Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN MAGANG

GAMBARAN UMUM SUB KOMITE KESELAMATAN PASIEN


DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR PROVINSI JAWA TIMUR

Disusun Oleh:
ALFIAN MANDA EKO SURYANTO
201612042

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RS DR. SOETOMO
SURABAYA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa

Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo

dengan judul GAMBARAN UMUM SUB KOMITE KESELAMATAAN

PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR PROVINSI JAWA TIMUR, yang

di susun oleh :

NAMA : ALFIAN MANDA EKO SURYANTO

NIM : 201612042

Telah disetujui dan disahkan :

Pembimbing Lapangan, Pembimbing Akademik,

dr. Riftaul Hasna., M.Kes Estiningtyas N, S.KN., M.ARS

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit

Sri Nawangwulan, SKM., M.Kes

Surabaya, 13 Febuari 2020


KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa oleh karena

anugerahnya-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Magang dengan judul “GAMBARAN UMUM SUB KOMITE KESELAMATAN

PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA MEMUR PROVINSI JAWA TIMUR” dapat

terselesaikan. Laporan Magang ini disajikan dengan bahasa yang tepat, lugas, dan

jelas sehingga mudah di pahami. Laporan Magang ini disusun untuk memenuhi

syarat kelulusan pendidikan Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit STIKES

Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.

Penyusunan Laporan Magang Ini tidak lepas dari berbagai pihak yang

membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Fatchur Rochman, Sp. KFR (K) selaku Ketua STIKES

Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.

2. Bapak dr. Mochamad Hafidin Ilham. Sp. An selaku Direktur

Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

3. Ibu Sri Nawangwulan, SKM., M. Kes selaku ketua Program Studi

S1 Administrasi Rumah Sakit STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr.

Soetomo Surabaya.

4. Ibu Estiningtyas N, S.KN., M.ARS selaku pembimbing akademik

yang menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu

Penulis menyelesaikan penelitiannya.


5. Instalasi Diklatlit Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

membantu Penulis menyelesaikan penelitiannya.

6. Ibu dr. Rifatul Hasna., M. Kes selaku pembimbing menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu Penulis menyelesaikan

penelitiannya.

7. Seluruh pegawai di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan selama menjalani praktik

di lapangan.

Dengan penyelesaian Laporan Magang ini, Penulis mengharapkan

pemberian kritik dan saran yang sifatnya memberi pengarahan menuju

kesempurnaan. Semoga Laporan Magang ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.

Surabaya, 13 Febuari 2020

Penulis
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo merupakan perguruan tinggi

swasta yang mengelola Program Studi Strata Satu Administrasi Rumah Sakit.

Beragam teori yang telah diberikan selama masa perkuliahan dari semester

satu hingga semester enam diantaranya, manajemen SDM, manajemen

perencanaan, manajemen keuangan, manajemen mutu, manajemen asuransi,

manajemen logistik, manajemen aset, manajemen pemasaran dan lain

sebagainya.

Dari teori yang di dapat selama perkuliahan dapat di implementasikan di

dunia kerja, yang biasa di sebut dengan Magang. Pelaksanaan Magang akan

membawa Mahasiswa pada sebuah pengalaman nyata, yakni dunia kerja

dengan profesi yang akan di tempuh khususnya di Program Administrasi

Rumah Sakit.

Kegiatan magang merupakan pelaksanaan dari salah satu Tri Dharma

Perguruan Tinggi yaitu untuk memfasilitasi Mahasiswa dalam

mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan di

tempat kerja seperti rumah sakit pemerintah atau swasta. Program Studi

Administrasi Rumah Sakit STIKES Yayasan RS Dr. Soetomo pada semester

VIII menyelenggarakan kegiatan magang Mahasiswa. Kegiatan magang ini

merupakan pelaksanaan proses pembelajaran sesuai kurikulum di Program


6

Studi Administrasi Rumah Sakit yang harus di ikuti oleh Mahasiswa semester

VIII.

Magang menjadi wadah bagi Mahasiswa untuk mencoba mengenal

lingkungan kerja yang akan mereka hadapi setelah mereka lulus nanti serta

berbaur dan mengabdi pada masyarakat serta mengaplikasikan segala teori

yang telah diajarkan di bangku kuliah. Wadah yang akan menjadi front vision

bagi mahasiswa untuk mendasari mereka dalam mempersiapkan diri

menghadapi tantangan masa depan.

Untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dari ilmu yang telah di

dapat pada masa kuliah, maka pada kegiatan magang ini saya memilih Rumah

Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa timur di Sub Komite Keselamatan Pasien.

Rumah Sakit Jiwa Menur merupakan Rumah Sakit Jiwa kelas A Pendidikan,

dan merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Menurut Permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan

Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi

asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman bekerja dengan kesepadanan pengetahuan

yang ada di rumah sakit terutama pada Sub Komite Keselamatan Pasien
dengan ilmu administrasi rumah sakit yang telah dipelajari pada masa

kuliah.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Gambaran Umum Sub Komite Keselamatan Pasien di

Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

2. Mengetahui Implementasi Sub Komite Keselamatan Pasien di Rumah

Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

3. Melakukan Pembahasan Implementasi Sub Komite Keselamatan

Pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

1.3 Manfaat

Program Magang diharapkan mampu memberikan dampak positif pada

semua pihak terutama Mahasiswa, Rumah Sakit, dan pihak Program Studi.

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

a. Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru tentang dunia kerja

untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi situasi pekerjaan yang

akan dijalani kelak;

b. Mahasiswa mendapatkan gambaran persaingan di dunia kerja,

sehingga mahasiswa dituntut untuk terus mengembangkan ilmu dan

pengetahuan agar mampu bertahan dalam persaingan di dunia kerja.

1.3.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit

a. Memperoleh gambaran baru dalam pengembangan ilmu administrasi

rumah sakit;

b. Dengan adanya pelaksanaan Magang bisa membantu dalam pekerjaan

tugas-tugas pegawai di Rumah Sakit;


7
8

c. Menjadi momentum sebagai penyambung hubungan yang baik bagi

pihak rumah sakit dengan pihak STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr.

Soetomo.

1.3.3 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

a. Menjalin hubungan kerjasama dengan instansi terkait sebagai upaya

meningkatkan serapan pekerjaan bagi lulusan mahasiswa;

b. Untuk meningkatkan keterkaitan dan kesesuaian antara substansi

akademik yang disampaikan pada mahasiswa, agar di kemudian hari

ilmu dan pengetahuan bisa diterapkan dan bahkan dicari oleh rumah

sakit;

c. Dapat dijadikan acuan bagi praktek kerja lanjutan di masa mendatang.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Menurut Undang- Undang no 44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila

dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat,

keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan

keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 dalam Undang- Undang no 44 tahun 2009, Rumah Sakit mempunyai

fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;


d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Keselamatan Pasien

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017,

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih

aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.

2.2.1 Ruang Lingkup 7 Standar Keselamatan Pasien

a. Hak Pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan

terjadinya insiden.

b. Pendidikan Bagi Pasien Dan Keluarga.

Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan

keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam

asuhan pasien.
11

c. Keselamatan Pasien Dalam Kesinambungan Pelayanan.

Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam

kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga

dan antar unit pelayanan.

d. Penggunaan Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi

Dan Peningkatan Keselamatan Pasien.

Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau

memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja

melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan

melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan

pasien.

e. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien.

Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program

keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui

penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien“.

f. Pendidikan Bagi Staf Tentang Keselamatan Pasien.

Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien;


12

g. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai

Keselamatan Pasien.

Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses

manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi

kebutuhan informasi internal dan eksternal.

2.2.2 7 Langkah Menju Keselamatan Pasien

a. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien.

Segala upaya harus dikerahkan di Fasilitas pelayanan Kesehatan

untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan tidak menyalahkan

sehingga aman untuk melakukan pelaporan.

b. Memimpin Dan Mendukung Staf.

Tegakkan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien

diseluruh Fasilitas pelayanan Kesehatan. Membangun budaya

keselamatan sangat tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dan

kemapuan organisasi mendengarkan pendapat seluruh anggota.

c. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko.

Sistem manajemen risiko akan membantu Fasilitas pelayanan

Kesehatan mengelola insiden secara efektif dan mencegah kejadian

berulang kembali. Keselamatan pasien adalah komponen kunci dari

manajemen risiko, dan harus di integrasikan dengan keselamatan staf,

manajemen komplain, penanganan litigasi dan klaim serta risiko

keuangan dan lingkungan.


13

d. Mengembangkan Sistem Pelaporan.

Sistem pelaporan sangat vital di dalam pengumpulan informasi

sebagai dasar analisa dan penyampaikan rekomendasi. Memastikan staf

mudah melaporkan insiden secara internal (lokal) maupun eksternal

(nasional).

e. Melibatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien.

Peran aktif pasien dalam proses asuhannya harus diperkenalkan

dan di dorong. Pasien memainkan peranan kunci dalam membantu

penegakan diagnosa yang akurat, dalam memutuskan tindakan

pengobatan yang tepat, dalam memilih fasilitas yang aman dan

berpengalaman, dan dalam mengidentifikasi Kejadian Tidak

Diharapkan (KTD) serta mengambil tindakan yang tepat.

f. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien.

Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan

siapa yang harus disalahkan tetapi bagaimana dan mengapa insiden itu

terjadi.

g. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien.

Salah satu kekurangan Fasilitas pelayanan Kesehatan di masa lalu

adalah ketidakmampuan dalam mengenali bahwa penyebab kegagalan

yang terjadi di satu Fasilitas pelayanan Kesehatan bisa menjadi cara

untuk mencegah risiko terjadinya kegagalan di Fasilitas pelayanan

Kesehatan yang lain.

2.2.3 6 Sasaran Keselamatan Pasien

a. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar;


14

b. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif;

c. Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan Yang Harus Diwaspadai;

d. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,

Pembedahan Pada Pasienyang Benar;

e. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan;

f. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh.

2.2.4 Pelaporan Dan Pencatatan Insiden Keselamatan Pasien

Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden,

adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat

dicegah pada pasien.

Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:

a. Kondisi Potensial Cedera (KPC);

Merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk

menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC);

Merupakan terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke

pasien.

c. Kejadian Tidak Cedera (KTC);

Merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak

timbul cedera.

d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

Merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.


15

Penanganan Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan

melalui pembentukan tim Keselamatan Pasien yang ditetapkan oleh

pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai pelaksana kegiatan

penanganan Insiden.

Dalam Penanganan Insiden, tim keselamatan pasien melakukan

kegiatan berupa pelaporan, verifikasi, investigasi, dan analisis penyebab

Insiden tanpa menyalahkan, menghukum, dan mempermalukan

seseorang.

Setiap Insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim

Keselamatan Pasien dalam waktu paling lambat 2x24 jam dengan

menggunakan format laporan dan diverifikasi oleh tim Keselamatan

Pasien untuk memastikan kebenaran adanya Insiden. Berdasarkan hasil

investigasi tim Keselamatan Pasien menentukan derajat insiden (grading)

dan melakukan Root Cause Analysis (RCA) dengan metode baku untuk

menemukan akar masalah.

Tim keselamatan pasien harus memberikan rekomendasi

keselamatan pasien kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan

berdasarkan hasil Root Cause Analysis (RCA). Alur pelaporan insiden

mulai dari insiden ditemukan hingga pelaporan insiden di perlihatkan

pada Gambar 2.1.


16

Unit/ Atasan TIM DIREKSI KKP


Dept/Inst Langsung KP RS PERSI

Laporan
Insiden Kejadian
(2x24 jam)

Tangani Atasan
Segera Langsung

Grading

Biru/ Merah/
Hijau Kuning

Investigasi
Sederhana

Laporan
Kejadian Hasil
Rekomendasi Investigasi

Analisis/
Regrading

RCA

Feed Pembelajaran/ Laporan Laporan


Back ke Rekomendasi
Unit

Gambar 2.1 Alur pelaporan IKP


Sumber: Permenkes No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
17

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Lokasi Kegiatan

Tempat magang : RS JIWA MENUR PROVINSI JAWA TIMUR.

Tempat institusi : JL. Raya Menur 120 Surabaya 60282.

Bagian : Sub. Komite Keselamatan Pasien.

3.2 Waktu kegiatan

Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 minggu, dimulai pada

tanggal 13 Januari 2020 - 7 Februari 2020. Hari kerja RS Jiwa

Menur Provinsi Jawa Timur menyesuaikan jam kerja yang ada

dengan ketentuan 5 hari kerja, sebagai berikut :

a. Senin – Kamis : Pukul 07.00 – 15.30 WIB.

b. Jum’at : Pukul 07.00 – 14.30 WIB.

c. Sabtu – Minggu : Libur.


18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Situasi Umum


4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

Awalnya, pada tahun 1923 Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

diperkirakan sebagai “Doorgangshuis” atau tempat penampungan

sementara penderita gangguan jiwa dengan kapasitas 100 tempat tidur.

Sampai dengan tahun 1977 beralamatkan Jl. Karang Tembok dan

disebut : “Rumah Sakit Jiwa Pegirian”.

Tahun 1954 Departemen Kesehatan membeli tanah seluas 96.840

m2 di Menur (dahulu Gubeng). Tanah 96.840 m2 selanjutnya 40.436 m2

diperuntukkan untuk RSJ Menur sedangkan sisanya 54.406 untuk

Akademi Penilik Kesehatan (sekarang Poltekkes).

Dalam rangka kunjungan kerja,  Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa

(Dr. Salekan) mengadakan pertemuan  dengan :

a. Kepala Bagian Psikiatri FK Unair /RS Dr. Soetomo : Prof Dr. H.

R.M Soejoenoes.

b. Staf Bagian Psikiatri FK Unair/ RS Dr. Soetomo.

a) dr. Triman Prasadio;

b) dr. W.F. Maramis;

c) dr. Daldiri;

d) dr. Moeljono.
19

Pertemuan tersebut  membicarakan soal tanah dan

pembangunannya.  Pada waktu itu Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa

menyetujui tanah yang telah dibeli akan diserahkan kepada pengelola di

daerah.  Selanjutnya dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukan di

daerah terdapat kesepakatan untuk menunjuk dr. Moelyono sebagai

penyelenggara pembangunan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Januari 1972 lahir Piagam Kerjasama antara Pengawas, Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Jatim (Dr. Bahrawi Wongsokoesoemo),

Dekan   Fakultas Kedokteran Unair (Prof Asmino), dan  Kepala

Direktorat Kesehatan Jiwa (Prof. Kusumanto Setyonegoro).  Isi Piagam

Kerjasama tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kesepakatan menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit Jiwa

Menur Surabaya serta memperlengkapinya;

b. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya di bidang kesehatan jiwa

kepada masyarakat Jawa Timur;

c. Semua pihak yang tersebut di atas akan menunjang dalam bentuk

apapun demi terlaksananya penyelesaian pembangunan RS Jiwa Menur

Surabaya.

Tanggal 24 Maret 1977 Rumah Sakit Jiwa Menur diresmikan oleh

Gubernur KDH TK I Jawa Timur (Bapak Soenandar Prijosoedarmo)

dengan nama Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat/Rumah Sakit Jiwa

Menur dengan status Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Timur dan dipimpin oleh dr. R. Moeljono

Notosoedirdjo, Sp.S.,Sp.KJ., MPH.
20

Selanjutnya Sebanyak 90 penderita dan 50 orang karyawan

dipindahkan dari Rumah Sakit Jiwa Pegirian dengan alasan bangunan

sudah tidak layak pakai ("bouwvallig") ke Jl. Menur No. 120  Surabaya.

Sejak tahun 1977/1978 Rumah Sakit Jiwa Menur dibangun secara

bertahap melalui Anggaran Pembangunan Departemen Kesehatan dan

Propinsi Jawa Timur dengan kapasitas 100 tempat tidur.

Berdasarkan Ketentuan Pasal 72 Ayat 2 Kepmenkes  RI. No.

135/Menkes /SK/IV /1978 ditindaklanjuti Perda Prov Jatim No

11/85/Jo     SK Gubernur No. 93 Tahun 1985 tanggal 14 September 1985

tentang Organisasi dan Tata Kerja RS Jiwa Daerah, Pusat Kesehatan Jiwa

Masyarakat/ Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya ditetapkan  menjadi :

Rumah Sakit Jiwa Daerah Kelas  A.

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 23 Tahun

2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja RS Propinsi, Rumah

Sakit Jiwa Daerah Menur Surabaya berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa

Menur yang berkedudukan di Surabaya dengan status Unsur Penunjang

Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan bereselon IIA dengan tempat tidur

yang tersedia 240 dari kapasitas 300 tempat tidur.

Berdasarkan Perda Prov. Jatim No. 11 Tahun 2008  Jo Pergub No.

113 tahun  2008 RSJ Menur ditetapkan sebagai  : Badan Layanan

Umum,   Rumah Sakit Kelas A Khusus dan Bereselon II-B, dan sejak 30

Desember 2008, Rumah Sakit Jiwa Menur telah berubah menjadi Badan

Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan dasar hukum SK Gubernur no.


21

188/442/kpts/013/2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang : Rumah Sakit

Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur sebagai Badan Layanan Umum Daerah.

Pada Tahun 2004, RS Jiwa Menur telah terakreditasi Penuh

Tingkat Lanjut 12 Pelayanan oleh Departemen Kesehatan RI, dan pada

awal 2008 telah diaudit dan lulus sertifikasi ISO 90001:2000 oleh PT.

SGS Indonesia untuk seluruh jenis pelayanan.

Tahun 2009 RSJ Menur memperoleh Publik Service Award Tahun

2009 untuk kategori Trust dari UK Petra. Pada April 2010 RS Jiwa

Menur telah melakukan upgrade dan lulus sertifikasi ISO dari ISO 9001 :

2000 menjadi ISO 9001 : 2008 oleh PT TUV NORD Indonesia. Pada

tahun 2010 RSJ Menur  juga telah melakukan persiapan Akreditasi 16

Pelayanan.

Tahun 2011 RS Jiwa Menur telah berhasil mempertahankan

kelulusan ISO 9001 : 2008 oleh PT TUV NORD Indonesia. Pada tahun

2011 RSJ Menur  juga telah lulus Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16

Pelayanan, yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, tanggal 14 Februari 2011, dengan Nomor Sertifikat Akreditasi

Rumah Sakit  No : YM.01.10 / III/ 489/ 2011 dan berlaku hingga 5 tahun

kedepan. Disamping itu pada Tahun 2011 RSJ Menur juga telah

menyelesaikan Dokumen Penetapan Kelas Rumah Sakit Type A Khusus

dan telah divisitasi oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada

tanggal 29 Desember 2011. 

Awal Tahun 2012 , berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 060 / Menkes / SK/ II / 2012  tanggal 17


22

Pebruari 2012,  tentang  Penetapan Kelas Rumah Sakit  Jiwa Daerah

Menur Surabaya Milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur,  RS Jiwa Menur

ditetapkan sebagai Rumah Sakit Khusus dengan Klasifikasi Kelas A. 

Pada tahun 2012 RS Jiwa Menur juga telah berhasil melakukan Re-

Sertifikasi ISO 9001 : 2008 oleh TUV Nord pada tanggal  10 - 12 April

2012  dan dinyatakan lulus.  Selanjutnya pada  tahun 2012 ini  RS Jiwa

Menur  dalam proses pengajuan  Penetapan Rumah Sakit sebagai Rumah

Sakit  Khusus Type A  Pendidikan.

2.

4.1

4.1.1

4.1.2

4.1.3

4.1.2 Visi, Misi,Motto, Falsafah dan Nilai-nilai Budaya Rumah Sakit Jiwa

Menur Surabaya

RS Jiwa Menur Surabaya sebagai Rumah Sakit milik Pemerintah

Provinsi Jawa Timur, oleh karena itu perlu adanya suatu visi dan misi

untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi. Berdasarkan visi misi

Gubernur Jawa Timur Menetapkan visi dan misi sebagai berikut :

a. Visi Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

Rumah sakit jiwa kelas A pendidikan dengan pelayanan

prima.

b. Misi Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya


23

a) Mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa subspesialistik yang

prima dan paripurna serta pelayanan kesehatan non jiwa

sebagai penunjang pelayanan kesehatan jiwa.

b) Mewujudkan pelayanan pendidikan, pelatihan, dan

penelitian kesehatan jiwa yang bermutu dan beretika.

c. Motto

Kepuasan pelanggan prioritas kami.

d. Falsafah

Bekerja berbasis bukti (Evidence Based Medicine) dengan

mengutamakan keselamatan pasien.

e. /Nilai-nilai Budaya Rumah Sakit

Budaya kerja di Rumah Sakit Jiwa Menur adalah :

MENUR PANCA MALU Arti dari Nilai Budaya ” Menur

Panca Malu ” adalah sebagai berikut:

MENUR

a) M : Mampu dan mempunyai kompetensi dan

kemampuan untuk semua tugas-tugas pekerjaan

berdasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta ketrampilan yang terbaik berlandaskan iman dan

taqwa;

b) E : Elok dan asri dilingkungan dan tempat kerja

penampilan pribadi, dalam melaksanakan tugas selalu


24

tersenyum, menyapa, siap membantu melayani,

berperilaku menjaga kebersihan dan ketertiban;

c) N : Nasionalis yang selalu mengutamakan kepentingan

bangsa dan negara, persatuan dan kesatuan, berjiwa

patriot, rela berkorban, suka bergotong-royong, serta

berdisiplin tinggi;

d) U : Utamakan selalu kepentingan dan kepuasan para

pengguna jasa, berbudi pekerti luhur, dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa;

e) R : Ramah dan rajin dalam pelaksanaan tugas,

berkomunikasi, bekerjasama, ringan hati, ringan kaki

dan tugas dilaksanakan dengan ikhlas, ramah terhadap

lingkungan.

Panca Malu
a) Malu Karena pulang sebelum waktunya, tidak masuk
kerja, sering datang terlambat, dan berperilaku kurang
sopan;
b) Malu Karena disiplin produktifitas kerjanya yang
rendah;
c) MalubKarena lebih mementingkan kepentingan pribadi
dari pada kepentingan dinas;
d) Malu Karena kurang memahami prosedur kerja dan
peraturan yang berlaku;
e) Malu Karena tidak mau belajar untuk peningkatan
kemampuan dan keterampilan.
4.1.3 Sumber Daya Manusia (SDM)

No Jenis Tenaga Satuan Jumlah


25

1 Tenaga Medis

*Dokter Umum Orang 17

*Dokter Spesialis Orang 18

*Dokter Spesialis Gigi Orang 1

*Dokter Gigi Orang 2

2 Perawat Orang 167

Tenaga Keterapian Fisik Orang 12

3 Psikologi Klinis Orang 7

4 Tenaga Kefarmasian Orang 23

Apoteker Orang 10

Tenaga Teknis Kefarmasian Orang 13

5 Tenaga Kesehatan Lingkungan Orang 6

Sanitasi Lingkungan Orang 6

6 Tenaga Gizi Orang 11

Nutrisionis Orang 11

7 Tenaga Keteknisian Medis Orang 22

Perekam Medis dan Informasi Orang 22

Kesehatan

8 Tenaga Teknik Biomedika Orang 15

Radiografer Orang 4

Elektromedis Orang 5

Ahli Teknologi Lab. Medik Orang 6

9 Tenaga Non-Kesehatan Orang 176


26

Pejabat Struktural Eselon II Orang 1

Pejabat Struktural Eselon III Orang 5

Pejabat Struktural Eselon IV Orang 10

Staf Evaluasi dan Pelaporan Orang 5

Staf Keuangan Orang 22

Sataf Pengelola TIK Orang 5

Petugas Keamanan Orang 28

Staf Perencanaan Orang 4

Staf Perpustakaan Orang 1

Staf Diklat Orang 4

Staf Perlengkapan Orang 11

Pengemudi Orang 4

Pengemudi Ambulan Orang 5

Staf Kepegawaian Orang 17

Tenaga Lain Yang Tidak Tercantum Orang 54

Jumlah Orang 477

Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit.


Sumber: rsjmenur.jatimprov.go.id.
27

4.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya


DIREKTUR

STAF MEDIK FUNGSIONAL


KOMITE MEDIK SPI

WADIR PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN WADIR UMUM DAN KEUANGAN

BIDANG BIDANG BIDANG BAGIAN TATA BAGIAN PROGRAM BAGIAN KEUANGAN


PELAYANAN MEDIK KEPERAWATAN PENUNJANG MEDIK USAHA

SEKSI PELAYANAN SEKSI ASUHAN DAN SEKSI PENUNJANG SUBBAG UMUM SUBBAG PENYUSUNAN SUBBAG PENERIMAAN
RAWAT INAP DAN MUTU MEDIK DAN PROGRAM DAN ANGGARAN PENDAPATAN &
REHABILITASI KEPERAWATAN KEPEGAWAIAN PERBENDAHARAAN

SEKSI PELAYANAN SEKSI TENAGA DAN SEKSI REKAM


MEDIK SUBBAG SUBBAG EVALUASI DAN SUBBAG VERIFIKASI
RAWAT JALAN DAN SARANA
PERLENGKAPAN PELAPORAN DAN AKUNTANSI
RAWAT DARURAT KEPERAWATAN

INSTALASI KESLING INSTALASI DIKLAT


INSTALASI INSTALASI INSTALASI INSTALASI GAWAT INSTALASI & DALIN DAN ASRAMA
GIZI LABORATORIUM RAWAT JALAN DARURAT NAPZA

INSTALASI IPS/
INSTALASI INSTALASI INSTALASI INSTALASI INSTALASI KESWAMAS & PEMELIHARAAN
FARMASI REHABILITASI RAWAT INAP ELEKTROMEDIK & PKRS
RADIOLOGI

Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSJ Menur Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 113 Tahun 2008.
28

4.1.5 Pelayanan Rumah Sakit


Rumah Sakit jiwa menur memiliki beberapa produk jasa yang
ditawarkan oleh pihak Rumah Sakit kepada masyarakat dalam
memberikan pelayanan adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Jiwa dan Non Jiwa.

2. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan;

a. Spesialis Kesehatan Jiwa;

b. Spesialis Penyakit Dalam;

c. Spesialis Penyakit Syaraf;

d. Spesialis Penyakit Paru;

e. Spesialis Kulit Kelamin;

f. Spesialis Kesehatan Gigi dan Mulut;

g. Spesialis Psikogeriatri;

h. VCT HIV / AIDS.

i. Mind and Body Check Up

3. Pelayanan Instalasi Psikologi.

4. Pelayanan Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja.

5. Pelayanan Instalasi Rawat Inap.

6. Pelayanan Instalasi Napza.

7. Pelayanan Penunjang Medik

a Intalasi Farmasi;

b Intalasi Laboratrium;

c Intalasi Radiologi dan Elektro Medik;

d Intalasi Gizi;
29

e Intalasi Pemulasaran Jenazah;

f Pelayanan Rekam Medis.

8. Pelayanan Penunjang Non Klinik

9. Pelayanan Instalasi PKRS

10. Pelayanan Instalasi Diklat-Lit

4.2 Profil Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Jiwa Menur
Provinsi Jawa
4.2.1 Deskripsi Bagian Sub Komite Keselamatan Pasien
Berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya Nomor : 188.4 / 9735 / 305 / 2018 tentang Sasaran
Keselamatan Pasien Rumah Sakit bahwa dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan maka perlu adanya penerapan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa
Timur.
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit semakin tinggi
karena sumber daya manusia rumah sakit, pengunjung/pengantar
pasien, pasien dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberi
pelayanan maupun karna kondisi sarana dan prasarana yang ada di
rumah sakit yang tidak sesuai standar.
4.2.2 Kedudukan Sub Komite Keselamatan Pasien

Bertanggung jawab kepada ketua Direktur melalui ketua

Komite PMKP
30

4.2.3 Struktur Organisasi Sub Komite Keselamatan Pasien

Direktur

Ketua PMKP

Seketaris

Sub Komite Sub Komite Sub Komite Manj.


Mutu Keselamatan Pasien risiko

Champion

4.2 Gambar Struktur Organisasi Sub Komite Keselamatan Pasien.

Sumber : Sub Komite Keselamatan Pasien

4.2.4 Tanggung jawab Sub Komite Keselamatan Pasien

a. Bertanggung jawab terhadap pemantauan Program

Keselamatan Pasien;

b. Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan pemantauan

program indikator Keselamatan Pasien di Panitia Peningkatan

Mutu dan Keselamatan Pasien;


31

c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang

berhubungan dengan inovasi Keselamatan Pasiendi rumah

sakit;

d. Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil pelaksanaan

pemantauan program Keselamatan Pasien dan kegiatan-

kegiatan mutu lainnya kepada Ketua Panitia Peningkatan Mutu

dan Keselamatan Pasien;

e. Bertanggung jawab terhadap pengolahan data dan informasi

yang berhubungan dengan keselamatan pasien rumah sakit;

f. Bertanggung jawab dalam pemberian informasi yang

berhubungan dengan kegiatan inovasi keselamatan pasien

rumah sakit.

4.2.4

4.2.5 Uraian Tugas Sub Komite Keselamatan Pasien

a. Membuat rencana strategis program pengembangan

keselamatan pasien;

b. Menyusun panduan pemantauan indikator keselamatan pasien;

c. Menyusun alat ukur pemantauan indikator keselamatan pasien;

d. Berkoordinasi dengan unit terkait dalam penyelenggaraan

pemantauan indikator keselamatan pasien;

e. Menganalisa hasil pencapaian indikator keselamatan pasien;

f. Membuat laporan periodik hasil pemantauan indikator

keselamatan pasien;
32

g. Melakukan perbandingan hasil pemantauan indikator

keselamatan pasien secara periodik dengan standar nasional,

standar internasional serta rumah sakit Iain yang sejenis;

h. Menyelenggarakan dan menyiapkan kegiatan sosialisasi

internal rumah sakit tentang pencapaian indikator keselamatan

pasien;

i. Menyusun bahan rekomendasi terhadap pencapaian hasil

pemantauan indikator keselamatan pasien;

j. Mendistribusikan bahan rekomendasi hasil pemantauan

indikator keselamatan pasien ke unit terkait;

k. Membuat rekapan dan laporan evaluasi tindaklanjut

rekomendasi dari unit terkait;

l. Menghadiri rapat, pertemuan, workshop dan atau seminar

terkait pengembangan mutu klinik baik internal atau eksternal

rumah sakit;

m. Menyelenggarakan kegiatan validasi hasil pencapaian indikator

keselamatan pasien dan berkoordinasi dengan unit terkait;

n. Membuat laporan hasil validasi internal khusus indikator

keselamatan pasien;

o. Membuat program inovasi bidang keselamatan pasien;

p. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pengembangan, inovasi

dan keselamatan pasien;

q. Mengkoordinasikan program penyegaran dan pelatihan

keselamatan pasien;
33

r. Melakukan koordinasi kepada bagian / bidang / komite / unit

terkait terhadap implementasi standar pelayanan yang terkait

dengan keselamatan pasien.

4.2.6 Wewenang Sub Komite Keselamatan Pasien

a. Meminta laporan pelaksanaan pemantauan program indikator

mutu keselamatan pasien dan penjaminan mutu dari unit kerja

terkait;

b. Melakukan koordinasi dengan instalasi/ unit-unit kerja di

lingkungan Rumah Sakit Jiwa Menur terkait pelaksanaan

pemantauan program indikator mutu keselamatan pasien;

c. Meminta laporan insiden keselamatan pasien di lingkungan

Rumah Sakit Jiwa Menur.

4.3 Mengetahui Implementasi Di Sub Komite Keselamatan Pasien

Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan dapat di ketahui bahwa

di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur telah melaksanakan 7

Standar Keselamatan pasien, 7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien,

dan 6 Sasaran Keselamatan Pasien.

4.3.1 7 Standar Keselamatan Pasien

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang

perlu ditangani segera di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia maka

diperlukan standar keselamatan pasien fasilitas pelayanan kesehatan yang

merupakan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia untuk

melaksanakan kegiatannya.
34

Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan

kesehatan dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen

Akreditasi. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar

yaitu :

A. Standar I Hak Pasien

Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan

terjadinya insiden.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Adanya dokter penanggung jawab pelayanan, baik di Instalasi

Gawat Darurat (IGD), Intslasi Rawat Jalan, maupun Instalasi

Rawat Inap;

b. Dokter penanggung jawab pelayanan membuat rencana pelayanan

(tertuang dalam Rekam Medik);

c. Dokter penanggung jawab pelayanan memberikan penjelasan

secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang

rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk

pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden, penjelasan ini

di dokumentasikan di Rekam Medik pasien.

B. Standar II Mendidik Pasien Dan Keluarga

Standar : Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan

keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan

pasien.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :


35

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur;

b. Memberikan edukasi baik pada pasien maupun keluarga tentang

diagnosa, penyakit, tata tertib, dan hal-hal terkait pelayanan

kesehatan.

C. Standar III : Keselamatan Pasien Dalam Kesinambungan Pelayanan

Standar: Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien

dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga

dan antar unit pelayanan.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur:

a. Adanya koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat

pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,

tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari fasilitas

pelayanan kesehatan. Monitoring dan evaluasinya di laksanakan

sesuai Standar Akreditasi Rumah Sakit;

b. Adanya regulasi transfer pasien internal. Dilaksanakan dan

dilakukan monev sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit;

D. Standar IV : Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja


Untuk Melakukan Evaluasi Dan Program Peningkatan Keselamatan
Pasien
Standar: Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru

atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja

melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan

melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan

pasien.
36

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur:

a. Adanya pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait

dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi,

mutu pelayanan, keuangan;

b. Adanya evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan secara

proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi

dengan tools FMEA;

E. Standar V : Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan

Keselamatan Pasien

Standar :

a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program

keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui

penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien“;

b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk

identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau

mengurangi insiden;

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan

koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan

keputusan tentang keselamatan pasien;

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja fasilitas

pelayanan kesehatan serta meningkatkan keselamatan pasien;


37

e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan

keselamatan pasien.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Sudah dibentuk Sub Komite Keselamatan Pasien yang terdiri

Multi Profesi;

b. Bersama dengan Sub Komite Manajemen Risiko melakukan

identifikasi risiko dan program meminimalkan insiden;

c. Adanya mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan

dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan

jelas tentang Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera”

(KNC/Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program

keselamatan pasien mulai dilaksanakan;

d. Adanya mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,

misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau

kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme

untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”;

F. Standar VI : Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien

Standar :

a. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit memiliki

proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan

mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara

jelas;
38

b. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :


a. Adanya program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf

baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan

tugasnya masing-masing;

b. Adanya topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service

training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan

insiden;

G. Standar VII : Komunikasi Sebagai Kunci Bagi Staff Untuk Mencapai

Keselamatan Pasien

Standar:

a. Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses

manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi

kebutuhan informasi internal dan eksternal;

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Sudah ada SIM RS yang bisa digunakan untuk transfer informasi

sebagai bahan untuk merencanakan dan mendesain proses baru

guna peningkatan mutu dan keselamatan pasien.


39

4.3.2 7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Maksud dan tujuan 7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah

sakit harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. 7 Langkah Menuju

Keselamatan Pasien sebagai berikut :

A. Langkah I Bangun Budaya Keselamatan

Segala upaya harus dikerahkan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan tidak menyalahkan

sehingga aman untuk melakukan pelaporan.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Sudah ada panduan pelaporan dan pencatatan;

b. Ada alur pelaporan insiden;

c. Baik panduan pelaporan dan pencatatan, serta dilakukan sosialisasi

dan pelatihan;

d. Adanya survei budaya keselamatan untuk menilai budaya

pelaporan dan pembelajaran pada tahun 2015 terakhir.

B. Langkah II Memimpin Dan Mendukung Staf


Keselamatan pasien melibatkan setiap orang dalam Fasilitas

Pelayanan Kesehatan anda. Membangun budaya keselamatan sangat

tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dan kemapuan organisasi

mendengarkan pendapat seluruh anggota.


40

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Ada manajemen yang bertanggung jawab tentang keselamatan pasien;

b. Ada penggerak/champion keselamatan pasien di tiap unit;

c. Ada agenda pertemuan-pertemuan pada tingkat manajemen dan unit;

d. Ada program-program pelatihan bagi staf dan pengukuran terhadap

efektifitas pelatihan-pelatihan tersebut.

C. Langkah III Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko

Sistem manajemen risiko akan membantu Fasilitas Pelayanan

Kesehatan mengelola insiden secara efektif dan mencegah kejadian

berulang kembali. Keselamatan pasien adalah komponen kunci dari

manajemen risiko, dan harus di integrasikan dengan keselamatan staf,

manajemen komplain, penanganan litigasi dan klaim serta risiko keuangan

dan lingkungan. Sistem manajemen risiko ini harus di dukung oleh strategi

manajemen risiko Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang mencakup progam-

program asesmen risiko secara pro-aktif dan risk register.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Ada Sub Komite Manajemen Risiko yang tugasnya mengintegrasikan

risiko klinis dan non klinis;

b. Ada indikator mutu untuk menilai risiko.

A.

B.

C.

D. Langkah IV Bangun Sistem Pelaporan


41

Sistem pelaporan sangat vital di dalam pengumpulan informasi

sebagai dasar analisa dan penyampaikan rekomendasi. Pastikan staf

mudah untuk melaporkan insiden secara internal (lokal) maupun eksternal

(nasional).

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Ada sistem pelaporan yang menjelaskan bagaimana dan cara

melaporkan insiden secara nasional ke Komite Nasional Keselamatan

Pasien (KNKP).

E. Langkah V Melibatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien


Peran aktif pasien dalam proses asuhannya harus diperkenalkan

dan di dorong. Pasien memainkan peranan kunci dalam membantu

penegakan diagnosa yang akurat, dalam memutuskan tindakan pengobatan

yang tepat, dalam memilih fasilitas yang aman dan berpengalaman, dan

dalam mengidentifikasi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) serta

mengambil tindakan yang tepat.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Ada kebijakan yang mencakup komunikasi terbuka dengan pasien dan

keluarganya tentang insiden yang terjadi;

b. Pasien dan keluarganya telah mendapatkan informasi apabila terjadi

insiden dan pasien mengalami cedera sebagai akibatnya;

c. Ada dukungan kepada staf, melakukan pelatihan-pelatihan agar

mereka mampu melaksanakan keterbukaan kepada pasien dan

keluarganya. Contoh pelatihan Service excelent dan Komukasi Efektif


42
43

F. Langkah VI Belajar Dan Berbagi Tentang Pembelajaran

Keselamatan

Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan

siapa yang harus disalahkan tetapi bagaimana dan mengapa insiden itu

terjadi. Salah satu hal yang terpenting yang harus kita pertanyakan adalah

apa yang sesungguhnya terjadi dengan sistem kita ini.

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur :

a. Ada staf yang sudah terlatih melakukan investigasi insiden secara tepat

sehingga bisa mengidentifikasi akar masalahnya;

b. Ada kebijakan yang mencakup kriteria kapan fasilitas pelayanan

kesehatan harus melakukan Root Cause Analysis (RCA);

G. Langkah VII Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem

Keselamatan Pasien

Salah satu kekurangan Fasilitas pelayanan Kesehatan di masa lalu

adalah ketidak mampuan dalam mengenali bahwa penyebab kegagalan

yang terjadi di satu Fasilitas pelayanan Kesehatan bisa menjadi cara untuk

mencegah risiko terjadinya kegagalan di Fasilitas pelayanan Kesehatan

yang lain.

Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam praktek, proses

atau sistem. Untuk sistem yang sangat komplek seperti Fasilitas pelayanan

Kesehatan untuk mencapai hal-hal diatas dibutuhkan perubahan budaya

dan komitmen yang tinggi bagi seluruh staf dalam waktu yang cukup

lama.
44

Implementasi di Rumah Sakit Jiwa Menur:

a. Adanya informasi yang berasal dari sistem pelaporan insiden, asesmen

risiko, investigasi insiden, audit dan analisa untuk menetapkan solusi di

Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur;

4.3.3 6 Sasaran keselamatan Pasien

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong

perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti

bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan

menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan

keahlian atas permasalahan ini. Enam sasaran keselamatan pasien

sebagai berikut :

A. Sasaran 1: Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar

Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek

diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya

error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam

keadaan terbius, mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya

mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam fasilitas pelayanan

kesehatan mungkin mengalami disabilitas sensori atau akibat situasi lain.

Rumah Sakit Jiwa Menur menjamin ketepatan (akurasi)

identifikasi pasien dengan cara sebagai berikut:

a. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan nama lengkap

pasien, tanggal lahir dan nomer rekam medik;


45

b. Dalam kondisi tertentu, pasien tidak mengetahui tanggal lahir,

identifikasi ditambahkan dengan nama ibu kandung;

c. Pasien rawat inap diidentifikasi dengan menggunakan gelang identitas

dan foto yang ditempelkan pada berkas rekam medik;

d. Gelang identitas warna biru untuk pasien laki-laki dan warna merah

muda (pink) untuk pasien perempuan;

e. Gelang identitas memuat identitas pasien yaitu nama lengkap (tanggal,

bulan, tahun kelahiran) dan nomor rekam medik;

f. Foto pasien diletakkan di berkas rekam medik pada lembar identitas,

lembar pemberian obat;

g. Pasien dengan riwayat alergi diberikan penanda wama merah

bertuliskan "Allergy” pada gelang dan atau cover rekam medik dan

atau badge yang ditempelkan pada baju pasien, warna merah,

lingkaran, bertuliskan "Allergy".

h. Pasien dengan risiko jatuh diberikan penanda warna kuning bertuliskan

"Fall Risk" pada gelang dan atau cover rekam medik dan atau badge

yang ditempelkan pada baju pasien, warna kuning, segitiga,

bertuliskan "Fall Risk" atau "Risiko Jatuh";

i. Pasien dengan risiko bunuh diri diberikan penanda berupa gelang

berwarna putih dan atau badge yang ditempelkan pada baju pasien

warna putih, segitiga;


46

j. Label obat, berkas rekam medik, resep, diet khusus, spesimen,

permintaan dan hasil laboratorium dan radiologi-elektromedik

menggunakan identitas pasien yang terčetak berisi nama lengkap,

tanggal lahir, nomor rekam medik;

k. Pasien diidentifikasi sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostic,

dan terapeutik; pemberian obat,. pemberian diet khusus; menerima

cairan intravena, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis, prosedur radiologi diagnostic, dan pasien

koma;

l. Pasien yang tidak sadar atau tanpa tanda pengenal diberikan nomor

rekam medik tersendiri;

m. Pelaksanaan identifikasi dilakukan'secara verbal atau visual;

n. Pasien dengan nama sama di ruang rawat diberi label "Hati-hati pasien

nama sama";

o. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi.

B. Sasaran 2: Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan

yang dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan

menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara

elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami


47

kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan

melalui telpon.

Rumah Sakit Jiwa Menur melaksanakan upaya peningkatan

efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telepon antar

PFA sebagai berikut:

a. PPA diberikan pelatihan komunikasi efektif;

b. Perintah secara lisan dan/atau melalui telepon atau informasi lain

seperti hasil pemeriksaan ditulis secara lengkap oleh penerima perintah

/ informasi (T);

c. Perintah lengkap secara lisan atau melalui telepon atau informasi lain

dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah, kecuali bila

dalam keadaan darurat (Ba);

d. Bila perintah memuat obat LASA/NORUM, harus dieja secara

alphabet;

e. Perintah atau informasi lain tersebut dikonfirmasi oleh pemberi

perintah atau yang menyampaikan informasi dalam waktu 24jam

kecuali hari libur;

f. Pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh

staf analis medis kepada perawat ruangan rawat inap atau perawat igd

atau perawat rawat jalan. Perawat penerima instruksi melaporkan hasil

kritis ke Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP);

g. Pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan radiologi dilakukan oleh

radiographer kepada perawat ruangan rawat inap atau perawat igd atau
48

perawat rawat jalan. Perawat penerima instruksi melaporkan hasil

kritis ke Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP);

h. Pelaporan nilai kritis laboratorium mulai hasil didapatkan sampai

terlaporkan kepada DPJP maksimal 30 menit. Pelaporan nilai kritis

radiologi elektromedik mulai hasil didapatkan sampai terlaporkan

kepada DPJP maksimal 60 menit;

i. Hasil pelaporan nilai kritis dicatat di berkas rekam medik oleh perawat

penerima laporan nilai kritis;

j. Nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi terdapat

dalam lampiran;

k. Daftar nilai kritis pemeriksaan laboratorium dan radiologi harus ada di

instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, dan instalasi gawat darurat;

l. Hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara professional pemberi

asuhan dan didokumentasikan dalam CPPT dengan menggunakan

SOAP;

m. Hal-hal kritikal yang dikomunikasikan antar PPA dilakukan evaluasi

untuk memperbaiki proses.

C. Sasaran 3: Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan Yang Harus

Diwaspadai

Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien,

maka penerapan manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan

keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert

medications) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan

terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat


49

yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse

outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama

Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/

LASA).

Rumah sakit Jiwa Menur melaksanakan proses meningkatkan

keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai sebagai berikut:

a. Penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan penggunaan obat

yang perlu di waspadai (high alert) termasuk LASA/NORUM sesuai

peraturan yang berlaku;

b. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur mengimplementasikan

penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan penggunaan obat

yang perlu di waspadai (high-alert) termasuk LASA/NORUM sesuải

peraturan yang berlaku;

c. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur membuat daftar obat

yang perlu diwaspadai (high-alert medications) yaitu obat yang sering

menyebabkan terjadinya kesalahan atau kesalahan serius (sentinel

event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak

diinginkan (adverse event). Obat-obat yarng perlu diwaspadai (high-

alert medications) disimpan di Farmasi. Di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) dan Ruang Intensive, obat High Alert disımpan dalam trolly

emergency terkunci dan bersegel. Tidak ada obat High Alert di Ruang

Tenang;

d. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur tidak menyediakan

cairan elektrolit konsentrat.


50
51

D. Sasaran 4: Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur

Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar

Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian

yang mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak

adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di

dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk

memverifikasi lokasi operasi.

Rumah sakit Jiwa Menur memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur,

dan tepat-pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur sebagai

berikut:

a. Rumah Sakit Jiwa Menur tidak memiliki kamar operasi;

b. Yang termasuk tindakan invasif di Rumah sakit Jiwa Menur Provinsi

Jawa Timur adalah tindakan di Klinik Gigi;

c. Sebelum melakukan tindakan, dilakukan site markingpada odontogram

dan atau foto panoramic ( bila ada ) serta selalu melakukan komunikasi

dengan pasien untuk menentukan dan memastikan tepat lokasi dan tepat

prosedur yang akan dilakukan;

d. Site marking dilakukan oleh stat medis Gigi yang melakukan tindakan;

e. Rumah Sakit Jiwa Menur menggunakan surgical safety checklist yang

berisi tentang kebenaran dan kelengkapan informed consent,

identifikasi terhadap tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien, dan

kelengkapan dokumen dan peralatan dalam kondisi yang baik;


52

f. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur memastikan

terlaksananya time out sebelum melakukan tindakan yang terdiri dari

identifikasi tepat-pasien, tepat-prosedur, dan tepat-lokasi, persetujuan

atas operasi dan konfirmasi proses verifikasi sudah lengkap dilakukan

sebelum melakukan tindakan.

E. Sasaran 5: Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan

praktisi dalam kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan

biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para

profesional pelayanan kesehatan.

Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan

kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran

darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan

dengan ventilasi mekanis). Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi

lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

Rumah sakit Jiwa menur menetapkan dan melaksanakan evidence-

based hand hygiene guidlines untuk menurunkan risiko infeksi terkait

pelayanan kesehatan sebagai berikut :

a. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Tirnur mengembangkan sistem

untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan

menerapkan 5 (lima) saat Kebersihan Tangan dan 6 (enam) Langkah

Kebersihan Tangan sesuai panduan WHO;


53

b. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur membuat program hand

hygiene untuk semua staf;

c. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa timur memastikan semua staff

dapat melakukan 6 (enam) langkah cuci tangan sesuai dengan prosedur

dalam 5 (lima) saat cuci tangan;

d. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur melakukan evaluasi

upaya menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan;

e. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur menyiapkan handrub

dan handwash di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan pasien.

F. Sasaran 6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab

cedera pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang

dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan

kesehatan perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan

untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat

dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan

keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

Rumah Sakit Jiwa Menur melaksanakan upaya mengurangi risiko

cedera akibat pasien jatuh, sebagai berikut :

a. Perawat mengindentifikasi pasien dengan risiko jatuh dengan

melakukan asesmen awal dan asesmen ulang;

b. Pada pasien rawat jalan dan gawat darurat dilakukan screening risiko

jatuh dengan menggunakan Test UP and Go;


54

c. Pada pasien rawat inap dilakukan asesmen risiko jatuh dengan

menggunakan Edmonson Fall Risk Scale;

d. Pada pasien dengan risiko jatuh diterapkan prosedur untuk mencegah

jatuh;

e. Rumah Sakit mengidentifikasi lokasi/ tempat yang berisiko pasien jatuh

dan mengambil langkah-langkah memperbaiki lokasi tersebut.

4.4 Melakukan Pembahasan Implementasi di Sub Komite Keselamatan

Pasien Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur

Sub Komite Keselamatan Pasien pada Rumah Sakit Jiwa Menur

Provinsi Jawa Timur bertanggung jawab pada Direktur memlaui Ketua

Komite PMKP. Berdasarkan hasil observasi yang telah di Rumah Sakit

Jiwa Menur telah meimplementasikan :

7 Standar Keselamatan Pasien yaitu :

1. Hak Pasien;

2. Mendidik Pasien dan Keluarga;

3. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan;

4. Penggunaan Metoda-Metoda Peningkatan Kinerja Untuk

Melakukan Evaluasi dan Program Peningkatan

Keselamatan Pasien;

5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan

Pasien;

6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien;

7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai

Keselamatan Pasien.
55

7 Langkah Menuju Keselamatan yaitu :

1 Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien;

2 Memimpin dan Mendukung Staf;

3 Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko;

4 Mengembangkan Sistem Pelaporan;

5 Melibatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien;

6 Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan

Pasien;

7 Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem

Keselamatan Pasien.

6 Sasaran Keselamatan Pasien yaitu :

1. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar;

2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif;

3. Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan Yang Harus Di

Waspadai;

4. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur

Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar;

5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan;

6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh.

Berdasarkan dari hasil wawancaara dengan Ketua Sub Komite

Keselamatan Pasien acuan dari 7 standar keselamatan pasien dan 7

langkah menuju keselamatan pasien adalah permenkes no 11 tahun 2017

tentang Keselamatan Pasien, sedangkan 6 sasaran keselamatan pasien

mengacu pada peraturan direktur nomor 188.4/9735/305/2018 tentang


56

Sasaran Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

Timur.

Pada struktur organisasi Sub Komite Keselamatan Pasien tidak

memiliki jabatan yang tetap/multifungsi jabatan. Monitoring dan evaluasi

dilakukan setiap bulan dengan melakukan supervisi secara langsung ke

unit kerja dan melalui laporan insiden yang ada sebagai indikator

pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit.

Evaluasi digunakan sebagai bahan perbaikan kegiatan di masa

yang akan datang sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan

keselamatan pasien dalam pelayanan.


57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien pihak Rumah

Sakit Jiwa Menur memiliki Peraturan Direktur tentang Sasaran

Keselamatan Pasien Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

Timur sebagai acuan Keselamatan Pasien.

2. Sub Komite Keselamatan Pasien bertanggung jawab kepada

Direktur melalui Komite PMKP

3. Sub Komite Keselamatan Pasien tidak memiliki Struktur

Organisasi yang tetap ( Multifungsi Profesi).

4. Sub Komite Keselamatan Pasien Memonitoring pelaksanaan

keselamatan pasien dalam pelayanan.

5. Sub Komite Keselamatan Pasien bertugas Mengevaluasi laporan

insiden dan memberikan solusi.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan di atas sesuai

dengan peraturan yang berlaku maka di sarankan sebagai berikut :

1. Perlu dilakukannya perbaikan dalam struktur organisasi

yang merangkap jabatan ke pegawai tetap agar lebih fokus

pada beban kerja.

2. Untuk meningkatkan program keselamatan pasien pemberi

pelayanan kesehatan harus memiliki motivasi yang tinggi

agar program berkesinambungan dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai