Oleh :
SUPIANA
NPM : 11701020058
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2014
ii
ABSTRAK
ABSTRACT
The author uses descriptive method with types of case study approach to the
stages of the nursing process assessment, nursing diagnosis, planning,
implementation and evaluation. The general objective of this final report writer
will get real experiences of nursing care is carried out in a holistic and
comprehensive. Subjects were Mr. Y with craniotomy post et causa severe head
injuries Flamboyan Space Tarakan Hospital Surgical Treatment of the date of July
3 to 5, 2014.
The results showed five nursing diagnoses that can be enforced in Mr. Y,
which is a high risk of ineffective cerebral tissue perfusion, activity intolerance,
changes in sensory-perception: sight, high risk of infection and a high risk of
damage to the integrity of the skin.
Concluded that there are gaps between the theory and the case of Mr. Y
starts from the assessment are seven gaps, there are six gaps in diagnosis,
interventions should be tailored to the conditions and infrastructure. Evaluation of
the results obtained from five nursing diagnoses four has been resolved and one
not.
Oleh :
SUPIANA
NPM : 11701020058
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2014
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
laporan tugas akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. Y Dengan
Penyusunan laporan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan diri penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
2. dr. Wiranegara Tan, S.IP MM, MHA, Ph.D, selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Tarakan beserta segenap jajarannya yang telah memberi izin
pada penulis untuk melakukan praktik dan mengambil kasus di Rumah Sakit
Borneo Tarakan.
vii
4. Hendy Lesmana, S.Kep., Ns. M.Kep, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis juga kritik dan saran serta
II dan penguji III yang dengan kesabaran dan keuletannya beliau dalam
mengarahkan dan membimbing penulis selama proses laporan tugas akhir ini.
8. Muhammad Haryadi, S.Kep., Ns, selaku penguji dari Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis juga kritik
9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
10. Kepala Ruang Perawatan Bedah Flamboyan beserta seluruh Staf Ruang
11. Klien Tn. Y dan keluarga atas kerjasamanya sehingga penulis tidak banyak
12. Orang tua dan keluargaku yang tercinta, yang tiada henti memberikan doa,
ini.
Univesitas Borneo Tarakan angkatan ke-IX yang telah menjadi teman dalam
suka dan duka selama menjalani perkuliahan, serta bantuan dan motivasi
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
Penulis menyadari laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan
mengharapkan kritik dan saran dari Bapak dan Ibu Dosen, serta para pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khusunya bagi perawat dalam usaha
Supiana
ix
DAFTAR ISI
2. Penyimpangan KDM..................................................... 59
3. Diagnosa keperawatan .................................................. 60
4. Perencanaan .................................................................. 63
5. Implementasi................................................................. 107
6. Evaluasi......................................................................... 108
BAB III : LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................ 109
B. Penyimpangan KDM Tn. Y ................................................. 130
C. Diagnosa keperawatan ......................................................... 131
D. Perencanaan.......................................................................... 131
E. Implementasi ........................................................................ 136
F. Evaluasi ................................................................................ 154
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................ 157
B. Diagnosa keperawatan ......................................................... 161
C. Perencanaan.......................................................................... 168
D. Implementasi ........................................................................ 177
E. Evaluasi ................................................................................ 177
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 180
B. Saran..................................................................................... 183
KEPUSTAKAAN .......................................................................................... 185
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar konsul.
Surat pengantar ke Rekam Medik RSUD Tarakan.
Satuan acara penyuluhan.
Lembar balik.
Leaflet.
Prosedur tetap mengangkat drain.
Prosedur tetap perawatan luka tertutup.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2004).
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan, bio, psiko, sosial, dan
masyarakat baik sakit maupun sehat dan mencakup seluruh proses kehidupan
lain dari proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu meliputi pengkajian,
suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Dibutuhkan suatu upaya keras dalam
terhadap cedera kepala (Hidayat, 2008). Cedera kepala merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan
kepala, dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
bawah 30 tahun, dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita (Smeltzer
Terdapat 100.000 sampai dengan 150.000 anak berusia kurang dari 15 tahun
2009).
Di Indonesia, data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, Rumah Sakit
Cedera Kepala Ringan (CKR), 15%-20% Cedera Kepala Sedang (CKS), dan
sekitar 10% dengan Cedera Kepala Berat (CKB). Angka kematian tertinggi
sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada
(Riskesdas, 2013).
3
pada tahun 2012 sebanyak 409 kasus yang terdiri dari laki-laki sebanyak 241
orang dan perempuan sebanyak 168 orang dan terdapat 18 orang yang
meninggal, pada tahun 2013 sebanyak 489 kasus yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 366 orang dan perempuan sebanyak 123 orang dan terdapat 21
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak
80 kasus, sehingga hal ini menjadi latar belakang penulis tertarik dalam
mengambil kasus ini sebagai laporan tugas akhir dan sebagai upaya
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini, dibagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan umum
komprehensif.
