Anda di halaman 1dari 141

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. Y DENGAN HEPATOMA


DI RUANG PERAWATAN NON BEDAH DAHLIA
RSUD TK. I TARAKAN

Oleh :
CHABSAH TARANITA PERMATASARI
NIM : 73.2001D.09.015

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.Y DENGAN HEPATOMA DI RUANG
PERAWATAN NON BEDAH DAHLIA
RSUD TK. I TARAKAN

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN DALAM RANGKA UJIAN AKHIR PROGRAM


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
BORNEO TARAKAN
TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

CHABSAH TARANITA PERMATASARI


NIM : 73.2001D.09.015

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2012

i
ABSTRAK

Nama : Chabsah Taranita Permatasari


Nim : 732001D09015
Judul :Asuhan Keperawatan pada Tn. Y Hepatoma di ruang Perawatan
Non Bedah Dahlia RSUD Tk. I Tarakan
Pembimbing :1. Amarullah, SP.,MP
2. Ns. Triana Jumarianti, S.Kep
Daftar Pustaka :15
Jumlah Halaman :104

Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2007, kanker merupakan penyebab


kematian ketujuh di Indonesia dengan proporsi 5,7% setelah stroke, TB paru, Hipertensi,
cedera, perinatal dan diabetes mellitus. Sebagian besar dengan faktor risiko infeksi kronis
virus hepatitis B dan C. Bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
muncul secara komprehensif. Asuhan Keperawatan Pada Tn. Y, Dengan
Hepatoma Di Ruang Perawatan Non Bedah Dahlia RSUD Tarakan pada Tanggal
26 sampai dengan 28 Juli 2012, Karsinoma Hepatoseluler adalah tumor ganas hati
primer yang berasal dari hepatosit. Metode penulisan yang digunakan adalah metode
deskriptif tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Pengumpulan
data langsung dari klien diperoleh melalui observasi, wawancara, dan
pemeriksaan fisik Masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. Y Yaitu,
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah ,
kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan masukan cairan, pola
napas tak efektif berhubungan dengan adanya penekanan pada diafragma,
hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, pembesaran pada hati,
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran hati, defisit perawatan diri
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan kebersihan
diri, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
mengenai penyakit. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan secara
berkesinambungan selama 3 x 24 jam melalui monitoring atau observasi kondisi
klien, tindakan keperawatan langsung, pendidikan kesehatan dan kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat

dan Karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berjudul

“Asuhan Keperawatan pada klien Tn. Y dengan Hepatoma di Ruang Perawatan

Non Bedah Dahlia RSUD Tarakan”.

Penyusunan Karya Tulis ini banyak mendapatkan bimbingan, bantuan serta

dorongan dari berbagai pihak hingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. dr. Jusuf SK selaku Penggagas dan Pembina yang telah

menyediakan sarana pendidikan sehingga memudahkan penulis memperoleh

kesempatan untuk menuntut ilmu di Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.

2. Bapak H. Abdul Jabarsyah Ibrahim, Ph.D selaku Rektor Universitas Borneo

Tarakan.

3. Dr. Wiranegara Tan, , S.IP,MM,MHA,Ph.D selaku Direktur Rumah Sakit

Umum Daerah Tarakan yang telah menyediakan lahan untuk pelaksanaan

Ujian Akhir Program bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.

4. Bapak Alfianur, S.Kep. Ns selaku Pjs. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan.

v
5. Ibu Ana Damayanti, S.Kep. Ns selaku Pjs. Ketua Jurusan Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan sekaligus Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran, mulai dari

semester awal sampai dengan semester sekarang.

6. Ibu Paridah, S.Kep. Ns selaku Pjs. Sekretaris Jurusan Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan sekaligus Pembimbing dalam

Ujian Akhir Program di Ruang Perawatan Non Bedah Dahlia RSUD Tarakan.

7. Bapak Amarullah, SP.,MP Selaku penguji I yang telah memberikan

bimbingan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Ibu Ns. Maria Imaculata Ose, S.Kep selaku penguji II dalam Ujian Akhir

Program.

9. Ibu Ns. Triana Jumarianti, S.Kep selaku penguji III sekaligus Pembimbing

dalam Ujian Akhir Program di Ruang Perawatan Non Bedah Dahlia RSUD

Tarakn serta pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini yang

telah memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat.

10. Kepala Ruangan Dahlia serta seluruh staff yang telah banyak membantu

penulis saat melakukan tindakan keperawatan.

11. Bapak/Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan.

12. Ayah dan Ibu serta adik-adikku yang selalu setia dan sabar mendampingi

serta memberi semangat dan dukungan doa selama proses perkuliahan sampai

menyelesaikan studi ini.

vi
13. Seluruh keluargaku yang senantiasa mendoakan, memberikan nasihat serta

dukungan sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Jurusan Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.

14. Teman – teman angkatan VII dan teman-teman Departemen KMB yang

selalu memberikan motivasi selama Ujian Akhir Program dan memberikan

masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

15. Dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan masukkan serta kritikan yang

membangun dalam perbaikan dan kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

di masa akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat

bagi seluruh pembaca pada umumnya dan pada mahasiwa serta mahasiswi

Keperawatan pada khususnya.

Tarakan, Juli 2012

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

C. Ruang Lingkup ................................................................................ 3

D. Metode Penulisan ............................................................................ 4

E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis ........................................................................ 6

1. Pengertian ................................................................................. 6

2. Anatomi Fisiologi .................................................................... 6

viii
3. Etiologi ..................................................................................... 13

4. Stadium.....................................................................................14

5. Patofisiologi .............................................................................. 15

6. Manifestasi Klinis ..................................................................... 17

7. Penatalaksanaan ........................................................................ 18

8. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................... 22

B. Konsep Dasar Keperawatan............................................................. 23

1. Pengkajian ................................................................................ 23

2. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 28

3. Intervensi .................................................................................. 29

4. Implementasi ............................................................................ 51

5. Evaluasi .................................................................................... 51

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ....................................................................................... 54

B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 78

C. Rencana Keperawatan ..................................................................... 79

D. Implementasi Keperawatan ............................................................. 83

E. Evaluasi ........................................................................................... 90

ix
BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ....................................................................................... 94

B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 95

C. Intervensi Keperawatan ................................................................... 99

D. Implementasi ................................................................................... 100

E. Evaluasi ........................................................................................... 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 103

B. Saran ................................................................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Hepar ............................................................................. 7

Gambar 2.2 Anatomi Hepar ............................................................................. 10

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium Hepatoma ......................................................................... 15

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM Berdasarkan Teori ........................................ 27

Bagan 3.1 Genogram ........................................................................................ 57

Bagan 2.2 Penyimpangan KDM Berdasarkan Kasus....................................... 77

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional didasarkan ilmu

keperawatan, ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat baik sehat

maupun sakit dari aspek bio-pskio-sosial secara menyeluruh guna

membangun kesehatan baik secara lokal dan global (Kusnanto, 2004).

Keperawatan pada dasarnya adalah membantu individu (sehat atau sakit)

dengan serangkaian aktivitas-aktivitas guna untuk pemulihannya

(Carpenito, 2000).

Dalam tatanan global, gangguan yang mengancam kesehatan

masyarakat dunia adalah tumor, kanker dan hepatitis. Penyakit ini menjadi

perhatian dunia baik di Afrika, Asia dan Eropa karena mudahnya penyakit

ini menular, meningkatnya angka kesakitan, dan angka morbiditas.

Hepatoma atau Hepatocellular carcinoma (HCC) salah satu kanker sering

terjadi di seluruh dunia. Lebih sering pada pria daripada wanita. Di

Amerika Serikat dan Eropa, rata-rata diagnosis usia 65 tahun dan jarang

pada orang dengan usia lebih muda dari 40 tahun. Sedangkan Afrika dan

Asia, secara substansial lebih muda, terjadi di dekade keempat dan kelima

kehidupan. Usia lebih muda berhubungan dengan riwayat penyakit

hepatitis B dan C pada masa lalu (Muttaqin, 2011).

1
Berdasarkan data Globocan (2000), proporsi seluruh kejadian kanker

hati didunia yaitu 5,59%. Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2007,

kanker merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia dengan

proporsi 5,7% setelah stroke, TB paru, Hipertensi, cedera, perinatal dan

diabetes mellitus. Berdasarkan data Globocan yang di liris oleh

Internasional Agency For Research on Cancer (IARC), pada tahun 2008

tercatat 748.000 kasus yang menderita kanker hati, penyakit ini merupakan

kematian dengan 696.000 pasien meninggal (93%). Di Indonesia, angka

kejadian kanker hati pada tahun 2008 menurut data Globocan, terdapat

13.238 kasus, dengan angka kematian 12.825 atau sekitar 96,8% (Rinza,

2008).

Berdasarkan data dari catatan medical record RSUD Tarakan,

pasien yang dirawat di Ruang Dahlia kasus Hepatoma, periode Januari

sampai bulan Desember 2011 sebanyak 40 orang penderita Hepatoma

dengan angka kematian berjumlah 5 orang atau sekitar 12,5%. Dilihat dari

data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kasus Hepatoma di RSUD

Tarakan masih cukup tinggi dan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian. Inilah data dasar yang dapat dijadikan latar belakang dalam

penyusunan karya tulis ilmiah tentang konsep dasar dan Asuhan

Keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa Hepatoma di Ruang Perawatan

Non Bedah Dahlia RSUD Tarakan.

2
B. Tujuan Penulisan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul asuhan keperawatan pada Tn. Y

dengan Hepatoma, memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran dan pengalaman dalam memberikan

asuhan keperawatan pada Tn.Y dengan Hepatoma melalui pendekatan

proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan proses keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa

Hepatoma.

b. Melaksanakan pemecahan masalah pada Tn. Y yang menderita

Hepatoma

c. Membandingkan antara teori dan praktik Asuhan Keperawatan

pada Tn. Y dengan diagnosa Hepatoma.

d. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam

melaksanakan proses keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa

Hepatoma

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahasan Karya Tulis Ilmiah ini adalah mengenai

pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa Hepatoma

di ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan yang dilakukan

selama tiga hari, mulai tanggal 26 Juli sampai dengan 28 Juli 2012.

3
D. Metode Penulisan

Karya Tulis Ilmiah menggunakan metode deskriptif dengan studi

kasus disajikan dalam bentuk naratif guna memberikan gambaran serta

analisa data permasalahan yang timbul selama pelaksanaan keperawatan

dijadikan bahan dalam pembahasan. Adapun data-data dihimpun dalam

Karya Tulis Ilmiah diperoleh dengan cara :

1. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan pada klien, keluarga, dokter, perawat yang

bertanggung jawab atas perawatan Tn. Y di ruang Perawatan Dahlia

RSUD Tarakan.

2. Metode Observasi

Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan pengawasan

langsung pada Tn. Y dengan Hepatoma.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik keadaan umum pada Tn. Y menggunakan teknik

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

4. Studi Dokumentasi

Mengumpulkan data-data berkaitan dengan materi pembahasan seperti

rekapitulasi kasus dan rekam medis RSUD Tarakan.

5. Studi Kepustakaan

Kepustakaan sebagai sumber pustaka tentang Hepatoma didapatkan

dari buku, internet dan sebagainya.

4
E. Sistematika Penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini, disusun menggunakan sistematika sebagai

berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan menguraikan latar belakang, tujuan,

ruang lingkup , metode penulisan dan sistematika penulisan laporan.

Bab kedua berisi landasan teori menguraikan konsep dasar medis

meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,

penatalaksanaan, penyimpangan konsep dasar medis serta konsep dasar

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

Bab ketiga berisi laporan kasus dan pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Tn. Y dengan Hepatoma di Ruang Dahlia RSUD Tarakan, dan

penyimpangan konsep dasar medis sesuai kasus. Adapun pelaksanaannya

meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi

dan evaluasi.

Bab keempat berisi pembahasan masalah menguraikan asuhan

keperawatan pada Tn. Y dengan Hepatoma di Ruang Dahlia RSUD

Tarakan dalam praktek nyata dihubungkan konsep asuhan keperawatan

pada klien dengan Hepatoma secara teoritis. Adapun pembahasannya

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

Bab kelima berisi penutup menguraikan tentang kesimpulan, saran,

daftar pustaka dan glosarium serta lampiran.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Hepatoma atau Hepatocellular Carcinoma (HCC) adalah tumor

hepatik primer yang paling umum dan salah satu kanker yang paling

sering terjadi di seluruh dunia (Muttaqin, 2011).

Hepatoma atau kanker hati merupakan tumor ganas hati primer

yang berasal dari hepatosit (Sudoyo, 2006) sedangkan menurut

(Misnadiarly, 2007) Kanker hati atau Karsinoma Hepato Seluler

(KHS) merupakan tumor ganas hati primer yang sering dijumpai di

Indonesia. KHS merupakan tumor ganas dengan prognosis yang amat

buruk dimana umumnya penderita meninggal dalam waktu 2-3 bulan

sesudah diagnosisnya ditegakkan. Hal ini umumnya karena penderita

datang terlambat ke pusat kesehatan ataupun dokter.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

hepatoma atau kanker hati merupakan tumor ganas hepatik yang

berasal dari hepatosit yang menyebabkan kematian.

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Hepar hati terletak di belakang tulang-tulang iga (kosta)

dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat

6
sekitar 1500 g, dan dibagi empat lobus. Setiap lobus terbungkus

oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus

itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih

kecil, yang disebut lobus.

Gambar 2.1 hepar (hati)

Sumber: Benvie. 2010

Sirkulasi darah ke dalam dan ke luar hati sangat penting

dalam penyelenggaraan fungsi hati. Darah yang mengalir ke dalam

hati berasal dari dua sumber. Kurang lebih 75% suplai darah

datang dari vena porta yang mengalirkan darah yang kaya akan

nutrien dari gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut

masuk ke dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung

oksigen. Cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini

bersatu untuk membentuk capillary beds bersama yang merupakan

sinusoid hepatik. Dengan demikian, sel-sel hati (hepatosit) akan

7
terendam campuran darah vena dan arterial. Sinusoid

mengosongkan isinya ke dalam venule yang berada pada bagian

tengah masing-masing lobus hepatik dan dinamakan vena sentralis.

Vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan

drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya ke dalam vena

kava inferior di dekat diafragma. Jadi terdapat dua sumber yang

mengalirkan darah masuk ke dalam hati. Dan hanya terdapat satu

lintasan keluarnya.

Di samping hepatosit, sel-sel fagosit yang termasuk dalam

sistem retikuloendotelial juga terdapat dalam hati. Organ lain yang

mengandung retikuloendotelial adalah limpa, sumsum tulang,

nodus limfatikus (kelenjar limpe) dan paru-paru. Dalam hati sel-sel

ini dinamakan sel Kuffer. Fungsi utama sel kuffer adalah memakan

benda partikel seperti bakteri yang masuk ke dalam hati lewat

darah portal.

Saluran empedu terkecil yang disebut kanalikulus terletak di

antara lobulus hati. Kanalikulus menerima hasil sekresi dari

hepatosit dan membawanya ke saluran empedu yang lebih besar

yang akhirnya akan membentuk suatu duktus hepatikus. Duktus

hepatikus dari hati dan duktus sistikus dari kandung empedu

bergabung untuk membentuk suatu duktus koledokus (common

bile duct) yang akan mengosongkan isinya ke dalam intestinum.

Aliran empedu yang ada dalam intestinum dikendalikan oleh

8
sfingter Oddi yang terletak pada sambungan (junction) di mana

duktus koledokus memasuki deodenum.

