagai
salah satu yang relative stabil.
5. Fase genital
pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat
seksual yan kuat pada lawan jenis. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses,
individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumonia Neonatus
Asuhan keperawatan merupakan suatun proses atau tahap praktikkeperawatan
yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di berbagai tatanan

14
pelayanan Kesehatan. Asuhan keperawatan memiliki komponen-komponen yang
terdiri dari pengkajian, Diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan yang
sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari data
primer maupun data sekunder (Rositha, 2011).
2.2.1.1 Pengumpulan data
Hal-hal yang di kaji pada kasus pneumonia yaitu sebagai berikut :
1) Umur, pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak, tebanyak pada umur di
bawah tiga tahun dan kematian terbanyak pada nayi kurang dari duabulan.
2) Keluhan utama, biasanya ada keluhan sesak batuk, sesak nafas.
3) Riwayat penyakit
(1) Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas termasuk batuk. Suhu
badan rendah dari pada pneumonia bakteri. Pneumonia virus tidak bisa
dibedakan dengan pneumonia bakteri mukuplasma.
(2) Pneumonia stafilococcus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam
waktu beberapa hari hingga satu minggu. Kondisi suhu tinggi, batuk dan
adanya kesulitan pernafasan.
(3) Riwayat penyakit dahulu
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas dan Riwayat
penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia).
4) Pemeriksaan fisik
Inspeksi, perlu diperhatikan adanya tachipnea, dispnea, sianosis sirkumoral,
pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif
menjadi produktif, dan nyeri dada pada waktu menarik nafas.
(1) Palpasi, kaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi, kaji
kelembutan kulit terutama jika klien mengeluh nyeri, vocal fremitus yaitu
gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.

15
(2) Perkusi, perkusi langsung yaitu pemeriksaan memukul toraks klien dengan
bagian palmar jari tengah keempat ujung jari tangannya yang dirapatkandan
perkusi tak langsung yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat yang
disebut pleksimeter pada dada klien, lalu semua objek lain yang disebut
pleksor untuk memukul pleksimeter tersebut, sehingga menimbulkan suara.
Suara perkusi pada bronkopneumonia biasanya hipersonor/redup.
(3) Auskultasi, menurut MTBS (2015) auskultasi sederhana dapat dilakukan
dengan cara mendekatkan telinga kehidung/mulut bayi. Pada anak yang
terkena pneumonia akan terdengar suaran afas stridor, apabila dengan
stetoskop akan terdengar suara nafas berkurang, ronchi halus pada sisi yang
sakit, ronchi basah pada masa resolusi, pernafasan bronchial, egotomi,
bronkofomi, dan kadang-kadang terdengar bising geser pleura.
2.2.1.2 Pengelompokan data
Pengelompokan data selanjutnya akan dikelompokkan ke dalam data Objektif
dan Subjektif. Data objektif adalah data yang dapat di obeservasi dn dilihat oleh
tenaga Kesehatan atau orang lain, data ini didapatkan melalui pengamatan perawat
melalui pancaindra. Sedangkan data subjektif adalah data yang didapatkan dari
hasil wawancara atau bertanya langsung kepada pasien, atau keluarga pasien.
Setelah itu data dikelompokkan lalu melkukan sesuatu validasi data yaitu dengan
cara membandingkan data subjektif dan objektif melalui standar atau nilai normal
yang baku, data yang telah dikumpuilkan setelah divalidasi hasrus dianalisis untuk
menentukan masalah klien (Johannes, 2017).
2.2.2 Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu tahapan dalam proses keperawatan
yang menjelaskan status kesehatan secara aktual. Adapun status kesehatan tersebut
didapatkan dari adanya respon pasien sebagai manusia. Pengertian lain Diagnosis
keperawatan adalah suatu masalah atau penyebab terjadinya keluihan dan gangguan
Kesehatan pasien (Nurhaliza, 2015).
Menurut Syahra, (2018), Diagnosis keperawatan terdiri dari klasifikasi data
dan Analisa data. Pada penyakit pneumonia, Diagnosis keparawatan yang sering
muncul dalam masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu:

16
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
mucus berlebihan
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan ototpernafasan.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Syahra, (2018). Intervensi keperawatan yaitu suatu rencana tindakan
keperawatan yang dibuat untuk menangani serta mencegah terjadinya komplikasi.
Adapun intervensi yang keperawatan pada bayi atau anak yaitu:
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
mucus berlebih.
Tujuan : setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan diharapkan bersihan
jalan nafas efektif.
Kriteria hasil :
(1) Dyspnea tidak ada.
(2) Suara nafas tambahan berkurang atau tidak ada.
(3) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
(4) Secret berkurang atau tidak ada.
(5) Batuk produktif berkurang atau tidak ada.
Intervensi:
(1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: pada anak balita dengan pneumonia mengalami hipetermi,
takikardi dan takipnea yang disebabkan terjadinya infeksi pada parenkim
paru.
(2) Posisikan pasien dengan posisi semifowler.
Rasional: posisi fowler dapat mengurangi sesak
(3) Auskultasi area paru, catat area penurunan dan bunyi nafas tambahan.
Rasional: penurunan aliran udara dapar terjadi pada area paru yang terdapat
eksudat dan juga dapat menimbulkan bunyi nafas tambahan yaitu krekels.
(4) Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi dan vibrasi) apabila
tidak terdapat kontraindikasi.

17
Rasional: fisioterapi dada dapat membantu untuk mengeluarkan secret yang
terdapat pada jalan nafas.
(5) Lakukan suction
Rasional: suction dilakuka apabila SPO2 100% tanpa pemasangan ventilator.
(6) Lakukan pemberian inhalasi.
Rasional: membantu mempermudah secret untuk keluar.
(7) Kelola oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya.
Rasional: memenuhi kebutuhan oksigen pasien.
(8) Kolaborasi pemberian obat.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas kembali
efektif.
Kriteria hasil:
(1) Frekuensi pernafasan normal 30-6 kali per menit
(2) Pernafasan cuping hidung tidak ada
(3) Suara nafas tambahan berkurang atau tidak ada
(4) Dyspnea tidak ada
(5) Pengembangan paru normal
(6) Penggunaan otot bantu pernafasan tidak ada
Intervensi:
(1) Atur posisi semi fowler
Rasional: posisi semu fowler dapat mengurangi sesak
(2) Kaji pernafasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi untuk
memantau saturasi oksigen
Rasional: tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada.
(3) Pertahankan kepatenan jalan nafas
Rasional: mempertahankan jalan nafas paten
(4) Kolaborasi pemberian oksigen.
Rasional: pemberian oksigen dapat mengatasi rasa sesak.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-
kapiler.

18
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas
maksimal.
Kriteria hasil:
(1) Dyspnea tidak ada
(2) Frekuensi pernafasan normal
(3) Saturasi oksigen normal
(4) PaO2 normal pada GDA
(5) PaCO2 normal
(6) Sianosis tidak ada
(7) Frekuensi nadi normal 100-160 x/menit.
Intervensi:
(1) Kaji tanda-tanda vital.
Rasional: pada anak balita dengan pneumonia mengalami hipertermi,
takikardi dan takipnea yang disebabkan terjadinya infeksi pada parenkim
paru.
(2) Kaji pernafasan, irama, kedalama atau gunakan oksimetri nadi untuk
memantau saturasi oksigen.
Rasional: tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dana tidak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dana.
(3) Posisikan pasien dengan posisi semi fowler
Rasional: posisi semi fowler dapat mengurangi sesak.
(4) Lakukan suction
Rasional: suction dilakukan apabila SPO2 100% tanpa pemasangan
ventikator.
(5) Kelola oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya
Rasional: memenuhi kebutuhan oksigen pasien
(6) Kolaborasi dalam pemeriksaan Analisa Gas Darah
(7) Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional: pemberian oksigen dapat mengatasi rasa sesak.
2.2.4 Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi dari intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaannya juga meliputi

19
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
memberikan tindakan keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan ini antara lain keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, dan
keterampilan psikomotor (Syahra, 2018).
Menurut Fitria (2013), ada komponan tahap implementasi yaitu sebagai
berikut:
1) Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri ini dilakukan tanpa pesanan dokter, Tindakan
keperawatan mandiri ditetapkan dengan StandarPractice American’Nurses
Association, undang-undang praktek perawatan negara bagian dan kebijakan
institusi perawatan Kesehatan.
2) Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat bila perawat bekerja dengan anggota
Kesehatan yang lain dalam membuat keputusan Bersama yang bertahap untuk
mengatasi masalah pasien.
Implementasi yang dilakukan mengacu pada intervensi dan tidak semua
dilakukan namun disesuaikan dengan kondisi klien dan telah disetujui oleh klien
dan keluarga. Pada kasus pneumonia neonatus implementasi yang paling utama dan
harus dilakukan dengan baik dan benar yaitu harus selalu melakukan pemantauan
yang terkait dengan kondisi jalan nafas klien. Implementasi itu sendiri dilakukan
dengan mengharapkan keadaan klien dapat mencapai kriteria hasil yang telah di
tetapkan.
2.2.5 Evaluasi
Menurut Fitria (2013), evaluasi adalah penilaian terakhir dari proses
keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan. Evaluasi
merukapan indicator keberhasilan dalam proses keperawatan. Evaluasi terdiiri dari
dua jenis, yaitu:
1) Evaluasi proses (formatif)
Evaluasi proses ini merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi
selama proses perawatan berlangsung atau menilai respon pasie. Evaluasi in I
terus-menerus dilaksanakan sampai tujuan yang direncanakan tercapai. System

20
penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan system “SOAP” atau model
dokumentasi lainnya.
2) Evaluasi hasil (sumatif)
Evaluasi hasil merupakan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan
yang diharapkan. Focus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
Kesehatan pasien pada akhir Tindakan keperawatan pasien. Tipe evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir Tindakan perawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi
adalah objektif, fleksible, dan efisien.

21
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil dari pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Bayi Ny. H dengan pneumonia yang dirawat di ruang
Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan selama tiga hari dimulai tanggal 15
Maret 2021 sampai 17 Maret 2021. Pelaksanaan dari asuhan keperawatan ini
dilakukan tahap demi tahap yang diawali dengan pengkajian, perumusan Diagnosis
keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi sesuai dengan tahapan-
tahapan dalam proses keperawatan.
3.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal15 Maret 2021 pada klien Bayi Ny. H
dengan pneumonia yang dirawat di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan, diperoleh data-data sebagai berikut:
3.1.1 Biodata
1) Identitas Klien
Nama bayi Ny. H dengan jenis kelamin laki-laki, tanggal lahir 06 Maret 2021.
Dengan Diagnosis medis pneumonia Neonatorum.
2) Riwayat pada neonatus
APGAR skor neonatus, pada Bayi Ny. H didapatkan pada warna kulit
(Appearance) tampak berwarna pink atau kemerahan dengan skor 2, denyut
jantung (pulse) berdenyut >100 kali per menit dengan skor 2, respon refleks
(grimace) bayi menangis secara spontan dan menarik kaki saat diberi rangsangan
nyeri dengan skor 2, aktivitas otot (activity) bayi kelihatan bergerak aktif dan
kuat dengan skor 2, dan pernapasan (Respiration) pernapasan lemah dan tidak
teratur dengan skor 1, jadi total APGAR skor pada Bayi Ny. H yaitu 9 yang
berarti bayi normal dan sehat.
Lahir pada pukul 14.48 hari sabtu pada tanggal 06 Maret 2021 dengan
berat bayi (BB) 2.750 gram, Panjang bayi (PB) 48 cm, lingkar paha (LP) 31 cm,
lingkar kepala (LK) 31 cm, dan lingkar dada (LD) 32 cm. Gestasional AGE yaitu
Aterm, komplikasi persalinan yaitu RDN curiga besar sepsis, bayi dipengaruhi

22
oleh bedahan section caesarea (SC), tidak ada mekanium, DJJ bayi normal dan
prolap tali pusan bayi.
3) Riwayat maternal pada neonatus
Ibu bayi berumur 36 tahun, G:6, P:5, A:0 uk Aterm + BSC 3 kali,
dengan persalinan secara section caesarea (SC), tidak Antenatal care
(ANC), tidak terdapat plasenta previa, tidak ada aborsia plansenta, tidak ada
preeklamsi. Pada saat kehamilan terjadi komplikasi yaitu diduga sepsis yang
mengakibatkan dilakukan section caesarea (SC).
3.1.2 Pengkajian fisik neonatus
1) Refleks
Terdapat reflek moro, bayi menggengam dan menghisap.
2) Tonus atau aktivitas
Bayi aktif, tidak kejang dan bayi menangis lemah
3) Kepala dan leher
Fontanel anterior pada bayi tegas dan datar, suturan sagitalis yaitu tepat dan
bersesuaian tidak terpisah dan tidak menjauh, gambaran wajah bayi
simetris, molding tidak dilakukan pengkajian.
4) THT
Mata pada bayi bersih dan tidak ada sekresi, telinga bayi bersih dan jenisnya
melengkung dengan sempurna, hidung bilateral tidak ada obstruksi dan
tidak ada cuping hidung, palatum pada bayi normal.
5) Abdomen
Abdomen pada bayi lunak dan datar, perut bayi tidak kembung, lingkar
perut bayi 32 cm, pada pemeriksaan liver tidak dilakukan pengkajian.
6) Thoraks
Dada pada bayi berbentuk tong atau silinder, terdapat retraksi dinding dada
dan klavikula pada bayi normal.
7) Paru-paru
Suara nafas pada bayi sama kanan dan kiri, bunyi nafas terdengar disemua
lapang paru, terdapat suara nafas ronchi rales, dengan respirasi spontan bayi
terpasang CPAP FiO2 21% PEEP 7% dengan RR 68 kali per menit.

23
8) Jantung
Bunyi Normal Sinus Rytm (NSR) yaitu 144 kali per menit, tidak terdapat
murmur dan tidak ada gallop, dengan waktu pengisian ekstremitas (CRT)
selama 2 detik.
9) Ekstremitas
Gerak ekstremitas atas dan bawah pada Bayi Ny. H aktif dan kuat, terpasang
infus di ekstremitas bawah sebelah kiri, pada nadi perifer: bronchial kanan
terabah lemah dan bronchial kiri teraba kuat, femonal kanan kuat dan
femonal kiri lemah.
10) Umbilikus
Tidak terdapat inflamasi dan drainase, umbilicus bayi normal, jumlah
pembulih darah tidak dilakukan pengkajian, ekstremitas atas dan bawah
terasa hangat dan tidak ada edema, dan panggul bayi norma
11) Genatalia
Telah lahir bayi laki-laki normal dan tidak ada kelainan pada Ambivalen,
Inferporata: terdapat lubangpada anus dan anus paten, Pada spina tidak ada
kecacatan atau normal.
12) Kulit dan suhu
Warna kulit pada bayi kebiruan, kuku pucat, tidak ada sirkumoral maupun
periabital, tidak kemerahan atau rash tidak ada gatal-gatal atau bersisik, tahi
lalat tidak terlihat. Lingkungan bayi berada didalam infarm warmer dengan
suhu setting 36,6°C. Sedangkan suhu bayi saat ini 36,0
3.1.3 Riwayat sosial
1) Hubungan orang tua-bayi: hubungan antara ibu dan bayi harmonis tampak
sang ibu sangat menyanyangi bayinya.
2) Orang gua berespon pada hospitalisasi: ibu bayi sangat sedih Ketika bayinya
harus dirawat dieymah Sakit terkait kondisi bayi yang kurang sehat.
3.1.4 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan foto thoraks
Pada pemeriksaan thorax didapatkan retraksi substernal, retraksi intercostal dan
retraksi subscosta, serta pada auskultasi didapatkan bunyi ronchi rales pada kedua
lapang dada.

24
3.1.5 Terapi saat ini
1) Spironolaktan 2,5 mg/12 jam IV/OGT
2) Gestamicin 10 mg/12 jam /IV
3) Furesenid 1,5 mg/jam /IV
3.1.6 Data Fokus
Data Subjektif: -
Data objektif:
1) Bayi terpasang alat bantu nafas oksigen (CPAP)
2) Bayi berada di dalam infarm warmer dengan suhu seting 36,6°C
3) Terjadi retraksi dinding dada
4) Fi02 21% PEEP 7%
5) RR 68 kali per menit
6) Suhu bayi 36,0°C
7) Warna kulit kebiruan
8) Suara nafas ronchi roles
3.1.7 Analisa data
Analisa data 1 (tanggal 15 Maret 2021)
Data subjektif: -
Data objektif:
1) Terpasang alat bantu nafas (CPAP)
2) RR 68 kali per menit
3) Terjadi retraksi dinding dada
4) Fi O2 21% PEEP 7%
Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
Penyebab : Hambatan upaya nafas
Analisa 2 (tanggal 16 Maret 2021)
Data subjektif : -
Data objektif :
1) Warna kulit kebiruan
2) Pola nafas cepat
3) Bunyi nafas tambahan ronchi rales
Bibir bayi sianosis atau kebiruan.

25
Masalah keperawatan : Gangguan pertukaran gas
Penyebab : Perubahan membrane alveolus-kapiler
Analisa 3 (tanggal 17 Maret 2021)
Data subjektif:-
Data objektif:
1) Bayi berada didalam Infarm warmar dengan suhu seting 36,6 derajat Celsius
2) Suhu bayi 36,0°C
Masalah keperawatan : Risiko Hipotermia
Dibuktikan : Penurunan laju metabolisme
3.2 Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data diatas, maka penulis menegakkan Diagnosis
keperawatan sesuai dengan urutan prioritas:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
perifer.
3) Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju metabolisme.
3.3 Perencanaan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pola
nafas membaik, dengan kriteria hasil:
(1) Pola nafas membaik
(2) Penggunaan otot bantu nafas menurun
(3) Frekuensi nafas membaik
Intervensi:
Manajemen jalan nafas
Observasi:
(1) Monitor pola nafas
(2) Monitor bunyi nafas tambahan
Terapeutik:
(1) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi:
Anjurkan asupan cairan 2000 mililiter per hari, jika tidak terkontraindikasi.

26
Kolaborasi:
(1) Kolaborasi pemberian Bronkodilator, ekspektaton, mukalitim, jika perlu
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
pertukaran gas membaik, dengan kriteria hasil:
(1) Bunyi nafas tambahan berkurang
(2) Pola nafas membaik
(3) Sianosis membaik
(4) Warna kulit membaik
Intervensi :
Pemantauan respirasi
Observasi:
(1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
(2) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
(3) Auskultasi bunyi nafas
(4) Monitor saturasi oksigen
Terapeutik:
(1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisipasien
(2) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
(1) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3) Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju metabolisme
Tujuan: setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
risiko hipotermia dapat menurun dengan kriteria hasil:
(1) Suhu tubuh membaik
(2) Suhu kulit membaik
(3) Pucat menurun
Intervensi:
Manajemen hipotermia
Observasi:
Monitor suhu tubuh.

27
(1) Identifikasi penyebab hipotermia
Terapeutik:
(1) Sediakan lingkungan yang hangat
(2) Lakukan penghangatan pasif
3.4 Implementasi
3.4.1 Implementasi keperawatan hari pertama, tanggal 15 Maret 2021
1) Diagnosis ke 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
(1) Pukul 08.50 : Memonitor pola nafas
Hasil: RR: 68 kali per menit, HR: 139 kali per menit, S: 36,6°C. SPO2 99%
(2) Pukul 08.52 : Memonitor bunyi nafas tambahan
Hasil: Tidak terdengar bunyi nafas tambahan
(3) Pukul 08.55 : Melakukan pemberian oksigen FiO2 21%, O2 8 tetes per menit,
PEEP 7%
Hasil: pola nafas klien teratur dank lien tampak tenang
(4) Pukul 12.00 : Memonitor kembali pola nafas
Hasil: RR: 66 kali per menit, HR: 138 kali per menit, S: 36,3°C. SPO2 99%
(5) Pukul 12.10 : Memonitor kembali bunyi nafastambahan
Hasil: Tidak terdengar bunyi nafas tambahan
2) Diagnosis ke 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
membrane alveolus-kapiler
(1) Pukul 08.00 : Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Hasil: RR: 68 kali per menit, HR: 139 kali per menit, S: 36,6°C. SPO2 99%
(2) Pukul 08.05 : Memonitor adanya sumbatan jalannafas
Hasil: Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas
(3) Pukul 08.15 : Memonitor saturasi oksigen
Hasil: Saturasi oksigen 99%
(4) Pukul 10.20 : Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Hasil: RR: 68 kali per menit, HR: 139 kali per menit, S: 36,6°C. SPO2 99%
(5) Pukul10.25 : Memonitor kembali adanya sumbatan jalan nafas
Hasil: Tidak ada sumbatan pada jalan nafas
(6) Pukul 10.30 : Memonitor saturasi oksigen.

28
Hasil: Saturasi oksigen 99%
(7) Pukul 12.05 : Memonitor adanya sumbatan jalannafas
Hasil: Tidak ada sumbatan pada jalan nafas
(8) Pukul 12.10 : Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Hasil: RR: 66 kali per menit, HR: 138 kali per menit, S: 36,3°C. SPO2 99%
3) Diagnosis ke 3 : Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju
metabolisme
(1) Pukul 08.00 : Memonitor suhu tubuh bayi
Hasil: Suhu tubuh bayi 36,0 persen
(2) Pukul 08.03 : Memonitor warna kulit
Hasil: Warna kulit kemerahan, tidak ada sianosis atau kebiruan
(3) Pukul08.05 : Menempatkan bayi di dalam infarm warmer
Hasil: suhu bayi dibatas normal yaitu 36,0°C
(4) Pukul 10.10 : Melakukan kolaborasi pemberian obat Spironolaktan 2,5 mg,
Gestamicin 10 mg, Furesenid 1,5 mg
Hasil: Klien tidak muntah dan tidak menangis
(5) Pukul 10.25 : Memonitor kembali suhu tubuh bayi
Hasil: Suhu tubuh bayi 36,3%
(6) Pukul 10.30 : Memonitor warna kulit
Hasil: Warna kulit kemerahan, tidak ada sianosis atau kebiruan
(7) Pukul 13.00 : Memonitor suhu tubuh bayi
Hasil: Suhu tubuh bayi 36,4%
(8) Pukul 13.03 : Memonitor warna kulit
Hasil: Warna kulit kemerahan, tidak ada sianosis atau kebiruan
3.4.2 Implementasi keparawatan hari kedua, tanggal 16 Maret 2021
1) Diagnosis ke 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
(1) Pukul 08.30 : Memonitor pola nafas
Hasil: RR: 64 kali per menit, HR: 148 kali per menit, S: 36,1°C. SPO2 99%
(2) Pukul 08.35 : Melakukan auskultasi bunyi nafastambahan
Hasil: Tidak terdapat bunyi nafas tambahan
(3) Pukul 08.42 : Memonitor saturasi oksigen

