Anda di halaman 1dari 17

PROYEK INOVASI

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG BAITUSSALAM 2 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Di susun oleh:
Linda Hayati, S.kep
20901900053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

PROYEK INOVASI
Dengan Judul:
“Lembar Balik Pengunaan APD“

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
Oleh:

Linda Hayati
20901900053

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

…………………………………… ……………………………………
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq

dan hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Manajemen

Keperawatan dalam memenuhi tugas Pendidikan Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dengan selesainya proposal ini adalah berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah peneliti untuk mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibu Ns. Dyah Wiji Puspita Sari, M.Kep selaku Koordinator Stase Manajemen Program

Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung

Semarang.

2. Bapak Ns. Moh. Abdur Rouf, M.Kep selaku pembimbing Akademi stase Manajemen

Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan

Agung Semarang.

3. Ibu Ns. Retno Isroviatiningrum, S.Kep selaku pembimbing Akademi stase Manajemen

Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan

Agung Semarang.

4. Ibu Ns. Maya Dwi Yustini, M.Kep selaku Pembimbing Klinik Stase Manajemen Program

Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung

Semarang.

5. Heni Yuliawati, AMK selaku Kepala Ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang
6. Perawat Baitussalam 2 yang telah membantu dalam pengkajian dan bersedia menjadi

responden

7. Teman-teman kelompok 6 Profesi Ners XI yang saling memberikan bantuan dan motivasi.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal manajemen keperawatan ini.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan, dan penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan dan

penyempurnaan dari proposal ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, 25 Oktober 2020

Penyusun

(Linda Hayati )
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit adalah
memberikan pelayanan berkualitas demi tercapainya kepuasan pasien yang ditandai dengan
berkurangnya keluhan dari pasien, sehingga menunjukkan kinerja perusahaan yang tinggi.
Pelayanan rumah sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan) tetapi juga pemulihan
(rehabilitatif). Oleh karena itu, harapan utama masyarakat datang ke rumah sakit adalah untuk
mencapai keseimbangan dan kesehatan (Hayulita & Paija, 2014). Rumah sakit mungkin
dapat menjadi tempat berkembang biak dan tumbuh suburnya berbagai jenis mikroorganisme.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu upaya pengendalian infeksi yang
efektif di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya penularan infeksi di dalam lingkungan
rumah sakit dapat diminimalisir. Peran perawat selalu penting dalam mengontrol infeksi
dimana perawat yang menyediakan perawatan setiap waktu secara konsisten pada klien yang
dirawat di rumah sakit. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi antara perawat dengan klien adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dalam setiap tindakan keperawatan yang dilakukan. Penggunaan APD sangatlah mutlak
diperlukan, disamping penggunaan alat-alat medis yang steril dalam setiap pemberian tindakan
perawatan. Meskipun terkesan sebagai alat yang sederhana, namun harus dipakai dalam
setiap tindakan medis invasif(Fitriani et al., 2019).

Perawat merupakan petugas kesehatan terbanyak dengan komposisi hampir 60% dari seluruh
petugas kesehatan di rumah sakit dan salah satu profesi yang sering terkena penyakit akibat kerja
karena perawat tenaga kesehatan yang 24 jam berada di samping dan bersentuhan dengan pasien
(Sudarmo, 2016, p.11). Kontaminasi penyakit dapat berisiko terjadi pada seorang perawat maupun
dokter apabila selama melakukan interaksi dengan pasien tidak memperhatikan tindakan pencegahan
(universal precaution) dengan cara menggunakan alat pelindung diri (APD)seperti sarung tangan,
masker, kaca mata (Riyanto, 2011).

Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting untuk dipakai oleh seorang perawat dalam
melaksanakan tugas, alat pelindung diri digunakan oleh petugas memiliki dua fungsi yaitu untuk
kepentingan perawat dan sekaligus untuk kepentingan petugas itu sendiri(Darmadi, 2008, dalam Yulita
dkk, 2014, p.2).Menurut Kusmiyati (2009), faktor yang mempengaruhi rendahnya perilaku perawat
dalam tindakan universal precautions yaitu pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana alat pelindung
pribadi dan motivasi perawat. Ketidakpatuhan untuk melakukan prosedur universal precautions adalah
karena dianggap terlalu merepotkan dan tidak nyaman. Penggunaan APD di RS di Indonesia ternyata
lebih dari 40%, dan kenyataan di lapangan para perawat rata-rata hanya menggunakan salah satu APD
(jas lab, sarung tangan, atau masker saja) saat menangani pasien. Adapun alasan perawat tidak
menggunakan APD ketika menangani pasien, pada umumnya (52%) di rumah sakit tidak tersedia
APD yang lengkap. Tidak tersedianya APD di rumah sakit kemungkinan di sebabkan karena
kurangnya perhatian dari kepala ruang dalam penyediaan APD, atau anggaran rumah sakit yang
terbatas sehingga dana untuk pengadaan APD juga menjadi terbatas. Alasan lain perawat karena
malas, lupa, tidak terbiasa dan repot. Alasan-alasan tersebut sangat terkait dengan kesadaran/perilaku
perawat dalam penggunaan APD. Penyebab utamanya kemungkinan karena kurangnya pemahaman
perawat terhadap bahaya yang akan timbul sebagai akibat dari adanya penyakit yang berbahaya
(Sukarjo, 2012).

Perawat yang seharusnya mengguna- kan APD secara lengkap ternyata tidak menggunakan
secara lengkap walaupun telah disediakan oleh pihak rumah sakit. Banyak alasan yang dikemukakan,
salah satunya yaitu karena mereka merasa kurang nyaman dalam penggunaan APD tersebut bahkan tidak
sedikit perawat menganggap bahwa penggunaan APD hanya bisa menghambat dan mengganggu kerja
mereka selain itu juga perawat yang menganggap remeh penggunaan APD sehingga tidak sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan (Hayulita & Paija, 2014)

setelah melakukan observasi pada setiap ruangan di baitussalam 2 didapatkan hasil bahwa
perawat seringkali mengunakan APD tidak sesuai SPO yang berlaku , hal ini menjadikan
penulis dalam membuat proyek inovasi berupa “ Lembar balik pengunaan APD “tujuannya
untuk meningkatkan kesadaran perawat untuk lebih memperhatikan keselamatan kerja perawat
dan juga meminimalisir resiko penularan penyakit ataupun infeksi nosocomial

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
untuk meningkatkan kesadaran perawat untuk lebih memperhatikan keselamatan kerja
perawat dan juga meminimalisir resiko penularan penyakit ataupun infeksi nosocomial
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan di ruang Baitul salam 2 ,
mahasiswa mampu :
a) Melakukan pengkajian untuk menemukan masalah yang ada diruang Baitussalam
2 RSI Sultan Agung Semarang.
b) Melakukan analisa dan identifikasi terhadap masalah yang ditemukan dan
menyusun dalam bentuk SWOT sehingga akan ditemukan prioritas masalah
diruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang.
c) Membuat POA ( Plan of Action ) dari masalah yang ditemukan diruang
Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang.
d) Mengimplementasikan hasil POA yang telah dibuat sesuai dengan priotritas
masalah.
3. Manfaat
a) Mahasiswa
Mahasiswa mampu menganalisa masalah diruang Baitussalam 2 RSI Sultan
Agung dengan melakukan pengkajian, menyusun SWOT dan menyusun rencana
strategi (POA) untuk menyelesaikan masalah yang didapat.
b) Bagi perawat dan ruangan
Perawat lebih meningkatkan kesadaran perawat untuk lebih memperhatikan
keselamatan kerja perawat dan juga meminimalisir resiko penularan penyakit
ataupun infeksi nosocomial
BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit


Nama Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang ditetapkan pada tanggal
8 Januari 1992 yang pada awalnya bernama Rumah Sakit Sultan Agung Semarang. RSI
Sultan Agung Semarang adalah sebuah rumah sakit yang memiliki status Badan Layanan
Umum (selanjutnya disebut BLU). Sejak tanggal 21 Februari 2011, RSI Sultan Agung
Semarang ditetapkan menjadi rumah sakit bertipe B melalui surat keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: H. K. 03.05/1/513/2011 yang ditandatangani oleh
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Penetapan sebagai rumah sakit tipe B
mengandung arti bahwa secara fisik, peralatan, dan sumber daya, serta prosedur
pelayanan telah memenuhi standar rumah sakit bertipe B. Tahun yang sama, secara resmi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: H. K. 03.05/III/1299/11
tertanggal 1 Mei 2011 menetapkan RSI Sultan Agung Semarang sebagai rumah sakit
pendidikan (hospital teaching), dan merupakan tempat utama mendidik calon dokter
umum mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (RSI Sultan
Agung Semarang).
Rumah Sakit Islam Sultan Agung semarang merupakan sebuah rumah sakit
swasta yang terletak di jalan kaligawe Km. 4 yang didirikan oleh Yayasan Badan Wakaf
Sultan Agung Semarang (YBWSA). Rumah sakit ini di bangun pada tahun 1970 dan
1971 yang kemudian di resmikan sebagai Rumah Sakit Umum pada tanggal 23 Oktober
1973 dengan SK dari Menteri kesehatan no I 024/Yan Kes/I.O.75. Pada tanggal 16 Juli
2014 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dinyatakan lulus tipe B tingkat
paripurna oleh komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) oleh ketua KARS yaitu Dr. dr.
Sutoto, M.kes.
RSI Sultan Agung Semarang secara resmi mengoperasikan gedung baru berlantai
empat pada bulan Agustus 2003 untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan.
Upaya-upaya pembenahan manajemen pelayanan medis, penunjang, perawatan,
keuangan serta peningkatan sumber daya manusia diperbaiki secara terus-menerus,
sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas guna meningkatkan jumlah pasien
rawat jalan dan rawat inap. Berbagai macam jenis pelayanan dilakukan oleh pihak rumah
sakit guna mendukung dan mensukseskan visi dan misi yang telah dibuat dimasa yang
akan datang. Rumah sakit pada umumnya menyediakan pelayanan dalam bidang
kesehatan dan penunjang kesehatan. Namun tidak menutup kemungkinan pelayanan
Dakwah Islam juga disertakan dalam suatu kegiatan (Taufik, 2005: 45). RSI Sultan
Agung Semarang membedakan pelayanan rawat inap bagi pasien laki-laki dan
perempuan, dengan mengambil nama-nama bangsal bernuansa islami. Jenis pelayanan
RSI Sultan Agung Semarang secara rinci sebagai berikut (Taufik, 2005: 46-47):
1. Instalasi Pelayanan Kesehatan, meliputi:
a. Pelayanan Poliklinik Umum dan Instalasi Gawat Darurat (24 jam)
b. Pelayanan Poliklinik Spesialis dan Sub Spesialis yang terdiri dari: kesehatan
anak, penyakit dalam, kebidanan dan kandungan, badan umum, telinga hidung
dan tenggorokan (selanjutnya disebut THT), mata, onkologi, syaraf, paru-
paru, orthopedic bedah digestuve, bedah urologi, kesehatan gigi dan mulut,
kulit dan kelamin, kecantikan dan sedot lemak
2. Pelayanan Penunjang Kesehatan (24 jam) yang meliputi radiodiagnostik
konventional, mobile radiodiagnostik, ultrasonografi, computerized tomography
scanner, electroencephalograph, electrocardiograph, lithoclast, hearing aid,
laboratarium klinik, 48 laboratarium patologi anatomi, klinik psikologi, fisioterapi,
dan instalasi farmasi
3. Pelayanan Rawat Inap meliputi bait as-Syifa' (kelas I B), bait an-Nissa (Kelas II dan
Kelas III), bait ar-Rijjal (Kelas II dan Kelas III), bait as-Salam (Kelas III), bait al-
Izzah (Kelas III), bait ar-Rohman (Kelas II), dan bait al-Ma'ruf (Kelas VIP dan
Kelas I A)
4. Rehabilitasi Medik yang terdiri dari exercise massage, infra red, nebulizer, ultra
sonic, dan diathermi
5. Pelayanan lain meliputi medical chek up, hearing center, pelayanan ambulance, dan
perawatan jenazah
6. Layanan Unggulan yaitu Semarang Eye Center (selanjutnya disebut SEC) dan
urologi center. SEC merupakan layanan unggulan RSI Sultan Agung Semarang di
bidang mata. Produk layanan SEC meliputi oftalmologi umum, kelainan retina,
katarak (konventional dan phaco), infeksi mata luar, tumor, dan kelainan refaraksi.
Urologi center terdiri dari beberapa layanan, yaitu Extracorporeal Shock Wave
Lithotriper (selanjutnya disebut ESWL), Trans Urethra Needle Ablatin (selanjutnya
disebut TUNA terapi), uroflowmeter, dan hemodialisa. ESWL adalah alat pemecah
batu ginjal dan saluran kemih dengan gelombang kejut tanpa pembedahan. ESWL
mempunyai kelebihan antara lain, pasien tidak perlu rawat inap, pengobatan lebih
singkat, tidak memerlukan pembedahan, efek samping lebih sedikit dibandingkan
dengan operasi terbuka. TUNA terapi adalah terapi bagi pasien yang mengalami
Benign Prostatic Hyperplasia (selanjutnya disebut BPH) atau pembesaran prostat
yang menghambat aliran seni. Kelebihan TUNA terapi menyembuhkan BPH adalah
waktu pengobatan lebih singkat, sangat sedikit efek sampingnya, pasien cepat pulih,
dan menghilangkan resiko mengompol abadi. Uroflowmeter merupakan pemeriksaan
kekuatan pancar air seni, alat ini akan menunjukan seberapa besar kekuatan pancaran
air seni. Hemodialisa, merupakan alat yang digunakan mencuci darah pasien akibat
kurang berfungsinya ginjal.
7. Bidang Bimbingan dan Pelayanan Islami (selanjutnya disebut BPI). BPI terdiri dari
bimbingan rohani Islam dan pelayanan Dakwah & al-Husna. Bimbingan rohani
Islam meliputi bimbingan psikospiritual bagi pasien maupun karyawan, bimbingan
fiqh orang sakit, konsultasi psikospiritual baik off line maupun on line, dan qur’anic
healing. Pelayanan Dakwah & al-Husna meliputi dakwah bagi masyarakat, seperti
bantuan dana pemakmuran masjid, pembinaan majlis taklim, desa binaan, dan
sebagainya, serta perawatan jenazah al-Husna.
B. Visi, Misi, Falsafah dan Motto RS
1. Visi :
Rumah Sakit Islam terkemuka dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan
pembangunan peradaban islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati
Allah.
2. Misi :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang selamat menyelamatkan dijiwai
semangat mencintai Allah menyayangi sesama
b. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dalam rangka membangun generasi
khaira ummah
c. Membangun peradaban islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati
Allah.
3. Motto :
“ Mencintai Allah, Menyayangi Sesama”
4. Meaning Statements :
Berkhidmat menyelamatkan kehidupan manusia (Q.S. Al-Maidah 32).
5. Values:
a. Integritas
b. Profesional
c. Kasih sayang
d. Kerja sama
e. Inovatif
C. Struktur Organisasi

Dr.H. Mashudi, MS. Kes


Direktur Utama

Dr. Erwin Budi Cahyono, Sp. PD


Direktur Pelayanan

Ns. Retno Wahyu, S. Kep


Manager Keperawatan

Indah Setitani, AMK


Kepala Bagian Rawat Inap

Heni Yuliawati, AMK


Penanggung Jawab

Inayatul Wafa, AMK Istiqomah, AMK


Katim A Katim B

PA PA PA PA

1.Yuni Kristiani, AMK 1.Zuliari A.S, AMK 1.Dwi Sri S, AMK 1. Mulyono, AMK
2. Iwan Dwi, AMD.
2.Subkhiyatur R, AMK 2.Dewi Aridiana, AMK 2.Kasminto, AMK
Kep
3.Dhafri Maulana, 3. Ida N, AMD. Kep
3.Lia Nurdiani, AMK 3.Novi Dwi F, AMK
AMK 4. Dwi R, AMK
4.Nia Indriyanti, S. Kep 4.Fitri Nur Ani, AMK
4. Ns. Eko Setiawan
M, s. Kep
D. Jenis Pelayanan

Sistem pemberian asuhan keperawatan merupakan metode yang digunakan dalam

memberikan pelayanan keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara di ruang Baitussalam

2 menggunakan metode pelayanan keperawatan yaitu menggunakan metode team.

Metode tim merupakan merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana

seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif (Potter & Patricia, 1993).

E. Jumlah Tempat Tidur

Ruang Baitussalam 2 merupakan salah satu bangsal penyakit dalam yang terletak di

gedung B lantai 2 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Di ruang Baitussalam

2 terdapat 22 tempat tidur dari 7 kamar yang terdiri dari 6 kamar kelas II,1 kamar kelas

III.

F. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada kepala ruang bahwa tenaga yang ada di

ruang perawatan Baitussalam 2 mempunyai tenaga perawat berpendidikan Ners

berjumlah 6 orang dan untuk tenaga perawat perpendidikan jenjang D3 berjumlah 15

orang.