Kandung empedu (vesika felea), yang merupakan organ

berbentuk seperti buah pir, berongga dan menyerupai kantong

dengan panjang 7,5 hingga 10 cm, terletak dalam cekungan yang

dangkal pada permukaan inferior hati di mana organ tersebut

terikat pada hati oleh jaringan ikat yang longgar. Kapasitas

kandung empedu adalah 30 hingga 40 ml empedu. Dindingnya

terutama tersusun dari otot polos. Kandung empedu dihubungkan

dengan duktus koledokus lewat duktus sistikus (Smeltzer & Bare

2001).

b. Fungsi Metabolik Hati

Metabolisme glukosa. Hati memegang peranan yang penting

dalam metabolisme glukosa dan pengaturan kadar glukosa darah.

Sesudah makan, glukosa diambil dari dalam vena portal oleh hati

dan diubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hepatosit.

Selanjutnya glikogen diubah menjadi glukosa dan jika diperlukan

dilepaskan ke dalam aliran darah untuk mempertahankan kadar

glukosa yang normal. Glukosa tambahan dapat disintesis oleh hati

lewat proses yang dinamakan glukoneogenesis. Untuk

melaksanakan proses ini, hati menggunakan asam-asam amino

hasil pemecahan protein atau laktat yang diproduksi oleh otot yang

bekerja.

9
Gambar 2.2 Hepar (Hati)
Sumber: Annisa Ika Putri Ariyani. 2012

Konversi amonia. Penggunaan asam-asam amino untuk

glukoneogenesis akan membentuk amonia sebagai hasil

sampingan. Hati mengubah amonia yang dihasilkan oleh proses

metabolik ini menjadi ureum. Amonia yang diproduksi oleh bakteri

dalam intestinum juga akan dikeluarkan dari dalam darah portal

untuk sintesis ureum. Dengan cara ini, hati mengubah amonia yang

merupakan toksin berbahaya menjadi ureum, yaitu senyawa yang

diekskresikan ke dalam urin.

Metabolisme protein. Hati juga memegang peranan yang

penting dalam metabolisme protein. Organ ini mensintesis hampir

seluruh plasma protein (kecuali τ – globulin), termasuk albumin, α-

dan β- globulin, faktor-faktor pembekuan darah, protein transport

yang spesifik dan sebagian besar lipoprotein plasma. Vitamin K

10
diperlakukan oleh hati untuk mensintesis prothrombin dan sebagian

faktor pembekuan lainnya. Asam-asam amino berfungsi sebagai

unsur pembangun bagi sintesis protein.

Metabolisme lemak. Hati juga berperan aktif dalam

metabolisme lemak. Asam-asam lemak dapat dipecah untuk

memproduksi energi dan badan keton (asam asetoasetat, asam β-

hidroksibutirat serta aseton). Badan keton merupakan senyawa-

senyawa kecil yang dapat masuk ke dalam aliran darah dan

menjadi sumber energi bagi otot serta jaringan tubuh lainnya.

Pemecahan asam lemak menjadi badan keton terutama terjadi

ketika ketersediaan glukosa untuk metabolisme sangat terbatas

seperti pada kelaparan atau diabetes yang tidak terkontrol. Asam

lemak dan produk metaboliknya juga digunakan untuk mensintesis

kolesterol, lesitin, lipoprotein dan bentuk-bentuk lipid kompleks

lainnya. Dalam kondisi yang sama, lipid dapat tertimbun di dalam

hepatosit dan mengakibatkan keadaan abnormal yang dinamakan

fatty liver.

Penyimpanan vitamin dan zat besi. Vitamin A, B12, dan

beberapa vitamin B-kompleks disimpan dengan jumlah yang besar

dalam hati. Substansi tertentu, seperti besi dan tembaga, juga

disimpan dalam hati. Karena hati kaya akan substansi atau zat-zat

tersebut, ekstrak hati banyak digunakan untuk mengobati berbagai

macam kelainan nutrisi (Smeltzer dan Bare, 2001 ).

11
c. Fisiologis

Hati yang merupakan organ terbesar tubuh, dapat dianggap

sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan,

mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar substansi yang

terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam

pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya

nutrien langsung dari traktus gastrointestinal; kemudian hati akan

menyimpan atau menstransformasikan semua nutrien ini menjadi

zat-zat kimia yang digunakan di bagian lain dalam tubuh untuk

keperluan metabolik. Hati merupakan organ yang penting

khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein.

Hati membuat dan mensekresikan empedu yang memegang

peranan utama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak

dalam traktus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah

produk dari dalam aliran darah. Dan mensekresikannya ke dalam

empedu. Empedu yang dihasilkan oleh hati akan disimpan untuk

sementara waktu dalam kandung empedu (vesika felea) sampai

kemudian dibutuhkan untuk proses pencernaan; pada saat ini,

kandung empedu akan mengosongkan isinya dan empedu

memasuki intestinum (usus) (Smeltzer dan Bare, 2002).

12
3. Etiologi

Penyebab pasti dari hepatoma masih belum diketahui, tetapi

terdapat data penting predisposisi penyebab utama dari hepatoma,

yaitu sirosis hepatis. Kondisi sirosis hepatis biasanya berhubungan

dengan Hepatitis B, hepatitis C, hemokromati, aflatoxin, dan penyebab

lain (Muttaqin, 2011).

Penyebab kanker liver, seperti kanker lainnya, tidak memiliki

penyebab yang tunggal dan jelas. Namun, ada beberapa keadaan dapat

meningkatkan resiko kanker liver yaitu:

a. Hepatitis kronis

Hepatitis kronis dapat menyebabkan perubahan pada sel liver dan

sering dihubungkan dengan kanker liver yang paling umum yaitu

Hepato cellular carcinoma (HCC). Hepatitis B dan Hepatitis C

dianggap sebagai penyumbang utama kanker liver, sedangkan

hepatitis A tidak mempunyai hubungan kuat dengan terjadinya

kanker liver.

b. Karsinogen (bahan kimia penyebab kanker)

Karsinogen seperti kontaminasi makanan dengan aflatoxin.

c. Sirosis atau jaringan parut pada liver

d. Berbagai bahan perusak liver, termasuk:

Polyvinyl Chloride (PCV), Parasit dalam liver yang dihubungkan

dengan kanker saluran empedu, paparan radiasi dapat mendorong

13
timbulnya kanker liver yang ganas, kadang-kadang setelah 5 tahun

terkena radiasi tersebut (Misnadiarly, 2007).

4. Stadium

Sistem TNM (tumor, C, metastasis) sementara ini yang diterima

secara luas adalah benar-benar hanya berguna pada pasien yang

menjalani bedah reseksi.

Oleh karena sebagian besar pasien unresctable dan prognosis

benar-benar tergantung pada keadaan fungsi hati daripada ukuran

tumor. Beberapa sistem stadium telah dievaluasi klinis, yang

menggabungkan fitur dari hati dan pasien, seperti asites, keterlibatan

vena porta, dan status performa.

14
Tabel 2.1 Stadium hepatoma dengan menggunakan sistem TNM
Kelenjar Getah
Metastasis
Tumor Primer (1) Bening (KGB)
Jauh (M)
Regional (N)
Tumor primer tidak NO Menunjukkan M0 Tidak
Tx
dapat dinilai tidak ada ada
Tumor soliter tanpa keterlibatan metasta
T1 KGB sis jauh
invasi vaskular
Tumor soliter
dengan invasi
T2 vaskular atau
beberapa tumor tidak
lebih dari 5 cm.
Tumor multipel N1 Menunjukkan M1 Ada
lebih dari 5 cm atau keterlibatan metasta
tumor yang KGB sis jauh
T3
melibatkan cabang
utama dari portal
atau vena hepatica
Tumor multipel
dengan invasi
langsung organ yang
T4 berdekatan selain
kantong empedu atau
dengan perforasi
peritonium viseral
(American Cancer Society, 2008)

Tabel 2.1 Stadium hepatoma


(Muttaqin, 2011)

5. Patofisiologi

Hepatocellular carcinoma adalah tumor ganas asal hepatocellular

yang berkembang pada pasien dengan faktor resiko seperti hepatitis

virus, penyalahgunaan alkohol, dan penyakit hati metabolik. Penyakit

15
ini juga dapat terjadi (jarang) pada pasien dengn parenkim hati yang

normal.

HCC dapat mengalami perdarahan dan nekrosis Karena

kurangnya stroma fibrosa. Invasi vascular, terutama dari sistem portal.

Invasi system bilier kurang umum. Agresif HCC dapat menyebabkan

ruptur (pecah) dan hemoperitoneum hepatica.

Ada tiga pola pertumbuhan yang ditunjukkan oleh HCC.

1. Masa soliter

2. Multifokal atau pola nodular

3. Multiple difus dengan pola noduler

Secara mikroskopis, sel-sel HCC menyerupai hepatosit normal

dan dapat membingungkan dengan adenoma sel hati. Tumor yang

lebih berbeda dapat menghasilkan empedu. HCC, dapat menghasilkan

alfa-fetoprotein (AFP), serta protein serum lainnya.

Kondisi hepatoma memberikan berbagai masalah keperawatan

yang muncul pada pasien dan memberikan implikasi pada asuhan

keperawatan. Masalah keperawatan yang muncul berhubungan dengan

kondisi penurunan fungsi hati, respons dari hipertensi portal, dan

respons dari intervensi medis.

Sel dalam liver biasanya membelah diri untuk mengganti sel yang

terluka atau mati karena usia. Semua proses ini berlangsung secara

ketat dan rapi diatur oleh gen yang ada dalam tiap sel. Sel kanker

dimulai dari sebuah sel yang menyimpang dari pola tersebut di atas.

16
Sel tidak lagi membelah diri secara teratur/rapi, tetapi tumbuh tidak

teratur atau tumbuh liar yaitu tumbuh tidak normal (abnormal). Sel

abnormal ini kemudian membuat jutaan penggandaan/ menggandakan

dirinya sendiri atau “cloning”.

Sel-sel ini tidak menjalankan fungsinya secara normal sehingga

mengakibatkan fungsi liver menjadi tidak normal karena sel-sel itu

hanya bergerak untuk memperbanyak diri yang akhirnya membentuk

gumpalan. Gumpalan itu bisa jadi tumor jinak (yang hanya tumbuh

secara lokal dan tidak menyebar).

Tetapi apabila yang terjadi tumor ganas, sel-sel itu memiliki

kemampuan menyebar ke organ tubuh lainnya. Kemampuan ini disebut

“metastasis” yang membuatnya berbahaya dan disebut “kanker”

(Muttaqin, 2011).

6. Manifestasi KLinis

Gejala yang sering terjadi/timbul pada kanker liver ialah:

a. Nyeri dibagian kanan atas wilayah abdomen akibatnya

meregangnya pembungkus liver yang kaya dengan syaraf. Liver

mungkin akan membengkak ke bawah batas tulang rusuk dan nyeri

jika diraba.

b. Karena liver adalah salah satu dari organ pencernaan maka kanker

liver menyebabkan hilangnya nafsu makan dan turunnya berat

badan.

17
c. Pembengkakan abdomen akibat asites. Cairan juga menimbulkan

pembengakakan di buah zakar dan kaki.

d. Timbul tanda-tanda seperti pembengkakan pada payudara pria dan

munculnya tanda laba-laba pada kulit.

e. Masalah penggumpalan darah yang berakibat dari luka dan

perdarahan.

f. Kelelahan yang diikuti koma akibat penumpukan ammonia dalam

tubuh.

g. Penguningan mata dan kuku serta tinja berwarna tanah liat dan

berbau khas (tanda kurang berhasilnya pengolahan lemak oleh

liver). Penguningan berkaitan dengan kadar bilirubin berlebihan di

air empedu karena gagal diserap oleh liver yang sudah rusak.

h. Nyeri tulang, gejala syaraf dengan otak, dan tersumbatnya usus

sebagai bukti penyakit yang sudah lanjut.

7. Penatalaksanaan

a. Non bedah:

1) Terapi radiasi

Nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara

efektif dengan terapi radiasi pada 70% hingga 90% penderita.

Gejala anoreksia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan

terapi ini. Metode pelaksanaan radiasi mencakup (1)

penyuntikan antibodi berlabel isotop radioaktif secara intervena

yang secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan

18
dengan tumor dan (2) penempatan sumber radiasi perkutan

insensitas tinggi untuk terapi radiasi interstisial. Tujuan terapi

ini adalah memberikan radiasi langsung kepada sel-sel tumor.

Terapi radiasi eksternal yang dikombinasikan dengan

kemoterapi juga telah diupayakan tetapi tidak memperlihatkan

keuntungan tambahan.

2) Kemoterapi

Digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan

memperpanjang kelangsungan hidupnya; bentuk terapi ini juga

dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah dilakukan reseksi

tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional

merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan

preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan

metastasis hati. Untuk memberikan kemoterapi dengan

konsentrasi yang tinggi ke dalam hati melalui arteri hepatika

dipasang pompa yang dapat ditanam. Metode ini menghasilkan

pemberian obat dengan cara infus yang berkelanjutan, dapat

diandalkan dan terkontrol yang dapat dilaksanakan sendiri di

rumah.

3) Drainase bilier perkutan atau drainase transhepatik

Digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu

yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu

pada pasien tumor yang tidak dapat dioperasi atau pada pasien

19
yang dianggap beresiko. Dengan bantuan fluroskopi, sebuah

kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati

lokasi obstruksi ke dalam duodenum. Prosedur seperti ini

dikerjakan untuk membentuk kembali sistem drainase bilier,

mengurangi tekanan rasa nyeri karena penumpukan empedu

akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus serta ikterus.

Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman,

dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat.

Selama beberapa hari setelah dipasang, kateter tersebut dibuka

untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar

diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan

adanya darah serta febris.

b. Bedah :

1) Lobektomi hati

Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses

dikerjakan apabila tumor primer hati terlokalisir atau pada

kasus metastasis, apabila lokasi primernya dapat dieksisi

seluruhnya dan metastasisnya terbatas. Meskipun demikian,

metastasis ke dalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter.

Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk

beregenerasi, sebagian dokter bedah telah melakukan

pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik.

20
Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi

kemampuan hati untuk beregenerasi.

2) Transplantasi hati

Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang

sakit dan menggantikannya dengan hati yang sehat.

Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi

hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis

vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal.

Transplantasi hati digunakan untuk mengatasi penyakit

hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya

setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya.

Keberhasilan transplantasi hati bergantung pada keberhasilan

terapi imunosupresi. Preparat imunosupresan yang digunakan

saat ini adalah siklosporin, kortrikosteroid, azathropin, OKT3

(antibodi monoklonal) dan FK506. Berbagai penelitian sedang

dilaksanakan untuk menemukan kombinasi preparat

imunosupresin yang paling aktif (Smeltzer dan Bare, 2002)

21
8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan darah

a. Pemeriksaan bilirubin total, aspartat aminotransferase (AST),

fosfatase alkali, albumin, dan waktu prothrombin menunjukkan

hasil yang konsisten dengan sirosis.

b. Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75% kasus.

c. Radiografi.

1) Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis

paru.

2) CT Scan. Dilakukan untuk tersangka Hepatocellular carcinoma

karena meningkatnya AFP. Setiap tes memiliki 70-85%

kesempatan untuk menemukan lesi soliter. CT Scan

konvensional meningkatkan jumlah nodul tumor yang

terdeteksi. Sayangnya, dalam sirosis nodular hati, kepekaan CT

Scan memiliki manfaat tambahan

3) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Dapat mendeteksi lesi lebih kecil dan juga dapat digunakan

untuk menentukan aliran dalam vena portal. Sensitivitas MRI

secara keseluruhan dianggap mirip dengan triphastic CT scan.

Namun, pada pasien dengan sirosis nodular hati, MRI telah

terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik.

Biaya tinggi dan membatasi akses ke MRI membuatnya

digunakan secara luas terbatas.