29
Hasil: SPO2 99%
(4) Pukul 10.00 : Memonitor pola nafas
Hasil: RR: 64 kali per menit, HR: 148 kali per menit, S: 36,3°C. SPO2 99%
(5) Pukul 10.05 : Melakukan auskultasi bunyi nafastambahan
Hasil: Tidak terdapat bunyi nafas tambahan
(6) Pukul 13.10 : Memonitor saturasi oksigen
Hasil: SPO2 99%.
(7) Pukul 13.13 : Memonitor pola nafas
Hasil: RR: 65 kali per menit, HR: 146 kali per menit, S: 36,6°C. SPO2 99%
2) Diagnosis ke 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
(1) Pukul 08.00 : Memonitor adanya sumbatan jalan nafas
Hasil: Tidak terdapat sumbatan jalan nafas
(2) Pukul 08.05 : Melakukan auskultasi bunyi nafastambahan
Hasil: Tidak terdapat bunyi nafas tambahan
(3) Pukul 08.10 : Memonitor saturasi oksigen
Hasil: Saturasi oksigen 99%
(4) Pukul 10.00 : Memonitor kembali adanya sumbatan jalan nafas
Hasil: Tidak terdapat sumbatan jalan nafas
(5) Pukul 10.05 : Melakukan auskultasi bunyi nafas tambahan
Hasil: Tidak terdapat bunyi nafas tambahan
(6) Pukul 12.10 : Memonitor saturasi oksigen
Hasil: Saturasi oksigen 99%
(7) Pukul 12.15 : Memonitor kembali adanya sumbatan jalan nafas
Hasil: Masih tidak terdapat sumbatan jalan nafas
3) Diagnosis ke 3 : Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju
metabolisme
(1) Pukul 08.30 : Memonitor suhu tubuh bayi
Hasil: Suhu tubuh bayi 36,4°C
(2) Pukul 08.35 : Memonitor warna kulit bayi
Hasil: Warna kulit bayi kemerahan, tidak ada sianosis atau kebiruan

30
(3) Pukul 10.40 : Melakukan kolaborasi pemberian obat Spironolaktan 2,5 mg,
Gestamicin 10 mg, Furesenid 1,5 mg
Hasil: Klien tidak muntah dan tidak menangis
(4) Pukul 12.30 : Memonitor kembali suhu tubuh bayi
Hasil: Suhu tubuh bayi 36,2°C
(5) Pukul 12.35 : Memonitor kembali warna kulit bayi
Hasil: Warna kulit bayi kemerahan, tidak ada sianosis atau kebiruan
3.4.3 Implementasi keperawtan hari ketiga, tanggal 17 Maret 2021
1) Diagnosis ke 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
(1) Pukul 14.00 : Memonitor pola nafas
Hasil: RR: 59 kali per menit, HR: 157 kali per menit, S: 36,5°C. SPO2 99%
(2) Pukul 14.04 : Memonitor bunyi nafas tambahan
Hasil: Tidak terdapat bunyi nafas tambahan.
(3) Pukul 15.00 : Memonitor kembali pola nafas
Hasil: RR: 62 kali per menit, HR: 154 kali per menit, S: 36,6°C. SPO2 99%
(4) Pukul 15.05 : Memonitor kembali bunyi nafas tambahan
Hasil: Masih tidak terdengar bunyi nafas tambahan
(5) Pukul 16.20 : Memonitor pola nafas
Hasil: RR: 65 kali per menit, HR: 149 kali per menit, S: 36,3°C. SPO2 99%
(6) Pukul 16.24 : Memonitor Kembali bunyi nafas tambahan
Hasil: Masih tidak terdapat bunyi nafas tambahan
2) Diagnosis ke 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
(1) Pukul 14.15 : Memonitor bunyi nafas tambahan
Hasil: Tidak terdapat bunyi nafas tambahan
(2) Pukul 14.20 : Memonitor adanya sumbatan jalannafas
Hasil: Tidak terdapat hambatan pada jalan nafas
(3) Pukul 15.30 : Memonitor saturasi oksigen
Hasil: Saturasi oksigen 99%
(4) Pukul 15.35 : Memonitor kembali bunyi nafas tambahan
Hasil: Tidak terdapat bunyi nafas tambahan

31
(5) Pukul16.20 : Memonitor kembali adanya sumbatan jalan nafas
Hasil: Tidak terdapat hambatan pada jalan nafas
(6) Pukul 16.25 : Memonitor saturasi oksigen
Hasil: Saturasi oksigen 99%
3) Diagnosis ke 3 : Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju
metabolisme
(1) Pukul 13.50 : Memonitor suhu tubuh bayi
Hasil: Suhu tubuh bayi dalam rentang normal yaitu 36,6°C
(2) Pukul 13.55 : Memonitor warna kulit bayi
Hasil: Warna kulit bayi kemerahan, tidak ada sianosis atau kebiruan
(3) Pukul 14.00 : Melakukan kolaborasi pemberian obat Spironolaktan 2,5 mg,
Gestamicin 10 mg, Furesenid 1,5 mg
Hasil: Klien tidak muntah dan tidak menangis.
(4) Pukul 15.50 : Memonitor suhu tubuh bayi
Hasil: Suhu tubuh bayi dalam rentang normal yaitu 36,4°C
(5) Pukul 15.55 : Memonitor warna kulit bayi
Hasil: Warna kulit bayi kemerahan, tidak ada sianosis atau kebiruan
3.5 Evaluasi
Rabu, 17 Maret 2121 pukul: 16.20
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas.
S :-
O : - Pola nafas pada bayi membaik
- klien masih terpasang alat bantu nafas
- Klien tampak tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler
Rabu, 17 Maret 2021 pukul : 13.10
S :-
- : - Tidak ada bunyi nafas tambahan
- Pola nafas membaik

32
- Klien tidak ada sianosis
-Warna kulit membaik
A : Masalah teratasi
- : Intervensi dipertahankan
3) Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju metabolisme
Rabu, 17 Maret 2021 pukul : 14.00
S :-
O : - Suhu bayi dalam rentang normal
- Suhu tubuh membaik
- Klien tidak tampak pucat
A : Masalah teratasi
P :Intervensi dipertahankan.

