NADIA KHAIRUNNISA
(NIM PO.71.20.1.17.050)
NADIA KHAIRUNNISA
(NIM PO.71.20.1.17.050)
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Nadia Khairunnisa
Tempat, tanggal lahir : Palembang, 10 September 1999
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pertahanan III No.2100 Kec. SU II Palembang
Nama Orang Tua
Ayah : Apriyadi, SE
Ibu : Oktarina, S.Pd
i
Poltekkes Kemenkes Palembang
MOTTO
“Jika bisa dimimpikan berarti bisa diwujudkan”
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(QS. Al Insyirah : 5-8)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Karya Tulis
Ilmiah ini penulis persembahkan untuk :
Tuhan yang Maha Esa Allah SWT yang telah melancarkan segalanya selama
kuliah di Poltekkes Kemenkes Palembang
Kedua orang tua penulis, Ayah dan Bunda terimakasih telah mencurahkan
segalanya, memberikan dukungan dan pengorbanan baik doa, moril dan
materi.
Saudari dan saudaraku yang penulis cintai dan sayangi terima kasih telah
memberikan semangat dan dukungan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah
ii
Poltekkes Kemenkes Palembang
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr.Wb.
iii
Poltekkes Kemenkes Palembang
9. Teman-teman angkatan 50, khususnya kelas B yang selalu bersama selama
tiga tahun melalui kerasnya kehidupan perkuliahan.
WassalamualaikumWr.Wb.
Penulis
iv
Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRAK
Hasil : Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli mengenai
Pemberian Terapi Cairan Intravena pada kasus DBD didapatkan hasil
implementasi pemberian terapi cairan intravena efektif dan penting dilakukan
pada kasus DBD terutama pada anak. Namun harus diperhatikan durasi dan
jumlah cairan yang diberikan karena bisa memicu terjadinya kelebihan cairan.
Kata Kunci : Terapi Cairan Intravena, DBD pada Anak, Manajemen Cairan.
v
Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRACT
Method: This research is a narrative study of the literature that illustrates the
implementation of the administration of intravenous fluid therapy in meeting the
fluid needs of children with Dengue Hemorrhagic Fever Criteria of the articles /
research results used in this study consisted of 5 articles / research results
published online between 2015- 2019. The article or research results are available
in full text for the author to use as data for analysis (as attached to this study).
vi
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR ISI
vii
Poltekkes Kemenkes Palembang
2.1.11 Pencegahan........................................................................... 18
2.2 Asuhan Keperawatan .............................................................................. 19
2.2.1 Pengkajian ............................................................................ 19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 22
2.2.3 Intervensi Keperawatan........................................................ 23
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................. 27
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................... 28
2.3 Penelitian Terkait .................................................................................... 29
2.3.1 Artikel 1 ............................................................................... 29
2.3.2 Artikel 2 ............................................................................... 29
2.3.3 Artikel 3 ............................................................................... 29
2.3.4 Artikel 4 ............................................................................... 29
2.3.5 Artikel 5 ............................................................................... 29
viii
Poltekkes Kemenkes Palembang
5.2.3 Bagi Penelitian lanjutan ....................................................... 45
ix
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR TABEL
x
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR GAMBAR
xi
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
1
Poltekkes Kemenkes Palembang
2
2.1.1 Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang
ditularkan dari nyamuk Aedes Spp, nyamuk yang paling cepat
berkembang di dunia ini telah menyebabkan hampir 390 juta
orang terinfeksi setiap tahunnya. Beberapa jenis nyamuk
menularkan atau menyebarkan virus dengue. DBD memiliki gejala
serupa dengan Demam Dengue, namun DBD memiliki gejala
lain berupa sakit/nyeri pada ulu hati terus-menerus, pendarahan
pada hidung, mulut, gusi atau memar pada kulit. (Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI, 2017)
Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus
(arthropod-bome virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus serta penyebarannya sangat cepat. (Marni,
2016)
2.1.2 Etiologi
Virus penyebab DBD adalah virus dengue. Virus ini merupakan
genus dari Flavivirus dan famili flaviviridae. Ada 4 serotipe virus yang
diketahui, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Terinfeksinya
seseorang dengan salah satu dari serotipe virus di atas akan
menyebabkan kekebalan terhadap serotipe tersebut. Tapi tidak akan
terjadi cross-imunity dengan serotipe lain. Semua serotipe dapat
menimbulkan wabah demam dengue atau demam berdarah dengue.
(Jaka dan Soegeng, 2016)
5
Poltekkes Kemenkes Palembang
6
2. Hemoglobin
Hemoglobin ialah protein yang berupa pigmen merah
pembawa oksigen yang kaya akan zat besi, memiliki daya gabung
terhadap oksigen untuk membentuk hemoglobin dalam sel darah
merah. Dengan dimulainya fungsi ini maka oksigen dibawa dari
paru-paru kedalam jaringan. (Syaifuddin, 2016)
2) Gangguan hemostatis
a. Gangguan pada platelet, contohnya :
1. Defisiensi platelet (trombositopeni) karena infeksi
(demam berdarah), gangguan sintesis (leukemia), idiopatik
2. Gangguan agregasi platelet, misalnya karena
mengkonsumsi aspirin.
b. Gangguan pembekuan darah, contohnya
1. Hemofilia A (defisiensi faktor VII)
2. Penyakit christimas (defisiensi faktor IX)
3. Defisiensi faktor pembekuan darah karena gangguan
fungsi hepar tempat mensintesis faktor II, VII, IX, X dan
Fibrinogen ; dan
4. Defisiensi vitamin K yang diperlukan untuk mengaktifkan
faktor II, VII, IX, X.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO dalam
Restu Diana (2017) :
Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji turniquet positif
Derajat 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan / atau
perdarahan lain
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien
menjadi lembab, dan pasien menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat di ukur.
2. Fase kritis
Pada fase ini, seorang pasien yang mengalami demam
berdarah Dengue tampak seperti mengalami perbaikan. Hal ini
ditunjukkan oleh demam yang turun sampai normal, disertai keringat
dan berkurangnya gejala-gejala lain seperti yang disebutkan di atas.
Akan tetapi sesuai namanya pada fase demam berdarah yang
berlangsung pada hari ke-4 hingga hari ke-5 ini pasien akan
merasakan tubuhnya semakin lemas. Pada fase ini, sebenarnya di
dalam tubuh kita terjadi proses yang sangat berbahaya yakni
turunnya jumlah sel untuk pembekuan darah (trombosit) disertai
dengan cedera lapisan pembuluh darah yang hebat. Cedera pembuluh
darah inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan kebocoran
pembuluh darah sehingga cairan didalam pembuluh darah akan
merembes ke jaringan sekitarnya.
3. Fase penyembuhan
Dari namanya saja, kita pasti sudah mengetahui bahwa fase
ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit demam
berdarah. Fase penyembuhan ini biasanya terjadi pada hari ke-6
hingga hari ke-7. Keadaan pasien pada fase ini biasanya akan
kembali stabil. Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai
strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang
digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan,
kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang
ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan
tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum
memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD
sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk
Aedes aegypti
2.1.5 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa
penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual,
muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan
sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Kelainan juga dapat terjadi
pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar
getah bening, hati dan limpa.Serangan virus dengue untuk pertama
kalinya tubuh akan membentuk antibodi spesifik, namun masih
memungkinkan untuk mendapat serangan berikutnya karena ada lebih
dari satu tipe virus dengue. Saat virus berkembang biak di dalam
retikulo endotel (selsel mesenkim dengan daya fagosit) maka akan
terjadi viremia (darah mengandung virus) dan kemudian membentuk
ikatan dengan virus. Ikatan ini mengaktivasi sistem komplemen
sehingga menyebabkan agregasi trombosit yang berdampak pada
trombositopenia dan mengaktivasi sistem koagulasi yang berdampak
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi kebocoran plasma
dan dapat menyebabkan terjadinya syok yang jika tidak diatasi dapat
terjadi kematian (Soedarto, 2012 dalam Riana Pujiarti 2016)
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai
puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan
hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan
segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik
dan berakhir dengan kematian (Ngastiyah, 2014 dalam Hikmatul 2017)
2.1.6 Pathway
PGE2 hipotalamus
Hipertermi
Kebocoran plasma
Dehidrasi
2.1.8 Komplikasi
Menurut Marni (2016) komplikasi yang terjadi pada anak yang
mengalami demam berdarah dengue yaitu perdarahan masif dan dengue
shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD). Syok sering
terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan
nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba. Penanganan syok
biasanya menyebabkan kelebihan cairan. Hal ini dapat terjadi karena:
1. Kelebihan dan atau pemberian cairan yang terlalu cepat
2. Penggunaan jenis cairan yang hipotonik
3. Pemberian cairan intravena yang terlaliu lama
4. Pemberian cairan intravena yang jumlahnya terlalu banyak dengan
kebocoran yang hebat.
9.000-12.000/ mm3
2. Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
3. Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:
a) pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45
b) dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolic
mengakibatkan pCO2 menurun dari nilai normal (35-40
mmHg) dan HCO3 rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di
rongga pleura yang menyebabkan terjadinya efusi pleura.
c. Uji torniquet
Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistole dan
diastole. Alirkan darah pada lengan atas dibendung pada tekanan
(hasil sistole dan diastole ditambahkan lalu dibagi dua) selama 3-5
menit, apabila terdapat bintik-bintik merah (ptekie) >10,
pembendungan dapat dihentikan. Dinyatakan positif jika terdapat 10
atau lebih ptekie pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan
2.1.10 Penatalaksanaan
2.1.11 Pencegahan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan (Budiono & Pertami, 2015 dalam
Yanti, 2019)
Menurut Nursalam (2005) komponen dalam proses pengkajian
yaitu :
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD sering kali menyerang anak
dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang
tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DBD
untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7, keadaan semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan
keluhan sakit saat menelan, mual, muntah, tidak nafsu makan,
diare ataukonstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit,
gusi (grade III, IV), melena, dan hematemesis.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang sebelumnya pernah diderita. Pada DBD,
anak biasanya mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe
virus yang lain.
d. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
e. Riwayat gizi
Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan nafsumakan menurun.Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhannutrisi yang
mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunanberat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
3. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah padat penduduk dan lingkungan
yang kurang bersih
4. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi dan nafsu makan berkurang.
b. Eliminasi bowel
Kadang-kadang anak mengalami diare.
c. Eliminasi urin (buang air kecil)
Sering atau sedikit BAK, sakit atau tidak BAK
d. Tidur dan istirahat
Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian.
e. Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat yang biasa untuk sarang nyamuk (tempat genangan air).
5. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkat (derajat),
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada
grade III dan grade IV karena nilai hematokrit meningkat
menyebabkan darah mengental dan oksigen ke otak berkurang.
b. Keadaan umum : Lemah.
c. Tanda-tanda vital : Nadi lemah (grade III), nadi tidak teraba
(grade IV), tekanan darah menurun (sistolik
menurun sampai 80 mmHg ), suhu tinggi
(diatas 37,5ºC).
d. Kepala : Kepala terasa nyeri.
e. Mata : Konjungtiva anemis.
f. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam.
2. Pantau tanda-tanda kekurangan cairan. (Misalnya ubun-ubun
cekung, turgor kulit tidak elastis, dan produksi urin menurun)
3. Berikan cairan oral jika pasien mau.
4. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat-insensible water
loss (IWL)
5. Berikan cairan parenteral/pasang infus untuk mencegah terjadi
renjatan.
6. Pantau pemberian cairan intravena setiap 4 jam dan hindari
terjadinya kelebihan cairan.
7. Pantau asupan dan pengeluaran, catat hasilnya.
8. Pantau nilai laboratorium, elektrolit darah, serum albumin dan
berat jenis urin.
30
Poltekkes Kemenkes Palembang
31
33
Poltekkes Kemenkes Palembang
34
Sakit Umum Saiful Anwar , Malang- Indonesia. Pasien dibagi dalam dua
kelompok: diresusitasi dengan <40 ml / kg berat badan [BB] (kelompok
restriktif) atau>40ml / kg BB (kelompok liberal) solusi; kemudian kami
menganalisis hasil klinis dan parameter hemodinamik antara dua
kelompok. Di antara 100 pasien, 92 pasien diklasifikasikan sebagai DBD
kelas III dan 8 pasien DBD kelas IV. 74 pasien berada dalam kelompok
restriktif dan 24 pasien dalam kelompok liberal. Kelompok restriktif
memiliki mortalitas 53% lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
liberal (P = 0,18). Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan dalam hasil klinis (panjang ventilasi mekanik dan lama
tinggal PICU),dan parameter hemodinamik (preload, inotropi, afterload,
dan indeks jantung) pada pasien Sindrom Syok Dengue yang menerima
resusitasi cairan restriktif atau liberal.
5. Artikel 5 Penelitian Dey et al. (2017) yang berjudul Fluid Replacement in
Children with Dengue and factors associated with pulmonary yang
dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Agustus 2007. Tiga puluh dua
anak yang mengalami DBD atau DSS dilibatkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian didapatkan Cairan diberikan rata-rata 52,1 ± 34,6 jam
pada 30 pasien. Edema paru terlihat pada 9 anak (28%) dan berhubungan
dengan lebih banyak jam cairan intravena (82 ± 41,4 jam Vs 39,3 ± 22
jam; p = 0,0009), Tiga puluh satu anak (97%) pulih dengan waktu
pemulihan rata-rata 5,8 ± 3,5 hari dan 1 (3%) meninggal. Kesimpulannya
Durasi terapi cairan yang lebih lama dan jumlah cairan yang lebih besar
dapat menyebabkan edema paru pada pasien dengan DSS. Dengan
demikian manajemen terapi cairan yang bijaksana diperlukan untuk
meminimalkan komplikasi dari keadaan kelebihan cairan.