22
d. USG (Ultrasonographic)

Untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan

hati. Sensitivitas USG untuk mendeteksi nodul kecil rendah.

e. Biopsi

Biopsi sering diperlukan untuk membuat diagnosis. Secara umum,

core biopsi lebih disukai dari biopsi jarum halus. Biopsi umumnya

diperoleh melalui perkutaneus dibawah bimbingan

ultrasonographic atau CT. Sebelum mendapatkan biopsi,

parasintesis volume besar mungkin berguna pada pasien dengan

asites masif; transfusi trombosit mungkin diperlukan pada pasien

dengan sirosis dengan trombositopenia berat (<50.000). Resiko

perdarahan tidak berkorelasi dengan peningkatan dalam waktu

prothrombin (Muttaqin, 2011).

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dalam berpikir kritis dan

pengambilan keputusan yang menghasilkan diagnosis keperawatan.

Perawat menggunakan definisi dan batasan karateristik diagnosis

keperawatan untuk memvalidasi diagnosis. Pada saat diagnosis

keperawatan dan faktor yang berhubungan atau faktor resiko yang

ditentukan, rencana asuhan dibuat. Perawat menyeleksi hasil pada

pasien yang relevan, meliputi persepsi pasien dan hasil yang

23
diharapkan, bila memungkinkan. Perawat kemudian bekerja sama

dengan pasien untuk menentukan aktivitas dalam yang membantu

dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan. Setelah

mengimplementasikan aktivitas keperawatan, perawat mengevaluasi

rencana asuhan dan kemajuan pasien (Wilkinson, 2007).

Menurut (NANDA, 2009-2011) pengkajian telah didefinisikan

sebagai langkah awal dari proses keperawatan. Proses keperawatan

adalah teori bagaimana perawat mengorganisasi asuhan bagi individu,

keluarga dan komunitas.

Sedangkan menurut (Doenges, 2000) dasar data pengkajian

pada Sirosis Hepatis adalah sebagai bahan perbandingan untuk

diagnosa medis Hepatoma sebagai berikut :

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.

Tanda : Letargi, penurunan massa otot/tonus.

2. Sirkulasi

Tanda : Riwayat GJK kronis, perikarditis, penyakit jantung

reumatik, kanker (mal fungsi hati menimbulkan

gagal hati). Distritmia, bunyi jantung ekstra (S3, S4).

DVJ ; vena abdomen distensi.

3. Eliminasi

Gejala : Flatus.

24
Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali,

asites). Penurunan/tak adanya bising usus. Feses

warna tanah liat, melena. Urine gelap, pekat.

4. Makanan/cairan

Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), tidak toleran

terhadap makanan/tidak dapat mencerna.

Mual/muntah.

Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan (cairan).

Penggunaan jaringan. Edema umum pada jaringan.

Kulit kering, turgor buruk. Ikterik : angioma spider.

Napas berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi.

5. Neurosensori

Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan

keperibadian, penurunan mental.

Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma. Bicara

lambat tak jelas. Esterik (ensefalofati hepatik).

6. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Pruritus,

neuritis perifer.

Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi. Fokus pada diri

sendiri.

7. Pernapasan

Gejala: Dispnea.

25
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas

tambahan. Ekspansi paru terbatas (asites). Hipoksia.

8. Keamanan

Gejala : Pruritus.

Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik).

Ikterik, ekimosis, petekie. Angioma

spidertelengiektasis, eritema palmar.

9. Seksualitas

Gejala : Gangguan menstruasi, impoten.

Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut

(dada, ketiak, pubis).

10. Penyuluhan

Gejala : Riwayat penggunaan alkohol jangka

panjang/penyalahgunaan, penyakit hati alkoholik.

Riwayat empedu, hepatitis, terpajan pada toksin,

trauma hati, perdarahan GI atas, episode perdarahan

varises esofageal, penggunaan obat yang

mempengaruhi fungsi hati.

26
2. Penyimpangan KDM
Alkohol Hepatitis

Sel Rusak

Mengakibatkan tromboblastin Regenerasi nodular dengan Perubahan


Tidak mampu
(zat kimia yang dilepaskan hilangnya struktur lobular. kelebihan
mengabsorpsi
oleh jaringan rusak) Pembentukan jaringan fibrotik
protein cairan

Risiko tinggi terhadap cedera Peningkatan sel abnormal Asites

Hepatomegali Penekanan diafragma


Gangguan Penurunan fungsi
penampilan Penurunan fungsi hati Penurunan ekspansi paru
empedu
fisik

Peningkatan bilirubin metastasis Risiko tinggi terhadap Pola


Gangguan napas tidak efektif
harga diri Dibawa oleh darah yang Hepatoma (Hepatocellular
terdapat garam empedu carcinoma)
Risiko tinggi
Koping Individual terhadap
Di absorpsi dilemak tidak efektif
Ruptur Perubahan
subkutan proses pikir

Perdarahan gastrointestinal Salah


Respon gatal
interpretasi
Respon
Aktual/risiko gastrointestinal
Gangguan integritas Kurang
integumen
informasi
Mual/muntah,
kembung,anoreksia

Anoreksi Kurang
Perubahan nutrisi kurang pengetahuan
dari kebutuhan

Bagan 3.2 Penyimpangan KDM Hepatoma

Berdasarkan Teori

27
3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang

mengalami hepatoma, menurut (Doenges, 2000) yaitu :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk

memproses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, tidak mau

makan, mudah kenyang (asites). Fungsi usus abnormal.

b. Perubahan kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi antara lain, penurunan protein plasma,

malnutrisi, kelebihan natrium/masukan cairan.

c. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan gangguan sirkulasi/status metabolik. Akumulasi garam

empedu pada kulit. Turgor kulit buruk, penonjolan tulang, adanya

edema, asites.

d. Resiko tinggi terhadap tak efektif pola pernapasan berhubungan

dengan pengumpulan cairan intra abdomen (asites). Penurunan

ekspansi paru, akumulasi sekret. Penurunan energi, kelemahan.

e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan profil darah

abnormal, gangguan faktor pembekuan antara lain penurunan

produksi protrombin, fibrinogen dan pengeluaran tromboplastin.

f. Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan

perubahan fisiologis, peningkatan kadar amonia serum,

ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim/obat tertentu.

28
g. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan

biofisika/gangguan penampilan fisik. Prognosis yang meragukan,

perubahan peran fungsi. Pribadi rentan.

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat,

kesalahan interpretasi. Ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber

informasi.

4. Perencanaan keperawatan

Menurut (Doenges, 2000), rencana keperawatan pada pasien

yang mengalami hepatoma berdasarkan diagnosa keperawatan terdiri

dari :

a. Diagnosa keperawatan 1

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk

memperoses/mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, tidak

mau makan, mudah kenyang (asites). Fungsi usus abnormal.

1) Hasil yang diharapkan

a) Menunjukan peningkatan berat badan progresif mencapai

tujuan dengan nilai laboratorium normal

b) Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut

29
2) Intervensi keperawatan

Mandiri :

a) Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan

pemasukan/defisiensi.

b) Timbang sesuai indikasi. Bandingkan perubahan status

cairan. Riwayat berat badan, ukur kulit trisep.

Rasional : Mungkin sulit untuk menggunakan berat

badan sebagai indikator langsung status

nutrisi karena ada gambaran edema/asites.

Lipatan kulit trisep berguna dalam mengkaji

perubahan otot dan simpanan lemak

subkutan.

c) Bantu dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alasan tipe

diet.

Rasional : Diet yang tepat penting untuk penyembuhan.

d) Dorong pasien untuk makan semua makanan/makanan

tambahan.

Rasional : Mungkin pasien hanya makan sedikit gigitan

karena kehilangan minat pada makanan dan

mengalami mual, kelemahan umum,

malaise.

30
e) Berikan makanan sedikit dan sering.

Rasional : Buruknya toleransi terhadap makanan

banyak mungkin berhubungan dengan

peningkatan tekanan intra abdomen/asites.

f) Berikan tambahan garam bila diizinkan; hindari yang

mengandung amonium.

Rasional : Tambahan garam meningkatkan rasa

makanan dan membantu meningkatkan

selera makan: amonia potensial resiko

ensefalopati.

g) Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas

atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin.

Rasional : Perdarahan dari varises esofagus dapat

terjadi.

h) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai

indikasi.

Rasional : Pasien cenderung mengalami luka

dan/perdarahan gusi dan rasa tak enak pada

mulut dimana menambah anoreksia.

i) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan

Rasional : Pasien cenderung mengalami luka dan/atau

perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut

dimana menambah anoreksia.

31
j) Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan, khususnya

sebelum makan.

Rasional : Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan

metabolik pada hati dan meningkatkan

regenerasi seluler.

k) Anjurkan menghentikan merokok.

Rasional : Menurunkan rangsangan gaster berlebihan

dan resiko iritasi/perdarahan.

Kolaborasi

i) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum,

albumin, total protein, amonia.

Rasional : Glukosa menurun karena gangguan

glikogenesis, penurunan simpanan glikogen,

atau masukan tak adekuat. Protein menurun

karenan gangguan metabolisme, penurunan

sistesis hepatik, atau kehilangan ke rongga

peritoneal (asites). Peningkatan kadar

amonia perlu pembatasan masukan protein

untuk mencegah komplikasi serius.

j) Pertahankan status puasa bila diindikasikan.

Rasional : Pada awalnya, mengistirahatkan GI

diperlukan untuk menurunkan kebutuhan

pada hati dan produksi amonia/urea GI.

32
k) Konsul dengan ahli diet untuk memberikan diet tinggi

dalam kalori dan karbohidrat sederhana, rendah lemak, dan

tinggi protein sedang.

Rasional :Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada ke

banyakan pasien yang pemasukannya dibatasi,

karbohidrat memberikan energi yang siap

pakai.

b. Diagnosa keperawatan 2

Perubahan kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi antara lain penurunan protein plasma,

malnutrisi, kelebihan natrium/masukan cairan.

1) Hasil yang diharapkan

a) Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan

pemasukan dari pengeluaran

b) Berat badan stabil

2) Intervensi keperawatan

a) Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif

(pemasukan melebihi pengeluaran).

Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi,

terjadinya/perbaikan perpindahan cairan,

dan respon terhadap terapi.

33
b) Auskultasi paru, catat penurunan/tak adanya bunyi napas

dan terjadinya bunyi tambahan (contoh, krekels).

Rasional : Peningkatan kongesti pulmonal dapat

mengakibatkan konsolidasi, gangguan

pertukaran gas, dan komplikasi contoh

edema paru.

c) Awasi distrimia jantung. Auskultasi bunyi jantung, catat

terjadinya irama gallop S3/S4.

Rasional : Mungkin disebabkan oleh GJK, penurunan

perfusi arteri koroner, dan

ketidakseimbangan elektrolit.

d) Kaji derajat perifer/edema.

Rasional : Perpindahan cairan pada jaringan sebagai

akibat retensi natrium dan air, penurunan

albumin, dan penurunan ADH.

e) Ukur lingkar abdomen.

Rasional : Menunjukkan akumulasi cairan (asites)

diakibatkan oleh kehilangan protein

plasma/cairan kedalam area peritoneal.

f) Dorong tirah baring bila ada asites.

Rasional : Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk

diuresis.

34
g) Berikan perawatan mulut sering; kadang-kadang beri es

batu (bila puasa).

Rasional : Menurunkan rasa haus.

Kolaborasi

h) Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan

natrium).

Rasional : Penurunan albumin serum mempengaruhi

tekanan osmotik koloid plasma,

mengakibatkan pembentukan edema.

Penurunan aliran darah ginjal menyertai

peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan

penggunaan diuretik (untuk menurunkan air

total tubuh) dapat menyebabkan berbagai

perpindahan/ ketidakseimbangan elektrolit.

i) Awasi seri foto dada.

Rasional : Kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi

pleural sering terjadi.

j) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.

Rasional : Natrium mungkin dibatasi untuk

meminimalkan retensi cairan dalam

ekstravaskuler.

35
k) Berikan albumin bebas garam/plasma ekpander sesuai

indikasi.

Rasional : Albumin mungkin diperlukan untuk

meningkatkan tekanan osmotik koloid

dalam kompartemen vaskuler

(pengumpulan cairan dalam area vaskuler),

sehingga meningkatkan volume sirkulasi

efektif dan penurunan terjadinya asites.

c. Diagnosa keperawatan 3

Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan gangguan sirkulasi/status metabolik. Akumulasi garam

empedu pada kulit. Turgor kulit buruk, penonjolan tulang, adanya

edema, asites.

1) Kriteria hasil yang diharapkan

a) Mempertahankan integritas kulit

b) Mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan

prilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit

2) Intervensi keperawatan

a) Lihat permukaan kulit/titik tekan secara rutin.

Rasional : Edema jaringan lebih cenderung untuk

mengalami kerusakan dan terbentuk

dekubitus.

36
b) Ubah posisi pada jadwal teratur, saat di kursi/tempat tidur.

Rasional : Pengubahan posisi menurunkan tekanan pada

jaringan edema untuk memperbaiki sirkulasi.

c) Tinggikan ekstremitas bawah.

Rasional : Meningkatkan aliran darah balik vena dan

menurunkan edema pada ekstremitas.

d) Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan.

Rasional : Kelembaban meningkatkan pruritus dan

meningkatkan resiko kerusakan kulit.

e) Gunting kuku jari hingga pendek.

Rasional : Mencegah pasien dari cedera tambahan pada

kulit khususnya bila tidur.

f) Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi.

Rasional : Mencegah ekskoriasi kulit dari garam

empedu.

g) Gunakan kasur bertekanan tertentu, kasur karton telur,

kasur air, kulit domba, sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan tekanan kulit, meningkatkan

sirkulasi, dan menurunkan resiko

iskemia/kerusakan jaringan.

37
h) Berikan losion kalamin, berikan mandi soda kue, berikan

kolestiramin (Questran) bila diindikasikan.

Rasional : Mungkin menghentikan gatal sehubungan

dengan ikterik, garam empedu pada kulit.

d. Diagnosa keperawatan 4

Resiko tinggi terhadap tak efektif pola pernapasan berhubungan

dengan pengumpulan cairan intra abdomen (asites). Penurunan

ekspansi paru, akumulasi sekret. Penurunan energi, kelemahan.

1) Kriteria hasil yang diharapkan

a) Mempertahankan pola napas efektif

b) Bebas dispnea dan sianosis

c) Kapasitas vital dalam rentang normal

2) Intervensi keperawatan

a) Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan.

Rasional : Pernapasan dangkal cepat/dispnea mungkin

ada sehubungan dengan hipoksia dan/atau

akumulsi cairan dalam abdomen.

b) Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronki.

Rasional : Menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh

adanya bunyi tambahan menunjukkan

akumulasi cairan/sekresi) meningkatkan

resiko infeksi.

38
c) Selidiki perubahan tingkat kesadaran.

Rasional : Perubahan mental dapat menunjukkan

hipoksemia dan gagal pernapasan, yang

sering disertai koma hepatik.

d) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.

Rasional : Memudahkan pernapasan dengan

menurunkan tekanan pada diafragma dan

meminimalkan ukuran aspirasi sekret.

e) Ubah posisi dengan sering, dorong napas dalam, latihan dan

batuk.

Rasional : Membantu ekspansi paru dan mobilisasi

sekret.

f) Awasi suhu, catat adanya menggigil.

Rasional : Menunjukkan timbulnya infeksi.

g) Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.

Rasional : Mungkin perlu untuk mengobati/ mencegah

hipoksia.

h) Bantu dengan alat-alat pernapasan, contoh spirometri

intensif, tiupan botol.

Rasional : Menurunkan insiden atelektasis,

meningkatkan mobilitas sekret.

39
e. Diagnosa keperawatan 5

Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan profil darah

abnormal, gangguan faktor pembekuan (penurunan produksi

protrombin, fibrinogen dan pengeluaran tromboplastin).

1) Kriteria hasil yang diharapkan

a) Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan

b) Menunjukan prilaku menurunkan resiko perdarahan

2) Intervensi keperawatan

a) Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-gejala perdarahan GI,

contoh periksa semua sekresi untuk adanya darah warna

cokelat atau samar.