33
BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Bayi Ny. H dengan
pneumonia neonatus di Ruang perawataan Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan mulai dari tanggal 15 Maret 2021 sampai dengan 17 Maret 2021 dengan
pendekatan proses keperawatan, pada saat melaksanakan asuhan keperawatanpada
Bayi Ny. H dengan pneumonia neonatus, penulis menemukan beberapa
kesenjangan antara landasan teori dengan tinjauan kasus. Maka dalam bab ini,
penulis membahas mulai dari tahap pengkajian, Diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengakajian merupakan langkah awal atau dasar utama dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Dalam tahap ini, penulis tidak mengalami
kesulitan dalam mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi yang di alami
klien. Pada saat melakukan pengkajian pada klien terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik yang telah dilakukan oleh penulis, karena tidak semua tanda dan gejala
yang terdapat di teori dialami oleh klien Bayi Ny. H di lahanpraktik.
1) Menurut Johannes (2017), manifestasi klinis pada klien pneumonia dengan
saturasi oksigen kurang dari 90%. Saturasi oksigen pada neonates disebabkan
karena tersumbatnya jalan nafas bayi dan ibu bayi mengakami anemia yang
membuat darah tidak dapat membawa cukup oksigen (Salim et al., 2016).
Sedangkan data yang didapatkan penulis pada saat pengkajian yaitu saturasi
oksigen klien 99%. Saturasi oksigen klien 99% dikarenakan klien telah
terpasang alat bantu pernafasan.
2) Pada gejala umum, ada kesenjangan antara teori dan kasus yang penulis angkat.
Pada teori manifestasi klinis menyebutkan pasien dengan demam, sakit kepala,
gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal, seperti mual,
muntah, dan kadang-kadang ditemukan infeksi ekstrapulmoner, sedangkan pada
data yang didapatkan penulis saat pengkajian yaitu bayi tampak gelisah, tidak
demam atau sakit kepala. Menurut Lubis & Lubis (2016), Demam merupakan
suatu kondisi dimana ketika suhu tubuh berada di atas 38% , demam merupakan

34
bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi akibat virus,
bakteri dan parasit. Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah
putih oleh pirogen eksogen baik berupa mediator inflamasi, atau reaksi imun.
3) Gejala gangguan respiratori, pada manifestasi klinis di teori didapatkan
pengkajian klien batuk, sesak nafas, retraksi dinding dada, takipnu, nafas cuping
hidung, air hunger, merintih dan sianosis. Sedangkan pada data yang didapatkan
penulis saat pengkajian bayi Ny. H tidak batuk, terdapat retraksi dinding dada,
tidak takipnu, tidak ada nafas cuping hidung, air hunger. Tidak merintih dan
tidak sianosis. Retraksi dinding dada adalah dimana otot-otot pernafasan bekerja
secara paksa untuk bernafas karena tubuh kekurangan oksigen. Retraksi
merupakan tanda dimana adanya gagal nafas (asfiksia) pada bayi akibat adanya
sumbatan atau kegagalan organ pernafasan. Hal ini biasanya terjadi pada bayi
prematur, tersedak cairan ketuban atau mekonium, kelainan paru dan jantung,
atau adanya infeksi pada bagian organ (Dwipoerwantoro, 2012). Sianosis adalah
kondisi ketika jari tangan, kuku, dan bibir tampak berwarna kebiruan karena
kurangnya oksigen dalam darah (Meizikri et al., 2016). Pada klien bayi Ny. H,
manifestasi klinis tidak di temukan batuk dan tidak terdapat sumbatan jalan
nafas.
4.2 Diagnosis keperawatan
Berdasarkan analisa data, dalam menentukan Diagnosis keperawatan harus
sesuai dengan data/ pengkajian yang telah didapatkan dari klien. Data atau
pengkajian tersebut dikumpulkan kemudian dianalisa sehingga muncul suatu
Diagnosis keperawatan. Menurut Syahra (2018), terdapat tiga Diagnosis
keperawatan yang sering muncul pada klien dengan pneumonia pada neonates
yaitu:
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
mucus berlebihan
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler.
Berdasarkan hasil dari pengkajian pada bayi Ny. H penulis meneggakkan tiga
Diagnosis keperawatan yaitu :