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penulisan
yang sesuai agar klien dan keluarga menjaga pola hidup sehat dan rutin
2. Bagi mahasiswa
3. Bagi institusi
berat.
D. Ruang Lingkup
Bedah Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan selama tiga hari
E. Metode Penulisan
metode deskriptif dengan tipe studi kasus, yaitu metode ilmiah yang
dengan cara :
1. Pengamatan/observasi
2. Wawancara
periode kontak atau lebih dan harus mencakup semua data yang relevan.
langsung dengan klien (auto anamnese) dan keluarga atau orang tertentu
auskultasi.
4. Studi dokumentasi
kasus klien.
5. Studi kepustakaan
ini.
F. Sistematika Penulisan
Secara sistematis laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu :
penulisan.
Bab II landasan teori, yang terbagi menjadi dua bahasan yang pertama
yaitu konsep dasar penyakit yang terdiri dari definisi, anatomi fisiologi,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Cedera Kepala
1. Pengertian
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma)
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
2. Anatomi Fisiologi
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu :
dengan tengkorak.
5) Perikranium.
b. Tulang kepala
c. Isi tengkorak
subarachnoid.
2) Otak
85% pada orang yang bekerja dengan tangan kiri. Lobus frontalis
untuk penglihatan.
inguinal).
3) Cairan serebrospinal
3. Etiologi
sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan dimedan
pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dari 29,5 per 100.000 populasi.
(Bararah, 2013).
cedera rotasional.
yang diam, seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika
tengkorak.
14
4. Patofisiologi
setelah cedera kepala baik akibat impact injury maupun akibat gaya
3) Fraktur depresi
terbuka.
secara “mozaik”.
di daerah basis cranii dan kalvaria yang meliputi pada basis cranii
b. Komosio serebri
sedang tidak sadar selama kurang dari 15 menit, disertai sakit kepala,
kelainan.
c. Kontusio serebri
tanda neurologis sisi kiri dan kanan tubuh) yang dapat berupa
Pupil anisokor/dilatasi dan jelas pada kepala letaknya satu sisi dengan
durameter dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi
respon inflamasi pada jaringan otak maka cedera otak primer berubah
1) Edema serebri
(shringkage).
5. Manifestasi Klinis
kepala.
2) Konkusi.
3) Amnesia pasca-trauma.
4) Muntah.
6) Kejang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
kepala meliputi :
c. Angiografi Serebral
gelombang patologis.
e. Sinar X
subarakhnoid.
j. Kimia/elektrolit darah
k. Pemeriksaan toksikologi
penurunan kesadaran.
7. Penatalaksanaan
(2011) adalah :
a. B1 (Breating)
beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari sistem ini akan
didapatkan :
1) Inspeksi
2) Palpasi
thoraks.
3) Perkusi
4) Auskultasi
Pada klien cedera otak berat dan sudah terjadi disfungsi pusat
keperawatan kritis.
27
b. B2 (Blood)
perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari suatu syok. Pada beberapa
c. B3 (Brain)
1) Tingkat kesadaran
koma.
a) Status mental
b) Fungsi intelektual
c) Lobus frontal
d) Hemisfer
a) Saraf I (Olfaktorius)
b) Safat II (Optikus)
(Abdusen)
berkonstriksi.
d) Saraf V (Trigeminus)
membuka mulut.
32
h) Saraf XI (Aksesorius)
4) Sistem motorik
yang lain.
5) Pemeriksaan refleks
normal.
refleks patologis.
6) Sistem Sensorik
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
luas.
menilai ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji
sapat terjadi akibat teetelannya udara yang berasal dari sekitar selang
f. B6 (Bone)
portal akibat dari penggunaan packed red cells (PRC) dalam jangka
waktu lama. Pada klien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut
c. Penatalaksanaan kegawatdaruratan
3) Circulation
4) Pemeriksaan neurologis/disability
berikutnya.
5) Secondary survey
d. Pendekatan bedah.
menjepit aeurisma.
Pada prosedur ini, insisi kulit dibuat, flap tulang diangkat, dura
reversibel yang cepat juga amat penting pada pasien yang menjalani
dengan cepat.
kendali kejang yang lebih baik juga dicapai dengan prosedur ini.
invasif secara minimal. Pada prosedur ini, lubang bor dibuat dan
2012).
1) Evaluasi diagnostik
2) Penatalaksanaan
rentang terapeutik.
8. Komplikasi
disebarkan pada jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku.
afasia, defek memori, dan kejang post traumatik atau epilepsy. Pasien
antibiotik, dan balutan serta sisi luka harus dipantau untuk tanda
perubahan.
a. Komplikasi bedah
1) Hematoma intracranial
2) Hidrosefalus
a) Hydrosefalus non-komunikan
ventrikel IV.
49
b) Hydrosefalus komunikan
kontrol.
terlihat melebar.
faktor resiko sehubungan dengan hal ini antara lain, usia lanjut,
lain.
5) Kebocoran CSS
bulan pertama.
2) Infeksi
berat.
dirawat.
4) Gangguan gastrointestinal
(Doenges, 2000).
Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses
keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
(Nursalam, 2001).
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Hemiparese, quadreplegia.
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
dramatis).
d. Eliminasi
gangguan fungsi.
e. Makanan/cairan
f. Neurosensori
g. Nyeri/keamanan
biasanya lama.
h. Pernafasan
i. Keamanan
Tanda : Fraktur/dislokasi.
Gangguan penglihatan.
Gangguan kognitif.
j. Interaksi sosial
k. Penyuluhan/pembelajaran
2. Penyimpangan KDM
Trauma Kepala
↓ ↓ ↓
Kulit Kepala Tulang Kepala Jaringan Otak
↓ ↓ ↓
Hematoma Pada Fraktur Linear Komisio Kontusio
Kulit Fraktur Communited Hematoma Edema
↓ Fraktur Depressed ↓
Cedera Otak Fraktur Basis
Gangguan
↓ ↓ Kesadaran
Cedera Otak Primer TIK Meningkat Gangguan TTV
Ringan ↓ Kelainan Neurologis
Sedang Respons Fisiologis Otak ← ↓
Berat ↓ Hipoksemia Serebral
→ Cedera Otak Sekunder ↓
↓ Kelainan Metebolisme
Kerusakan Sel Otak ↑
↓ ↓ ↓ ↓
Gangguan ↑ Rangsangan Stres Lokasi Defisit Neurologis
Autoregulasi Simpantis ↓ ↓
↓ ↓ ↑ Katekolamin Perubahan Persepsi
↑ Tahanan ↓
↓ Aliran Darah Ke Sensori
Vaskuler
Otak ↑ Sekresi
Sistemik
↓ ↓ Asam Lambung → ↓ Kekuatan
↓ O2 → Gangguan ↓ Tekanan ↓ ↓
Metabolisme Pembuluh Darah Mual, Muntah Kerusakan Mobilitas
↓ Pulmonal ↓ Fisik
3. Diagnosa Keperawatan.
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
a. Aktual
karakteristik mayor.
b. Resiko
c. Kesejahteraan
d. Sindrom
tidak mencukupi.
bagaimana situasi pasien pada saat itu dan harus mencerminkan perubahan
pada klien dengan post kraniotomi et causa cedera kepala berat adalah :
defisit neurologis).
4. Perencanaan
dilakukan pada pasien dengan post kraniotomi et causa cedera kepala berat
fungsi motorik/sensori.
peningkatan TIK.
Rencana tindakan :
pembedahan.
tertutup (koma).
berespon lambat pada perintah atau tetap tertidur ketika tidak ada
(kontralateral).
67
otak yang konstan pada saat ada fluktuasi tekanan darah sistemik.
jantung sebelumnya.
Cheyne-Stokes.
napas buatan.
okulomotor (III).
intervensi.
11) Kaji letak/gerakan mata, catat apakah pada posisi tengah atau ada
deviasi pada salah satu sisi atau ke bawah. Catat pula hilangnya
area otak yang terlibat. Tanda awal dari peningkatan TIK adalah
prognosisnya jelek.
13) Pantau suhu dan atur suhu lingkungan sesuai indikasi. Batasi
15) Pertahankan kepala atau leher pada posisi tengah atau pada posisi
Rasional : Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena
meningkatkan TIK.
adanya konstipasi.
23) Observasi adanya aktivitas kejang dan lindungi pasien dari cedera.
trauma kepala.
ditoleransi.
peningkatan TIK.
meningkatkan TIK.
menurunkan air dari sel otak, menurunkan edema otak dan TIK.
(Medrol).
d) Klorpromasin (Thorazine).
kegelisahan, agitasi.
Rencana tindakan :
ketidakteraturan pernapasan.
indikasi.
meningkatkan TIK.
indikasi.
jalan napas.
76
pasien sadar.
mengi).
cedera kepala).
sedative.
bronkopneumonia).
defisit neurologis).
residu.
mengkompensasi/defisit hasil.
Rencana tindakan :
lain.
berlebihan.
6) Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang
komunikasi.
terganggu.
secara teratur.
gangguan.
melakukan aktivitas.
15) Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi
kognitif.
keterampilan perceptual.
83
kejadian.
5) Perubahan kepribadian.
biasanya.
Rencana tindakan :
pasien.
tersebut.
sebanyak mungkin.
mengontrol situasi.
total (amnesia) atau dari perluasan trauma dank arena itu pasien
pasien.
usaha tersebut.
86
berpikir normal.
yang beragam.
dapat ditanggulangi.
trauma.
tertentu.
untuk melindungi diri atau orang lain dari keadaan bahaya hingga
menyelesaikan masalah.
kekuatan/kontrol otot.
Rencana tindakan :
dilakukan.
ketergantungan (0-4).
imobilisasi.
karena tekanan. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit
pasien harus diubah posisinya secara teratur dan posisi dari daerah
5) Sokong kepala dan badan, tangan dan lengan, kaki dan paha ketika
pasien berada pada kursi roda. Beri pengalas pada kursi dengan
busa atau balon air dan bantu pasien untuk memindahkan berat
program tersebut.
kebutuhan.
10) Pantau haluaran urine. Catat warna dan bau urine. Bantu dengan
duk inkontinen
Rasional : Sesaat setelah fase akut cedera kepala dan jika pasien
menjadi optimal.
dengan kebutuhan.
93
tersebut.
kulit yang hangat, otot yang tegang, dan/atau sumbatan vena pada
Rencana tindakan :
nosokomial.
inflamasi.
komplikasi selanjutnya.
minum adekual
tidak enak).
penyebab infeksi”.
nosokomial.
Rencana tindakan :
mengatasi sekresi.
paralitik ileus.
pemberian nutrisi.
aspirasi.
5) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering
dengan teratur.
darah.
10) Berikan makan dengan cara yang sesuai, seperti melalui selang
NG, melalui oral dengan makanan lunak dan cairan yang agak
kental.
menghadapi situasi.
ke arah kemandirian.
Rencana tindakan :
sistem pendukung.
dengan “orang baru yang mungkin asing bagi keluarga dan bahkan
yang tepat dan akurat pada tingkat pemahaman yang dapat diterima
saat ini.
datang.
keluarga.
visualisasi
keluarga.
103
proses-proses alamiah.
rasa kontrol.
kontrol.
lainnya.
104
mengingat/keterbatasan kognitif.
potensial komplikasi.
program rehabilitasi.
Rencana tindakan :
juga keluarganya.
kebutuhannya.
proses penyembuhan.
sembuh.
proses kognitif.
baru/produktif
5. Implementasi
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
(Nursalam, 2001).
108
6. Evaluasi
item atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan
apakah hasil sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil asuhan keperawatan pada
Tn. Y dengan diagnosa medis post kraniotomi et causa cedera kepala berat, di
Provinsi Kalimantan Utara mulai Tanggal 03 Juli sampai dengan 05 Juli 2014.
A. Pengkajian
keluarga klien, perawat ruangan, dokter dan catatan medik Tn. Y dengan post
1. Identitas Klien
2014, pada pukul 19.51 Wita, klien berumur 23 Tahun, status perkawinan
Piton Aji Rt. 03 No. 23 Sekatak. Klien dirawat di Ruang Perawatan Bedah
110
Registrasi 01.92.xx.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
bertambah pada saat ingin mengubah posisi dan berkurang pada saat
muntah sebanyak 2 kali setelah tabrakan dan setelah itu klien tidak
sadarkan diri, setelah sadar klien sudah berada di rumah sakit. Klien
kabur.
111
karena faktor usia. Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita
f. Genogram
: Perempuan : Klien/pasien
: Meninggal
Sebelum sakit :
yang bekerja untuk menafkahi Istri dan Anaknya, orang yang dipercaya
oleh klien adalah istirnya. Klien dalam masyarakat hanya sebagai orang
Saat sakit :
Keluarga untuk berkerja dan menafkahi Anak dan Istrinya karena lagi
sakit. Klien ingin cepat pulang karena sudah tidak betah di Rumah sakit.
4. Pola Spiritual
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
a. Nutrisi
1) Makan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
2) Cairan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
Klien minum air putih sebanyak kurang lebih 1.000 ml. Klien
tetes permenit.
Infus : 1.500 cc
Manitol : 150 cc
Injeksi obat : 67 cc
Total : 3.012 cc
114
Drain : 20 cc
IWL : 885 cc
Total : 2.655 cc
: 3.012 - 2.655
: 357 cc
1) Eliminasi urine
Sebelum sakit :
Saat sakit :
kuning pekat.
2) Eliminasi alvi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
2014 karena klien masuk rumah sakit pada tanggal 27 Juni 2014
Sebelum sakit :
Klien mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6-8 jam
Saat sakit :
Klien mengatakan tidur siang kurang lebih 2-3 jam dan tidur
malam kurang lebih 8 jam dengan kualitas tidur sering terbangun tetapi
Sebelum sakit :
lain.
Saat sakit :
Klien dapat bergerak di atas tempat tidur dengan bantuan orang lain.
116
e. Personal hygiene
Sebelum sakit ;
Klien mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari, serta
Saat sakit :
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan sakit
b. Tanda-tanda vital
1) Kesadaran : Komposmentis.
R. Verbal : 5
R. Mata : 4
Total : 15
: 250
: 83,3 mmHg.
117
3) Nadi : 78 × / Menit.
4) Suhu : 36,20C.
6) Antopometri : BB : 59 kg.
TB : 160 cm.
temporal dextra.
c. Pemeriksaan sistemik
1) Kepala
hari ke-4 pada oksipital dextra dengan jenis cairan yang keluar
pusing.
2) Wajah
ada nyeri tekan. Finger print < 3 detik. Pada pemeriksaan Nervus
3) Mata
pemeriksa tanpa menoleh. Pada mata kiri visus 6/6 dan pada mata
tangan).
4) Hidung
bibir, tidak ada stomatitis, ukuran tonsil T1, tidak ada kesulitan
6) Telinga
Nervus VIII (Audiotorius); tes rinne positif. Tes weber tidak ada
7) Leher
8) Thorax
paru kiri dan kanan, Perkusi paru terdengar sonor, batas paru
hepar pada ICS 6 dan batas jantung atas pada ICS 2 mid klavikula
sinistra, suara nafas vesikular dan tidak ada terdengar suara nafas
tambahan.
120
9) Jantung
II aorta dan pulmonal pada ICS 2-3 sternal dextra dan ICS 2-3
10) Abdomen
timpani pada kuadran kiri dan kanan bawah dan pekak pada
kuadran kiri dan kanan atas, tidak ada nyeri tekan dan nyeri tekan
11) Genetalia
12) Anus
5 5
nyeri tekan.
15) Kulit
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboraturium
b. Laporan operasi
media.
drain tube.
8. Therapy
9. Data Fokus
a. Data subyektif
penglihatannya kabur.
sakit.
10) Klien makan disuapi oleh istrinya. Klien dapat bergerak di atas
11) Klien mengatakan belum pernah mandi dan gosok gigi semenjak
b. Data obyektif
3) Pada mata kanan visus 5/300 (klien hanya dapat melihat dengan
lambaian tangan).
pada kepala.
8) Terpasang drain hari ke-4 pada oksipital dextra dengan jenis cairan
10) Pupil anisokor dengan ukuran pupil kanan 4 mm dan pupil kiri 2
mm.
11) Klien mengunakan pampers, penis dan skrotum klien tampak kotor
12) Klien terpasang infus di tangan kanan dengan cairan NaCL 0,9%
HCT : 34.4 %
MCV : 78 fl
MCH : 23.6 pg
a. Pengelompokan data I
1) Data pendukung
2 mm.
127
serebral. serebral.
b. Pengelompokan Data II
1) Data subjektif
2) Data objektif
2 mm.
1) Data subjektif.
2) Data objektif.
d. Pengelompokan Data IV
1) Data pendukung
e. Pengelompokan Data V
1) Data pendukung.
B. Penyimpangan KDM
↓
Respon Fisiologis Otak
↓
Cedera Kepala Berat
↓
Epidural Hematom
↓ ↓ ↓
Kerusakan Sel Otak Kraniotomi Kerusakan Sel Otak
↓ ↓
Gangguan ↓ ↓ Penurunan
Autoregulasi Kesadaran
Tindakan Invasif Defisit Neurologis
↓ ↓
Penurunan Aliran ↓ ↓ Badrest Total
Darah Ke Otak Invasif Bakteri Perubahan Sensori ↓
↓ ↓ Persepsi : Tirah Baring Lama
Penurunan O2 Resiko Tinggi Penglihatan ↓
↓ Infeksi Resiko Tinggi
Asam Laktat Kerusakan
Meningkat Kelemahan Umum Integritas Kulit
↓ ↓
Edem Otak
Intoleran Aktivitas
↓
Perubahan Perfusi
Jaringan Serebral
Bagan 3.2. Penyimpangan KDM Tn. Y dengan post kraniotimi et causa cedera kepala berat.
131
C. Diagnosa Keperawatan
samping kraniotomi.
lama.
D. Perencanaan
a. Kesadaran komposmentis.
kepala,cegukan.
132
Intervensi keperawatan :
2) Piracetam 3 gr/hari.
dengan :
pusing.
kriteria hasil :
Intervensi keperawatan :
penglihatannya kabur.
c. Pada mata kanan visus 5/300 (klien hanya dapat melihat dengan
lambaian tangan).
mm.
Intervensi keperawatan :
bahaya.
3×24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan :
lama.
b. Tidak ada perubahan kulit pada area yang tertekan seperti merah dan
lecet.
Intervensi keperawatan :
sering tertekan.
E. Implementasi
1. Diagnosa Keperawatan I
Data subjektif : -
Data subjektif : -
pemasukan obat.
Data subjektif : -
pemasukan obat.
Data subjektif : -
2. Diagnosa Keperawatan II
yang diberikan.
matanya.
Data subjektif : -
Data subjektif : -
4. Diagnosa Keperawatan IV
Data subjektif : -
pemasukan obat.
5. Diagnosa Keperawatan V
lama.
seperti duduk.
Menganjurkan klien untuk miring kanan dan miring kiri tiap 2 jam
sekali.
diberikan.
1. Diagnosa Keperawatan I
pemasukan obat.
Data subjektif : -
Data subjektif : -
Data subjektif : -
pemasukan obat.
Data subjektif : -
2. Diagnosa Keperawatan II
Memandikan klien.
pemasukan obat.
makan.
yang diberikan.
matanya.
Data subjektif : -
Data subjektif : -
Data objektif : Gelas dan air klien tampak di samping temapat tidur
klien.
4. Diagnosa Keperawatan IV
Data subjektif : Klien mengatakan tidak ada nyeri pada pada kepala.
pemasukan obat.
Melakukan up kateter.
klien.
5. Diagnosa Keperawatan V
lama.
Menganjurkan klien untuk miring kanan dan miring kiri tiap 2 jam
sekali.
diberikan.
1. Diagnosa Keperawatan I
pemasukan obat.
150
Data subjektif : -
Data subjektif : -
2. Diagnosa Keperawatan II
pemasukan obat.
kotor.
diberikan diberikan.
matanya.
Data subjektif : -
4. Diagnosa Keperawatan IV
Data objektif : Tidak terdapat nyeri tekan pada luka post kraniotomi
153
Data subjektif : -
pemasukan obat.
5. Diagnosa Keperawatan V
lama.
Menganjurkan klien untuk miring kanan dan miring kiri tiap 2 jam
sekali.
diberikan diberikan.
F. Evaluasi
1. Diagnosa Keperawatan I.
cegukan
terjadi.
ke kamar mandi.
samping kraniotomi.
kanannya
5. Diagnosa Keperawatan V.
lama.
Objektif : Tidak ada perubahan warna dan iritas pada daerah belakang
klien.
BAB IV
PEMBAHASAN
pada Tn. Y dengan post kraniotomi et causa cedera kepala berat, di Ruang
Kalimantan Utara mulai tanggal 03 Juli 2014 samapai dengan 05 Juli 2014, maka
asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan post kraniotomi et causa cedera kepala
A. Pengkajian
proses wawancara dengan klien dan keluarga, karena klien dan keluarga
kesenjangan antara teori dan kasus, adapun data fokus pada pengkajian yang
ada pada teori menurut Doenges (2000), tetapi tidak ditemukan pada klien Tn.
1. Aktivitas/Istirahat
pasien adalah komposmentis dengan GCS : 15 hal ini tidak sesuai data
letargi. Hal ini dikarenakan tidak terjadinya depresi pada fungsi serebral,
hal ini didukung oleh pendapat Smeltzer dan Bare (2002), bahwa
(paralisis satu tangan dan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah
satu contoh paralisis UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau thrombus
dapat merusak serat-serat pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan
kaki pada sisi yang berlawanan menjadi kaku dan sangat lemah atau
lumpuh dan refleks yang berlebihan. Jika kedua kaki lumpuh, kondisi ini
2. Sirkulasi
Pada kasus Tn. Y, TD : 110/70 mmHg dan nadi : 78 x/menit, hal ini
3. Integritas Ego
impulsive namun pada kasus Tn. Y, tidak ditemukan tanda tersebut karena
klien tenang, tidak tampak tegang dan cemas, hal ini menunjukkan pada
klien tidak mengalami lesi difus serebri. Menurut Muttaqin (2008), karena
lesi organik yang difus mengganggu otak, maka fungsi mental berkurang
atau tidak ada lagi. Kewaspadaan klien menjadi tidak dapat terpelihara
melakukan sesuatu dengan baik tidak ada lagi. Dalam keadaaan demikian
timbul keadaan cepat tersinggung, cepat marah, dan bersikeras. Jika lesi
difus serebri bersifat ringan, daya adaptasi menjadi kurang, sehingga klien
Ketakutan dan kecemasan itu ada kalanya terselubung dalam bentuk gejala
4. Makanan/cairan
gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia) hal ini tidak ditemukan
pada Tn. Y Pada pengkajian mulut dan tenggorokan ditemukan klien tidak
mole tidak bekerja dan dan apa yang hendak ditelan keluar lagi melalui
5. Pernapasan
6. Keamanan
fungsi serebelum pada klien. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), akibat
B. Diagnosa Keperawatan
dengan keadaan data yang ditemukan pada Tn. Y dengan post kraniotomi e.c
kepala berat yang penulis peroleh dari dasar teoritis dengan yang penulis
pengkajian pada Tn. Y dengan post kraniotomi et causa cedera kepala berat
frekuensi atau pola pernapasan (dari nilai dasar), perubahan pada nadi
pernafasan sukar/berhati-hati.
konflik psikologis.
5 5 ditegakkan.
164
kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan di mana individu yang tidak puasa
berlebihan dan batasan karakteristik minor berat badan 10% sampai 20%
atau lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh,
Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan
lengan kurang dari 60% standar pengukuran, kelemahan otot dan nyeri
Namun pada kasus Tn. Y tidak terjadi transisi dan krisis situasional
pasti yaitu cedera kepala berat dan telah mendapatkan pengobatan dan
keterbatasan kognitif.
bertambah pada saat ingin duduk, klien memegang kepala, klien hanya
lama.
tidur. Klien makan disuapi oleh istrinya. Klien hanya dapat mengubah
posisi miring kanan dan miring kiri di atas tempat tidur secara mandiri,
klien hanya terbaring di tempat tidur, kulit klien tampak kotor. Dari data
dapat ditegakkan.
168
C. Perencanaan
keperawatan yang dilakukan penulis sesuai dengan teori yang terdapat pada
Doenges (2000).
edema serebral
adalah :
klien 15.
(koma).
169
(kelainan postur tubuh). Catat gerakan anggota tubuh dan catat sisi
Penulis tidak mengambil intervensi ini karena klien tidak ada masalah
penglihatan.
penglihatan.
dilakukan pengkajian refleks menelan dan batuk klien baik dan pada
integritas kulit.
sedang batuk dan tidak muntah serta klien belum pernah BAB.
restrein.
Penulis tidak mengambil intervensi ini karena klien dan istrinya selalu
berkomunikasi.
konstipasi.
penglihatan.
klien 20x/menit dan tidak ditemukan suara nafas tambahan pada saat
Penulis tidak mengambil intervensi ini karena klien tidak ada masalah
adalah :
d) Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang
dengan baik.
teratur.
melakukan aktivitas.
adalah :
adekuat.
176
tidak enak).
klien dan hasil yang ingin dicapai dengan sarana dan prasarana yang ada.
Tidak adanya standar yang baku untuk menetapkan waktu tujuan sehingga
D. Implementasi
klien dan keluarganya, klien bersikap terbuka, kooperatif dan mudah diajak
E. Evaluasi
et causa cedera kepala berat selama tiga hari yaitu mulai tanggal 03 Juli
ada masalah yang teratasi, dan masalah yang belum teratasi selama
Dari lima diagnosa yang ditemukan pada klien didapatkan bahwa empat
diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
tubuh klien 36,50C, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor
tidak panas, tidak ada perubahan warna dan iritas pada daerah belakang
klien.
179
kabur, tampak ptosis pada mata kanan klien, ukuran pupil kanan klien 4 mm.
mengalami gangguan akibat dari trauma kepala dan tindakan kraniotomi yang
BAB V
PENUTUP
yang berkaitan dengan landasan teori dan tujuan yang telah ditetapkan. Penulis
A. Kesimpulan
kraniotomi et causa cedera kepala berat selama tiga hari terhitung dari tanggal
kasus pada klien Tn. Y dengan post kraniotomi et causa cedera kepala
yaitu resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas, perubahan proses
adalah sikap klien dan keluarga yang ramah dan kooperatif pada setiap
tindakan yang dilakukan, izin yang diberikan pihak rumah sakit serta
B. Saran
pasien dengan post kraniotomi et causa cedera kepala berat dapat dilakukan
makan makanan yang mengandung protein seperti ikan dan telur agar
2. Bagi mahasiswa
masalah seperti ini sangat terbatas oleh karena itu diharapkan mahasiswa
3. Bagi institusi
berat.
keperawatan.
185
DAFTAR PUSTAKA
.
Carpenito, LJ. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001.
Doenges ME, Moorhouse MF, & Geissler AC. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000.
Morton PG, Fontaine D, Hudak CM, & Gallo BM. Keperawatan Kritis;
Pendekatan Asuhan Holistik. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2012.
Pusponegoro AD, Soedarmo S, Suhartono R, & Isma ZA. BT & CLS (Basic
Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support). Jakarta : Yayasan
Ambulans Gawat Darurat 118. 2012.
Smeltzer SC, & Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedal Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: EGC. 2002.
Woro R, Anna MS, Sulistyowati T, Suharyanto FX, & Zainal N. 2013. Riset
Kesehatan Dasar. Diambil tanggal 13 Juli 2013 dari
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.
pdf.
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
Oleh :
SUPIANA
NPM : 11701020058
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2013/2014
1
( SAP )
Tempat : Flamboyan
A. Latar Belakang
suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Dibutuhkan suatu upaya keras dalam
terhadap cedera kepala (Hidayat, 2008). Cedera kepala merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan
kepala, dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
bawah 30 tahun, dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita (Smeltzer
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Materi
Terlampir.
D. Metode
E. Media
F. Tempat Pelaksanaan
Keterangan :
: Pemateri
: Penguji
: Pasien
: Keluarga pasien
3
G. Kegiatan Penyuluhan
penyuluhan memperhatikan
4. Membuat kontrak
waktu
a. Pengertian dan
kepala
cedera kepala
d. Penanganan
cedera kepala
2. Memberikan
kesempatan bertanya.
4
2. Mengevaluasi memperhatikan
diberikan diberikan
dimengerti dari
penjelasan
4. Salam Penutup
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
sebelumnya.
2. Evaluasi proses
3. Evaluasi hasil
I. Daftar Pustaka
Smeltzer SC, & Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedal Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: EGC. 2002.
6
MATERI
A. Pengertian
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma)
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
B. Penyebab
mobil, perkelahian, jatuh, cedera olahraga, dan cedera kepala terbuka sering
kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak
vertigo, gangguan pergerakan, dan kejang. Cedera sistem saraf pusat tidak
7
cedera multisistem.
D. Penanganan
E. Daftar pustaka
Smeltzer SC, & Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedal Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: EGC. 2002.
Oleh :
Oleh :
SUPIANA
11701020058
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2014
3
4
5
MENGANGKAT DRAIN
A. Definisi
Merawat luka dengan drain adalah suatu tindakan keperawatan pada luka yang
memakai drain.
B. Tujuan
5. Mencegah perdarahan.
C. Indikasi
D. Pengkajian
2. Kaji kondisi lokal pada tempat luka yang memakai drain (karakteristik
E. Persiapan alat
c. Gunting up hecting
d. Klem arteri
2
3. Nierbekken (bengkok)
6. Korentang
7. Plester
8. Gunting plester
9. Perlak
14. Sampiran
F. Persiapan lingkungan
2. Atur pencahayaan
G. Persiapan pasien
H. Prosedur kerja
3. Atur pencahayaan
3
4. Cuci tangan
8. Cairan normal salin dan larutan antiseptic di tuang ke dalam kom steril.
9. Buka luka dan segera pantau kondisi local luka dengan drain (karakteristik
luka).
10. Lepas sarung tangan bersih dan Pakai sarung tangan steril.
11. Bersihkan luka dan drain bagian luar dengan cairan normal salin.
13. Berikan antiseptic yang sesuai pada area pemasangan drain serta bagian
14. Klem drain ± 30 cm dari pangkal drain yang terfiksasi oleh benang jahitan
di jaringan kulit.
15. Jepit simpul benang jahitan yang memfiksasi drain dengan pinset chirugis
dan ditarik ke atas sedikit, kemudian menggunting benang tepat di sisi lain
anatomis, lalu gunakan pinset chirugis untuk menarik drain keluar secara
perlahan - lahan.
17. Luka bekas drain diperiksa dan dibersihkan dengan cairan normal salin
18. Tutup luka bekas drain dengan kasa steril dan fiksasi.
4
1. Privasi pasien
J. Dokumentasi
tindakan
1
A. Definisi
Suatu bentuk tindakan perawatan yang dilakukan pada kulit atau jaringan yang
mengalami luka.
B. Tujuan
C. Persiapan alat
c. Gunting jaringan
a. Kasa steril
4. Handscone steril
5. Handscone bersih
6. Nierbekken (bengkok)
7. Korentang
8. Plester
13. Perlak
D. Persiapan lingkungan
E. Persiapan pasien
F. Prosedur kerja
pada pasien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
3. Atur posisi yang nyaman bagi pasien dan tutupi bagian tubuh selain bagian
luka.
5. Cuci tangan.
9. Buka luka pasien dan inspeksi karakteristik luka (warna, jaringan nekrotik,
pembentukan lesi).
10. Buka sarung tangan sekali pakai dan pasang sarung tangan steril.
12. Gunakan swab yang terpisah untuk setiap usapan kemudian keringkan
14. Jika luka decubitus : setelah daerah luka bersih, pasang kasa yang lembab
pada permukaan luka (kasa lembab yang telah direndam dengan larutan
15. Jika luka dalam, masukkan kasa dengan hati – hati dengan menggunakan
pinset sampai semua permukaan luka kontak dengan kasa yang lembab.
16. Pasang kasa kering dan tutupi dengan bantalan kasa yang lebih tebal.
G. Dokumentasi