Tabel 4.1 Review Literatur Implementasi Pemberian Terapi Cairan Intravena Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Anak
Dengan DBD
Sumber Peneliti dan judul Tujuan penelitian Desain Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan saran
artikel penelitian
Researchgate Rahmawati et al. Untuk mengetahui perbedaan Eksperimental 48 pasien anak Hasil penelitian kedua Kelompok cairan inisial
(2019) pemberian terapi cairan inisial Single Blind dengan DBD kelompok tidak memiliki rata-rata lama
terhadap perbaikan klinis, Randomised dibagi menjadi menunjukkan perbedaan rawat inap lebih cepat
Efektivitas laboratoris dan lama rawat Clinical Trial dua kelompok bermakna terhadap rata-rata 4,00±0,7 hari dibanding
Pemberian Terapi inap dibandingkan terapi yaitu cairan suhu badan dan hematokrit kelompok standar WHO
Cairan Inisial standar WHO pada pasien standar WHO (p>0,05), sedangkan kedua yang disertai dengan
Dibandingkan denguefever (DF) dan dengue (n=24) dan kelompok menunjukkan peningkatan trombosit
Terapi Cairan hemorrhagic fever (DHF) di cairan inisial perbedaan yang bermakna selama menjalani rawat
Standar WHO bangsal anak RS PKU (n=24), terhadap rata-rata inap.
terhadap Lama Muhammadiyah Bantul. peningkatan trombosit dan
Perawatan pada lama rawat inap (p<0,05).
Pasien Demam
Berdarah di Bangsal
Anak Rumah Sakit
PKU
Muhammadiyah
Bantul
Researchgate Munawwarah et al. Tujuan dari penelitian ini Eksperimental 48 pasien anak Kedua kelompok Terapi cairan koloid
(2018) untuk mengetahui efektivitas Single Blind dengan menunjukkan perbedaan memberikan pengaruh
perbedaan jenis cairan Randomised diagnosa DHF yang bermakna (p < 0,05) yang lebih baik terhadap
Efektivitas Cairan terhadap perbaikan klinis, Clinical Trial terhadap nilai trombosit (24 perbaikan gejala klinis
Kristaloid dan laboratoris dan lama rawat dan 48 jam pemberian dan laboratoris serta
Koloid Pasien inap pasien demam berdarah cairan), nilai hematokrit (72 mengurangi lama rawat
Demam Berdarah anak di Rumah Sakit PKU jam pemberian cairan) dan inap pasien DBD.
Anak di Rumah Muhammadiyah Bantul. lama rawat inap sedangkan
Sakit PKU kedua kelompok tidak
Muhammadiyah menunjukkan perbedaan
Bantul bermakna (p > 0,05) pada
gejala demam (suhu tubuh).
Google Nasriyah et al. Untuk mengetahui kualitas Kohort 48 pasien rawat Lama rawat inap kelompok Kelompok kristaloid skor
Schoolar (2019) hidup anak DBD yang inap DBD usia kristaloid adalah 5 hari kualitas hidupnya lebih
mendapat kristaloid dan 1bulan- lebih lama dibanding tinggi dibanding
Life Quality of koloid . 18tahun. kelompok koloid yakni 4 kelompok koloid,
Pediatric Patient hari. Dari 48 subyek yang walaupun secara statistik
with Dengue diteliti skor fungsi fisik berbeda tidak signifikan.
Hemorrhagic Fever kelompok kristaloid lebih
(DHF) Who tinggi dibanding kelompok
Received Crystalloid koloid. Fungsi emosi
and Colloid Fluid kelompok kristaloid
Pediatric Dey et al. (2017) Untuk menentukan kebutuhan Eksperimental 32 anak dengan Cairan diberikan rata-rata Durasi terapi cairan yang
Oncall cairan optimal pada anak-anak Single Blind demam 52,1 ± 34,6 jam pada 30 lebih lama dan jumlah
Fluid Replacement dengan demam berdarah dan Randomised berdarah pasien. Edema paru terlihat cairan yang lebih besar
in Children with juga untuk menentukan faktor- Clinical Trial dengue. pada 9 anak (28%) dan dapat menyebabkan
Dengue and factors faktor yang terkait dengan berhubungan dengan lebih edema paru pada pasien
associated with keadaan kelebihan cairan. banyak jam cairan dengan DSS. Dengan
pulmonary intravena (82 ± 41,4 jam Vs demikian manajemen
39,3 ± 22 jam; p = 0,0009), terapi cairan yang
Tiga puluh satu anak (97%) bijaksana diperlukan
pulih dengan waktu untuk meminimalkan
pemulihan rata-rata 5,8 ± komplikasi dari keadaan
3,5 hari dan 1 (3%) kelebihan cairan.
meninggal.
4.2 PEMBAHASAN
Fase DBD dimulai dari fase demam, fase kritis dan fase
penyembuhan. Fase demam berlangsung terus-menerus selama 2 sampai 7
hari, turun pada hari ke-3 sampai hari ke-5 kemudian naik lagi. Fase kritis
tampak seperti mengalami perbaikan ditunjukkan dengan demam yang turun
sampai dengan normal pada hari ke-4 hingga hari ke-5 namun sebenarnya di
dalam tubuh kita terjadi proses yang sangat berbahaya yakni turunnya
trombosit disertai dengan cedera lapisan pembuluh darah yang akan
menyebabkan kebocoran pembuluh darah. Fase penyembuhan biasanya
terjadi pada hari ke-6 hingga hari ke-7. Keadaan pasien pada fase ini biasanya
akan kembali stabil.
Terinfeksinya tubuh karena virus dengue dapat menyebabkan
penurunan nilai trombosit yang berdampak pada trombositopenia dan
mengaktivasi sistem koagulasi sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler
dan terjadilah kebocoran plasma yang dapat menyebabkan terjadinya syok
yang jika tidak diatasi dapat mengakibatkan kematian.
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah
dengue yaitu perdarahan masif dan dengue shock syndrome (DSS) atau
sindrom syok dengue (SSD). Penanganan syok biasanya menyebabkan
kelebihan cairan. Hal ini dapat terjadi karena kelebihan dan atau pemberian
cairan yang terlalu cepat, penggunaan jenis cairan yang hipotonik, pemberian
cairan intravena yang terlaliu lama dan pemberian cairan intravena yang
jumlahnya terlalu banyak dengan kebocoran yang hebat.
DBD dapat menyebabkan kekurangan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan. Intervensi yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan. Adapun kriteria hasil yang
ingin dicapai adalah turgor kulit elastis, pasien tidak mengeluh haus, ubun-
ubun tidak cekung, produksi urin normal, nilai laboratorium elektrolit darah,
serum albumin, dan berat jenis urin dalam batas normal. Berikut intervensi
yang dapat dilakukan diantaranya observasi tanda-tanda vital paling sedikit
setiap 4 jam, pantau tanda-tanda kekurangan cairan, berikan cairan oral jika
pasien mau, berikan cairan parenteral/pasang infus untuk mencegah terjadi
renjatan, pantau pemberian cairan intravena setiap 4 jam dan hindari
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya penelitian studi literatur terkait Implementasi
Pemberian Terapi Cairan Intravena dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
pada Anak DBD, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Dari 5 artikel yang memiliki relevansi dengan Implementasi
pemberian terapi cairan intravena dalam pemenuhan kebutuhan cairan
pada anak dengan Demam Berdarah Dengue didapatkan hasil
Pemberian Terapi Cairan Intravena efektif dilakukan pada anak DBD
dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan. Jenis Cairan Intravena yang
paling efektif adalah cairan koloid karena lebih efektif dalam
perbaikan gejala klinis dan laboratoris serta mengurangi lamanya
rawat inap, namun harus diperhatikan durasi dalam pemberian cairan
karena jika terlalu lama dan jumlah yang lebih besar dapat
mengakibatkan kelebihan cairan dan komplikasi dari kelebihan cairan
dapat mengakibatkan edema paru pada anak.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan :
5.2.1 Bagi fasilitas pelayanan kesehatan
Diharapkan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dapat
melakukan tindakan pemberian terapi cairan intravena pada anak
DBD dengan cairan serta durasi yang tepat, guna mengoptimalkan
pemenuhan kebutuhan cairan serta meminimalisir adanya komplikasi
pada anak dengan Demam Berdarah Dengue
44
Poltekkes Kemenkes Palembang
45
45
Poltekkes Kemenkes Palembang
46
DAFTAR PUSTAKA
Dey, Amit dkk.2017. Fluid Replacement in Children with Dengue and Factors
Associated with Pulmonary Edema https://www.pediatriconcall.com
/pediatric-journal/view/fulltext-articles/1102/J/0/0/586/0. Diakses pada
tanggal 22 April 2020
Novaliana, Lita Kresti. 2016. Asuhan Keperawatan pada An. P dengan Dengue
Hemoragic Fever (DHF) Di Ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. http://repository.ump.ac.id/1097/. Diakses
pada tanggal 21 Desember 2019
/article_3945_0.htmlhttp:/ijp.mums.ac.ir/article_12005.html. Diakses
pada tanggal 22 April 2020
Sidik, Fajar. 2016. Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Dengue Hemoraghic
Fever di Rumah Sakit Daerah dr. Goeteng Taronadibrata Probolinggo.
http://repository.ump.ac.id/1078/. Diakses pada tanggal 25 Desember
2019
Tim Pokja SIKI PPNI. 2017. Standar Interevnsi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI
Utomo, Abdul Aziz. 2014. Pemberian terapi cairan untuk mencegah syok pada
anak dengan Dengue Hemorrhagic Fever http://fik.um-surabaya.ac.id/
sites/default/files/Artikel%206.pdf. Diakses pada tanggal 5 Januari 2020
50
Poltekkes Kemenkes Palembang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
Jln. Merdeka76-78 Palembang 30134, Telepon (0711) 351081, email: prodid3kep.plg@ poltekkespalembang .ac.id
JADWAL KEGIATAN
NO TANGGAL KEGIATAN
1 20 September 2019 Pengajuan Judul KTI
2 02 Oktober 2019 Penyusunan Proposal
s.d
10 Januari 2020
3 14 Januari 2020 Ujian Proposal
4 21 Januari 2020 Perbaikan Proposal
s.d
27 Januari 2020
5 08 April 2020 Pencarian jurnal / artikel
s.d
12 April 2020
6 13 April 2020 Pengelolahan data dan Analisis
s.d
15 April 2020
7 15 April 2020 Penyusunan Laporan
s.d
07 Mei 2020
8 11 Mei 2020 Ujian Akhir
51
Poltekkes Kemenkes Palembang
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
Jln. Merdeka76-78 Palembang 30134, Telepon (0711) 351081, email: prodid3kep.plg@ poltekkespalembang .ac.id
52
Poltekkes Kemenkes Palembang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
Jln. Merdeka76-78 Palembang 30134, Telepon (0711) 351081, email: prodid3kep.plg@ poltekkespalembang .ac.id
53
Poltekkes Kemenkes Palembang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
Jln. Merdeka76-78 Palembang 30134, Telepon (0711) 351081, email: prodid3kep.plg@ poltekkespalembang .ac.id
54
Poltekkes Kemenkes Palembang
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
Jln. Merdeka76-78 Palembang 30134, Telepon (0711) 351081, email: prodid3kep.plg@ poltekkespalembang .ac.id
55
Poltekkes Kemenkes Palembang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
Jln. Merdeka76-78 Palembang 30134, Telepon (0711) 351081, email: prodid3kep.plg@ poltekkespalembang .ac.id
56
Poltekkes Kemenkes Palembang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
Jln. Merdeka76-78 Palembang 30134, Telepon (0711) 351081, email: prodid3kep.plg@ poltekkespalembang .ac.id
57
Poltekkes Kemenkes Palembang
SOP PEMASANGAN INFUS
b. Prosedur Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus
4. Atur posisi pasien / berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk
7. Pasang alas
8. Pasang tourniquet pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
9. Pakai sarung tangan
10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
11. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
12. Pastikan jarum IV masuk ke vena
13. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
58
Poltekkes Kemenkes Palembang
16. Atur tetesan infus sesuai program medis
17. Lepas sarung tangan
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan
jam pelaksanaan
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan
59
Poltekkes Kemenkes Palembang
ARTIKEL/HASIL PENELITIAN/FULL TEKS
60
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Juni 2019 Tersedia online pada:
Vol. 8 No. 2, hlm 91–98 http://ijcp.or.id
ISSN: 2252–6218 DOI: 10.15416/ijcp.2019.8.2.91
Artikel Penelitian
Keywords: Body temperature, dengue hemorrhagic fever, hematocrit, initial fluid, length of stay, platelets
Korespondensi: Asnia Rahmawati, S.Farm., Apt, Program Studi Magister Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta, D.I. Yogyakarta 55164, Indonesia, email: asnia.rahmawati91@gmail.com
Naskah diterima: 11 September 2018, Diterima untuk diterbitkan: 17 April 2019, Diterbitkan: 28 Juni 2019
61
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
62
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
laboratorium yang lengkap (trombosit dan mulai diberikan cairan inisial/standar WHO
hematokrit) tiap 24 jam, dan wali pasien hingga dinyatakan sembuh dan dibolehkan
bersedia mengisi informed consent. Kriteria pulang oleh dokter penanggung jawab pasien.
eksklusi meliputi pasien rujukan dari rumah
sakit lain yang telah mendapatkan terapi Hasil
cairan awal DBD dan pasien yang mendapat
rujukan ke tingkat rumah sakit yang lebih Karakteristik pasien yang menerima terapi
tinggi. Penelitian ini telah mendapatkan cairan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
persetujuan kelaikan etik (ethical clearance) Diketahui bahwa perbandingan jenis kelamin
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan RSUD pasien laki-laki dengan perempuan adalah
Dr. Moewardi dengan nomor 62/II/HREC/ 1:1. Pasien laki-laki mendominasi sebesar
2018, izin penelitian dari Direktur Utama 66,7% pada penggunaan terapi cairan inisial
RS PKU Muhammadiyah Bantul beserta izin sedangkan pasien perempuan mendominasi
wali pasien (informed consent). sebesar 66,7% pada penggunaan terapi cairan
Pengambilan data dilakukan pada pasien standar WHO (p=0,021). Sebesar 62,5% pasien
yang telah mendapatkan terapi cairan standar didominasi oleh kelompok usia 0–60 bulan,
WHO (6–7 mL/kgBB/jam) dan cairan inisial sedangkan sisanya didominasi oleh kelompok
(10 mL/kgBB/15 menit). Pengukuran suhu usia 72–132 bulan yakni sebesar 29,2% dan
badan dilakukan pada saat pasien masuk kelompok usia 144–216 bulan sebesar 8,3%
rumah sakit dan pengukuran suhu selanjutnya dengan mean±SD 64,38±45,547 bulan. Pada
dilakukan minimal setiap 8 jam/hari selama penelitian ini, terdapat perbedaan usia pada
menjalani perawatan, sedangkan pengukuran antarkelompok (p=0,005). Data karakteristik
hematokrit dan trombosit dilakukan pada saat pasien lainnya terdapat pada Tabel 1. Seluruh
pasien masuk rumah sakit dan pengukuran variabel tidak menunjukkan perbedaan antar
selanjutnya dilakukan setiap 24 jam selama kelompok (p>0,05). Tidak adanya perbedaan
menjalani perawatan. Pengukuran lama rawat antarkelompok menunjukkan adanya kemiripan
inap dihitung berdasarkan hari saat pasien karakteristik pasien penelitian yang tinggi.