35
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
perifer.
3) Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju metabolisme.
Dari data-data di atas yang ditemukan pada tahap pengkajian pada An.G terdapat
beberapa kesenjangan. Menurut hasil analisa data penulis menemukan 1 Diagnosis
yang tidak ditemukan pada teori. Pada teori terdapat kesenjangan dimana Diagnosis
yang tidak ada di teori namun ada di kasus. Diagnosis tersebut adalah : Risiko
hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju metabolisme. Penulis mengangkat
Diagnosis risiko hipotermia dikarenakan penulis menemukan data yang menunjang
untuk merumuskan diagnose tersebut. . pada saat pengkajian penulis menemukan
data bahwa klien dengan suhu dibawah 35°C.
Adapun faktor penunjang yang penulis dapatkan dalam merumuskan Diagnosis
keperawatan adalah bimbingan dari CI lahan dan CI institusi dalam membantu
merumuskan Diagnosis prioritas. Sedangkan faktor penghambat penulis dalam
merumuskan Diagnosis prioritas yaitu kurangnya kemampuan dan pegetahuan
penulis.
4.3 Perencanaan
Rencana keperawatan pada landasan teori dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan. Terdapat beberapa rencana keperawatan yang tidak dapat ditetapkan
oleh penulis karena berbagai alasan tertentu. Hal ini dikarenakan penulis berusaha
menyesuaikan rencana tindakan dengan kondisi klien dan ketersediaan sarana serta
prasarana yang ada di rumah sakit, ada beberapa tindakan yang tidak dimasukkan
dalam perencanaan yaitu :
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Atur posisi semi fowler
Rencana keperawatan diatas terdapat pada teori tetapi tidak terdapat dalam kasus
karena klien Bayi Ny. H tidak perlu diposisikan semi fowler dan tidak ada
indikasi dari dokter penanggung jawab untuk memposisikan semi fowler.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler.

36
(1) Posisikan klien dengan posisi semi fowler
Rencana keperawatan diatas terdapat pada teori tetapi tidak terdapat dalam
kasus karena klien Bayi Ny. H tidak perlu diposisikan semi fowler dan tidak
ada indikasi dari dokter penanggung jawab untuk memposisikan semi
fowler.
(2) Lakukan suction
Rencana keperawatan diatas terdapat pada teori tetapi tidak terdapat dalam
kasus karena klien Bayi Ny. H tidak perlu dilakukan suction karena tidak
ada indikasi dari dokter sebagai tanggung jawab untuk dilakukan suction
pada Bayi Ny. H.
4.4 Implementasi
Pelaksanaan implementasi pada tahap ini, penulis berusaha melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan pada Bayi Ny. H penulis melaksanakan
tindakana keperawatan sesuai dengan tindakan yang berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara profesional seperti tindakan independent,
interdependen, dan dependen. Implementasi yang dilaksanakan penulis tidak semua
dilakukan sesuai dengan teori karena penulis melaksanakan perencanaan sesuai
dengan kriteria hasil yang telah disesuaikan dengan kondisi klien. Implementasi itu
sendiri dilakukan dengan mengharapkan keadaan klien dapat mencapai kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
Adapun faktor-faktor penunjang yang penulis dapatkan selama praktik adalah
kerjasama dari perawat ruangan Perinatologi yang telah membant dalam
pendelegasian untuk memperhatikan keadaan klien saat penulis tidak bisa
menemani klien sedangkan faktor penghambat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan ini selain waktu yang singkat dan keterbatasan waktu penulis dalam
melakukan perawatan pada klien 24 jam sehingga penulis mendelegasikan
perawatan selanjutnya pada perawat ruangan. Dari semua perencanaan yang dibuat,
terdapat beberapa intervensi, yang penulis tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan waktu yang
penulis miliki.

37
Pada Diagnosis pola nafas tidak efektif, penulis tidak dapat melakukan intervensi
penganjuran asupan cairan 2000 mililiter per hari, hambatannya dikarenakan
kondisi klien yang tidak memungkinkan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama
tiga hari yaitu mulai tanggal 15 Maret 2021 sampai dengan 17 Maret 2021. Penulis
telah menentukan target waktu kapan perencanaan keperawatan akan dilaksanakan
dan selesai dengan kriteria hasil yang telah ditentukan, yaitu ditargetkan
perencanaan keperawatan akan berjalan dengan baik sesuai kriteria hasil pada
tanggal 17 Maret 2021. Maka dengan demikian hasil evaluasi akhir yang dilakukan
penulis pada tanggal 17 Maret 2021, maka didapatkan hasil:
Diagnosis ini belum dapat teratasi pada saat penulis melakukan evaluasi pada hari
ketiga karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat dalam
perencanaan keperawatan yang di buat.
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler
Diagnosis ini dapat teratasi pada saat penulis melakukan evaluasi pada hari
ketiga karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat dalam
perencanaan keperawatan yang di buat.
2) Risiko hipotermia dibuktikan dengan penurunan laju metabolism
Diagnosis ini dapat teratasi pada saat penulis melakukan evaluasi pada hari
ketiga karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat dalam
perencanaan keperawatan yang di buat.
Pada tahap evaluasi penulis telah melakukan perencanaan keperawatan dengan
Diagnosis yang telah diangkat. Dimana terdapat dua Diagnosis yang terlaksana
dengan baik dan sesuai dengan target yang ditentukan dan sesuai dengan kriteria
hasil yang telah ditetapkan oleh penulis serta terdapat satu Diagnosis yang belum
teratasi dan belum dilaksanakan sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan

38
BAB 5
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan saran dalam
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan
pneumonia neonatus.
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Bayi Ny. H dengan
pneumonia neonatus selama tiga hari sejak tanggal 15 Maret 2021 sampai dengan
17 Maret 2021 di Ruang perawatan Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
Maka penulis menulis kesimpulan sebagai berikut: Penulis telah mampu melakukan
asuhan keperawatan pada klien Bayi Ny. H di Ruang perawatan Perinatologi
Rumah Sakit Umum Kota Tarakan. Penulis melalui setiap tahapan dari proses
keperawatan yang dimulai dari pengkajian, Diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi serta evaluasi dapat dilakukan dengan baik. Penulis menemukan
beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada bagian Diagnosis.
Diagnosis yang dirumuskan oleh penulis pada Bayi Ny. H dengan pneumonia
neonatus tidak semuanya sama yang didapatkan di teori. Rencana keperawatan
disusun oleh penulis berdasarkan Diagnosis yang ditegakkan dan disusun sesuai
dengan teori yang ada hubungan dengan masalah. tindakan keperawatan
dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah disusun dan dilakukan bersama-sama
klien. Pada tahap evaluasi dari setiap tindakan yang diberikan, penulis menemukan
3 Diagnosis dengan 2 Diagnosis yang belum teratasi karena tidak sesuai dengan
kriteria hasil dan 1 Diagnosis yang teratasi. Faktor pendukung dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien Bayi Ny. H dengan pneumonia adalah dengan
diberikannya kebebasan oleh pihak rumah sakit dalam setiap tindakan keperawatan
yang dilakukan tetapi juga dengan pengawasan dari perat ruangan.
Sementara faktor penghambat penulis adalah keterbatasan waktu yaitu tidak
bersama klien selama 24 jam, dan keterbatasan alam hal pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan beberapa asuhan keperawatan pada klien.
Pemecahan masalah yang dilakukan penulis pada Bayi Ny. H dengan pneumonia
neonatus di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tarakan yaitu dengan