Rasional : Traktus GI (gastointestinal) paling biasa

untuk sumber perdarahan sehubungan

dengan mukosa yang mudah rusak.

b) Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu

atau lebih.

Rasional : Subakut dapat terjadi sekunder terhadap

gangguan faktor pembekuan.

c) Catat perubahan mental/tingkat kesadaran.

Rasional : Perubahan dapat menunjukkan penurunan

perfusi jaringan serebral sekunder terhadap

hipovolemia, hipoksemia.

40
d) Hindari pengukuran suhu rektal; hati-hati memasukkan

selang GI.

Rasional : Rektal dan vena esofageal paling rentan

untuk robek.

e) Dorong menggunakan sikat gigi halus, pencukur elektrik,

hindari mengejan saat defekasi, meniupkan hidung dengan

kuat dan sebagainya.

Rasional : Pada adanya gangguan faktor pembekuan,

trauma minimal dapat menyebabkan

perdarahan mukosa.

f) Gunakan jarum kecil untuk injeksi. Tekan lebih lama pada

bagian bekas suntikan.

Rasional : Meminimalkan kerusakan jaringan,

menurunkan resiko perdarahan/hematoma.

Kolaborasi

g) Awasi Hb (Hemoglobin) dan faktor pembekuan.

Rasional : Indikator anemia, perdarahan aktif atau

terjadinya komplikasi.

41
h) Bantu dalam memasukkan/mempertahankan selang

GI/esofageal (contoh selang Sengstaken-Lakemore).

Rasional : Sementara mengontrol perdarahan varises

esofagus bila kontrol yang lain tidak mampu

(contoh lavase) dan stabilitas hemodinamika

tidak dapat ditinggikan.

f. Diagnosa keperawatan 6

Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan

perubahan fisiologis, peningkatan kadar amonia serum,

ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim/obat tertentu.

1) Kriteria hasil yang diharapkan

a) Mempertahankan tingkat mental/orientasi kenyataan

b) Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk

mencegah/meminimalkan perubahan mental

2) Intervensi keperawatan

a) Observasi perubahan perilaku dan mental.

Rasional : Pengkajian terus menerus terhadap perilaku

dan status mental penting karena fluktuasi

alam dari koma hepatik.

b) Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan

mental pasien.

Rasional : Memberikan dasar untuk perbandingan

dengan status saat ini.

42
c) Dukung dan dorong pasien; berikan perawatan dengan

positif, perilaku bersahabat.

Rasional : Pemberian perawatan kadang-kadang

memungkinkan penilaian perasaan untuk

mempengaruhi perawatan pasien dan

kebutuhan untuk membuat upaya untuk

membantu pasien merasakan nilai pribadi.

d) Orientasikan kembali, waktu, tempat, orang sesuai

kebutuhan,

Rasional : Membantu dalam mempertahankan

orientasi kenyataan, menurunkan

bingung/ansietas.

e) Berikan perawatan secara berkelanjutan, bila mungkin,

tetapkan perawat selama periode tertentu.

Rasional : Pengenalan memberikan keyakinan,

membantu dalam menurunkan ansietas, dan

memberikan lebih banyak dokumen akurat

terhadap perubahan.

f) Pertahankan tirah baring, bantu aktivitas perawatan diri.

Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik hati,

mencegah kelelahan, dan meningkatkan

penyembuhan, menurunkan resiko

pembentukan amonia.

43
g) Pertahankan kenyamanan, lingkungan tenang, dan

pendekatan lambat, kegiatan tenang.

Rasional : Menurunkan rangsangan berlebihan/

kelebihan sensori, meningkatkan relaksasi.

h) Pasang pengaman tempat tidur dan beri bantalan bila perlu.

Berikan pengawasan ketat.

Rasional : Menurunkan resiko cedera bila bingung,

kejang, atau bila terjadi perilaku merusak.

i) Catat terjadinya/adanya ikterik, fetor hepatikum, aktivitas

kejang.

Rasional : Meningkatkan kadar amonia serum,

peningkatan resiko berlanjutnya

ensefalopati.

Kolaborasi

j) Bantu dalam proses sesuai indikasi contoh, dialisa,

plasmapferesis, atau perfusi hati ekstrakorporeal.

Rasional : Mungkin digunakan untuk mengurangi

kadar amonia serum jika terjadi

ensefalopati/tindakan lain tidak berhasil.

44
g. Diagnosa keperawatan 7

Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan

biofisika/gangguan penampilan fisik. Prognosis yang meragukan,

perubahan peran fungsi, pribadi rentan.

1) Kriteria yang diharapkan

a) Menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan

diri pada situasi yang ada.

b) Mengidentifikasi perasaan dan metode koping terhadap

persepsi diri negatif.

2) Intervensi keperawatan

a) Diskusikan situasi/dorong pernyataan takut/masalah

Rasional : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan

tubuh dan juga mengalami perasaan

bersalah bila penyebab berhubungan

dengan alkohol atau penggunaan obat lain.

b) Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan dengan

positif, perilaku bersahabat.

Rasional : Pemberian perawatan kadang-kadang

memungkinkan penilaian perasaan untuk

mempengaruhi perawatan pasien dan

kebutuhan untuk membuat upaya untuk

membantu pasien merasakan nilai pribadi.

45
c) Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan

perasaan, berkunjung/berpartisipasi pada perawatan.

Rasional : Anggota keluarga dapat merasa bersalah

tentang kondisi pasien dan takut terhadap

kematian. Kebutuhan dukungan emosi tanpa

penilaian dan bebas mendekati pasien.

Partisipasi pada perawatan membantu

mereka merasa berguna dan meningkatkan

kepercayaan antara staf, pasien dan orang

terdekat.

d) Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan

pada penampilan; anjurkan memakai baju yang tidak

menonjolkan gangguan penampilan contoh menggunakan

pakaian merah, biru, atau hitam.

Rasional : Pasien dapat menunjukkan penampilan

kurang menarik sehubungan dengan ikterik,

asites, area ekimosis. Memberikan dukungan

dapat meningkatkan harga diri dan

meningkatkan rasa kontrol.

46
Kolaborasi

e) Rujuk ke pelayanan pendukung, contoh konselor, sumber

psikiatrik, pelayanan sosial, pendeta, dan/atau program

pengobatan alkohol.

Rasional : Peningkatan kerentanan/masalah

sehubungan dengan penyakit ini

memerlukan sumber profesional pelayanan

tambahan.

h. Diagnosa keperawatan 8

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat,

kesalahan interpretasi. Ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber

informasi.

1) Kriteria hasil yang diharapkan

a) Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis

b) Menghubungkan gejala dengan faktor penyebab

c) Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam

perawatan.

2) Intervensi keperawatan

a) Kaji ulang proses penyakit/prognosis dan harapan yang

akan datang.

Rasional : Memberikan dasar pengetahuan pada pasien

yang dapat membantu pilihan informasi.

47
b) Tekankan pentingnya menghindari alkohol.

Rasional : Alkohol dapat menyebabkan terjadinya

hepatoma.

c) Informasikan pasien tentang efek gangguan karena obat

pada sirosis dan pentingnya penggunaan obat yang hanya

diresepkan atau dijelaskan oleh dokter yang mengenal

riwayat pasien.

Rasional : Beberapa obat bersifat hepatotoksik

(khususnya narkotik, sedatif, dan hipnotik).

Selain itu kerusakan hati telah menurunkan

kemampuan metabolisme semua obat,

potensial efek akumulasi dan/atau

meningkatnya kecenderungan perdarahan.

d) Kaji ulang prosedur untuk mempertahankan fungsi pirau

peritoneovena bila ada.

Rasional : Pemasangan pirau Denver memerlukan

pemompaan bilik untuk mempertahankan

patensi alat. Pasien dengan pirau leveen

dapat menggunakan pengikat abdomen

dan/atau melakukan gerakan Valsalva untuk

mempertahankan fungsi pirau.

48
e) Tekankan perlunya mengevaluasi kesehatan dan mentaati

program terapeutik.

Rasional : Sifat penyakit kronis mempunyai potensial

untuk komplikasi mengancam hidup.

Memberikan kesempatan untuk evaluasi

keefektifan program termasuk patensi pirau

yang digunakan.

f) Diskusikan pembatasan natrium dan garam serta perlunya

membaca label makanan/obat yang dijual bebas.

Rasional : Meminimalkan asites dan pembentukan

edema. Penggunaan berlebihan bahan

tambahan mengakibatkan ketidak

seimbangan elektrolit lain. Makanan, produk

yang dijual bebas/pribadi (contoh antasida,

beberapa pembersih mulut) dapat

mengandung natrium.

g) Tingkatkan aktivitas hiburan yang dapat dinikmati pasien.

Rasional : Mencegah kebosanan dan meminimalkan

ansietas dan depresi.

49
h) Dorong menjadwalkan aktivitas dengan priode istirahat

adekuat.

Rasional : Istirahat adekuat menurunkan kebutuhan

metabolik tubuh dan meningkatkan

simpanan energi untuk regenerasi jaringan.

i) Identifikasi bahaya lingkungan.

Rasional : Dapat mencetuskan kekambuhan.

j) Anjurkan pasien/orang terdekat melihat tanda/gejala yang

perlu pemberitahuan pada pemberi perawatan, contoh

peningkatan lingkar abdomen; peningkatan/penurunan berat

badan cepat; peningkatan edema perifer; peningkatan

dispnea, demam; darah pada feses atau urine; perdarahan

berlebihan dalam bentuk apapun, ikterik.

Rasional : Pelaporan segera tentang gejala menurunkan

resiko kerusakan hati lebih lanjut dan

memberikan kesempatan untuk mengatasi

komplikasi sebelum mengancam hidup.

50
k) Instruksikan orang terdekat untuk memberitahu pemberi

perawatan akan adanya bingung, tidak rapi, tidur berjalan,

tremor, atau perubahan kepribadian.

Rasional : Perubahan (menunjukkan penyimpangan)

dapat lebih tampak oleh orang terdekat,

meskipun adanya perubahan dapat dilihat

oleh orang lain yang jarang kontak dengan

pasien.

5. Implementasi

Implementasi mengacu pada pelaksanaan rencana keperawatan

yang sudah disusun. Perawat memikul tanggung jawab untuk

implementasi tetapi melibatkan pasien dan keluarga, anggota tim

keperawatan dan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kebutuhan.

Implementasi mencakup pelaksanaan intervensi yang ditujukan untuk

mengatasi diagnosa keperawatan dan masalah-masalah kolaboratif

pasien serta memenuhi kebutuhan pasien (Smeltzer, 2002).

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan

diarahkan untuk menentukan respon pasien terhadap intervensi

keperawatan dan sebatas mana tujuan-tujuan sudah tercapai. Rencana

keperawatan memberikan landasan bagi evaluasi, diagnosa

51
keperawatan, masalah-masalah kolaboratif, tujuan-tujuan, intervensi

keperawatan, dan hasil yang diperkirakan memberikan panduan yang

spesifik yang menentukan fokus evaluasi (Smeltzer dan Bare, 2001).

Kualitas asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat proses

(formatif) dan dengan melihat hasilnya (sumatif).

a. Evaluasi Proses

Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari

proses keperawatan yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada

saat memberikan intervensi dengan respons segera.

Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan

keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas

intervensi tersebut.

b. Evaluasi Hasil

Fokus evaluasi hasil (sumatif) yang merupakan rekapitulasi dari

hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.

Untuk dokumentasi evaluasi yang memenuhi standar,

dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan aplikasi prinsip ukuran dan

proses evaluasi. Proses ini kemungkinan hanya dipakai jika tujuan

dapat diukur, kepekaan pada pasien tentang kemampuan mencapai

status tujuan, kesadaran tentang faktor lingkungan, sosial dan sistem

pendukung memadai. Di samping itu, evaluasi juga digunakan sebagai

alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang

52
membuktikkan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai, atau tercapai

sebagian (Hidayat, 2001).

Untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai, sebagian tercapai

dan tidak tercapai dapat dibuktikan dari perilaku pasien. Tujuan

tercapai jika pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau

tanggal yang telah ditentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan.

Tujuan sebagian tercapai jika pasien telah mampu menunjukkan

perilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang

telah ditentukan. Tujuan tidak tercapai jika pasien tidak mampu atau

tidak mau sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan, sesuai

dengan tujuan yang telah ditentukan (Lismidar, 2005).

53
BAB III

LAPORAN KASUS

Asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa medis Hepatoma di

Ruang Non Bedah Dahlia RSUD Tarakan pada tanggal 26 Juli sampai 28 Juli

2012. Secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan yang

mencangkup dari aspek kehidupan baik bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural.

Asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari

pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian, penulis mengumpulkan data dari klien,

perawat ruangan, catatan medik Tn. Y dengan Hepatoma di Ruang Perawatan

Non Bedah Dahlia RSUD Tarakan. Dalam proses pengkajian penulis juga

melakukan pemeriksaan fisik dan observasi langsung pada Tn. Y yang

dilakukan pada tanggal 26 Juli 2012.

Biodata klien, nama klien Tn. Y, usia 50 tahun, status perkawinan nikah,

jenis kelamin Laki-laki, agama Kristen, suku Dayak, pendidikan tidak

sekolah, alamat Okang Sekatak, masuk rumah sakit tanggal 22 Juli 2012, no

register 1791xx, diagnosa medis Hepatoma.

54
1. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan Utama

Klien mengatakan masuk rumah sakit pada tanggal 22 Juli 2012

dengan keluhan nyeri pada perut sebelah kanan.

Pada saat pengkajian tanggal 26 Juli 2012 klien mengatakan nyeri

pada perut sebelah kanan.

b. Riwayat Penyakit

Keluarga klien mengatakan klien masuk rumah sakit pada tanggal

22 Juli 2012. Awalnya klien mengatakan nyeri pada daerah perut

sebelah kanan kemudian klien dibawah oleh keluarga ke Puskesmas

Sekatak untuk selanjutnya diperiksa keadaannya. Lalu setelah dari

Puskesmas Sekatak pasien di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah

Tarakan. Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan masih

nyeri pada daerah perut sebelah kanan, Klien mengatakan nyeri

bertambah berat saat makan dan bergerak nyeri sedikit terasa. Klien

juga mengatakan nyeri berkurang apabila klien sedang beristirahat,

nyeri hilang timbul dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk. Klien

mengatakan skala nyeri sedang dengan durasi kurang lebih 4 sampai 7

menit. klien terlihat kesakitan pada perut sebelah kanan dan klien

terlihat memegang perutnya. Klien mengatakan sesak, tampak terlihat

klien sesak, klien mengatakan sesak, tampak terlihat klien sesak. Klien

mengatakan tidak tahu mengenai perutnya yang terjadi pembesaran

dan sakit yang dideritanya. Klien mengatakan batuk kurang lebih 2

55
bulan, tampak klien batuk berdahak. Klien tampak meringis kesakitan.

Klien tampak gelisah.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan penyakit yang dialami pada masa kanak-kanak

demam, batuk, pilek. Klien mengatakan pada saat masih kecil tidak

dilakukan imunisasi. Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap

makanan dan obat-obatan, Klien mengatakan dahulu waktu masih

muda pernah mengkonsumsi minuman alkohol kurang lebih sekitar 3

tahun saat berusia 27 tahun dan berhenti minum alkohol ± usia 30

tahun. Klien mengatakan sakit pembesaran pada hatinya kurang lebih

sudah 3 bulan. Klien mengatakan pada saat sakit saja baru klien pergi

ke Puskesmas Sekatak dengan rutin minum obat. Klien mengatakan

baru mendapatkan perawatan di rumah sakit, dan selama ini hanya

berobat ke Puskesmas Sekatak.

d. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit seperti dirinya, klien mengatakan hanya klien yang

menderita sakit seperti sekarang, klien mengatakan didalam

keluarganya sejauh ini hanya menderita demam biasa, batuk, pilek,

hipertensi dan didalam keluarganya tidak ada yang mempunyai

penyakit alergi terhadap obat-obatan.

56
e. Genogram

X? X? X? x?

? 50 ?
? 48 X

28 20
6

Bagan 3.1 Genogram Pada Tn. Y

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keturunan

: Klien

: Tinggal serumah

: Menikah

? : Umur tidak diketahui

Kedua orang tua dan mertua klien telah meninggal dunia.

Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Klien memiliki 2

orang anak. Anak-anak klien dalam keadaan sehat. Klien tinggal

bersama anak-anaknya.

57
2. Data Psiko-Sosial Ekonomi

Saat di rumah, klien mengatakan perannya di dalam keluarga sebagai

kepala keluarga. Klien mengatakan hanya istrinya yang paling dekat

dengannya. Klien mengatakan yang dipercaya untuk membantu klien

dalam kesulitan adalah istrinya, klien mengatakan tidak ikut dalam

kegiatan yang ada pada masyarakat.

Setelah masuk rumah sakit, klien mengatakan saat ini hanya terbaring

di rumah sakit dan sang istri yang selalu menemani dirinya. Kegiatan yang

biasa dilakukan hanya berbaring dan duduk di tempat tidur. Dan berharap

agar cepat sembuh. Klien tampak bingung, klien mengatakan tidak tahu

mengenai sakit yang dialaminya sekarang, Klien mengatakan tidak tahu

penyebab bengkak pada perutnya.

3. Data Spiritual

Klien mengatakan menganut agama kristen, klien mengatakan

sebelum masuk rumah sakit rajin ke gereja. Namun meskipun saat ini

sakit, klien mengatakan tetap berdoa dan percaya kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

4. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi

Klien mengatakan saat di rumah pola makan biasanya sebanyak 3

kali sehari dengan porsi makan dihabiskan dengan menu makan

bervariasi yang terdiri dari ikan, daging, nasi, dan sayur. Klien

mengatakan tidak ada pantangan terhadap makanan. Klien mengatakan

58
selera makannya baik. Pemenuhan makan dan minum melalui oral.

Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan mengunyah maupun

menelan.

Klien mengatakan setelah masuk rumah sakit makan bubur, klien

mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi tidak di habiskan hanya

½ porsi saja. Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan. Klien

mengatakan habis makan ada perasaan mual. klien tampak mual.

b. Cairan

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien minum

dengan frekuensi minum ± 1 botol air mineral ukuran 1500 ml.

Klien mengatakan setelah masuk rumah sakit. Klien mengatakan

minum air putih ± setengah 750cc botol air mineral ukuran 1500ml ,

RL 3 kolf per hari = 1500cc. Jadi 1500cc + 750cc = 2250 cc

c. Eliminasi

Saat di rumah, klien mengatakan pola eliminasi dengan frekuensi

BAK 3 kali sehari, klien mengatakan tidak ada kesulitan pada saat

BAK, klien mengatakan BAB 2 kali sehari dengan warna kuning

dengan konsistensi lunak.

Setelah masuk rumah sakit klien mengatakan sering BAK dengan

frekuensi BAK 3 sampai 4 kali sehari. Warna urin warna kuning pekat

seperti teh, klien mengatakan BAB jarang 2 hari 1 kali dengan warna

hitam (melena) dengan konsistensi lunak.

59
Balance Cairan
IWL = 8 – 10cc/kgBB/hari
= 8 x 44 kg
= 352 cc
SWL:
Urine = 0,5 – 1cc/kgBB/24 jam
= 0,5 x 44 x 24
= 528 cc
BAB = Jumlah BAB x 50 – 500
= 1 x 100
= 100
Muntah = –
Jadi total SWL= Urine + BAB + Muntah
= 528 + 100 + 0
= 628 cc
Pengeluaran = IWL + SWL
= 352 + 628
= 980 cc
Rumus jika terjadi peningkatan suhu tubuh :
= A + 200 (Ssi – 36,80C)
= 980 + 200 (37,60C – 36,80C)
= 980 + 200 (0,8)
= 980 + 160
= 1140
Rumus kehilangan cairan
= input– output
= 2250-1140
= + 1110 cc

60
d. Pola Tidur dan Istirahat

Saat di rumah klien mengatakan tidur siang mulai jam 14.00

sampai jam 15.00, dan tidur malam dari jam 22.00 sampai jam 05.00.

Setelah masuk rumah sakit klien mengatakan pola tidurnya tidak

teratur, dikarenakan apabila malam batuk yang dialami klien sering

datang saat mau tidur/malam. Tidur malam jam 22.30 sampai jam

04.00 subuh.

e. Aktivitas Gerak

Saat di rumah klien mengatakan makan, mandi, berpakaian di

lakukan secara mandiri. Bekerja sebagai petani untuk mencari nafkah.

Klien mengatakan tidak memakai alat bantu berjalan seperti tongkat

dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Saat di rumah sakit, klien mengatakan sulit untuk banyak

bergerak karena perut yang mengalami pembesaran/bengkak. keluarga

klien mengatakan aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh klien hanya

duduk dan merubah posisinya di tempat tidur. Segala kebutuhan klien

dibantu oleh keluarga selama dirawat di rumah sakit.

f. Personal Hygiene

Saat di rumah klien mengatakan mandi dua kali sehari

menggunakan sabun, cuci rambut dua kali sehari menggunakan

shampo. Saat di rumah, klien mengatakan ia biasa mandi dua kali

sehari. Klien mengatakan tidak menggosok giginya sehabis mandi

61
dikarenakan gigi tidak ada. Keluarga klien mengatakan klien

memotong kukunya jika sudah panjang.

Saat di rumah sakit klien menggatakan setelah masuk rumah

sakit klien tidak pernah mandi, klien tidak pernah mengganti

celananya. Klien tampak kusam, Kuku jari klien tampak panjang dan

kotor.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Sakit

Klien meringis kesakitan dan tampak lemah

b. Tanda-Tanda Vital

1) Kesadaran umum

Tingkat kesadaran klien adalah Compos Mentis dengan skala GCS

15 dengan E4 V5 M6.

2) Tekanan darah : 100/60 mmHg

MAP : 100+ 2 x 60 = 100+120 = 220 = 73,3

3 3 3

3) Nadi : 68 x/menit

4) Suhu : 37,6 º C aksila

5) Frekuensi pernapasan : 26 x/menit

c. Antropmetri : BB: 44 Kg, TB : 150 cm, LILA: 23 cm

62
d. Pemeriksaan Sistemik

1) Kepala

Bentuk kepala oval, warna rambut hitam, terlihat kusam,

tidak tampak benjolan distribusi merata tidak tampak ketombe,

tidak ada benjolan, tidak ada bekas sikatrik, kulit kembali kurang

dari 3 detik.

2) Wajah

Wajah klien terlihat simetris, tidak terdapat lesi pada daerah

wajah. Kulit wajah klien tidak sianosis. Pada saat dipalpasi tidak

ada nyeri tekan. Tidak teraba tumor, edema atau benjolan.

Pada pemeriksaan nervus kranial V (Trigeminus) klien dapat

merasakan sentuhan kapas. Saat dilakukan refleks kornea mata

klien dapat berkedip baik kiri maupun kanan. Pada pemeriksaan

nervus kranial VII (fasialis) klien diminta untuk mengangkat

alisnya, klien dapat melakukannya. Klien dapat tersenyum.

3) Mata

Penyebaran bulu mata merata dan alis mata simetris, ukuran

pupil 3 mm pupil isokor, fungsi penglihatan mengalami penurunan

agak kabur, tidak terdapat tanda-tanda radang, tampak sklera

ikterik, konjungtiva anemis dan tidak terdapat ptosis. Tidak

terdapat adanya benjolan, pembengkakan. Pada saat dipalpasi tidak

terdapat adanya nyeri tekan di area mata klien.

63
Pemeriksaan nervus kranial II (Optikus), klien tidak dapat

membaca dalam jarak pandang tertentu. Hal ini dikarenakan,

penglihatan klien terasa kabur dan hanya dapat melihat jari-jari

dalam jarak ± 1 meter. Pemeriksaan nervus kranial III

(Okulomotoris) dan IV (Trokhlearis), klien tidak mengalami

nistagmus maupun diplopia. Bola mata klien dapat mengikuti 8

sisi yang dilakukan pada saat pemeriksaan. Pada pemeriksaan

nervus kranial VI (Abdusen) pupil klien miosis dan isokor saat

diberi rangsangan cahaya.

4) Hidung

Tidak ada reaksi alergi, membran mukosa lembab, tidak

terjadinya perdarahan (epitaksis), septum berada di tengah, tidak

ada polip, fungsi penciuman klien baik saat ditandai dengan bau

kopi dan jeruk. Pada pemeriksaan nervus kranial I (Olfaktorius)

klien mampu membedakan bau-bauan seperti jeruk dan kopi.

Patensi jalan napas klien baik dan tidak ada nyeri tekan di daerah

hidung klien.

5) Mulut dan tenggorokan

Bibir tampak kering, terdapat lubang gigi, dan karang gigi,

klien tidak ada kesulitan menelan dan berbicara, tidak terdapat

stomatitis.

Pada pemeriksaan nervus kranial VII (Fasialis) dilakukan uji

pengecapan dan didapatkan hasil sebagai berikut:

64
1) Gula : Klien mengatakan manis pada daerah 1/3 lidah.

2) Kopi : Klien mengatakan pahit pada daerah 1/3 lidah.

3) Garam : Klien mengatakan asin pada daerah 1/3 lidah.

4) Jeruk : Tidak dilakukan

Pemeriksaan nervus kranial IX (Glosofaringeus) terlihat

adanya uvula dan palatum mole. Selain itu, terdapat refleks muntah

dan refleks menelan pada pemeriksaan nervus kranial X (Vagus).

Pemeriksaan nervus kranial XII (Hipoglosus) klien dapat

mengerakkan lidahnya keluar masuk. Bibir klien tidak sianosis dan

tidak pucat, tidak terdapat lesi dan benjolan. Dan pada saat klien

berbicara, kata-kata klien terdengar jelas.

6) Telinga

Daun telinga simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga

terdapat serumen, fungsi pendengaran baik. Untuk pemeriksaan

nervus kranial VIII (Auditorius), klien masih dapat mendengarkan

suara gesekan jari.

7) Leher

Tidak ada pembengkakan pada bagian leher, posisi trakhea

berada ditengah, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk negatif.

Pada saat pemeriksaan nervus kranial XI (Asesorius), Namun

untuk kekuatan otot Trapezius, pada pundak/punggung klien hanya

mampu memberikan perlawanan.

65
8) Thorak

Bentuk dada klien normochest, perbandingan anterior-

posterior dan transversal 2 : 1. Gerakan dada klien simetris antara

kiri dan kanan. pernapasan ronkhi, bunyi paru sonor. klien

mengalami batuk. Saat dipalpasi tidak terdapat adanya nyeri tekan

di daerah dada.

9) Jantung

Terlihat dan teraba denyut ictus cordis ICS 5, saat di

auskultasi terdengar bunyi jantung 1 mitral dan trikuspid di ICS 4

dan 5 dan bunyi jantung 2 aorta dan pulmonal di ICS 2 sternalis.

Capillary Refilling Time 2 detik. Jantung dalam batas normal,

tidak terjadi adanya pembesaran jantung (kardiomegali). Batas atas

jantung intercosta 2-3, Batas bawah jantung intercosta 4-5.

10) Abdomen

Warna kulit tidak merata, bunyi bising usus 6 kali/menit

Terdapat pembesaran hati pada kuadaran kanan atas ICS 5, sampai

kuadran kanan bagian bawah batas samping kebelakang pinggang,

terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak terdapat pembesaran

ginjal bising usus 6 kali/menit, pada kuadran kanan atas dekat area

umbilikus. Hati pekak saat di perkusi dibagian kuadran kanan dan

saat diperkusi kuadran sebelah kiri bunyinya redup, umbilikus

berada di tengah, badan klien tampak ikterik. Tidak terdapat

66
sianosis maupun lesi. Tampak asites pada klien. Saat diperkusi

didaerah kuadran kiri atas dan bawah terdengar redup.

11) Lengan dan Tungkai

Pergerakan sendi normal, warna kulit ikterik, tampak edema

pada kaki kiri dan kanan dengan derajat edema I (pada saat

dilakukan pitting terlihat cepat menghilang). Tidak terdapat

deformitas. Tidak terdapat nyeri tekan maupun nyeri saat tungkai

bawah digerakkan. Pada saat dilakukan pemeriksaan refleks patella

terlihat adanya ekstensi pada tungkai bawah klien. Serta refleks

babinski klien (+), hal ini terlihat karena hasilnya kaki klien

tampak dorso fleksi. Dan terlihat plantar fleksi pada kaki, saat

dilakukan pemeriksaan refleks Achilles. Bagian tubuh klien

tampak lemah turgor kulit tidak elastis.

Kekuatan otot

5 5

5 5

12) Columna Vertebralis

Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada nyeri

tekan pada daerah vertebra.

67
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium (Kamis, 22 uli 2012)

Darah lengkap nilai normal

WBC : 8,7 x 10³ /µl (4 – 10 ribu/Ul)

RBC : 3,41 x 10¹º /µl (lk; 4,5 – 6,0 / pr ; 4,0 – 5,5 )

HGB : 9,5 g / dl (lk ; 40 – 18/pr ; 12 - 16)

HCT : 30,9 % (lk ; 40 – 48/pr ; 37 - 43)

MCV : 90,6 / fl (82 – 92 fl)

MCH : 27, 3 pg (27 – 31 pg)

MCHC : 32,6 g/dl (32 – 37 pg)

PLT : AG 224 x 10³ /µl (151 – 4000x 10 UI)

b. Pemeriksaan Tanggal (22 Juli 2012)

Bilirubin Total : 1,3 mg/dl (BBL < 5; bayi <1,5; dws< 1,1)

Bilirubin Derek : 0,9 mg/dl (< 0,40 mg/dl)

c. Pemeriksaan Tanggal (22 Juli 2012)

Pemeriksaan GDS 218mg/dl (<140 mg/dl)

Kreatinin 0,7 (lk:0.6-1,3 pr:0,3-1,0)

SGOT 240 µ /l (<40µ /l)

SGPT 425 µ /l (<41 µ/l)

d. Pemeriksaan USG Tanggal (23 Juli 2012)

Hepar : - gambar multiple nodul dilobus kanan dan kiri hepatoma

- Asites (+)

68
7. Terapi

IVFD Ringer Laktat 20 Tetes per menit

Cefriaxone 1 ampul/18 jam

Ranitidine 1 ampul/12 jam

Paracetamol 3 x 500 mg

Curcuma 3 x 1sehari

8. Data Fokus

a. Data Subjektif

1) Klien mengatakan nyeri bertambah pada daerah perutnya sebelah

kanan atas

2) Klien mengatakan nyeri bertambah berat saat makan dan bergerak

nyeri sedikit terasa

3) Klien mengatakan nyeri berkurang apabila klien sedang beristirahat

4) Klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan karakteristik seperti

tertusuk-tusuk

5) Klien mengatakan skala nyeri sedang dengan durasi kurang lebih 4

sampai 7 menit

6) Klien mengatakan sesak

7) Klien mengatakan tidak mengetahui secara pasti mengenai

perutnya yang terjadi pembesaran dan sakit yang dideritanya

8) Klien mengatakan setelah masuk rumah sakit klien tidak pernah

mandi

9) Klien mengatakan tidak pernah mengganti celananya

69
10) Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi tidak di

habiskan hanya ½ porsi saja.

11) Klien mengatakan habis makan ada perasaan mual

12) Klien mengatakan batuk kurang lebih 2 bulan

13) Klien mengatakan dengan warna hitam (melena)

b. Data objektif

1) Klien terlihat kesakitan pada perut sebelah kanan dan klien terlihat

memegang perutnya

2) Klien tampak meringis kesakitan

3) Tampak pembesaran hati pada kuadaran kanan atas

4) Klien terlihat sesak

5) Klien tampak gelisah

6) Klien tampak bingung

7) Klien tampak mual

8) Klien tampak kusam

9) Rambut klien tampak kasar

10) Badan klien tampak ikterik

11) Konjungtiva tampak anemis

12) Saat diraba badan klien terasa panas

13) Klien tampak batuk berdahak

14) CRT kembali dalam 4 detik

15) Suhu= 37,60C (sub febris)

16) Nadi= 68 x/menit

70
17) SGOT 240 µ /l

18) SGPT 425 µ /l

19) HGB : 9,5 g / dl

20) Intake = 2250 cc

21) Output = 1140 cc

22) Balance cairan = +1110 cc

23) Klien tampak kusam

24) Tampak asites pada klien

25) Kuku jari klien tampak panjang dan kotor

26) Tekanan darah : 100/60 mmHg

27) Frekuensi pernapasan = 26 kali/menit

28) Hasil USG : gambar multiple nodul di lobus kanan dan kiri :

hepatoma

29) Hasil USG : asites (+)

30) Tampak edema pada kaki kiri dan kanan, edema derajat 1

31) Tampak sklera ikterik.

32) Turgor kulit tidak elastis

9. Analisa Data

a. Pengelompokkan data 1

1) Data subjektif

a) Klien mengatakan kakinya bengkak kiri dan kanan

b) Klien mengatakan dengan warna hitam (melena)

71
2) Data objektif :

a) SGOT 240 µ /l

b) SGPT 425 µ /l

c) HGB 9,5 / dl

d) Tampak edema pada kaki kiri dan kanan, edema derajat 1

e) Tampak sklera ikterik

f) Badan klien tampak ikterik

g) Nadi : 68 kali/menit

h) CRT kembali dalam 4 detik

i) Tekanan darah: 100/60 mmhg

Masalah : Penurunan perfusi jaringan perifer

Penyebab : penurunan aliran darah

b. Pengelompokan data 2

1) Data Subjektif :

a) Klien mengatakan sesak

b) Klen mengatakan batuk kurang lebih 2 bulan

2) Data Objektif :

a) Klien terlihat sesak

b) Frekuensi Pernapasan = 26 x/menit

c) Terdengar batuk berdahak

c) Terdengar bunyi ronkhi

d) Klien tidak terlihat menggunakan otot bantu pernapasan

e) Pengembangan dada simetris kanan dan kiri

72
f) Hasil USG : gambar multiple nodul di lobus kanan dan kiri :

hepatoma

Masalah : Pola napas tidak efektif

Penyebab : adanya akumulasi cairan

c. Pengelompokan data 3

1) Data subjektif

a) Klien mengatakan minum air putih ± setengah botol air mineral

ukuran 1500ml

2) Data objektif :

a) Tekanan darah : 100/60 mmHg

b) Klien tampak lemah

c) Frekuensi Pernapasan = 68 kali/menit

d) Suhu = 37,60C

e) Input = 2250 cc

f) Output = 1140 cc

g) Balance cairan = +1110

h) Cairan infuse RL 3 Kolf

i) HGB 9,5 g/dl

j) HCT 30,9 %

k) tampak edema pada kaki kiri dan kanan, edema derajat 1

l) asites (+)

Masalah : Kelebihan volume cairan

Penyebab : kelebihan masukan cairan

73
d. pengelompokan data 4

1) Data subjektif

a) Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan atas

b) Klien mengatakan nyeri bertambah berat saat makan dan jika

bergerak nyeri sedikit terasa

c) Klien mengatakan nyeri bertambah saat makan dan bergerak

nyeri sedikit terasa

d) Klien mengatakan nyeri berkurang apabila klien sedang

beristirahat

e) Klien mengatakan nyeri dengan skala sedang dengan durasi

kurang lebih 4 sampai 7 menit

2) Data objektif :

a) Klien terlihat kesakitan pada perut sebelah kanan dan klien

terlihat memegang perutnya

b) Klien tampak meringis kesakitan

c) Klien tampak gelisah

d)Hasil USG : lobus kiri gambar multiple nodul di lobus kanan dan

kiri : hepatoma, asites (+)

e) Terdapat pembesaran hati pada kuadaran kanan atas ICS 5,

sampai kuadran kanan bagian bawah batas samping kebelakang

pinggang

Masalah : nyeri akut

Penyebab : pembesaran pada hati

74
e. Pengelompokan data 5

1) Data subjektif

a) klien mengatakan badannya terasa panas

2). Data objektif

a) Klien tampak lemah

b) Saat diraba badan klien terasa panas

c) Suhu = 37,60C

d) Frekuensi pernapasan = 26 kali/menit

e) Hasil USG : gambar multiple nodul di lobus kanan dan kiri :

hepatoma

Masalah : hipertermi

Penyebab : proses inflamasi, pembesaran fungsi hati

f. Pengelompokkan data 6

1) Data subjektif

a) Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi tidak di

habiskan hanya ½ porsi saja.

b) Klien mengatakan habis makan ada perasaan mual

2) Data objektif

a) Tampak sklera ikterik.

b) Klien tampak lemah

c) Mukosa bibir kering

d) Klien terlihat mual

e) BB = 44 kg

75
f) HB = 9,5 g/dl

Masalah: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Penyebab: anoreksia, mual

g. Pengelompokkan data 7

1) Data subjektif

a) Klien mengatakan setelah masuk rumah sakit klien tidak pernah

mandi

b) Klien mengatakan tidak pernah mengganti celananya

2) Data objektif

a) Klien tampak lemah

b) Klien tampak kusam

c) Rambut klien tampak kusam

d) Kulit kering

Masalah : defisit perawatan diri

Penyebab: ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kebersihan diri

h. Pengelompokkan data 7

1) Data Subyektif

a) Klien mengatakan tidak tahu secara pasti mengenai perutnya yang

terjadi pembesaran dan sakit yang dideritanya

2) Data objektif

a) Klien tampak bingung

Masalah : kurang pengetahuan

Penyebab : kurang terpajannya informasi mengenai penyakit

76
10. Penyimpangan KDM

Faktor Resiko:
Alkohol

Pembentukan jaringan parut Tidak dapat menanggung


volume darah terjadi
penekanan
Obstruksi di aliran darah

Distensi pembuluh darah Terjadi ruptur


Sel rusak
Kebocoran pembuuh
Merangsang Nociceptor
Kematian sel (sirosis hepatis) darah

Transduksi Hepatosit akan beregenerasi Kurang cairan perdarahan


intraseluler
Transmi Peningkatan sel abnormal Eritrosit
si
Produksi
Modulasi
metastasis aldesteron Nutrisi dan O2

persepsi Hepatomegali Peningkatan Iskemia


tekanan hidrostatik
Nyeri HEPATOMA Infark
Filtrasi cairan
Koping tidak efekitif
Penurunan Perfusi
Stimulus Retensi air dan Jaringan Perifer
kemoreceptor di Salah interpretasi ekskresi kalium
hipothalamus
Kurang informasi Mual, kembung, Penekanan
Asites dan edema
Peningkatan suhu anoreksia Diafragma
tubuh
Kurang
Pengetahuan Perubahan Nutrisi Kelebihan Paru-paru terdorong
Kurang dari Kebutuhan Volume
Hipertermi
Tubuh Cairan
a Distensi pernapasan

Pola Napas
Tidak Efektif
Bagan 3.2 : Penyimpangan KDM

Berdasarkan Kasus Tn. Y

77
11. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

aliran darah

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan masukan

cairan

c. Pola napas tak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi cairan

d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, pembesaran pada

fungsi hati

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual

f. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran pada fungsi hati

g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan kebersihan diri

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya

informasi mengenai penyakit

78
12. Perencanaan

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

aliran darah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan perfusi

individu yang tepat dengan kriteria hasil :

1) Kulit tidak kering

2) Tekanan darah : 120/80 mmHg

3) Nadi perifer 60-100 kali/menit

4) edema berkurang

Intervesi

1) Pantau tanda vital

2) Ajarkan dan anjurkan rentang gerak sering untuk kaki dan tumit

3) Anjurkan klien untuk tidak menggantungkan kaki pad tepi tempat

tidur

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan masukan

cairan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan pemasukan

dan pengeluaran seimbang dengan kriteria hasil :

1) Membran mukosa lembab

2) Tidak tampak edema

3) Turgor kulit baik

4) Hematokrit dalam batas normal

5) Input dan Output seimbang

79
Intervesi

1) Ukur masukan dan haluaran

2) Kaji tanda vital, nadi perifer, turgor kulit dan membrane mukosa

3) Dorong untuk tirah baring bila terjadi asites

c. Pola napas tak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi cairan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam di harapkan pola napas

kembali efektif dengan kriteria hasil :

1) Klien tidak sesak napas

1) Pernapasan 16-24 x/mnit

2) Tidak ada otot bantu pernapasan

3) Tidak ada pola napas dangkal dan dalam

Intervensi :

1) Kaji frekuensi dan kedalaman napas

2) Auskultasi bunyi napas

3) Berikan posisi semi fowler

d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, pembesaran pada

fungsi hati

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh dengan aktifitas kriteria hasil :

a) Suhu tubuh normal 36-37,50C

b) badan tidak terasa panas

c) tidak terjadi dehidrasi

80
d) Kulit tidak memerahan

Intervensi :

1) Pantau tanda-tanda vital khususnya suhu tubuh

2) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

3) Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan kompres hangat

4) Anjurkan untuk menggunakan baju yang dapat menyerap keringat

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nutrisi

klien terpenuhi kriteria hasil:

1) Mukosa bibir lembab

2) Klien menghabiskan porsi yang telah disediakan

3) Berat badan 45-55 kg

4) Nafsu makan meningkat

Intervensi :

1) Kaji nutrisi klien

2) Anjurkan dalam pemberian makanan sedikit tapi sering

3) Anjurkan untuk makan dalam keadaan hangat

4) Bantu dan dorong klien untuk makan

81
f. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran fungsi hati

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan nyeri

terkontrol dengan kriteria hasil :

1) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

2) Klien mampu mendemonstrasikan relaksasi napas dalam

3) Skala nyeri sedang (1-3)

4) Klien tampak rileks

Intervensi

1) Kaji keluhan dan skala nyeri

2) Memberikan lingkungan yang tenang

3) Anjurkan tekhnik relaksasi

4) Lakukan pemberian terapi analgesik

g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan kebsrsihan diri

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan

mampu memenuhi kebutuhan kebersihan diri dengan Kriteria hasil:

1) Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh

2) Klien mampu melakukan aktivitas kebersihan diri secara mandiri

3) Klien tampak segar

4) Klien tidak bau

5) Kulit tidak kering

Intervensi:

1) Ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman

82
2) Lakukan personal hygiene untuk kebersihan diri

3) Anjurkan keluarga untuk memberikan perawatan diri/kebersihan

diri

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya

informasi mengenai penyakit

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 30 menit diharapkan dapat

menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan

dengan kriteria hasil :

1) Dapat menyebutkan penyebab penyakit

2) Menyebutkan tanda dan gejala

Intervensi :

1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit

2) Berikan informasi mengenai penyakit yang dialami denan

memberikan penyuluhan/pendidikan keehatan

13. Implementasi

a) Diagnosa keperawatan IV

a) Kamis, 26 Juli 2012

Pukul : 17.25 WITA

Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman

Subyektif : Klien mengatakan nyaman dengan lingkungannya

disekitarnya.

Objektif : Klien terlihat tenang dan rileks

83
b) Pukul : 17.32 WITA

Mengkaji karakteristik nyeri, skala nyeri

Subyektif : Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan

nyeri seperti tertusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri

dengan skala sedang 5

Objektif : Klien terlihat memegang perutnya, klien tampak

meringis kesakitan

c) Pukul : 17.40 WITA

Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam

Subyektif : Klien mengatakan akan mengikuti anjuran yang

diberikan, klien mengatakan bisa mempraktikkannya

klien mengatakan sakit diperut masih seperti

tertusuk-tusuk.

Obyektif : Terlihat mengikuti dan mempraktekkan teknik

relaksasi yag diajarkan, skala nyeri sedang 5, klien

tampak meringis kesakitan.

d) Pukul : 17.00 WITA

Memantau tanda-tanda vital khususnya suhu tubuh

Subyektif : Klien mengatakan saat ini badannya terasa panas

Objektif : Tekanan darah: 100/80 mmhg, Nadi: 72 kali/menit,

Frekuensi pernapasan: 22 kali menit, Suhu:37,80C.

84
b) Diagnosa Keperawatan 5

a) Jum’at 27 Juli 2012

Pukul : 17.05 WITA

Melakukan kompres hangat pada Tn. Y

Subyektif : Klien badannya masih panas

Objektif : Suhu= 37,80C Tampak klien sedang di kompres

b) Pukul : 17.15 WITA

Menganjurkan untuk menggunakan baju yang dapat menyerap

keringat

Subyektif : Klien mengatakan akan mengikuti anjuran yang

diberikan

Objektif : -

c) Diagnosa Keperawatan 6

a) Kamis, 26 Juli 2012

Pukul : 17.50 WITA

Mengkaji nutrisi klien

Subyektif : Klien mengatakan makan tidak dihabiskan karena

perut terasa mual

Objektif : –

85
a) Pukul : 17.35 WITA

Menganjurkan dalam pemberian makanan sedikit tapi sering

Subyektif : Klien mengatakan akan mngikuti anjuran yang telah

diberikan.

Objektif : Klien tampak mengerti

b) Pukul : 17.44 WITA

Menganjurkan untuk makan dalam keadaan hangat

Subyektif : Klien mengerti dan akan makan-makanan yang

diberikan bila sudah ada dan dalam keadaan hangat

Objektif : Klien tampak mengerti dengan apa yang dianjurkan

d) Diagnosa Keperawatan I

a) Kamis, 26 Juli 2012

Pukul :17.55 WITA

Mengukur masukan dan haluaran

Subyektif : -

Objektif : Input = 2250 cc

Output = 1140 cc

Balance cairan = +1110cc

b) Pukul : 19.00 WITA

Mengkaji tanda vital, nadi perifer, turgor kulit dan membrane

mukosa

Subyektif : –

86
Objektif : Tekanan darah = 90/70mmhg, frekuensi pernapasan =

22kali/menit, Suhu = 36,50C, bibir tampak kering

c) Pukul : 19.10 WITA

Mendorong untuk tirah baring bila terjadi asites

Subyektif : Klien mengatakan sering dan berbaring

Objektif : Klien tampak berbaring

e) Diagnosa Keperawatan III

a) Kamis, 26 Juli 2012

Pukul : 19.17 WITA

Mengkaji frekuensi dan kedalaman napas

Subyektif : Klien mengatakan sesak dan masih batuk

Objektif : Klien terlihat sesak, frekuensi pernpasan = 26

kali/menit.

b) Pukul : 19.30 WITA

Mengauskultasi bunyi napas

Subyektif : Klien mengatakan masih batuk dan berlendir

Objektif : Ronkhi

c) Pukul : 19.45 WITA

Memberikan posisi semi fowler

Subyektif : Klien mengatakan nyaman dengan posisinya yang

sekarang

Objektif : Klien tampak nyaman dengan posisi semi powler

87
f) Diagnosa Keperawatan VII

a) Jumat 27 Juli 2012

Pukul : 10.15 WITA

Melakukan personal hygiene untuk kebersihan diri

Subyektif : Klien mengatakan sudah segar setelah mandi

Objektif : Klien tampak rapi, klien tampak segar

b) Pukul : 10.40 WITA

Menganjurkan keluarga untuk memberikan perawatan

diri/kebersihan diri

Subyektif : Istri klien mengatakan akan memandikan suaminya

walaupun hanya diseka-seka

Objektif : Istri klien tampak mengerti

g) Diagnosa Keperawatan VIII

a) Kamis 26 Juli 2012

Pukul : 09.51WITA

Mengkaji tingkat pemahaman proses penyakit

Subyektif : Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, klien

mengatakan mengerti penyebab penyaki yang di alami

Objektif : Klien tampak bingung

b) Sabtu 28 Juli 2012

Pukul : 20.36 WITA

Memberikan informasi mengenai penyakit yang dialami dengan

memberikan penyuluhan/pendidikan keehatan

88
Subyektif : Klien mengatakan sudah tahu sedikit penyebabnya

yaitu virus seperti kuman, karena minum-minuman

keras

Objektif : Klien tampak mengerti

h) Diagnosa keperawatan 2

a) Jumat 27 Juli 2012

Pukul : 07. 28 WITA

Mengajarkan dan menganjurkan rentang gerak sering untuk kaki

dan tumit

Subyektif : Klien mengatakan akan menggerakkan kaki dan tumit

dan akan mengikuti anjuran yang diberikan

Objektif : Klien dapat menggerakkan kaki

b) Pukul : 07.30 WITA

Menganjurkan klien untuk tidak menggantungkan kaki pada tepi

tempat tidur

Subyektif : Klien mengatakan akan mengikuti anjuran dan tidak

akan menggantungkan kakinya

Objektif : Klien terlihat berbaring dengan kaki diluruskan.

89
14. Evaluasi

1) Diagnosa Keperawatan I

Sabtu,28 juli 2012

Pukul: 21.00 WITA

Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penururan

aliran darah.

Subyektif : Klien mengatakan kaki masih bengkak

Objektif : Tekanan darah =100/80 mmHg, nadi = 72 kali/menit,

Tampak edema pada ekstremitas bawah, kulit kering

Analisa : Masalah teratasi sebagian

Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

2) Diagnosa Keperawatan II

Jumat,27 Juli 2012

Pukul : 07.22 WITA

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan masukan

cairan

Subyektif :–

Objektif : Input = 2250cc, output = 1140 balance cairan = +1110cc

turgor kulit kurang baik, bibir kering, masih tampak

asites, Hematokrit 30,9.

Analisa : Masalah belum teratasi

Perencanaan : Intervensi dihentikan

90
3) Diagnosa Keperawatan III

Jumat 27 Juli 2012

Pukul : 07.15WITA

Pola napas tak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi cairan.

Subyektif : Klien mengatakan tidak sesak, klien mengatakan masih

batuk disertai lendir

Obyektif : Pernapasan 20 x/menit, masih terdengar ronkhi, klien

tidak sesak, tidak ada otot bantu pernapasan

Analisa : Masalah teratasi sebagian

Perencanaan : Intervensi di lanjutkan

4) Diagnosa Keperawatan IV

Jumat 27 Juli 2012

Pukul : 17.00 WITA

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, pembesaran pada

fungsi hati

Subyektif : Klien mengatakan sudah tidak panas lagi

Objektif : Suhu = 36,20C

Analisa : Masalah teratasi

Perencanaan : Intervensi dihentikan

91
5) Diagnosa Keperawatan V

Sabtu 28 Juli 2012

Pukul : 08.00WITA

Subyektif : Klien mengatakan sudah mengikuti apa yang telah

dianjurkan.

Objektif : Mukosa bibir lembab, porsi dihabiskan

Analisa : Masalah teratasi

Perencanaan : Intervensi di hentikan

6) Diagnosa Keperawatan VI

Kamis, 27 juli 2012

Pukul: 09.50 WITA

Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran pada fungsi hati

Subyektif : Klien mengatakan nyeri masih terasa seperti tertusuk-

tusuk, klien mengatakan skala nyeri sedang 4, klien

mengatakan klien masih nyeri

Objektif : Klien tampak meringis, klien mampu

mempraktikkannya.

Analisa : Masalah teratasi sebagian.

Perencanaan : Intervensi di hentikan

92
7) Diagnosa Keperawatan VII

Kamis, 27 juli 2012

Pukul: 10.05WITA

Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan kebersihan diri

Subyektif : Klien mengatakan sudah nyaman dengan

lingkungannya, klien mengatakan jadi lebih segar

setelah mandi

Objektif : Klien tampak segar, klien tidak bau klien tampak rapi

Analisa : Masalah teratasi

Perancanaan : Intervensi dihentikan.

8) Diagnosa Keperawatan VIII

Rabu, 28 Juli 2012

Pukul 21.00 WITA

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya

informasi mengenai penyakit.

Subyektif : Klien mengatakan sudah mengerti dengan sakit yang

dialaminya dan tahu penyebabnya.

Obyektif : Klien tampak mengerti, klien tidak bingung lagi.

Analisa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpajannya informasi mengenai penyakit.

Perencanaan : Intervensi dihentikan.

93
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada klien Tn. Y dengan Hepatoma di Ruang

Perawatan Non Bedah Dahlia RSUD Tarakan Membahas kesenjangan yang

terjadi antar landasan teori dan praktik serta pelaksanaannya melalui proses

keperawatan yaitu :

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan.

Pengkajian dilakukan secara komperehensif dan menghasilkan kumpulan data

mengenai status kesehatan klien. Pada tahap ini semua data atau informasi

tentang klien dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan

diagnosa keperawatan. Pada tahap pengkajian tidak mengalami hambatan

untuk memperoleh data langsung dari klien karena kondisi klien yang sadar

penuh sehingga mempermudah dalam memberikan informasi tentang dirinya

dan klien sangat kooperatif selama proses pengkajian. Dalam pengkajian

juga melibatkan keluarga klien yakni istri klien, untuk mendapatkan data

yang lengkap mengenai biografi klien, riwayat kesehatan sekarang dan

riwayat kesehatan terdahulu, serta data yang lain yang berhubungan dengan

klien.

Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa

medis Hepatoma didapatkan kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian :

94
1. Aktivitas Istirahat

Menurut Doenges (2000) Pada klien dengan Hepatoma biasanya

terjadi penurunan tonus otot. Akan tetapi pada Tn. Y tidak mengalami

penurunan tonus otot. Penurunan tonus otot dimana terjadinya penurunan

kontraksi otot yang tidak mampu mempertahankan otot itu sendiri. Tetapi

pada pasien Tn. Y tidak ditemukan penurunan tonus otot karena pada Tn.Y

dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti BAB dan BAK di kamar

mandi.

2. Keamanan

Menurut Doenges (2000) pada klien dengan Hepatoma biasanya

terjadi gejala pruritus, akan tetapi pada Tn.Y tidak ditemukan gejala

pruritus. Pruritus menurut Laksman (2005) merupakan gatal-gatal. Pada

Tn. Y tidak ditemukan pruritus karena klien mengatakan tidak merasa

gatal-gatal pada tubuhnya.

B. Diagnosa Keperawatan

Menentukan diagnosa keperawatan harus sesuai dengan data/

pengkajian yang telah didapatkan dari klien. Data/pengkajian tersebut

dikumpulkan kemudian dianalisa sehingga muncul suatu diagnosa

keperawatan.

Secara teori menurut Doenges (2000), terdapat ada delapan diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada klien dengan Hepatoma. Dari delapan

diagnosa yang terdapat pada teori menurut Doenges (2000) terdapat empat

diagnosa yang diangkat penulis pada Tn. Y yaitu perubahan nutrisi kurang

95
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual, kelebihan volume

cairan berhubungan dengan masukan cairan berlebihan, pola napas tak efektif

berhubungan dengan adanya peningkatan, kurang pengetahuan berhubungan

dengan kurang terpajannya informasi.

Dari diagnosa keperawatan yang diangkat pada Tn. Y ditemukan

adanya empat diagnosa yang menjadi kesenjangan antara teori dengan klien

Tn. Y yaitu:

1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah. Yang mana diagnosa tersebut tidak terdapat pada teori Menurut

Doenges (2000). Menurut NANDA (2009-2011), pengertian dari

diagnosa ini adalah penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan

pengantaran nutrisi kejaringan pada tingkat kapiler, dengan batasan

karakteristik edema, perubahan karekteristik kulit (rambut, kuku), lemah,

warna kulit menghilang, perubahan temperatur kulit, perubahan tekanan

darah. Penulis mengangkat diagnosa Perubahan Perfusi Jaringan Perifer

karena pada klien Tn. Y ditemukan data-data yang menunjang seperti

edema pada kaki kiri dan kanan dengan edema derajat 1 , HGB menurun,

kulit tampak kering, nadi lemah.

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran pada fungsi hati. Yang

mana diagnosa tersebut tidak terdapat pada teori Menurut Doenges

(2000). Diagnosa tersebut penulis cantumkan karena menurut NANDA

(2009-2011), nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

96
potensial atau digambarkan dengan istilah seperti (International

Association for the Study of Pain); awitan tiba-tiba atau perlahan dengan

intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Penulis

mengangkat diagnosa Nyeri Akut karena pada klien Tn. Y ditemukan

data-data yang menunjang seperti terdapat nyeri tekan pada kuadran

kanan atas, perilaku ekspresif (misanya gelisah, meringis), wajah topeng

(nyeri).

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, pembesaran pada

fungsi hati. Yang mana diagnosa tersebut tidak terdapat pada teori

menurut Doenges (2000). Diagnosa tersebut penulis cantumkan karena

Menurut NANDA (2009-2011),Hipertermia adalah peningkatan suhu

tubuh diatas rentang normal. Penulis mengangkat diagnosa hipertermi

karena pada klien Tn. Y ditemukan data-data yang menunjang seperti

suhu tubuh meningkat diatas rentang normal, kulit teraba panas,

frekuansi nafas meningkat.

4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Yang mana diagnosa tersebut tidak

terdapat pada teori menurut Doenges (2000). Diagnosa tersebut penulis

cantumkan karena Menurut NANDA (2009-2011), Defisit Perawatan

Diri adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau memenuhi

aktivitas mandi/hygiene. Defisit perawatan diri menggambarkan suatu

keadaan seseorang yang mengalami hambatan kemampuan untuk

97
melakukan aktifitas perawatan diri, seperti mandi, berganti pakaian,

makan, dan eliminasi. Penulis mengangkat diagnosa Defisit Perawatan

Diri karena pada klien Tn. Y ditemukan data-data yang menunjang yaitu

klien tampak lemah, klien tidak pernah mandi selama dirawat di rumah

sakit, kulit kering, rambut tampak kusam.

Sedangkan diagnosa yang tidak ditemukan pada Tn. Y yang

berdasarkan Doenges (2000) yaitu :

1. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan

biofisika/gangguan penampilan fisik. Diagnosa ini tidak ditemukan

karena tidak adanya data yang merupakan batasan karakteristik untuk

menegakkan diagnosa tersebut. Menurut NANDA (2009-2011),

pengertian gangguan harga diri/citra tubuh adalah konfusi pada

gambaran mental fisik dari seseorang. Adapun batasan karakteristik

untuk mengangkat diagnosa ini antara lain perilaku mengenali tubuh

individu, perilaku menghindari tubuh, perilaku memantau tubuh

individu, respon nonverbal terhadap perubahan aktual atau persepsi pada

tubuh (struktur, penampilan dan fungsi), verbalisasi perasaan atau

persepsi yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh

individu (struktur, penampilan dan fungsi).

2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan gangguan faktor

pembekuan, profil darah abnormal. Diagnosa ini tidak ditemukan karena

tidak adanya profil darah yang abnormal. Menurut NANDA (2009-

2011), pengertian dari diagnosa resiko tinggi terhadap cedera adalah

98
beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang

berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defensif. Adapun batasan

karakteristik untuk mengangkat diagnosa ini antara lain gangguan faktor

pembekuan, penyakit imun atau autoimun.

3. Resiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan

fisiologis/ ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim/obat tertentu..

Diagnosa ni tidak ditemukan karena adanya orientasi realita. Menurut

NANDA (2009-2011), resiko proses pikir adalah resiko gangguan

aktivitas dan kerja kongnitif (pikiran sadar, orientasi realita, pemecahan

masalah, dan penilaian). Adapun batasan karakteristiknya

ketidaksesuaian pemikiran, ketidaksesuaian kognitif, ketidakakuratan

intervensi lingkungan, mudah distraksi dan defisit atau masalah memori.

Ketiga diagnosa tersebut tidak diangkat karena menurut NANDA

(2009-2011), diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan kebutuhan

dasar manusia dan disesuaikan dengan data yang diperoleh dari hasil

pengkajian dan kondisi klien karena individu memiliki keunikan dan

respon yang berbeda terhadap penyakit.

C. Perencanaan

Pada perencanaan antara landasan teori dan tinjauan kasus terdapat

kesenjangan. Terdapat beberapa perencanaan yang tidak dapat ditetapkan

karena berbagai alasan tertentu. Hal ini dikarenakan menyesuaikan rencana

tindakan dengan kondisi klien dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada

di rumah sakit.

99
Pada diagnosa Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Adanya

Penekanan pada Diafragma. Tidak mencantumkan intervensi berikan oksigen

tambahan sesuai indikasi karena pada pengkajian walaupun ditemukan adanya

keluhan gangguan pernafasan pada klien namun sesak masih dapat diatasi

dengan pemberian posisi semi fowler 450(derajat).

D. Implementasi

Seperti tahap-tahap yang lain dalam proses keperawatan, fase

pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: (1) validasi (pengesahan)

rencana keperawatan; (2) menulis/mendokumentasikan rencana keperawatan;

(3) memberikan asuhan keperawatan; (4) pengumpulan data.

Pada tahap ini, asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan

yang telah disusun. Tindakan yang banyak dilakukan pada Ny. Y adalah

penjelasan, anjuran, dan motivasi, sedangkan untuk kebutuhan sehari–hari

seperti makan, minum, personal hygiene, aktivitas dan eliminasi masih

dibantu oleh perawat atau keluarga (partial care), namun secara bertahap

dapat melakukan secara mandiri.

Adapun intervensi yang tidak dapat diimplementasikan antara lain;

pada diagnosa keperawatan Hipertermi, penulis tidak mengimplementasikan

rencana keperawatan berupa berikan kompres hangat pada Tn. Y Karena

klien hanya mau di kompres oleh sang istri tetapi penulis hanya

menganjurkan untuk memberikan kompres hangat. Dalam hal ini tidak dapat

mengimplementasikan seperti memberikan lingkungan yang tenang

dikarenakan banyak hal yang harus dilaksanakan oleh perawat khususnya di

100
ruangan dan banyaknya mahasiswa yang melakukan praktek keperawatan di

rumah sakit namun tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam proses perawatan

ada jam-jam khusus untuk bagi pasien untuk dapat beristirahat. Dalam

melaksanakan tindakan keperawatan adapun kesulitan yang penulis temui

pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan adalah terbatasnya kemampuan

penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam namun

penulis tidak mengalami kesulitan karena adanya respon klien Tn. Y dan

keluarga yang bersikap kooperatif dan baik kepada penulis.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan

pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan

pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi (Lismidar,

2005).

Asuhan keperawatan yang dilakukan dalam kasus ini adalah evaluasi

kriteria hasil dengan catatan perkembangan (SOAP) pada hari terakhir dan

tujuan yang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan apakah tercapai atau

tidak.

Pada kasus Tn. Y dari delapan diagnosa yang ditemukan terdapat 4

diagnosa yang teratasi yaitu:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi, pembesaran pada

fungsi hati

101
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan kebersihan diri

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi

mengenai penyakitnya.

Sedangkan 3 diagnosa yang teratasi sebagian yaitu;

1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah

2. Pola napas tak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi cairan

3. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran pada fungsi hati.

Dan juga terdapat satu diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu;

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan masukan cairan.

102
BAB V

PENUTUP

Dari hasil studi kasus pada Tn. Y dengan Hepatoma maka didapatkan

kesimpulan :

A. Kesimpulan

1. Penerapan proses keperawatan pada Tn. Y dilakukan dari tahap


pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan tindakan

keperawatan dan evaluasi ini dilakukan sesuai dengan tingkat pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki penulis.

2. Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus misalnya pada tahap


pengkajian dan dari delapan diagnosa terdapat empat diagnosa

berdasarkan Teori Doenges dan empat diagnosa yang menjadi kesenjangan

antara teori.

3. Asuhan keperawatan pada Tn. Y terdapat faktor pendukung yaitu sikap


klien dan keluarga yang terbuka dan kooperatif, serta dukungan dari

perawat dan dokter ruangan dimana klien di rawat. Sementara faktor

penghambat, adanya hambatan dalam melakukan asuhan keperawatan

hanya saja keterbatasan waktu selama 24 jam.

4. Pemecahan masalah pada klien Tn. Y dengan Hepatoma dilakukan dengan


melaksanakan intervensi yang telah direncanakan dengan tim kesehatan

lainnya.

103
B. Saran

1. Dalam melakukan pengkajian untuk mendapatkan data akurat hendaknya

mahasiswa meningkatkan kemampuan menguasai tekhnik dan teori

pengkajian. Menegakkan diagnosa, mahasiswa mengacu kepada teori dan

meningkatkan pengetahuan. merumuskan atau merencanakan suatu

tindakan keperawatan, sebaiknya mahasiswa melibatkan klien dan

keluarganya, menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia

dalam tempat klien dirawat.

2. Perbedaan-perbedaan yang timbul antara teori dan praktik di rumah sakit.

Hendaknya, dijadikan pedoman/acuan dan menambah ilmu serta

pengetahuan kita dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan.

Sehingga melakukan asuhan keperawatan yang komperehensif.

3. Faktor-faktor pendukung melakukan asuhan keperawatan dijadikan

motivasi/penyemangat mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu dan

keterampilan yang dimiliki. Faktor-faktor penghambat dijadikan tantangan

yang untuk meningkatkan pola pikir kritis mahasiswa terhadap faktor-

faktor yang mendukung keberhasilan suatu asuhan keperawatan.

4. Intervensi keperawatan/penanganan masalah klien harus dapat ditetapkan

sesuai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam profesi keperawatan.

Kegiatan dalam asuhan keperawatan disebut dengan tindakan keperawatan

mandiri dan kolaboratif.

104
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary.( 2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati. Jakarta
: EGC.

Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC.

Hidayat, Alimul, Aziz A. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta


: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Laksman, T Hendra. (2005). Kamus Kedokteran. Jakarta:EGC.

Lismidar. (2005). Proses Keperawatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Misnadiarly. (2007). Penyakit Hati (Liver). Jakarta : Pustaka Obor Populer.

Muttaqin. Arif. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.

NANDA. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Zusanne C. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 1.


Jakarta : EGC.

(2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta :


EGC.

Sudoyo, W. (2006). Buku Ajar Penyakit Ilmu Dalam. Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta : Interna Publishing.

Rinza, Sandy. (2008). Angka Kematian di Dunia. Diambil tanggal 08 Agustus


2012 dari http://atjehpost.com/read/2012/04/26/74600/51/kanker-Ht-
penyebab-kematian-ketiga-tertinggi-di-dunia

Benvie.(2010). Gambar Anatomi Hepar. Diambil tanggal 2 agustus 2012. dari


http://1.bp.blogspot.com/92iskfsce_y/tyah_dzkcci/aaaaaaaa4/vhc3ctgo
mta/s1600/anatomi-hepar1.jpg&imgrefurl=http://athi-

Annisa Ika Putri. (2012). Gambar Hepar (hati). Diambil tanggal 02 agustus 2012.
http://1.bp.blogspot.com/_x9zoze7r1gc/s9lgwcmszi/aaaaaaaaabgrp8h9
ocqera/s400/hati%2b2.gif&imgrefurl
GLOSARIUM

1. Anoreksia : Kehilangan selera terhadap makanan

2. Asites : Pengumpulan cairan dalam rongga perut

3. Capillary beds : Pembuluh darah yang menghubungkan arteriol dengan

venul

4. Distensi : Keadaan teregangterjadinya peregangan

5. Duktus hepatikus : Saluran seperti pipa yang ada dihati

6. Duktus koledokus : Saluran seperti pipa yang ada di empedu

7. Edema : Penimbunan cairan secara berlebih didalam jaringan tubuh

8. Ekimosis : Perubahan warna kulit menjadi merah

9. Filtrasi : Proses penyaringan melalui media berpori

10. Hepatomegali : Pembesaran hepar, teraba di bawah bagian tepi iga.

11. Hipoksia : Kekurangan oksigen dalam jaringan

12. Ikterik : Menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir

13. Intraseluler : Berada di dalam sel

14. Iskemia : Berkurangnya pasokan darah kebagia tubuh

15. Kanalikulus : Saluran empedu terkecil

16. Lobektomi : Pengangkatan suatu lobus misalnya lobus paru untuk

mengatasi abses paru

17. Lobus : Penampang suatu organ yang bentuknya bundar dan

dipisahkan
18. dengan jaringan sekitarnya

19. Metastasis : penyebaran sel-sel tumor dari satu bagian tubuh ke bagian

tubuh

lainnya

20. Soliter : Bersendiri, tidak berkawan

21. Multifokal : mempunyai banyak kista atau kantong kecil

22. Nodul : Tonjolan atau benjolan

23. Obstruksi : Adanya sumbatan karena sesuatu

24. Regenerasi : Pembaruan pada jaringan yang cedera

25. Ruptur : Mengalami robekan

26. Sfingter Oddi : Otot yang kontraksinya berfungsi untuk menutup otot ini

biasa dikendalikan oleh kemauan (volunter) atau diluar kemauan

27. Takipnea : Frekuensi pernapasan yang cepat

28. Kemoreceptor : Reseptor yang dapat dirangsang oleh zat-zat kimia


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

PENYULUHAN KESEHATAN

A. Cabang Ilmu : Keperawatan Medikal Bedah

B. Topik : Hepatoma atau Kanker Hati

C. Hari/Tanggal : Selasa, 24 Juli 2012

D. Waktu : 30 menit

E. Tempat : Ruang Dahlia

F. Sasaran : Tn.A

G. Metode : Diskusi / tanya jawab

H. Media / Alat : Leflet dan lembar balik

I. Tujuan

1. Umum

Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu memahami masalah Hepatoma atau

kanker hati

2. Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 10 menit diharapkan sasaran dapat :

a. Menjelaskan pengertian Hepatoma atau kanker hati

b. Menyebutkan penyebab kanker hati

c. Menyebutkan tanda dan gejala kanker hati

d. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan kanker hati

e. Komplikasi kanker hati

J. Setting tempat
Keterangan:

= Penguji

= Pasien

=Mahasiswa 1
K. Pelaksanaan

No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1 Pendahuluan a) Memberi Salam a) Menjawab Salam

( 5 menit) b) Menjelaskan Tujuan b) Memperhatikan dan

Penyuluhan mendengarkan Penyuluh

c) Kontrak Waktu dan topik

2 Penyajian a. Menjelaskan a) Mendengarkan dan

(15 menit) pengertian Hepatoma Mencermati

atau tumor hati b) Aktif Bertanya

b. Menyebutkan

penyebab kanker hati

c. Menyebutkan tanda

dan gejala kanker hati

d. Menyebutkan

penatalaksanaan

kanker hati

e. Komplikasi kanker

hati

3 Penutup a) Mengevaluasi pasien dan a) Mendengarkan


keluarga atas penjelasan mengikuti pengarahan
( 10 Menit)
yang diberikan untuk evaluasi.
b) Menyimpulkan isi materi b) Mendengarkan dengan
penyuluhan aktif
c) Salam penutup c) Menjawab salam

2
L. Materi pembelajaran :

1. Menjelaskan pengertian Hepatoma atau kanker hati

2. Menyebutkan penyebab kanker hati

3. Menyebutkan tanda dan gejala kanker hati

4. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan kanker hati

5. Komplikasi kanker hati

M. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a) Peserta mengikuti penyuluhan

b) Kegiatan berlangsung tepat pada waktunya.

c) Mahasiswa dapat menyediakan alat-alat dan media sesuai dengan yang telah

direncanakan.

2. Evaluasi Proses

a) Peserta yang mengikuti penyuluhan dapat berperan aktif dalam penyuluhan

dan diskusi.

b) Selama kegiatan berlangsung tidak ada penyimpangan dari tujuan yang telah

ditetapkan.

c) Selama kegiatan berlangsung peserta tidak ada yang meninggalkan tempat.

3. Evaluasi Hasil

1. Menjelaskan pengertian Hepatoma atau kanker hati

2. Menyebutkan 2 dari 3penyebab kanker hati

3. Menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala kanker hati

4. Menyebutkan 2 penatalaksanaan kanker hati

3
5. Menyebutkan 2 Komplikasi kanker hati

N. Referensi Kepustakaan

 Suzanne C. Smeltzer, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta. EGC

Lampiran Materi

1. Pengertian Kanker Hati


Tumor hati bisa bersifat maligna atau benigna. Sebelum kontrasepsi oral secara
luas digunakan. Tumor hati benigna jarang di temukan. Dengan penyebarkuasan
preparat kontrasepsi oral, tumor hati benigna paling sering ditemukan di antara wanita
dalam usia reproduksi.
Tumor primer. Seperti halnya tumor yang menjadi kanker, beberapa jenis kanker
berasal dari dalam hati. Jenis-jenis tersebut yang disebut tumor primer hati biasanya
terjadi pada penderita penyakit hati yang kronis dan paling sering pada penderita sirosis
hapatis. Karsinoma hepatoseluler (KHS) sejauh ini merupakan tipe kanker primer hati
yang paling sering ditemukan.

2. Etiologi
Sirosis, hepatitis B serta C dan kontak dengan racun kimia tertentu ( misalnya,
vinil klorida, arsen) turut berperan dalam menyebabkan KHS. Kebiasaan merokok juga
dikenali sebagai faktor risiko, khususnya bila disertai dengan kebiasaan minum-
minuman keras (penggunaan alkohol).

4
Stadium Hepatoma

Stadium I TI NO MO

Stadium II T2 NO MO

Stadium III TI NI MO

T2 NI MO

T3 NO MO

T3 NI MO

Stadium IVA T4 setiap N MO

Stadium IVB setiap T setiap N MI

Tumor (T)
TI = tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar 2 cm atau kurang tanpa invasi vaskuler.
T2= tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar 2 cm atau kurang dengan invasi
vaskuler,atau tumor multipel yang terbatas pada satu lobus dengan ukuran terbesar
tidak lebih dari 2 cm tanpa invasi vaskuler, atau tumor soliter dengan ukuran terbesar
lebih dari 2 cm tanpa invasi vaskuler.
T3= tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar lebih dari 2 cm dengan invasi vaskuler,
atau tumor multiple yang terbatas pada satu lobus dan tidak ada satu pun yang
memiliki ukuran terbesar lebih dari 2 cm, denga atau tanpa invasi vaskuler.
T4= tumor multiple pada lebih dari satu lobus paru atau tumor-tumor yang meliputi cabang
utama vena porta atau vena hepatika.
Nodus Limfatikus (N)
NO tidak terdapat metastasis pada nodus limfatikus
NI metastasis terjadi pada nodus limfatikus regional
Metastasis jauh (M)
M0 tidak terdapat metastasis yang jauh

MI terdapat metastasis yang jauh

5
3. Manisfestasi klinis

Manisfestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan


gejala gangguan nutrisi: penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan
kekuatan, anoreksia dan anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan disertai dengan
pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala
ikterus hanya terjadi jika saluran empedu yang besar tersebut oleh tekanan nodul
maligna dalam hilus hati. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena porta
atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.

4. Penatalaksanaan
a. Nonbedah
` Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberapa pasien, sirosis
yang mendasari keganasan penyakit ini akan menigkatkan resiko pada saat dilakukan
pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit
maligna hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat
memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kuaslitas hidupnya
dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya
masih bersifat paliatif.
b. Bedah

Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor
primer hati terlokalisir atau pada kasus metastase, apabila lokasi primernya dapat
dieksisi seluruhnya dan metastasisnya terbatas.

5. Komplikasi
Drainase bilier perkuatan mencakup sepsis, kebocoran empedu, hemoragi dan
obstruksi ulang sistem bilier oleh debris dalam kateter atau oleh tumor yang meluas
kembali. Oleh karena itu, observasi pasien dilakukan untuk mendeteksi gejala panas
serta mengigil, drainase empedu disekitar kateter, perubahan tanda-tanda vital dan bukti
adanya obstruksi bilier yang mencakup peningkatan rasa nyeri atau tekanan, pruritus
serta timbulnya kembali ikterus.

6. Pemeriksaan diagnostik
Peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, aspartat aminotransferase (AST;
glutamic oxaloacetic transaminase SGOT) dan lactic dehidrogenasi (LDH) dapat

6
terjadi. Leukositosis (peningkatan jumlah sel darah putih), eritrositosis (peningkatan
jumlah sel darah merah) hiperkalsemia, hiperglikemia dan hiperkolestrolemia juga
dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan dan
laparaskopi menjadi bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau
luas penyakit kanker tersebut.

7
1
PENGERTIAN
Hepatoma
Kanker yang mengenai hati biasanya
disertai dengan pembesaran hati.
Penyakit ini lebih sering
mengenai pria dari pada
wanita
2
Penyebab NYA
- Hepatitis B dan hepatitis C atau
penyakit kuning
- kebiasaan minum-minuman keras
(penggunaan alkohol).
- Kebiasaan merokok juga dikenali
sebagai faktor risiko

3
Ada pun tanda dan gejala yang di jumpai pada yaitu

1.penurunan berat badan,

2.kehilangan kekuatan,
3.mual muntah dan kurang darah.

4
4. Nyeri pada perut
Non Bedah
1. Penyinaran
2. Kemoterapi
Bedah
1. Pengangkatan Lobus di hati

5
Komplikasi
1) kebocoran empedu
Komplikasi
2) Infeksi yang menyebabkan nanah

(sepsis)

6
Pengertian Hepatoma

Kanker yang mengenai hati biasanya disertai dengan pembesaran hati.Penyakit ini lebih sering mengenai
pria dari pada wanita

7
penyebab

- Hepatitis B dan hepatitis C atau penyakit kuning

- kebiasaan minum-minuman keras (penggunaan alkohol).

- Kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor risiko

8
Tanda dan gejala
1. penurunan berat badan,
2.kehilangan kekuatan,
3.mual muntah dan kurang darah.
4. Nyeri pada perut
5. pembesaran hati

9
Penatalaksanaan
Non Bedah
Penyinaran
Kemoterapi

Bedah
Pengangkatan Lobus di hati

10
komplikasi

kebocoran empedu

Infeksi yang menyebabkan nanah (sepsis)

11
Penatalaksanaan
KOMPLIKASI Hepatoma

1. Non Bedah
 Penyinaran
 Kemoterapi

2. Bedah
1. Kebocoran  Pengangkatan Lobus di

hati
empedu
2. Infeksi yang Chabsah Taranita P
menyebab 73.2001D.09.015

kan nanah JURUSAN KEPERAWATAN


(sepsis) FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO
1
TARAKAN
PENYEBAB DARI PENGERTIAN Tanda dan gejala
KANKER HATI
Hepatoma 1.penurunan berat
adalah Kanker
badan,
 Hepatitis B dan hepatitis C yang mengenai
atau penyakit kuning hati biasanya
 kebiasaan minum-
disertai dengan
minuman keras
(penggunaan alkohol).
pembesaran hati.
 Kebiasaan merokok juga Penyakit ini lebih
dikenali sebagai faktor sering mengenai
risiko
pria daripada
wanita. 2.kehilangan
kekuatan,

3.mual muntah dan


kurang darah 1

Anda mungkin juga menyukai