63
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
Berdasarkan Tabel 2, hasil uji unpaired pada pasien penelitian ini rata-rata 37,7%.
t-test dan Mann-Whitney menunjukkan nilai Nilai hematokrit minimal yang menggunakan
p>0,05, yang artinya secara statistik tidak ada cairan standar WHO yaitu 28% dan hematokrit
perbedaan yang bermakna antara penggunaan maksimal 46,6%, sedangkan pada pasien yang
terapi cairan standar WHO dan cairan inisial mendapat terapi cairan inisial, nilai hematokrit
terhadap suhu badan. Menurut teori, pada minimal dan maksimal sebesar 31,9% dan
fase kritis, terutama hari ke–5 demam, suhu 41,8%.
badan akan mengalami penurunan sekitar Trombositopenia merupakan salah satu
≤37,5 °C. 1 Pada penelitian ini, data yang kriteria penting yang digunakan sebagai
diambil yakni rata-rata suhu badan pasien di indikator potensial tingkat keparahan klinis
hari ke–5 demam, dan diketahui bahwa suhu DBD. Trombositopenia merupakan kondisi
pasien yang menggunakan cairan standar yang menggambarkan penurunan trombosit.
WHO berkisar 37,0 °C, sedangkan yang Kadar trombosit sebesar <50.000/mm3 disebut
menggunakan cairan inisial berkisar 36,8 °C. trombositopenia berat, sedangkan 50.000–
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji unpaired 100.000/mm3 disebut trombositopenia sedang.5
t-test menunjukkan nilai p>0,05, yang artinya Pada penderita DBD, jumlah trombosit sebesar
secara statistik tidak terdapat perbedaan ≤100.000/µL umumnya ditemukan pada hari
bermakna antara penggunaan terapi cairan ke–3 sampai ke–7.6
standar WHO dan cairan inisial terhadap Hasil dari uji unpaired t-test menunjukkan
hematokrit. Berdasarkan teori, fase kritis DBD, nilai p<0,05, artinya secara statistik terdapat
yaitu periode kebocoran plasma dimulai saat perbedaan yang bermakna antara penggunaan
transisi dari fase febris ke fase afebris yang terapi cairan standar WHO dan cairan inisial
ditandai dengan peningkatan hematokrit, terhadap peningkatan trombosit setiap
terjadi pada hari ke–3–6. Pengambilan data pengukuran 24 jam (Tabel 3). Hal tersebut
dilakukan pada fase kritis (terutama hari ke– didukung oleh perbedaan rata-rata trombosit
3–6 demam), dan diperoleh nilai hematokrit pada demam hari ke–5, sebesar 34,21x103/µL,
64
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
Tabel 3 Efektivitas Terapi Cairan terhadap Luaran Terapi Hematokrit dan Trombosit
Hematokrit Trombosit
Standar Cairan Standar Cairan
Hari Demam
WHO Inisial Nilai p WHO Inisial Nilai p
(n=24) (n=24) (n=24) (n=24)
Demam hari ke–4
Mean±SD 37,7±4,8 37,0±3,0 0,560a 135,9±45,4 159,7±32,4 0,004a*
n (%) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–5
Mean±SD 37,0±4,2 35,1±2,4 0,060a 114,8±45,6 149,0±37,9 0,007a*
n (%) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0) 24 (100,0)
Demam hari ke–6
Mean±SD 37,0±4,3 35,0±2,6 0,055a 113,5± 45,4 154,4±32,4 0,009a*
n (%) 24 (100,0) 23 (95,8) 24 (100,0) 23 (95,8)
Demam hari ke–7
Mean±SD 36,1±4,9 37,5±3,4 0,403a 108,0±56,7 157,0±38,6 0,012a*
n (%) 17 (70,8) 13 (54,2) 17 (70,8) 13 (54,2)
Demam hari ke–8
Mean±SD 35,5±4,6 38,3±4,9 0,361a 98,3±60,4 183,3±37,5 0,039a*
n (%) 12 (50,0) 3 (12,5) 12 (50,0) 3 (12,5)
a
Uji unpaired t-test, *Significant p-value
Tabel 4 Efektivitas Terapi Cairan Terhadap Luaran Terapi Lama Rawat Inap
Lama Rawat Inap
Kelompok Nilai p
n Mean±SD
Standar WHO 24 4,96±1,4 0,004a*
Cairan Inisial 24 4,00±0,7
a
Uji unpaired t-test, *Significant p-value
65
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
yang dilakukan Setiawati (2011) di RSUP tinggi seperti ketika awal infeksi, sebab tubuh
Persahabatan dan RSUD Budhi Asih Jakarta telah membentuk antibodi spesifik sehingga
yang menyatakan bahwa usia yang rentan tubuh mampu mengatasi virus tersebut. Akan
terinfeksi DBD terbanyak adalah anak usia tetapi, jika fase kritis tidak dapat teratasi,
sekolah, yakni berjumlah 39 anak (65%).6 terjadi syok yang ditandai dengan penurunan
Menurut Syahribulan et al. (2012), untuk suhu badan di bawah normal sehingga tubuh
mendapatkan protein yang dibutuhkan dalam pasien akan terasa dingin apabila disentuh.
proses pematangan telur melalui darah yang Pada penelitian ini, rata-rata suhu tubuh
dihisap dari host, nyamuk betina Aedes akan pasien hari ke–4 dan ke–5 demam mengalami
aktif terbang pada saat anak-anak biasanya penurunan yang menandakan terjadinya fase
beraktivitas di luar rumah, yakni pagi hari kritis pada pasien DF/DHF, yakni berkisar
antara pukul 08.00–12.00 WIB dan sore hari 37,4 °C dan 37,2 °C pada pasien kelompok
pukul 15.00–17.00 WIB.9,10 pengguna cairan standar WHO, dan berkisar
Pada hasil penelitian ini, rata-rata keluarga 37,2 °C dan 36,8 °C pada pasien kelompok
pasien DF/DHF akan membawa anaknya ke cairan inisial. Menurut WHO (2011), pasien
rumah sakit setelah menjalani pengobatan yang dapat bertahan setelah 24 hingga 48 jam
sendiri atau ke dokter pribadi minimal pada masa kritis akan mengalami reabsorbsi cairan
hari ke–3 demam dan maksimal pada hari kompartemen ekstravaskuler secara bertahap
ke–5 demam. Hal ini didukung dengan hasil dalam 48 hingga 72 jam yang ditandai dengan
penelitian Nugraha dan Widijatmoko (2010) stabilnya status hemodinamik. Hal tersebut
bahwa pengambilan sampel darah paling didukung oleh hasil mean±SD suhu badan
banyak dilakukan pada hari ke–4 demam, saat memasuki fase pemulihan, yakni demam
yakni sebanyak 26,92%.11 Terapi pengobatan hari ke–6 sampai ke–8, menunjukkan bebas
pasien DBD pada dasarnya terdiri atas dua demam pada penggunaan terapi cairan inisial
jenis, yakni terapi suportif dan simptomatik. dan terapi cairan standar WHO, walaupun
Pengobatan dengan pemberian terapi cairan secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
pengganti, contohnya cairan intravena, disebut signifikan (p>0,05).
sebagai terapi suportif, sedangkan pemberian Pada DBD, terjadinya infeksi virus dengue
terapi antipiretik, misal parasetamol, dikenal akan merangsang terjadinya respon tubuh
dengan terapi simptomatik.3 imun spesifik yang lalu membentuk ikatan
Demam yang terjadi pada kasus infeksi (kompleks) dengan virus. Ikatan ini akan
dengue dikenal dengan istilah pelana kuda. mengaktifkan komplemen seperti mediator
Ketika awal sakit, pasien mengalami demam C3a dan C5a yang memengaruhi sel endotel
tinggi akibat viremia selama 2 hari, kemudian vaskuler dan menimbulkan perembesan
akan terjadi penurunan suhu tubuh yang plasma.12 Terjadinya kebocoran plasma ke
biasanya terjadi pada demam hari ke–4 dan ruang ekstravaskular akan mengakibatkan
ke–5 yang disebut sebagai fase kritis. Fase terjadinya peningkatan nilai hematokrit.4
ini disebabkan oleh replikasi virus sehingga Hemokonsentrasi akibat perembesan plasma
tubuh menjadi terhindar dari respon imun. dapat ditentukan berdasarkan peningkatan
Sitokin yang dihasilkan menjadi berkurang nilai hematokrit. Salah satu tanda/bukti awal
dan selanjutnya akan bertambah kembali jika peningkatan hematokrit yakni nilai berada
proses replikasi tersebut telah selesai. Pada sebesar 10–15% di atas baseline.4 Menurut
hari ke–6 demam, virus dengue akan siap WHO (2011), jika pasien selamat pada 24–48
dikeluarkan melalui proses lisis sel dan suhu jam di fase kritisnya, akan terjadi reabsorbsi
tubuh akan meningkat kembali, namun tidak cairan ekstravaskular selama 48–72 jam.
66
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
67
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 2, Juni 2019
risiko penularan. Aspirator. 2010;2(2): 9. Syahribulan, Biu FM, Hassan MS. Waktu
110–9. aktivitas menghisap darah nyamuk Aedes
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. aegypti dan Aedes albopictus di Desa
Situasi DBD di Indonesia [diunduh Pa’lanassang Kelurahan Barombong
November 2017]. Tersedia dari: http:// Makassar Sulawesi Selatan. J Ekologi
www.depkes.go.id/resources/download/ Kesehatan. 2012;11(4):306–14.
pusdatin /info datin/infodatindbd2016 10. Pranata IWA, I Gusti AA. Gambaran pola
3. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis penatalaksanaan demam berdarah dengue
dan terapi cairan pada demam berdarah (DBD) pada anak di instalasi rawat inap
dengue. Medicinus. 2009;22(1):3–7. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
4. World Health Organization. Comprehensive Buleleng tahun 2013. E-Jurnal Medika.
guidelines for prevention and control of 2017;6(5):21–7.
dengue and dengue haemorrhagic fever. 11. Nugraha J, Widijatmoko TE. Peran
India: WHO Press; 2011. antigen Ns1 dengue terhadap penghitungan
5. Cahyani M, Tjeng WS, Khotimat S. trombosit dan penampakan (manifestasi)
Hubungan antara peningkatan nilai klinis penjangkitan/penularan (infeksi)
hematokrit, derajat trombositopenia, dan virus dengue. Indones J Clin Pathol Med
status gizi lebih dengan kejadian syok Laboratory. 2010;16(3):110–7. doi: 10.242
pada pasien demam berdarah dengue 93/ijcpml.v16i3.1038
anak di RSUD Abdul Wai-Iab Sjahranie 12. Sudjana P. Diagnosis dini penderita
Samarinda. J Kedokt Mulawarman. 2018; demam berdarah dengue dewasa. Buletin
4(1):21–8. Jendela Epidemiologi. 2010;2:21–5.
6. Setiawati S. Analisis faktor-faktor risiko 13. Sari RC, Kahar H, Puspitasari D. Pola
terjadinya dengue syok sindrom (DSS) jumlah trombosit pasien infeksi virus
pada anak dengan demam berdarah dengue yang dirawat di SMF Ilmu
dengue (DBD) di RSUP Persahabatan Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo
dan RSUD Budhi Asih (tesis). Jakarta: Surabaya. Sari Pediatri. 2017;19(1):1–6.
Universitas Indonesia; 2011. doi: 10.14238/sp19.1.2017.1-6
7. Zumaroh. Evaluasi pelaksanaan surveilans 14. Divy NPA, Sudarmaja IM, Swastika IK.
kasus demam berdarah dengue di Puskesmas Karakteristik penderita demam berdarah
Putat Jaya berdasarkan atribut surveilans. dengue (DBD) di RSUP Sanglah Bulan
Epidemilogi. 2015;3(1):82–94. Juli-Desember tahun 2014. E-Jurnal Medika.
8. Kulkarni MJ, Sarathi V, Bhalla V, Shivpuri 2018;7(7):1–7.
D, Acharya U. Clinico-epidemiological 15. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar
profile of children hospitalized with metodologi penelitian klinis, edisi ke-5.
dengue. Indian J Pediatr. 2010;7:1103–7. Jakarta: Sagung Seto; 2014.
doi: 10.1007/s12098-010-0202-2.
© 2019 Rahmawati et al. The full terms of this license incorporate the Creative Common Attribution-Non Commercial License (https://
creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/). By accessing the work you hereby accept the terms. Non-commercial use of the work are permitted
without any further permission, provided the work is properly attributed.
68
Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 1 Juli 2018
Efektivitas Cairan Kristaloid dan Koloid Pasien Demam Berdarah Anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul
Baiq Adelina Atbam Munawwarah1*, Dyah Aryani Perwitasari1, Nurcholid Umam Kurniawan2,3
1
Pascasarjana Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
2
Staf Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
3
KSM Ilmu Kesehatan Anak RS PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta
Abstract
Background: The key of successful management therapy in dengue fever is the fulfillment of fluid requirements.
The important thing to consider in fluid therapy is the type of fluid and amount of fluid given. Objective: The
purpose of this study was to determine the effectiveness of different types of fluids on clinical, laboratory
improvement and length of stay of pediatric fever patients in PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. Methods:
Patients with dengue fever who fulfilled inclusion criteria were given crystalloid (ringer lactate) or colloid
(gelatin) fluid and were monitored body temperature, hematocrit, platelet count and length of stay. The results
were analyzed using SPSS with unpaired t test. Results: Both groups showed significant differences (p < 0.05)
on platelet count (24 and 48 hours of fluid administration), hematocrit value (72 hours of fluid administration)
and length of stay while the two groups did not show significant differences (p > 0.05) on symptom of fever (body
temperature). Conclusion: Colloid fluid therapy has a better effect on improving clinical and laboratory
symptom and reducing patient length of stay.
Abstrak
Pendahuluan: Kunci keberhasilan terapi pada demam berdarah yaitu tercukupinya kebutuhan cairan. Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan yaitu jenis cairan dan jumlah cairan yang diberikan. Tujuan:
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas perbedaan jenis cairan terhadap perbaikan klinis,
laboratoris dan lama rawat inap pasien demam berdarah anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.
Metode: Pasien anak demam berdarah yang memenuhi kriteria inklusi diberikan cairan kristaloid (ringer laktat)
atau koloid (gelatin) dan dilakukan pemantauan suhu tubuh, hematokrit, trombosit dan lama rawat inap. Hasil
dianalisis mengunakan SPSS dengan unpaired t test. Hasil: Kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang
bermakna (p < 0,05) terhadap nilai trombosit (24 dan 48 jam pemberian cairan), nilai hematokrit (72 jam
pemberian cairan) dan lama rawat inap sedangkan kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p >
0,05) pada gejala demam (suhu tubuh). Kesimpulan: Terapi cairan koloid memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap perbaikan gejala klinis dan laboratoris serta mengurangi lama rawat inap pasien.
Pasien anak dengan diagnose dengue fever (ICD-10: A90) atau dengue
hemorrhagic fever (ICD-10: A91) (n = 48)
Kriteria eksklusi
Single Blinding
Analisis (n = 48)
Perbaikan klinis (suhu tubuh), laboratoris (trombosit dan hematokrit) dan lama
rawat inap
Tabel 2. Perbandingan demam (rata-rata suhu tubuh) merupakan salah satu gejala awal pada fase demam
antara kelompok cairan kristaloid dankelompok cairan yang berlangsung 2 - 7 hari. Suhu tubuh dapat
koloid. mencapai 40°C dan dapat terjadi kejang demam. Akhir
∑ Suhu Tubuh fase demam merupakan fase kritis pada DBD yang
Cairan Cairan ditandai dengan penurunan suhu tubuh seakan sembuh
Hari
Kristaloid Koloid Nilai p pada hari ke-3, 4 dan 5. Selanjutnya yaitu fase
Demam
(n = 24) (n = 24)
pemulihan pada hari ke-6 hinggahari ke-10 ditandai
Demam hari ke-4
Mean ± SD 37,18 ± 2,32 37,16 ± 0,54 0,963a dengan suhu tubuh kembali meningkat, akan terjadi
reabsorbsi secara bertahap cairan kompartemen
Demam hari ke-5 ekstravaskular dan perbaikan status hemodinamik. Pola
Mean ± SD 36,25 ± 3,00 36,76 ± 0,30 0,421a demam pada penderita DBD memiliki ciri khas seperti
“pelana kuda” yaitu terjadi demam tinggi pada awal
Demam hari ke-6
Mean ± SD 35,96 ± 4,03 36,76 ± 0,36 0,336a fase demam kemudian mengalami penurunan cepat
pada fase kritis dan kembali meningkat pada fase
Demam hari ke-7 penyembuhan. Pada Gambar 2 menunjukkan grafik
Mean ± SD 36,79 ± 0,48 36,65 ± 0,18 0,226a kelompok cairan koloid memiliki bentuk grafik yang
lebih stabil dimana penurunan suhu tubuh terjadi
Demam hari ke-8
Mean ± SD 37,05 ± 0,69 36,64 ± 0,15 0,085a hingga hari ke-8 dengan rata-rata suhu tubuh 36,64°C
a sedangkan kelompok cairan kristaloid terlihat
independent t test
mengalami penurunan suhu tubuh pada demam hari ke-
Gambar 2 menunjukkan perubahan rerata suhu
6 namun meningkat kembali pada hari ke-8 dengan
antara kelompok pasien yang mendapatkan cairan
rata-rata suhu tubuh yaitu 37,05°C walaupun tidak
kristaloid dibandingkan dengan kelompok pasien yang
terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata
mendapatkan cairan koloid selama pasien dirawat di
suhu tubuh kelompok cairan kristaloid dibandingkan
rumah sakit. Lima hari pengambilan data suhu badan
cairan koloid selama hari perawatan di rumah sakit.
berdasarkan rerata lama rawat inap yaitu 4 hari untuk
Pranata & Artini (2017) menyatakan bahwa dengan
kelompok cairan kristaloid dan 5 hari untuk kelompok
menurunkan suhu tubuh, aktivitas dan kesiagaan anak
cairan koloid. Hasil rerata suhu tubuh selama 5 hari
membaik, perbaikan suasana hati (mood) dan nafsu
menunjukkan bahwa rerata suhu tubuh kelompok
makan juga semakin membaik.
cairan koloid lebih stabil dibandingan kelompok cairan
kristaloid. Berdasarkan WHO (2012), demam
38
37.5 p = 0.963
p = 0.085
37
36.5
Tubuh(ºC)
p = 0.226
36 Terapi Cairan Kristaloid
Suhu
p = 0.421
(Kontrol) Terapi Cairan Koloid
35.5 p = 0.336 (Intervensi)
35
34.5
Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8
Hari Demam
Gambar 2. Grafik perbandingan demam (suhu tubuh) antara kelompok cairan kristaloid dan kelompok cairan kristaloid
Tatalaksana demam berdarah berdasarkan yaitu 157,30/µL dengan simpang baku 43,12, hal ini
Departemen Kesehatan RI (2004) juga menunjukkan hasil rerata trombosit antar kelompok
merekomendasikan pemberian obat antipiretik untuk memiliki perbedaan rerata yaitu 29,17. Analisa t-test
menangani gejala demam yang timbul pada fase unpaired menunjukkan nilai p = 0,047 (p < 0,05) yang
demam berdarah. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan
2) diketahui responden penelitian yang mendapatkan bermakna nilai trombosit antara kelompok pasien yang
obat antipiretik sebagai standar terapi di rumah sakit. mendapatkan cairan kristaloid dibandingkan dengan
Antipiretik yang digunakan yaitu parasetamol dengan kelompok pasien yang mendapatkan terapi cairan
rute pemberian intravena. Pasien yang mendapatkan koloid.
antipiretik (parasetamol intravena) pada penelitian ini Tabel 3. Perbandingan rata-rata nilai trombosit antara
yaitu 41 pasien (85,4%) yang terdiri dari kelompok kelompok cairan kristaloid dan kelompok cairan koloid
kristaloid sebanyak 21 pasien dan kelompok cairan
∑ Nilai Trombosit
koloid sebanyak 20 pasien sedangkan pasien penelitian Cairan
yang tidak mendapatkan antipiretik yaitu 7 pasien Hari Cairan Koloid
Kristaloid Nilai p
Demam (n = 24)
(14,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Pranata & (n = 24)
Artini (2017) yang menunjukkan penggunaan obat Demam hari ke-4
antipiretik pada pasien demam berdarah yaitu 98%. Mean ± SD 143,79 ± 46,22 153,79 ± 32,43 0,403a
Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Demam hari ke-5
Chi-square didapatkan nilai (p = 0,683) artinya tidak Mean ± SD 123,91 ± 39,77 151,20 ± 37,88 0,023a*
terdapat perbedaan yang bermakna pemberian obat
parasetamol antara kelompok cairan kristaloid dan Demam hari ke-6
kelompok cairan koloid. Mean ± SD 128,13 ± 50,78 157,30 ± 43,12 0,047a*
Analisis nilai trombosit bertujuan untuk melihat Demam hari ke-7
perbandingan nilai trombosit antara kelompok pasien Mean ± SD 135,21 ± 43,92 160,38 ± 38,57 0,106a
yang mendapatkan cairan kristaloid dengan kelompok
pasien yang mendapatkan cairan koloid. Analisis nilai Demam hari ke-8
a
trombosit dilakukan setiap 24 jam menggunakan uji Mean ± SD 159,61 ± 50,75 183,33 ± 37,54 0,470
a
independent t test
unpaired t test yang terdapat pada Tabel 3. *significant p value
Berdasarkan pada Tabel 3, diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan (p < 0,05) antara kelompok Gambar 3 menunjukkan perubahan rerata nilai
pasien yang mendapatkan cairan kristaloid dengan trombosit antara kelompok pasien yang mendapatkan
kelompok pasien yang mendapatkan cairan koloid pada cairan kristaloid dibandingkan pasien yang
demam hari ke lima (24 jam setelah pemberian terapi mendapatkan cairan koloid selama pasien dirawat.
cairan) dan demam hari ke enam (48 jam setelah Kelompok pasien yang mendapatkan cairan koloid
pemberian terapi cairan). Pada demam hari kelima memiliki grafik perubahan trombosit yang lebih stabil
(24 jam setelah pemberian terapi cairan) diketahui dan memiliki nilai rata-rata trombosit lebih tinggi
rerata trombosit kelompok cairan kristaloid yaitu dibandingkan kelompok pasien yang mendapatkan
123,91/µL dengan simpang baku 39,77 sedangkan cairan kristaloid. Trombositopenia merupakan salah
rerata trombosit kelompok cairan koloid 151,20/µL satu kriteria sederhana oleh WHO sebagai diagnosis
dengan simpang baku 37,88, hal ini menjukkan hasil klinis penyakit DBD. Nilai trombosit normal pada anak
rerata trombosit antar kelompok memiliki perbedaan adalah 150.000 - 400.000/µL (Chiocca, 2011).
rerata yakni 27,29/µL. Selanjutnya, analisa t-test Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah
unpaired menunjukkan nilai p = 0,023 (p < 0,05) yang demam dan mencapai titik terendah pada fase syok.
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan Yakub dkk. (2014) menyatakan trombosit akan
bermakna nilai trombosit antara kelompok pasien yang berangsur naik ketika pasien sudah melewati fase kritis
mendapatkan cairan kristaloid dibandingkan kelompok yaitu menuju fase pemulihan sekitar hari ketujuh atau
pasien yang mendapatkan cairan koloid. Pada demam kesepuluh dimana akan terjadi reabsorbsi secara
hari keenam (48 jam setelah pemberian cairan) bertahap cairan kompartemen ekstravaskular dalam
diketahui rerata trombosit kelompok cairan kristaloid 48 - 72 jam. Pasien yang terlibat pada penelitian ini
yaitu 128,13/µL dengan simpang baku 50,78 datang ke rumah sakit dengan rata-rata telah
sedangkan rerata trombosit kelompok cairan koloid mengalami demam 3 hari sebelumnya sehingga
pengambilan data dilakukan pada masa kritis (3 - 6 hari dikatakan bahwa kelompok cairan koloid dapat
demam). Berdasarkan grafik terlihat 24 jam setelah mempertahankan nilai trombosit lebih baik
pemberian terapi cairan, kelompok cairan kristaloid dibandingkan kelompok cairan kristaloid pada pasien
mengalami penurunan nilai trombosit yaitu dengan DF dan DHF derajat 1 walaupun penggunaan cairan
rata-rata 123,91/µL dan kelompok cairan koloid koloid berdasarkan WHO direkomendasikan pada
memiliki rata-rata 151,20/µL (p = 0,023). Pada 48 jam pasien derajat III dan IV yang telah mengalami syok.
setelah pemberian cairan terlihat kelompok cairan Cairan koloid memiliki berat molekul yang lebih besar
kristaloid mengalami pengingkatan nilai terombosit dibandingkan kristaloid sehingga berada lebih lama di
dengan rata-rata 128,13/µL dan kelompok koloid intravaskular dan dapat mencegah syok.
dengan rata-rata 157,30/µL (p = 0,047) sehingga dapat
200
180
p = 0.403 p = 0.047
160
140
p = 0.470
120
p = 0.106
Nilai Trombosit
100 p = 0.023
Cairan Kristaloid
80 (Kontrol)
(x1000/µl)
60
40
Cairan Koloid
20 (Intervensi)
0
hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7 hari ke-8
Hari Demam
Gambar 3. Grafik perbandingan nilai trombosit antara kelompok cairan kristaloid dan kelompok cairan koloid
Berdasarkan Depkes RI (2004), efek volume Tabel 4. Perbandingan nilai hematokrit antara
gelatin dapat menetap sekitar 2 - 3 jam dan tidak kelompok cairan kristaloid dan kelompok cairan koloid
mengganggu mekanisme pembekuan darah sehingga ∑ Nilai Hematokrit
keunggulan ini menjadi dasar pemilihan cairan. Cairan Cairan
Hari
Analisis nilai hematokrit bertujuan untuk melihat kristaloid Koloid Nilai p
Demam
perbandingan nilai hematokrit antara kelompok pasien (n = 24) (n = 24)
yang mendapatkan cairan kristaloid dengan kelompok Demam hari ke-4
pasien yang mendapatkan cairan koloid. Analisis kadar Mean ± SD 34,87 ± 3,88 36,01 ± 2,83 0,253a
hematokrit dilakukan setiap 24 jam menggunakan uji
unpaired t test yang terdapat pada Tabel 4. Demam hari ke-5
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa terdapat Mean ± SD 34,29 ± 3,45 35,44 ± 2,35 0,185a
perbedaan bermakna (p < 0,05) rerata nilai hematokrit
antara kedua kelompok pada demam hari ke tujuh Demam hari ke-6
(72 jam setelah pemberian cairan) (p = 0,036) dengan Mean ± SD 34,56 ± 3,56 35,56 ± 3,56 0,357a
rerata nilai hematokrit kelompok cairan kristaloid yaitu
37,46% sedangkan rerata kelompok cairan koloid yaitu Demam hari ke-7
34,82%. Mean ± SD 37,46 ± 2,50 34,82 ± 1,86 0,036a*
75
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 1 Juli 2018
70
60
Nilai Hematokrit
50
p = 0.253 p = 0.110
p = 0.357
40
Cairan Kristaloid
30 (Kontrol) Cairan Koloid
(%)
p = 0.185 p = 0.036
20 (Intervensi)
10
0
hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7 hari ke-8
Hari Demam
Gambar 4.Grafik perbandingan nilai hematokrit antara kelompok cairan kristaloid dan kelompok cairan koloid
Analisis lama rawat inap bertujuan untuk mendapatkan cairan kristaloid dengan kelompok pasien
mengetahui adanya perbedaan lama rawat inap pasien yang mendapatkan cairan koloid. Parameter yang
atau length of stay (LOS) antara kelompok pasien yang diukur dengan menggunakan hitungan hari selama
76
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 1 Juli 2018
pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit. Analisis dibandingkan kelompok pasien yang mendapatkan
lama perawatan menggunakan analisis distribusi cairan koloid dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05).
frekuensi dan uji unpaired t test. Tabel 5 menunjukkan
Tabel 6. Perbandingan rata-rata lama rawat inap atau
lama rawat inap pasien selama perawatan di rumah
length of stay (LOS)
sakit. Lama rawat inap dalam penelitian ini antara 3
Jenis Cairan Mean ± SD p value
sampai 8 hari, hasil yang didapatkan lama rawat inap
Kristaloid (n = 24) 5,00 ± 1,286
paling singkat yaitu 3 hari sedangkan paling lama yaitu 0,002a*
Koloid (n = 24) 4,00 ± 0,659
8 hari, hal ini sesuai dengan penelitian Soegianto a
independent t test
(2002) yang menemukan lama rawat inap pasien DBD *significant p value
anak berkisar 3 - 7 hari dan rata-rata durasi 4 hari).
Kelompok pasien yang mendapatkan terapi cairan Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik
kristaloid memiliki lama rawat inap antara 3 sampai 8 Indonesia (2004) beberapa kriteria memulangkan
hari dengan jumlah pasien yang dirawat selama 3 hari pasien demam berdarah yaitu keadaan umum dan
adalah 3 pasien (12,5%), 4 hari sebanyak 6 pasien hemodinamik baik, tidak demam dalam 24 jam, serta
(25%), 5 hari sebanyak 6 pasien (25%), 6 hari jumlah hematokrit dan trombosit dalam batas normal
sebanyak 7 pasien (4,2%), 7 hari dan 8 hari masing- (stabil dalam 24 jam). Berdasarkan hasil penelitian
masing 1 pasien (4,2%) sedangkan pada kelompok pada kelompok cairan kristaloid dengan rata-rata
pasien yang mendapatkan cairan koloid memiliki lama length of stay 5 hari masih ada pasien yang
rawat inap antara 3 sampai 5 hari dengan jumlah pasien mendapatkan perawatan dari hari ke-6 hingga hari ke-8
yang dirawat selama 3 hari sebanyak 5 pasien (20,8%), dengan kondisi suhu tubuh rata-rata pada hari ke-6
4 hari sebanyak 14 pasien (58,4%) dan 5 hari sebanyak yaitu 36,7°C (n = 7 pasien), hari ke 7 dengan suhu
5 pasien (20,8%). 36,8°C (n = 1 pasien) dan hari ke 8 dengan suhu
36,4°C (n = 1). Berdasarkan trombosit diketahui masih
Tabel 5. Frekuensi lama rawat inap atau length of stay
ada pasien yang mendapatkan perawatan pada hari ke-6
(LOS) dengan dan
pasien) nilaihari
rata-rata trombosit
ke 7 dengan 150,50/µL130,00/µL
nilai trombosit (n = 4
Lama Kelompok Kelompok (n = 1 pasien) sedangkan nilai hematokrit pada hari ke
Rawat Cairan Cairan Total
Inap Kristaloid Koloid (n = 48)
(hari) (n = 24) (n = 24) 6 yaitu 36,5% (n = 4 pasien) dan hari ke 7 yaitu 38%
3 3 (12,5%) 5 (20,8%) 8 (16,7%) (n=1 pasien). Pada kelompok cairan koloid dengan
4 6 (25,0%) 14 (58,4%) 20 (41,7%) rata-rata length of stay 4 hari tidak terdapat pasien yang
5 6 (25,0%) 5 (20,8%) 11 (22,9%)
masih mendapatkan perawatan pada hari ke-6 hingga
6 7 (29,1%) - 7 (14,6%)
7 1 (4,2%) - 1 (2,1%) hari ke-8. Penelitian oleh Nopianto (2012)
8 1(4,2%) - 1 (2,1%) menyebutkan bahwa nilai trombosit merupakan salah
Total 24 (100%) 24 (100%) 48 (100%) satu faktor yang berpengaruh terhadap lama rawat inap
pasa pasien demam berdarah.
Berdasarkan Tabel 6 diketahui perbandingan rata-
rata length of stay (LOS) kelompok pasien yang KESIMPULAN
mendapatkan cairan koloid yaitu 4 hari, lebih singkat Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) antara
dibandingkan kelompok pasien yang mendapatkan cairan kristaloid dengan koloid pada nilai trombosit
cairan kristaloid yaitu 5 hari. Hasil penelitian ini sesuai jam ke-24 dan jam ke-48, nilai hematokrit jam ke-72
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh dan lama rawat sedangkan kedua kelompok tidak
Mandriani (2009) menunjukkan lama rawat inap menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap suhu
penderita adalah 4,62 hari dengan lama perawatan tubuh (p > 0,05).
paling singkat 1 hari dan paling lama 9 hari. Nisa dkk.
(2013) juga menyebutkan bahwa lama perawatan rata- UCAPAN TERIMAKASIH
rata penderita BDB anak di RS Roemani Semarang Program studi Magister Farmasi Universitas
yaitu 4,26 hari (4 hari) dengan standar deviasi (SD) Ahmad Dahlan, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
1,504. Hasil analisa t-test unpaired pada Tabel 5 Bantu dan seluruh responden penelitian.
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lama rawat
inap yang bermakna secara statistik antara kelompok DAFTAR PUSTAKA
pasien yang mendapatkan cairan kristaloid Akhmad, A. P. (2012). Evaluasi Penggunaan Obat pada
Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Dr.
77
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 1 Juli 2018
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode Lahan dengan Pendekatan Spasial di Kabupaten
Oktober 2012 - Februari 2015. Skripsi; Fakultas Banggai Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-
Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2013. Journal of Information System for Public
Chiocca, E. M. (2011). Advance Pediatric Assesment. Health; 1; 47-54.
Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins. Nhan, N. T., Phuung, C. X. T., Kneen, R. & Wills, B.
Departemen Kesehatan (Depkes) RI. (2004). (2001). Acute Management of Dengue Shock
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Syndrome, A Randomized Double-Blind
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral P2M Comparison of A Intravenous Fluid Regimens in
Depkes RI. the First Hour. Clinical Infectious Disease; 32;
Depkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010 by 204-211.
Depkes RI. Nisa, D. W., Notoatmojo, H. & Rohmani, A. (2013).
http://www.depkes.go.id/downloads/profil_Kese Karakteristik Demam Berdarah Dengue pada
hatan_Indonesia_2010.pdf. Accessed: 5 Agustus Anak di Rumah Sakit Roemani Semarang.
2017. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah; 1; 93-97.
Dung, N. M., Day, N. P., Tam, D. T., Loan, H. T., Nopianto, H. (2012). Faktor–Faktor yang Berpengaruh
Chau, H. T. & Minh, L. N. (1999). Fluid terhadap Lama Rawat Inap pada Pasien Demam
Replacement in Dengue Shock Syndrome: A Berdarah Dengue di RSUP Dr. Kariadi
Randomized, Double-Blind Comparison of Four Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro; 1;
Intravenous-Fluid Regimen. Clinical Infectious 20-25.
Disease; 29; 787-794. Prasetyo, V. P, Azis, A. L. & Soegijanto, S. (2009).
Erlinda, F., Sadiah, A. & Maya, T. (2015). Hubungan Comparison of the Efficacy and Safety of
Kadar Trombosit dan Hematokrit dengan Hydroxyethyl Starch 130/0.4 and Ringer’s
Derajat Penyakit Demam Berdarah Dengue pada Lactate in Children with Grade III Dengue
Pasien Dewasa. Prosiding; Penelitian Sivitas Hemorrhagic Fever. Paediatrica Indonesia; 49;
Akademika Universitas Islam Bandung, 97-103.
Bandung. Rasyada, A., Ellyza, N. & Zulkarnain, E. (2014).
Ginanjar. (2008). Demam Berdarah, a Survival Quide Hubungan Nilai Hematokrit terhadap Jumlah
(Cet. 1). Yogyakarta: B. First (PT Benteng Trombosit pada Penderita Demam Berdarah
Pustaka). Dengue. Jurnal Kesehatan Anak; 3; 343-347.
Hukom, A. O. E., Warouw, S. M., Memah, M. & Soegianto, S. (2002). Penatalaksanaan Demam
Mongan, A. E. (2013). Hubungan Nilai Berdarah Dengue pada Anak: Lab Ilmu
Hematokrit dan Jumlah Nilai Trombosit pada Kesehatan Anak-FK UNAIR/RSUD Dr.
Pasien Demam Berdarah Dengue. Manado. Soetomo. Surabaya: Tropical Disease Center.
Jurnal e-Biomedik; 3; 738-742. Suciawan, N. (2000). Tatalaksana Terapi Cairan
Hung, N. T. (2012). Fluid Management for Dengue in Penderita Demam Berdarah Dengue. Tesis;
Children. Paediatrics and International Child Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Health; 32; 39-41. Yogyakarta.
IDAI. (2009). Pedoman Pelayanan Medis. Palembang: World Health Organization (WHO). (1997). Dengue
IDAI Press. Haemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment, and
Lubis, M. (2003). Spectrum of DSS in Haji Adam Control. 2nd ed. Genewa: WHO.
Malik Hospital during 5 years: Research report World Health Organization (WHO). (2012). Demam
from JKPKBPPK. Jakarta: Badan Litbang Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan,
Kesehatan. Pencegahan dan Pengendalian Ed. 2. Jakarta:
Mandriani, E. (2009). Karakteristik Penderita Demam EGC.
Berdarah Dengue (DBD) yang Mengalami Yakub, R., Kemas, H., Hasrul, P. & Agustria, H.
Dengue Shock Syndrome (DSS) Rawat Inap di (2014). Pola Jumlah Trombosit Pasien Rawat
RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008. Skripsi; Inap BDB RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Palembang dengan Hasil Uji Serologi Positif
Sumatera Utara, Medan. yang Diperiksa di Laboraturium GrahaSpesialis
Muliansyah, T. B. (2015). Analisa Pola Sebaran RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Majalah
Demam Berdarah Dengue terhadap Penggunaan Kedokteran Sriwijaya; 2; 104-110.
78
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
http://journal.umy.ac.id/index.php/mm
DATA OF ARTICLE: Abstract: Dengue hemorrhagic fever (DHF) in the community can have an impact
Received: 9 Nov 2018 of panic, death, and reduced age of hope in the family. Research on the quality of
Reviewed: 18 Dec 2018 life of DHF pediatric patient who got the treatment of crystalloid and colloid fluids
Revised: 24 Jun 2019 has never been done before. The purpose of this study was to determine the quality
Accepted: 27 Jun 2019
of life of DHF pediatric patients who received crystalloids and colloids with
PedsQL instruments. The study design was a cohort with block randomization. The
inclusion criteria in this study were hospitalized DHF pediatric patients aged one
*CORRESPONDENC month -18 years from February to May 2018. The exclusion criteria were DHF
E: patients who came with referrals from other hospitals who had received fluid
805.nasri@gmail.com therapy. Research data include the length of stay (LOS) and quality of life score
with the PedsQL questionnaire. The statistical analysis was using an independent t-
test and the Mann Whitney test. The length of stay for the crystalloid group is five
DOI: days longer than the colloid group, which is four days. From a total of 48 subjects
10.18196/mm.190229 studied, the score for the physical function of the crystalloid fluid group 84.54 ±
9.90 was higher than the colloid group of 77.58 ± 19.30 (p = 0.125). The emotional
functions in the crystalloid group obtained a score of 81.88 ± 12.14 higher than the
colloid group, i.e., 79.17 ± 18.5 (p = 0.552). The social function in the crystalloid
TYPE OF ARTICLE: group had a score of 92.08 ± 8.84 higher than the colloid group of 86.67 ± 13.96 (p
Research = 0.232). The school functions in the crystalloid group had a score of 50.42 ± 33.68
higher than in the colloid group of 37.92 ± 36.62 (p = 0.225). The results of this
study showed that the crystalloid group had a higher quality of life score compared
to the colloid group, although it was not significant.
79
test. Lama rawat inap kelompok kristaloid adalah 5 hari hemodynamics are more stable, as a consequence,
lebih lama dibanding kelompok koloid yakni 4 hari. Dari 48 plasma leakage can be prevented and maintenance
subyek yang diteliti skor fungsi fisik kelompok kristaloid time can be reduced.8
84,54±9,90 lebih tinggi dibanding kelompok koloid DHF patients need intensive care at the hospi-
77,58±19,30 (p= 0,125). Fungsi emosi kelompok kristaloid tal.9 Hospital care can contribute psychologycal
diperoleh skor 81,88±12,14 lebih tinggi dibanding kelompok stress on the patients especially pediatric patients
koloid 79,17±18,5 (p=0,552). Fungsi sosial kelompok because the child is separated from his parents,
kristaloid memiliki skor 92,08±8,84 lebih tinggi dibanding siblings, and friends, meets the medical staff who
kelompok koloid 86,67±13,96 (p=0,232). Fungsi sekolah care for him, gets painful medical treatments, unfa-
kelompok kristaloid memiliki skor 50,42±33,68 lebih tinggi miliar places, interrupts daily activities and school
dibanding kelompok koloid 37,92±36,62 (p=0,225). Hasil activities.9
penelitian kelompok kristaloid skor kualitas hidupnya lebih The quality of one's life is greatly influenced by
tinggi dibanding kelompok koloid, walaupun secara statistik physical and psychological activities. Decreasing
berbeda tidak signifikan. physical function and stress can interfere with all
aspects of life, one of which is the quality of life.10
Kata Kunci: Kualitas Hidup; Pediatrik; PedsQL; Quality of life on health can be defined as a multi-
Kristaloid; Koloid dimensional assessment that includes physical,
psychological, social functions and changes in beha-
INTRODUCTION vior or development in one's life.9 To assess the
quality of adequate intensive management of an
The dengue hemorrhagic fever patient in illness, an outcome assessment is needed. This
Indonesia has reached the number of more than outcome assessment is not only based on mortality
100.000, and among them, more than 1.000 have outcomes but also includes non-mortality assess-
died.1 The viral transmission of dengue hemorrhagic ments, such as quality of life.9 So far, researchers
fever can be through the bite of an infected female have not found an assessment of the quality of life
mosquito.2 The impact of dengue fever in the in a pediatric patient with DHF who are treated with
community for now in addition to being a health crystalloid and colloid fluids. Based on the fact
problem, also causes social consequences such as mentioned before, this research is carried out.
panic, death, and makes the age of hope decrease
in family members.3 MATERIAL AND METHOD
Several attempts have been made to measure
the burden of dengue fever. Long-term morbidity, The study was conducted in the pediatric ward
mortality, and quality of life are essential metrics for of PKU Muhammadiyah Bantul hospital in January -
measuring the health burden of chronic and acute June 2018. The design of this study was a cohort;
diseases. Also, age, duration of illness, and severity sampling was done by block randomization. The
of the disease were related to the quality of life of inclusion criteria were hospitalized DHF pediatric
patients with dengue hemorrhagic fever.4 patients aged 1 -18 years in the period February -
The most important treatment for DHF is the May 2018. The exclusion criteria in this study were
particular emphasis on proper and careful fluid DHF patients who came with referrals from other
management to overcome the plasma leak caused hospitals that had received fluids. Forty-eight sam-
by the infection.5 The types of crystalloid and ples met the inclusion criteria. The samples were
colloidal fluids are the choices used to replace plas- divided into two groups, namely the group (n = 24)
ma leaks.6 Liquid crystalloid properties that have who received colloid fluid (initial gelafusal) and the
components similar to blood, which do not cause group (n = 24) who received single crystalloid fluid
allergies, are cheap, and are easily obtained making therapy (ringer lactate). The application of this type
crystalloids become the therapy of choice com- of fluid is based on randomization carried out
pared to colloids.7 Also, crystalloid solutions have a during the study. The old data from hospitalization
molecular size smaller than colloidal solutions then, were seen and recorded from the patient's medical
if, in the same amount of volume, there will be less record on the nurse ward.
crystalloid fluid that remains intravascular.7 Howe- The quality of life of pediatric patients with
ver, colloids have advantages, namely if colloids and DHF, was measured using the PedsQL 4.0 Generic
crystalloids have the same amount of volume, Core Scales questionnaire, which included four
colloids have greater plasma volume (intravascular) functions, namely physical, emotional, social, and
expansion and last longer for intravascular space school functions. Parents/guardians of patients be-
than crystalloid. By these advantages, it is expected fore interviews and filling out the questionnaires,
that colloids provide better tissue oxygenation and they need to fill out the informed consent sheet
80
first as a form of approval to be the subject of re- function/domain to test the validity obtained r
search. The questionnaires were taken a day before count value higher than r table (0.361), so the
the pediatric patients came home from the hospital. questionnaire was declared valid. As for the reliabi-
The parent/guardian of the patient is asked to fill in lity test, the correlation value in the Cronbach's
the form containing the patient's identity, the name Alpha column was 0.852, which means that it is
of the parent/guardian, address, and signature. The classified as very strong. Thus, it can be concluded
assessment of the quality of life is calculated start- that the questionnaire can be declared valid and
ing from physical, emotional, social, and school trusted based on the correlation value of 0.852.
functions with a generic measurement scale con-
sisting of 23 questions. RESULT
The questionnaires were asked to the pa-
rents/guardians of patients based on five scales, From a total of 48 patients who met the
which were marked by the value according to the inclusion criteria, divided into two groups; 24
problem of each item felt by the patient. The scale patients with cervical fluid (Ringer's lactate) and 24
consists of 0 never; 1 rarely; 2 sometimes; 3 often; 4 patients with colloidal fluid (gelafusal).
almost always. Each score received from respon- Table 1. The majority of the subject was 26 wo-
dents is transformed to a scale of 0-100 (0 = 100; 1 = men patients (54.2%) and 22 men patients (45.8%).
75; 2 = 50; 3 = 25; 4 = 0). The calculation of the total These two groups have similar age characteristics,
score of 23 question items is the average of all the i.e., the number of patients with less than or equal
number of answers to items divided by many items to 5 years are more than the number of patients
answered from the physical, emotional, social, and over the age of 5 years.
school subscales. Higher scores indicate a better The comparison of length of stay between the
quality of life. crystalloid group and the colloid group can be seen
The analysis of length of stay data and results in Table 2.
of quality of life scores – to compare the two The parameters of length of stay were
groups, were carried out with independent t-test measured using several days as long as the patient
and Mann Whitney test. The independent samples received treatment at the hospital. The group of
t-test was carried out for data that are generally crystalloid fluid therapy has a length of stay of 3 to
distributed by showing p-value. At the same time, 8 days with 3 patients were treated for 3 days
the Mann-Whitney test for data that is not normally (12,5%), 6 patients were treated for 4 days (25%), 6
distributed. patients were treated for 5 days (25%), 7 patients
Based on the results of previous research were treated for 6 days (4,2%), 1 patient was treated
validation, in this study, researchers also conducted for 7 days and 1 patient was treated 8 days (4,2%)
validation and reliability tests related to the PedsQL whereas in the colloid fluid group it has a length of
questionnaire against 30 parents/guardians of pe- stay of 3 to 5 days with 5 patients were treated for 3
diatric patients. The validation and reliability tests days (20,8%), 14 patients were treated for 4 days
apply the four functions/domains that include phy- (58,4%) and 5 patients were treated for 5 days
sical, emotional, social, and school functions using (20,8%).
the SPSS statistical program. The results of each
Table 1. Characteristics of DHF Pediatric Patients with Crystalloid and Colloid Fluids Treatment Based on
Gender and Age (n = 24)
Type of Fluid
Characteristics Crystalloid Colloid Total (%) Average ±SD p-value
n=24 (%) n=24 (%)
Gender
Man 6 (27.3) 16 (72.7) 22 (45.8)
0.564a
Women 18 (69.2) 8 (30.8) 26 (54.2) -
Age
< 1 year - 1 (100) 1 (2.0)
1-5 year 17 (48.6) 18 (51.4) 35 (72.9) 4.4±3.3 0.320b
6-10 year 5 (50) 5 (50) 10 (20.8)
11-15 year 2 (100) - 2 (4.2)
Chisquare test
a
Mann-Whitney test
b
81
Table 2. Frequency of Length of Stay for Pediatric Patient with DHF between Groups of Crystalloid and
Colloid Fluids
Group of Crystalloid Group of Colloid Fluids Total
Length of stay in inpatient centre (day)
Fluid (n = 24) (n = 24) (n=48)
3 3 (12.5%) 5 (20.8%) 8 (16.7%)
4 6 (25.0%) 14 (58.4%) 20 (41.7%)
5 6 (25.0%) 5 (20.8%) 11 (22.9%)
6 7 (29.1%) - 7 (14.6%)
7 1 (4.2%) - 1 (2.1%)
8 1(4.2%) - 1 (2.1%)
Total 24 (100%) 24 (100%) 48 (100%)
Based on Table 3., the average length of stay colloid group (77,58±19,30); emotional function of
for the colloid fluid group was 4 days, it's shorter the crystalloid group (81,88±12,14) was higher from
than the group of patients who received crystalloid the colloid group (79,17±18,51); social function of
fluid, i.e. 5 days. The results of the independent crystalloid group (92,08±8,84) was higher from the
analysis of the t-test in this study that there were colloid group (86,67±13,96), and school function of
statistically significant differences in the length of crystalloid group (50,42±33,68) was higher from the
stay between the groups of crystalloid fluid and to colloid group (37,92±36,62).
the colloid fluid group with a value of p = 0.002 (p
<0.05). DISCUSSION
Analysis of data related to the assessment of
the life quality of children with dengue hemorrhagic The number of patients with dengue he-
fever was carried out using independent sample t- morrhagic fever (DHF) in Table 1. shows that the
test statistics and Mann-Whitney test. The following majority of DHF patients are women, as many as 26
is a table of assessment results of the quality of life patients (54,2%), while male patients were 22 pa-
between the two groups, including 4 functions/ tients (45,8%). Another study conducted by Hukom
domains. (2013),11 also showed more women than men with a
Table 4. explains about the assessment of the percentage of 53.2%.
quality of life of children with DHF who received From the results of this study, the age was
crystalloid and colloid fluids. The assessment of the dominated between 1-5 years, with a total of 35
four functions of the crystalloid group have a higher patients (72,9%) from a total of 48 samples. The
physical function (84,54±9,90) compared to the result was that both women and men under the age
of 5 have a greater risk of getting a virus than
Table 3. Results of Average Comparison Statistics of children over 5 years because children under 5 years
Length of Stay Patients with DHF Group of have a lower level of immunity.12 According to the
Crystalloid and Colloid Fluids results of research conducted by Muliansyah
Liquid type Mean±SD p-value (2015),13 the majority of patients with dengue
Kristaloid (n=24) 5,00 ±1,286 0,002a* hemorrhagic fever were under 15 years old with 44
Koloid (n=24) 4,00 ±0,659 people (90%). Other research in India by Saraswathy
a
independent t test (2013),14 showed the majority of patients with
*significant p value dengue hemorrhagic fever aged 1-5 years (57%),
followed by children aged 6-12 years (29%).
Table 4. Statistics Results on Differences in the Life Table 3. shows the results of the mean statistic
Quality in Children with DHF in the of the length of stay showed significant differences
Administration of Crystalloid and Colloid with values (p=0,02). The duration of stay in the
Fluids crystalloid group was 5 days, longer than the
length
of stay in the colloid group, which was 4 days. These
Life Quality Average Value ±SD p-value results were in accordance with the theory that
Assessment Crystalloid Colloid colloidal fluids have the advantage that in the same
Fungsi Fisik 84,54±9,90 77,58±19,30 0,125* amount of volume there will be greater plasma
Fungsi Emosi 81,88±12,14 79,17±18,51 0,552* volume expansion (intravascular) and last for a long
Fungsi Sosial 92,08±8,84 86,67±13,96 0,232** time in the intravascular space compared to crys-
Fungsi Sekolah 50,42±33,68 37,92±36,62 0.,225* talloid. With these advantages, it is expected that
Analisis data : * independent samples t test colloids provide better tissue oxygenation and
** Mann-Whitney Test maintain more stable hemodynamics so that they
82
can prevent plasma leakage and reduce mainte- CONCLUSION
nance time.8
Based on the previous PedsQL research, good The result of the assessment related to the life
score for healthy children were around 83 with the quality of children with dengue hemorrhagic fever is
lowest score of 70, while for children with disease that the crystalloid group had a higher score than
the score was between 60 and less than 70. 15 the colloid group, though statistically, the
According to the survey results of the PedsQL ins- differences were not significant. All authors declare
trument maker, the average results of the total that there is no potential conflict of interest with
scores for children with healthy conditions were research, authorship and or publication of this
81.38 ± 15.90. Quality of life can be declared normal article.
according to the survey if the total value is more
than 65.48 and vice versa has a quality of life of "at- REFERENCE
risk" if the total value is less than 65.48.15
In the average study of the quality of life 1. Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi Situasi
quality between crystalloid and colloid groups DBD. Pusdatin. Jakarta: Kemenkes RI. 2016.
(table 4), each physical function, emotional function 2. Bruce R. Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic
and social function show the results ≥ 65.48 which Fever. Am J Med, 2010; 7 (2): 51-53.
means that the three functions/domains are de- 3. Kemenkes RI. Demam Berdarah Dengue (DBD).
clared normal. In accordance with a research by Jakarta: Kemenkes RI. 2017 Apr 25. From:
Thompson and Vernon (1992) cited by Aji (2004),9 www.kemkes.go.id
menyatakan bahwa Post-treatment physical and 4. Bach X, Giang T, Long H, Anh T, Tung T, Binh
psychological problems are more often happen in T, et al. Cost-of-Illness and the Health-Related
length of stay for more than 2 weeks, repeated Quality of Life of Patients in the Dengue Fever
care, and sufferers of chronic diseases. In this study, Outbreak in Hanoi in 2017. Int J Environ, 2018; 15
the duration of the length of stay in DHF children (6): 1174.
was less than 2 weeks, and the underlying disease is 5. Cucunawangsih & Nata PHL. Trends of Dengue
an acute infectious disease so that the results of Disease Epidemiology. Virology (Auckl), 2017; 8: 1-
normal quality of life are still obtained. 6.
School function for crystalloid and colloidal 6. Hung N. Fluid Management for Dengue in
groups showed the results of < 65,48, which means Children. Paediatr Int Child Health, 2012; 32
both groups are still declared below normal/risky. In (Suppl 1): 39-42.
line with several studies, one of them was con- 7. Lisa S. Choosing between Colloids and
ducted by Dwi, Krisna and Nur (2016),16 ho explain- Crystalloids for IV Infusion. Nursing Times, 2017;
ed that physical and school scores in cancer children 113: 12, 20-23.
were significantly lower than healthy children. This 8. Antonios L. Volume Resuscitation; the Crystalloid
was due to conditions that had to be hospitalized in Vs Colloid Debate Revisited. Medscape, 2004;
the hospital, giving rise to high absenteeism rates Available
from school. from:URL:http://www.medscape.com/viewarticle
From the assessment of the life quality of DHF /480288
children, the crystalloid group has a higher score 9. Fajar A. Kualitas Hidup Anak Pasca Sindrom Syok
than the colloid group. It is because the majority of Dengue [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran
the age in the colloid group is less than 5 years. In Universitas Diponegoro. 2004.
line with the research by Thomson dan Vernon 10. Hsien T, Li-Min Wu, Shu-Hui Wen. Quality of
(1992),9 who viewed from the psychological point Life and Its Predictors Among Children and
of view of post-hospital care children stated that Adolescents with Cancer. Cancer Nursing, 2017; 40
emotional disorders most often occur in children (5): 343–351.
aged 6 months to 6 years. The research by Evy 11. Andrew H, Sarah M, Maya M. Hubungan Nilai
(2017),17 also said that children aged 9-12 years have Hematokrit dan Jumlah Nilai Trombosit pada
more mature cognitive development than those Pasien Demam Berdarah Dengue. Jurnal e-Biomedik
below them so that positive self-concepts can be (eBM), 2013; 1 (1): 707-711.
formed. This study expects information or commu- 12. Devi Y, Galuh R, Andra N. Hubungan Status Gizi,
nication by health workers to prevent or control Umur dan Jenis Kelamin dengan Derajat Infeksi
dengue fever especially during the peak season, Dengue pada Anak. Jurnal Kedokteran
and for health services to consider using colloid Muhammadiyah, 2015; 2(1): 24-28.
fluids as initial treatment for DHF to reduce the 13. Muliansyah, Tri B. Analisa Pola Sebaran Demam
length of stay. Berdarah Dengue terhadap Penggunaan Lahan
83
dengan Pendekatan Spasial di Kabupaten Banggai Children’s Health Assessment Project, 2002; 10: 1-
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2013. 11.
Journal of Information System for Public Health, 2016; 16. Dwi N, Krisna Y, Nur A. Faktor-faktor
1(1): 47-54. Berhubungan dengan Kualitas Hidup Anak
14. Saraswathy M, Sankari K, Sakthi G, Sripriya D, Leukemia Limfositik Akut yang Menjalani
Lakshmi P. Incidence of Dengue Hemorraghic Kemoterapi. JKP, 2016; 4 (1): 5-7.
Fever in Children: A Report From 17. Evy S, Livana P, yulia S. Hubungan Konsep Diri
Melmaruvathur Tamilnadu India. JPSI, 2013; 2 dengan Kualitas Hidup Anak Usia Sekolah pada
(1): 34-36.
Keluarga Buruh Migran Internasional. IJHS, 2017;
15. Skar D, Varni JW, Seid M, Burwinkle TS. Health
Status Assesment Project. Data Insight Report 1 (2): 21-28.
84
http:// ijp.mums.ac.ir
Original Article (Pages: 9215-9224)
Abstract
Background:
Fluid resuscitation is the mainstay of treatment to counteract massive plasma leakage in dengue shock
syndrome. We aimed to determine the differences in clinical outcomes and hemodynamic parameters
of children with dengue shock syndrome post restrictive and liberal fluid resuscitation.
Materials and Methods: A retrospective observational study of pediatric patients who were between
one month to 18 years old, presented with clinical criteria for dengue hemorrhagic fever (DHF) grade
III and IV based on WHO classification of dengue fever in 2011, and admitted to the Saiful Anwar
General Hospital, Malang- Indonesia, from January 2016 to December 2016. Patients were divided in
two groups: resuscitated with either <40 ml/kg body weight [BW] (restrictive group) or > 40ml/kg
BW (liberal group) solutions; then we analyzed the clinical outcomes and hemodynamic parameters
between two groups.
Results
Among 100 patients, 92 patients were classified as DHF grade III and 8 patients were DHF grade IV.
74 patients were in the restrictive group and 24 patients were in the liberal group. Median age at
diagnosis was 6 years old, and 56% of patients were female. No significant differences were observed
between length of stay in pediatric intensive care unit (P=0.09), and duration of ventilator use
(P=0.68). The restrictive group had 53% lower mortality compared to the liberal group (P=0.18). This
study also showed that there were no significant differences in hemodynamic parameters between two
groups based on measurement with USCOM which were preload component (SVV) (P=0.89),
inotropy components (SMII) (P=0.07), SVRI (P=0.85) as well as the cardiac index (P=0.66).
Conclusion
This study showed that there is no difference in clinical outcomes (length of mechanical ventilation
and length of PICU stay), and hemodynamic parameters (preload, inotropy, afterload, and cardiac
index) in Dengue Shock Syndrome patients who receive restrictive or liberal fluid resuscitation.
Key Words: Children, Dengue Shock Syndrome, Liberal, Fluid resuscitation, Restrictive.
*Please cite this article as: Yuliarto S, Kadafi KT, Anitasari D. Restrictive versus Liberal Fluid Resuscitation in
Children with Dengue Shock Syndrome: the differences in Clinical Outcomes and Hemodynamic Parameters.
Int J Pediatr 2019; 7(4): 9215-24. DOI: 10.22038/ijp.2018.36587.3186
*Corresponding Author:
Saptadi Yuliarto, Pediatric Intensivist, Address: Saiful Anwar General Hospital, JA Suprapto street 2, Malang,
East Java, Indonesia. Postal code 65111; Fax: +62-341-564-755
Email: : dr.saptadiyuliarto@gmail.com
Received date: Nov.14, 2018; Accepted date: Dec. 22, 2018
85
Int J Pediatr, Vol.7, N.4, Serial No.64, Apr. 2019
Fluid Resuscitation in DSS Children
86
Yuliarto et al.
(USCOM 1A, USCOM PVT Ltd, Coffs discontinued if therapeutic goals are
Harbor, NSW, Australia). The measured achieved or total fluid amount is 40 ml/kg,
parameters included stroke volume or patient reveals sign of fluid overload
variation (SVV), Smith-Madigan Inotropy (liver enlargement or rales). In case of
Index (SMII), potential for kinetic ratio persistent shock following 40 ml/kg of
(PKR), stroke volume index (SVI), cardiac fluid bolus or fluid overload, diuretics and
index (CI), and systemic vascular vasoactive agents are administered based
resistance index (SVRI). We measured on CI and SVRI level. Inotropes
aortic valve (AV) diameter by using (dopamine 5-10 mcg/kg/min, dobutamine
patient’s age, weight, and height. We also 5-20 mcg/kg/min, or epinephrine 0.05-0.3
used Doppler to measured velocity time mcg/kg/min) are given in low CI – high
integral (VTI). We obtained stroke volume SVRI case, and can be combined with
(SV) using available AV diameter and vasodilator (milrinone 0.5-0.75
VTI. In context of preload; SVV is mcg/kg/min) if blood pressure is normal.
defined as stroke volume which is Vasopressor (norepinephrine 0.05
variation by respiratory cycle. We can mcg/kg/min-1 mcg/kg/min or epinephrine
measure CI by incorporating heart rate >0.3 mcg/kg/min) is given in high CI –
with SV. Afterload in the form of SVR and low SVRI case. Combination of inotropes
SVRI can be computed with the input of and vasopressor are given in low CI- low
blood pressure. Inotropy in the form of SVRI case.
SMII was calculated using a purpose-
written computer program based on Smith- 2-5. Ethical consideration
Madigan formula given with the input of This study was approved by Ethical
SV. SVV ≤30% was defined as fluid- Commission of Medical/Health
refractory shock, and >30% as fluid- Researches, Faculty of Medicine,
responsive shock. Each of the parameters University of Brawijaya, Saiful Anwar
SMII, PKR, and SVI was divided into 3 Hospital (letter no. 400/28/K.3/302/2018).
levels; that is: low, normal, and high, All participants’ parent or guardian
based on the respective normal value for provided informed written consent.
age (7). In addition, normal CI and SVRI
2-6. Inclusion and exclusion criteria
were 3.3-6.0 L/min/m2 and 800-1600
dyne.sec.cm-5 m-2, respectively; a below- In this study, DSS children with age from
normal value was categorized as a low, 1 month to 18 years old who were
while an above normal as high (8). A admitted to pediatric intensive care unit
pediatric emergency and intensive care (PICU), pediatric wards, and emergency
consultant or trained-senior resident room at a Saiful Anwar General Hospital
performed all measurements. from January 2016 to December 2016
were included. The exclusion criteria were
2-4. Hospital protocol children with congenital heart diseases,
The hospital protocol recommends fluid immunodeficiency disorders, autoimmune
bolus 20 ml/kg for 5-15 minutes in case of diseases, pulmonary diseases, hematology
DSS, and can be repeated until 40 ml/kg to diseases, and renal diseases.
achieve the therapeutic goals (normal
2-7. Data Analyses
heart/pulse rate and blood pressure
according to age, normal perfusion [CRT, Data were analyzed using SPSS for
urine output, mental status], cardiac index Windows 20.0 (IBM Corp., Chicago, IL).
[CI] 3.3-6.0 L/min/m2, and systemic Continuous variables were expressed as
vascular resistance [SVRI] 800-1600 mean and standard deviation (SD).
d.s/cm5/m2). Fluid bolus must be Variables with non-normal distributions
87
Fluid Resuscitation in DSS Children
were summarized with medians and were similar between the restrictive and
interquartile ranges (IQR), as appropriate. liberal groups. Median age at restrictive
The two independent groups were group was 6.0 years old whereas median
compared using Mann-Whitney test. age at liberal group was 5.5 years old.
Categorical variables were expressed as Among the 100 cases, 92 (92%) patients
frequencies and percentages and analyzed were classified as DHF grade III and 8
with Chi-square tests or Fisher’s exact (8%) patients were DHF grade IV. In the
tests, as appropriate. Level of statistical restrictive group, the majority of DSS
significance was declared at p- value < patients 42 (56.8%) had a normal
0.05 levels. nutritional status, while 16 patients
(21.6%) had an underweight nutritional
3- RESULTS status and 16 patients (21.6%) had an
3-1. Baseline characteristics overweight nutritional status. In the liberal
group, among 26 patients, 15 (57.7%)
As shown in Table.1, one hundred patients had a normal nutritional status,
patients enrolled and were analyzed (74 while 7 (26.9%) patients had an
and 26 subjects in the restrictive and overweight nutritional status and 4
liberal groups, respectively). Of the 100 (15.4%) patients had an underweight
patients, 56 (56%) patients were female. nutritional status.
The median age and gender distribution
88
Yuliarto et al.
3-3. Hemodynamic parameters group, while median SVRI for 5 -18 years
Regarding the hemodynamic parameters of old was 1959 d.s/cm5. In comparison, the
the study patients (Table.3), no significant mean SVRI in liberal group was 1526.7 ±
difference was observed among two 244.0 d.s/cm5 for 0-2 years age group,
groups (P>0.05). The mean SVV was 2097.1 ± 715.1 d.s/cm5 for 3-4 years old,
similar in two groups: 29.0 ± 10.7% in while median SVRI for 5-18 years old was
restrictive group and 29,5 ± 12,2% in 1970 d.s/cm5. There were no significant
liberal groups (P=0.89). Patients in differences in SVRI between two groups
restrictive groups had similar SMII (P>0.05), yet the level was higher than
compared with liberal groups (1 W/m2 normal value, especially in >3 years old
group. Cardiac index was similar in both
versus 1.2 W/m2 ) (P=0.07); however,
groups (P>0.05). Mean cardiac index for
SMII level in both groups was lower than
3-4 years old group in restrictive group
normal value according to age. Mean
SVRI in restrictive group was 1490.7 ± and liberal group was 3.48 ± 0.73
L/min/m2 and 3.00 ± 0.88 L/min/m2 ,
355.6 d.s/cm5 for 0-2 years age group,
respectively (P=0.66).
2071.2 ± 712.4 d.s/cm5 for 3-4 years
Values are presented as mean± standard deviation (SD) or median and interquartile ranges (IQR); SVRI:
SMII: P-value was considered significant if P-value < 0.05.
89
Fluid Resuscitation in DSS Children
90
Yuliarto et al.
value in normal children (Smith BE). The due to sinus bradycardia (32). In critically
lower value of SMII in both groups ill children, adequate fluid resuscitation is
demonstrated the presence of myocardial a particular challenge for the physician
depression in some children with DSS since fluid hemostasis is maintained in a
even though the cause of cardiac narrow range and physiological
dysfunction in DSS is still unknown (29). compensation of both hypervolemia and
Although fluid administration was aimed hypovolemia is limited (33). SVV is a
at increasing intravascular volume to a reliable predictor in the assessment of fluid
certain extent, and could increase responsiveness in adult patients (34), and it
myocardial muscle fiber resulting in is important to monitor the need for fluid
increased strength of myocardial resuscitation and optimize the number of
contraction (29), another study mentioned preloads in critical children (32). We
that excessive fluid resuscitation could found that SVV in both groups has similar
also cause cardiac dysfunction in patients results (P=0.89), despite difference of fluid
with increased vascular permeability by resuscitation volumes. SVV less than 30%
causing myocardial edema (30). Moreover, was found in both groups which
one study stated that almost 58% of demonstrated patients with DSS had a
children with shock are refractory shock refractory shock condition. These results
that required vasoactive drugs which were consistent with previous study which
indicated a disruption of myocardial showed that most of refractory fluid
function (5). Therefore, our result showed conditions in children were reached after
that inotropy index correlated negatively fluid administration 40 ml/kg BW (5).
with the amount of intravenous fluid
Important changes in blood pressure also
resuscitation (Table.3).
take place during DSS, including enhanced
Because a causal relationship between peripheral vascular resistance with
cardiac dysfunction and the occurrence of diminished cardiac output and normal or
shock cannot be determined from this low central venous pressure (35). Thus we
study, we assumed cardiac dysfunction can measured SVRI which represented the
also be the result of coronary resistance to blood flow offered by all the
hypoperfusion from low cardiac output. systemic vasculature. Our study showed
Thus, we measured cardiac output there was an increased SVRI and similar
component in both groups. The Cardiac results (P=0.94) in both groups compared
Index (CI) is one of the hemodynamic to SVRI value in normal children (31). The
parameters on USCOM examination that elevated SVRI in DSS is likely to be
represents the cardiac output component. affected by contracted intravascular
Despite receiving different amounts of volume. We evaluated the clinical
fluid resuscitation, we found that CI values outcomes after fluid resuscitation in both
were similar (P=0.66), and still within groups and found that the median length of
normal limits in both groups (31). stay in PICU, duration of mechanical
Probably this result was due to ventilation, and fluid excess in both groups
compensation of increased heart rates for had no significant difference (P=0.09,
the poor blood circulation and tend to P=0.68, P=0.83, respectively). These
maintain mean arterial pressure (MAP) in results are likely to be affected by our
DSS patients. CI was also low during the critical care management in DSS children
toxic stage due to decreased preload (low which is based on our hospital protocol. In
end-diastolic volume) and depressed left this study, the use of noninvasive
ventricular ejection fraction. CI also hemodynamic monitoring, the restrictive
remained subnormal during convalescence fluid management, timely use of
91
Fluid Resuscitation in DSS Children
92
Yuliarto et al.
fever revised and expanded edition. New City, Vietnam. Am J Trop Med Hyg.
Delhi: World Health Organization South East 2011;84:127-134.
Asia Regional Office; 2011.
12. Biswas HH, Ortega O, Gordon A,
3. Hadinegoro SR, Moedjianto I, Standish K, Balmaseda A, Kuan G,et al. Early
Chairulfatah A, Alam A, Setiabudi D, Hapsari clinical features of dengue virus infection in
MM, et al. Handbook for diagnosis and nicaraguan children: a longitudinal analysis.
management of dengue virus infection in PloS Negl Trop Dis. 2012;6:e1562.
children. Jakarta: Coordination work unit of
13. Guzman MG, Kouri G. Dengue: an
infection and tropical diseases IDAI; 2014:1-
update. Lancet Infect Dis.2002;2:33-42.
26.
14. Reitsma S, Slaaf DW, Vink H, van
4. Yacoub S, Griffiths A, Chau TT,
Zandvoort MA, oude Egbrink MG. The
Simmons CP, Wills B et al. Cardiac function
endothelial glycocalyx: composition,
in Vietnamese patients with different dengue
functions, and visualization. Pflugers Arch.
severity grades. Crit Care Med. 2012;
2007;454(3):345-59.
40(2):477-83.
15. Puerta-Guardo, Glasner DR, Harris E.
5. Yuliarto S. Hemodynamic parameter
Dengue virus NS1 disrupts the endothelial
changes in pediatric shock after fluid
glycocalyx leading to hyperpermeability. PloS
resuscitation and vasoactive drugs therapy.
Pathog. 2016;12(7):e1005738.
Jakarta: University of Indonesia (thesis); 2014.
16. Chappell D, Westphal M, Jacob M.
6. Ranjit S, Kissoon N, Jayakumar I.
The impact of the glycocalyx on
Aggressive management of dengue shock
microcirculatory oxygen distribution in critical
syndrome may decrease mortality rate: a
illness. Curr Opin Anaesthesiol.
suggested protocol. Pediatr Crit Care Med.
2009;22(2):155-62.
2005;6(4):412-9.
17. Becker BF, Chappell D, Bruegger D,
7. Giraldo D, Sant’Anna C, Perisse AR,
Annecke T, Jacob M. Therapeutic strategies
March Mde F, Souza AP, Mendes A, et al.
targeting the endothelial glycocalyx: acute
Characteristics of children hospitalized with
deficits, but great potential. Cardiovasc Res.
dengue fever in an outbreak in Rio de Janeiro,
2010;87(2):300-10.
Brazil. Trans R Soc Trop Med Hyg.
2011;105:601-3. 18. Dellinger RP, Levy MM, Carlet JM,
Bion J, Margaret M, et al. Surviving Sepsis
8. Pinsky MR, Payen D. Functional
Campaign: International guidelines for
hemodynamic monitoring. Crit Care.
management of severe sepsis and septic shock.
2005;9(6):566-72.
Crit Care Med. 2008;36:296–327.
9. Bunnag T, Kalayanarooj S. Dengue
19. Santhanam I, Sangareddi S,
shock syndrome at the emergency room of
Venkataraman S, Kissoon N,
Queen Sirikit National Institute of Child
Thiruvengadamudayan V, Kasthuri RK. A
Health, Bangkok, Thailand. J Med Assoc Thai
prospective randomized controlled study of
2011;94:S57-S63.
two fluid regimens in the initial management
10. Wills B, Nguyen MD, Ha TL, Dong of septic shock in the emergency department.
THT, Tran TNT, Le TTM, et al. Comparison Pediatr Emerg Care. 2008;24:647-55.
of three fluid solutions for resuscitation in
20. Jozwiak M, Monnet X, Teboul JL.
dengue shock syndrome. N Engl J Med.
Prediction of fluid responsiveness in ventilated
2005;353:877-.89.
patients. Ann Transl Med. 2018;6(18):352.
11. Anders KL, Nguyet NM, Chau NVV,
21. Somasetia DH, Setiati TE, Sjahrodji
Hung NT, Thuy TT, Lien LB,et al.
AM, Idjradinata PS, Setiabudi D, Roth H.
Epidemiological factors associated with
Early resuscitation of dengue shock syndrome
dengue shock syndrome and mortality in
in children with hyperosmolar sodium-lactate:
hospitalized dengue patients in Ho Chi Minh
a randomized single-blind clinical trial of
93
Fluid Resuscitation in DSS Children
94
http://www.pediatriconcall.com
ORIGINAL ARTICLE
FLUID REPLACEMENT IN CHILDREN WITH DENGUE AND FACTORS ASSOCIATED WITH PULMONARY
EDEMA
95
http://www.pediatriconcall.com
Parameter Mean + SD
Fever (days) 7.7 + 4.9
Platelets (cells/cumm) 105100 + 75600
SGOT (IU/L) 182.6 + 278.3
SGPT (IU/L) 84.9 + 121.4
PTT (sec) 46.5 + 27.1
PT (sec) 15.4 + 3.0
Packed cell volume 34.5 + 7.2
Hemoglobin (gm/dl) 10.9 + 2.5
White cell count (cells/cumm) 7830 + 4310
Table 1b: Clinical and laboratory findings of children with DHF/DSS
Parameter N (%)
Fever (days) 32 (100%)
Thrombocytopenia 25 (78.1%)
Elevated SGOT 26 (81.5%)
Elevated SGPT 24 (75%)
Prolonged PTT 21 (65.6%)
Prolonged PT 18 (56.5%)
Hypotension 18 (56.5%)
Hemoconcentration 14 (43.7%)
Rash 8 (25%)
Malena 10 (31.3%)
Leucopenia 6 (18.8%)
Leucocytosis 5 (15.6%)
Table 2: Clinical and Laboratory parameters with fluid therapy
Factors N Fluid (hours) P value Fluids (cc/kg) P value
Sex
96
http://www.pediatriconcall.com
with median of 7 years and range of 9 months to older children with grade IV disease. (2) There has
12 years. Male: female ratio was 16:16. Fourteen been much debate about the optimal means of fluid
children (43.8%) were located from Central Mumbai, replacement in a number of diverse conditions, but
11 (34.4%) were from western suburbs, 5 (15.6%) there are no specified recommendations as such. (8)
were from central suburbs and 2 (6.2%) were from In several studies of patients with DSS, hemodynamic
out station. Two (6.2%) patients had co-infection with profile is stabilized faster with colloids than compared
malaria (one each had vivax and falciparum malaria) to crystalloids, Also they require less resuscitation
whereas 1 (3.1%) was co-infected with leptospirosis. volumes than crystalloids. Also crystalloids have
Thirty (93.8%) required IVF therapy whereas 2 shown an increase incidence of acute respiratory
patients improved with oral intake of fluids. Twelve distress syndrome .because they have a considerable
patients (37.5%) required RL boluses. The mean shorter intravascular resistance time than colloids and
fluids given were 143.7+103.5cc/kg with median of may precipitate pulmonary edema if the pulmonary
136.5cc/kg. Total duration of fluids required were microcirculation is also affected by systemic increase
for 52.1+34.6 hours with median of 48 hours. Urine in capillary permeability. (9) Conversely there are
output at start of fluid therapy was 2+0.7cc/kg/hour also reports of increased mortality associated with
which increased to 4.9+1.9cc/kg/hour on recovery. usage of colloids (10) and vice versa. (11) There
Seven (21.9%) patients required ionotropes whereas have been several autopsy cases of fatal dengue
6 (18.8%) patients required plasma transfusion and where pulmonary edema has been seen following
5 (15.6%) patients each required blood and platelet excessive fluid resuscitation. (12) The cause of acute
transfusion. Thirty one (97%) patients recovered with respiratory failure in DHF patients is usually caused
average recovery time of 5.8+3.5 days and one patient by the administration of intravenous fluids too rapidly
(3%) died. Two patients (6.2%) each had ARDS and or for too long a period. Lum et al described acute
renal failure. Pulmonary edema was seen in 9 (28%) respiratory distress syndrome in three patients with
patients. DHF with prolonged shock and tissue hypoxia when
Factors affecting fluid therapy duration and volume crystalloids were administered too rapidly. (13)
are depicted in Table 2. There was no difference in fluid Colloids have a longer intravascular residence time
therapy per gender, location of residence, clinical and than the crystalloids, and by increasing the colloid
laboratory parameters. Patients with shock required osmotic pressure, they may draw extravasated fluid
more fluids as compared to those without shock back into the intravascular compartment. It has been
(201.9+95cc/kg vs. 68.9+54.9cc/kg; p <0.0001) and estimated that 2–4 times the volume of crystalloids
those with pulmonary edema also received more total may need to be infused to achieve the same degree
fluids as compared to those without pulmonary edema of resuscitation as in colloids. (14) However, in DSS
(4649.7+3775.3 cc vs. 2206.7+2100.7 cc; p=0.026). the extra volume of crystalloid required to achieve
Patients with pulmonary edema also received longer adequate cardiovascular stability may exacerbate
duration of fluids (82+41.4 hours vs. 39.3+22 hours; the ongoing fluid leakage and precipitate pulmonary
p=0.0009) and those with shock also received longer edema. Although DHF in infants comprise less than
duration of fluids (67.9+33.8 hours vs. 28.5+19.7 5% of all cases still mortality is more in infants
hours; p=0.0011). Fluid therapy volume (p=0.63) compared to others. (15) The management of DSS
and duration (p=0.06) had no relation with ARDS. is a balancing act between adequate resuscitation
Pulmonary edema was seen in 9 out of 18 patients and overzealous replacement, often in circumstances
(50%) with shock (p=0.002) and all these patients where full monitoring cannot be done. (5) The present
received fluids for more than 48 hours (p=0.03). study emphasizes that intravenous fluids must be
However in patients with pulmonary edema, there was administered with special care to avoid fluid overload
no difference in number of days to recovery (7.4+5.3 and thus pulmonary edema. This involves following
days, p=0.134). established procedures for use of colloidal solutions
and blood transfusions. Special emphasis needs to be
Discussion given to infants with DHF/DSS who have developed
About 25 years ago, treatment of dengue with severe complications like pulmonary edema.
intravenous fluid replacement led to decrease in
mortality from 20% to 2%. (5) In 1974, WHO Funding : None
recommended ringers lactate or isotonic saline Conflict of Interest : None
solution for quick infusion and colloids 10-20 ml/kg/h
to be substituted only in cases of profound shock.
(6) Nimmanitya et al reported 487 cases of dengue References :
1. World Health Organization (WHO). Dengue and dengue
shock syndrome out of which 61% were successfully
hemorrhagic fever. Prevention and Control. Fact Sheet
treated with crystalloids (ringers lactate/acetate), 22% 117. 2nd Edition. Geneva. WHO Press. 1997
with colloids (dextran 40%) and 15% required blood 2. Nguyen TH, Nguyen TL, Lei HY, Lin YS, Le BL, Huang KJ,
transfusion. (7) Lin CF, et al. Volume replacement in infants with dengue
In management of patients with DSS, it is difficult to hemorrhagic fever/dengue shock syndrome. Am J Trop
correct hypovolemia rapidly without volume overload. Med Hyg. 2006; 74: 684-91.
All infants must be treated as high-risk patients 3. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le TT, et
who require early intervention with colloids, as in
97
al. Comparison of three fluid solutions for substitutes in critically ill in-patients with
resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl various etiologies of haemo-dynamic instability.
J Med. 2005; 353: Int J Intensive Care 1998; 5:8 –14.
877-89. 12. Bhamarapravati H, Tuchinda P,
4. Ngo NT, Cao XT, Kneen R, Wills B, Nguyen VM, Boonyapaknavik V.
Nguyen TQ, et al. Acute management of dengue Pathology of Thailand hemorrhagic fever: a study
shock syndrome: a randomized double blind of 100 autopsy cases. Ann Trop Med Parasitol
comparison of 4 intravenous fluid regimens in the 1967;61:500 –10.
first hour. Clin Infect Dis. 2001; 32: 13. Lum LCS, Thong MK, Cheak YK, Lam SK.
204-13. Dengue associated with adult respiratory distress
5. Dung NM, Day NPJ, Tam DTH, Loan HT, Chau syndrome. Ann Trop Pediatr. 1995; 15: 335–
HTT, Minh LN, et al. Fluid Replacement in 339.20.
Dengue Shock Syndrome: A Randomized, 14. Skowronski GA. Hypovolaemic shock. In: Oh TE,
Double-Blind Comparison of Four Intravenous- ed.
Fluid Regimens. Clin Infect Dis. (1999) Intensive care manual. 3rd ed. London:
29 (4): 787-794. Butterworths,
6. World Health Organization. Technical Advisory 1990:371– 4.
Committee. 15. Hung NT, Lei HY, Lan NT, Lin YS, Huang KJ, Lien LB,
Dengue hemorrhagic fever: diagnosis, et al.
treatment, prevention, and control. Geneva. Dengue hemorrhagic fever in infants, a study of
1997. clinical and cytokine profiles. J Infect Dis.2004;
7. Nimmannitya S. Clinical spectrum and 189:221–232.
management of dengue hemorrhagic fever.
Southeast Asian J Trop Med Public Health.
1987;18: 392–397.
8. Haupt MT, Rackow EC. Colloid osmotic pressure
From: Department of Pediatrics, B.J.Wadia
and fluid resuscitation with hexastarch, albumin, Hospital for Children, Mumbai, India.
and saline. Crit Care Med 1982;10:159–62.
9. Modig J. Effectiveness of dextran 70 versus Address for Correspondence: Dr Ira
Ringer’s lactate in traumatic shock and adult Shah, 1/B Saguna, 271/B St Francis Road,
respiratory syndrome. Crit Care Med Vile
1986;14:454 –7.
Parle (W), Mumbai 400056, India.
10. Cochrane Injuries Group Albumin Reviewers.
Human albumin administration in critically ill
patients: systematic review of randomized
Email : irashah@pediatriconcall.com
trials.BMJ 1998;317:235–9.
11. Hankeln KB, Beez M. Hemodynamic and oxygen DOI : 10.7199/ped.oncall.2017.45
transport correlate of various volume
98