39
pelaksanaan intervensi yang telah direncanakan berupa tindakan promotif,
preventif, kuratif meliputi tindakan kolaboratif dengan tim kesehatan mengenai
pemeriksaan penunjang.
5.2 Saran
Dalam waktu tiga hari penulis telah melakukan tahapan proses keperawatan,
selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dijadikan
pertimbangan atau pedoman dalam melakukan proses keperawatan yaitu:
Bagi keluarga pasien, terkait dengan kondisi klien saat ini yang masih dirawat
di rumah sakit dengan pneumonia, untuk kedepannya keluarga klien harus menjaga
kesehatan bayinya. Meski telah di rawat di rumah sakit tidak menutup kemungkinan
tidak terjadinya lagi pneumonia pada klien jadi sangat diharapkan kepada keluarga
untuk sesalu menjaga kondisi Kesehatan bayinya.
Bagi mahasiswa, diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki agar pada saat melakukan proses keperawatan seperti
pengkajian, Diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat
berjalan dengan lancer dan efisien.
Bagi institusi, diharapkan institusi lebih memperhatikan waktu pada proses
pengkajian sampai perencanaan di ujian akhir program agar peserta pada saat ujian
dapat melakukan proses itu dengan baik serta institusi juga dapat menyediakan
sumber referensi terbaru yang cukup untuk mendukung mahasiswa dalam
menyusun laporan tugas akhir.
Bagi rumah sakit, diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawatan dalam
menyelesaikan masalah kesehatan klien diharapkan kerjasama dengan tim
kesehatan makin ditingkatkan serta alangkah baiknya juga jika tenaga Kesehatan
yang ada memberikan pengetahuan tentang penyakit yang dialami oleh penderita,
sehingga dapat memotivasi klien dan kekuarga dalam mempertahankan
kesehatannya baik saat berada di rumah maupun di rumah sakit.

40
DAFTAR PUSTAKA

Dinda Saputri. (2019). perencanaan keperawatan pada pasien pneumonia.

Dwipoerwantoro, P. G. (2012). Kegawatan pada Bayi dan Anak. In PENDIDIKAN


KEDOKTERAN BERKELANJUTAN LXI: Kegawatan pada Bayi dan Anak.

Fitria. (2013). asuhan keperawatan pada bayi ayang mengalami aspirasi pneumonia.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Hanum, F. (2019). Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di


Wilayah Kerja Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh Tahun 2019. Skripsi,
2014, 70. http://36.89.46.245:8080/xmlui/handle/123456789/134

Johannes, U. W. Z. (2017). Laporan tugas akhir asuhan kebidanan pada bayi


pneumonia berat di ruangan kenanga rumah sakit umum w.z johannes.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.

Limbong, S. T. (2017). hubungan status gizi dengan derajat pneumonia padaanak


usia 0-60 bulan di RSUD Dr. pirngadi medan tahun 2014-2015. 1–30.

Lubis, I. N. D., & Lubis, C. P. (2016). Penanganan Demam pada Anak. Sari
Pediatri, 12(6), 409. https://doi.org/10.14238/sp12.6.2011.409-18

maysyaroh. (2015). hubungan pemberian asi ekseklusif dengan kejadian


pneumonia pda balita rawat inap di rsud al-ihsan bandung. 6–22.

Meizikri, R., Fitry Yani, F., & Yusrawati, Y. (2016). Hubungan Kejadian
Pneumonia Neonatus dengan Beberapa Faktor Risiko di RSUP Dr. M. Djamil
Padang Periode 2010-2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 608–613.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.585

Nurhaliza, S. (2015). Latar Belakang Hasil Tujuan Pembahasan Metode. Jurnal


Penelitian Hipertensi Pada Lansia, 2(1986), 1–5.

Prabhakara, G. (2019). Health Statistics (Health Information System). In Short


Textbook of Preventive and Social Medicine.
https://doi.org/10.5005/jp/books/11257_5

Rahmawati, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pneumonia Pada Bayi. M Dengan


Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Neonatus. 1–12.

Rositha, N. (2011). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention Center Di Kota


Tegal, 2013, 6.

41
Salendu, P. M. (2013). Sepsis Neonatorum Dan Pneumonia Pada Bayi Aterm.
JurnalBiomedik(Jbm),4(3),175–17https://doi.org/10.35790/jbm.4.3.2012.203

Salim, A., Betaningrum, N. A., & Pamela, R. (2016). Faktor - faktor yang
berhubungan dengan kejadian ISPA non pneumonia di UPTD yankes
Cikancung Kabupaten Bandung. Jurnal Sehat Masada, X Nomor 2, 42–52.

Sutarga, I. M. (2017). Determinan Pneumonia Pada Balita. Pneumonia, 10–22.

Syahra, N. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada By.R dengan Penumonia Dalam


Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Lambu Barakati Anak RSU
Bahteramas Prov.Sultra.

42

Anda mungkin juga menyukai