G. Kedudukan Bagian Keperawatan

Perawat di ruang Baitussalam 2 masing-masing memiliki kedudukan sebagai perawat

profesi dan vokasi, dimana dalam 1 ruang dibagi 2 TIM yaitu TIM A dan TIM B, setiap
TIM memiliki penanggung jawab sebagai ketua TIM dan Ketua Shift, dan setiap ketua

tim memiliki PP dan PA.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dari berbagai sumber


misalnya media massa, buku petunjuk, teman, pengawas di perusahaan maupun tenaga
kesehatan yang tersedia di perusahaan. Seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi
diperkirakan dapat memahami informasi yang disampaikan.Jadi, pada umumnya semakin
tinggi pendidikan formal yang diterima responden tentu semakin baik pemahaman responden
dalam menerima sebuah informasi baru.Pengetahuan merupakan resultan dari penginderaan
terhadap suatu objek melalui dari indera penglihatan dan pendengaran yang mempengaruhi
pengetahuan dan perilaku seseorang. Sehingga pengetahuan bisa didapatkan setiap saat
dalam kehidupan sehari-hari (Muchlis & Yusuf, 2019)

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) termasuk faktor lingkungan karena APD
merupakan salah satu alat untuk melidungi diri para pekerja guna mengurangi resiko
kecelakaan kerja. Jadi, kepatuhan dalam penggunaan alat pelindung diri merupakan perilaku
keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja. Kepatuhan penggunaan alat pelindung
diri memiliki peran yang penting dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja.
Pengguna APD yang tepat dan benar adalah salah satu cara untuk mengendalikan resiko
tersebut, bila pengendalian secara teknis dan admnistratif belum dapat mengurangi dampak
resiko yang ada resiko kecelakaan kerja adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kerugian pada periode waktu tertentu.(Fitriani et al., 2019)

Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya,
bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD. Oleh karena itu agar
dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya
potensial yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan.(Hayulita &
Paija, 2014)

A. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang
dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi
bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan
oleh tenaga kerja, antara lain (Tarwaka, 2008) :
a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat oleh
mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau
keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi
jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll
b. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif,
debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat
menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari,
pukulan atau benturan benda keras, dll.

c. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)


Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat
rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang
tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan
yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:
1) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau
kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.
2) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
3) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing
kontaminan.
4) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan
kulit.
5) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.
d. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda
tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis
alat pelindung tangan antara lain:
1) Sarung tangan bersih
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat tinggi, dan
digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan
medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat
digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril. (PK3 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, 2006)
2) Sarung tangan steril
Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan pada
tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung
tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi. (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
2006)
3) Sarung tangan rumah tangga (gloves)
e. Baju Pelindung (Body Potrection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan
api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll.
f. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda
keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik
B. Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri
1. Kekurangan
a. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat pelindung
diri yang kurang tepat
b. Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat dari kondisi
yang berpotensi menimbulkan bahaya.
c. Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan
d. Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah
e. Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)
f. Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.
g. Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter
dan penyerap (cartridge).
h. Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai berganti-ganti.
2. Kelebihan
a. Mengurangi resiko akibat kecelakaan
b. Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
c. Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasi tidak
berfungsi dengan baik.
d. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.

Menurut Smet (2011) berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah:

1. Dukungan Profesional Kesehatan


Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah
dengan adanya Teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting
karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik dokter/ perawat
dapat menanamkan ketaatan bagi tim kesehatan untuk menggunakan APD.
2. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan dari lingkungan Para profesional
kesehatan yang dapat meyakinkan petugas kesehatan untuk menunjang peningkatan
Penggunaan APD maka ketidak patuhan dapat dikurangi.
3. Pemberian informasi
Pemberian informasi yang jelas pada perawat mengenai masalah yang dapat ditimbulkan
akibat kertidakpatuhan dalam menjalankan / mengunakan apd selama melakukan
pelayanan kesehatan pada pasien
BAB IV

ANALISA HASIL PENGKAJIAN

A. Hasil pengkajian
setelah melakukan observasi pada setiap ruangan di baitussalam 2 didapatkan hasil bahwa
perawat seringkali mengunakan APD tidak sesuai SPO yang berlaku , hal ini menjadikan
penulis dalam membuat proyek inovasi berupa “ Lembar balik pengunaan APD
“tujuannya untuk meningkatkan kesadaran perawat untuk lebih memperhatikan
keselamatan kerja perawat dan juga meminimalisir resiko penularan penyakit ataupun
infeksi nosocomial
B. Identifikasi masalah

ANALISA SWOT

No Analisa swot Bobot Rating Bobot*rating Hasil


1 M1 (MAN/sumber daya S – W = 4,8 –
manusia 3,7 = 1,1
a. Internal Faktors (IFAS)
strength
1. Tenaga medis
diruang rawat inap 0,4 3 1,2
Baitussalam 2
sudah cukup
lengkap
2. Adanya struktur
ruangan yang jelas
sehingga membuat
koordinasi antara 1,6
atasan dan bawahan 0,4 4
menjadi baik
3. Jenis ketenagaan
diruang
Baitussalam 2
adalah : S.Kep,
Amk, S.KEP 0,5 4 2

Total
Weakness 1,3 11 4,8
1. Beban kerja
perawat yang tinggi
2. Kurangnya jumlah 0,4 3 1,2
perawat belum
sebanding dengan
jumlah pasien
3. Perawat seringkali 0,3 3 0,9
mengunakan APD
tidak sesuai sop
yang berlaku

Total 0,4 4 1,6

3,7
1,1 10
b. Eksternal Faktor (EFAS) O – T = 2- 2,4 =
Opportunity -0,4
Adanya kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan ke 0,4 5 2
jenjang yang lebih tinggi

Total

Treathened
1. Semakin tinggi
kesadaran
masyarakat akan 0,4 5 2
kepentingan
kesehatannya
2. Semakin 0,3 4 1,2
banyaknya
persaingan antar
pelayanan
kesehatan lain
0,4 3 1,2
Total

2,4 7 2,4

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan SWOT maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Perawat seringkali mengunakan APD tidak sesuai SPO yang berlaku
2. Resiko penularan penyakit ataupun infeksi nosocomial
3. Tingginya resiko kecelakaan kerja untuk perawat
C. Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diambil prioritas masalah yang akan
diselesaikan yaitu Perawat seringkali mengunakan APD tidak sesuai SPO yang berlaku,
permasalahan tersebut diatasi dengan cara menyediakan lembat balik pengunaan APD,
supaya dapat meningkatkan kesadaran perawat untuk lebih memperhatikan keselamatan
kerja perawat dan juga meminimalisir resiko penularan penyakit ataupun infeksi nosocomial

D. POA
N Program / Indikator
Masalah Tujuan Target sasaran Waktu P.Jawab
o Kegiatan Keberhasilan
1 Perawat 1. untuk Lembar balik Perawat mengunakan Perawat Pekan ke-2 Linda hayati
pengunaan APD sesuai sop
seringkali meningkatkan APD
mengunak kesadaran
an APD perawat untuk
tidak lebih
sesuai sop memperhatika
yang n keselamatan
berlaku kerja perawat
2. meminimalisir
resiko
penularan
penyakit
ataupun infeksi
nosocomial
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, E., Sudewi, S., & Sitio, P. (2019). Hubungan Motivasi Dengan Sikap Dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Perawat. Jurnal Penelitian Kesmasy, 1(2), 48–53.

Hayulita, S., & Paija, F. (2014). Pelindung Diri Oleh Perawat Pelaksana Di Ruangan Rawat Inap Rsi
Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2014.

Muchlis, S., & Yusuf, M. (2019). Kesadaran Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd). 1–
8.

Riyanto, D.A., (2011). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan
Alat Pelindung Diri Di Rumah Sakit Sari Asih Serang Provinsi Banten.Diakses Dari
Http://Ejournal.Stikesborromeus.Ac.Id/ File/5-8.Pdf, Pada Tanggal 25 Oktober

Smet, Lukman Sarfino, .2011.Srategi untuk meningkatkan kepatuhan manusia. EGC :Jakarta.

Sudarmo.(2016). Reformasi Perumahsakitan Indonesia.Pt Gramedia Grasindo. Jakarta.

Sukarjo., (2012). Hubunganmotivasi Kerja Perawat Dengan Penggunaan Apd Di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang. Diakses Darihttp://Sukardjoskmmkes.Blogspot.
Co.Id/2012/10/Hubunganmotivasi- Kerja-Perawat-Dengan.Html. Pada Tanggal 25 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai