Anda di halaman 1dari 228

KONTRAK BELAJAR KEPERAWATAN ANAK

RENCANA PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK TANGGAL 1-6 MARET 2021

NAMA :
ERA WINDIANA
202002040023

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN 2021
KONTRAK BELAJAR
ASUHAN KEPERAWATAN STASE ANAK : HEMIPARESE DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Nama Mahasiswa : Era Windiana


NIM : 202002040023
Tanggal Praktik : 1 – 6 Maret 2021

No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keteragan

1 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan pengkajian fokus pada pasien Wawancara dan 1-6 Maret Mampu melakukan pengkajian
melakukan pengkajian terhadap dengan hemiparese observasi 2021 pada pasien hemiparese
pasien dengan hemiparese

2 Diharapkan mahasiswa mampu Menentukan masalah keperawatan dan Studi pustaka 1-6 Maret Mampu menyusun dan
menentukan prioritas diagnosa menentukan prioritas diagnosa dan diskusi 2021 memprioritaskan diagnosa
keperawatan yang muncul pada keperawatan keperawatan
pasien dengan hemiparese

3 Diharpkan mahasiswa mampu Menyusun intervensi keperawatan pada Studi pustaka 1-6 Maret Mampu menyusun rencana
merencanakan tindakan pasien hemiparese dan diskusi 2021 tindakan
keperawatan pada pasien dengan
hemiparese
4 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan implementasi keperawatan Aplikasi 1-6 Maret Mmpu mengaplikasikan rencana
menerapkan atau pada pasien dengan hemiparese tindakan dan 2021 tindakan
mengaplikasikan tindakan studi pustaka
keperawatan yang telah
direncanakan pada pasien
hemiparese

5 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan evaluasi terhadap Observasi dan 1-6 Maret Mampu melakukan evaluasi
mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan harian pasien dengan studi pustaka 2021 perkembangan harian
perkembangan harian keadaan hemiparese
pasien dengan hemiparese

6 Diharapkan mahasiswa Melakukan penyuluhan kesehatan Ceramah dan 1-6 Maret Mampu melakukan penyuluhan
manyampaikan penyuluhan tanya jawab 2021 kesehatan
kesehatan dengan tema tertentu
pada pasien dan keluarga
hemiparese

7 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan tindakan terapi bermain pada Aplikasi 1-6 Maret Mampu melakukan terapi
menerapkan terapi bermain pasien tindakan terapi 2021 bermain
terhadap kelompok anak yang bermain
ada di ruangan
8 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan belajar pakar Wawancara dan 1-6 Maret Mampu melakukan belajar
belajar pakar dengan narasumber diskusi 2021 pakar
yang kompeten dalam
penanganan dan penyusunan
asuhan keperawatan pada pasien
dengan hemiparese

Pembimbing Klinik Semarang, 01 Maret 2021

Praktikan

( ) Era Windiana
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN HEMIPARASE DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG

Disusun oleh :

Mia Noviana
(18.0537.N)

Disusun oleh :
Era Windiana
202002040023

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM SARJANA


KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN TAHUN 2021
KONSEP DASAR

A. Definisi

Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis


sesisimenimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh
sisikontralateral.
Bila kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di tingkat batang
otak menimbulkan sindrom hemiplegia alternans. Sindrom tersebut terdiriatas
kelumpuhan UMN yang melanda otot-otot belahan tubuh kontralateral
yang berada di tingkat lesi, sedangkan setingkat lesinya terdapat kelumpuhan LMN,yang
melanda otot-otot yang disarafi oleh saraf kranial yang terlibat dalam lesi.Tergantung pada
lokasi lesi paralitiknya, sehingga dapatlah dijumpai hemiplegiaalternans di mesensefalon.
Sebuah gambarannya dijumpai bilamana hemilasi di batang otak menduduki pedunkulus
serebri di tingkat mesensefalon.

B. Etiologi

Jika terdapat kelumpyuhan pada tangan dan kaki pada sisi yang sama, dan jika
tanda UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di korda spinalis
servikal atau otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom servical dapat menjadi bukti
lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa adalah infark cerebral atau
perdarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemik transien sebelumnya, dan progresi
menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada orang dengan hipertensi atau usia lanjut
merupakan indikasi telah terjadi stroke. Jika tidak terdapat gejala-gejala cerebral, dapat
diduga terjadi myelitis transversus dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini
berprogresif secara lambat (beberapa hari) dan lebih sering menyerang keempat tungkai.
Begitu pula dengan sklerosis multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda
kortikospinal bilateral daripada hemipelgia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau minggu, dapat
dicurigai lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau dewasa. Selain tumor,
kemungkinan lain termasuk malformasi arterivenosus, abses otak, atau infeksi lainnya.
Kelainan otak biasanya mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi
merupakan penyebab hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya
merujuk pada lesi serebral daripada lesi dileher dengan CT atau MRI.

C. Faktor Resiko Stroke


1. Faktor yang tidak dapat dirubah
a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan stroke dibanding wanita
b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c. Keturunan: adanya riwayat keluarga terkena stroke

2. Faktor yang dapat dirubah


a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Diabetus Miletus
f. Polisetemia
g. Stres emosional
3. Kebiasaan Hidup
a. Merokok
b. Peminum alkohol
c. Obat-obatan terlarang
d. Aktivitas yang tidak sehat :kurang olahraga, makanan berkolesterol

D. Patofisiologi
1. Trombus
Timbunan/ kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh darah akan
mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan menyebabkan arterosklerosis
pembuluh darah sehingga akan mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke
otak bila dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya
infark dab terjadi kematian jaringan otak.
2. Emboli
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang akan mengikuti
aliran darah hingga sampai pada otak dan akan menempel pada pembuluh darah di otak.
Bila terjadi pada pembuluh darah kecil akan menimbulkan sumbatan, gejala muncul
tergantung dari daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
3. Hemoragi Intraserebral
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan aliran darah
sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
4. Hemoragi Subarakhnoid
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga terjadi edema serebri
yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di hipoksia lalu iskemik dan bila
terjadi lama maka akan infark dan akhirnya kematian jaringan.

E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke darah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, tergantung
bagian otak mana yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain sebagai berikut:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar beberapa menit beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau
tanpa pengubatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa
muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala lebih dari 24 jam dan ini disebu reversible ischemic neurologic defisit (RIND).
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
d. Sudah menetap/permanen
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution.

F. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang otak tidak adekuat
b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam cairan ekternal
terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke intra sel yang
mengakibatkan terjadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung : irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di otak
G. Gangguan yang muncul
a. Defisit neurologis
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setegan lapang penglihan)
Tidak menyadari orag/ objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan
salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kehilangan penglihatan perifer.
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek
3) Diplopia : penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
2) Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
3) Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
4) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata
5) Disfagia
Kesulitan dalam menelan
c. Defisit sensori
1) Afasia ekspresif
Ketidakmampuan menggunakan simbol bicara
2) Afasia reseptif
Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
3) Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
d. Defisit kognitif
1) Kehilangan memori jangka pendek dan jangka panjang
2) Penurnan lapang perhatian
3) Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4) Alasan abstrak buruk
5) Perubahan penilaian
e. Defisit emosional
1) Kehilangan kontrol diri
2) Labilitas emosional
3) Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
4) Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
5) Perasaan isolasi

H. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obtruksi arteri.
3. Pungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan
4. MRI : menunjukkan daerah mengalami nfark, hemoragik
5. EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X kepala :menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

I. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
2. Anti koagulan : mencegah memberatknya trombosit dan embolisasi
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a) Airway.
Adanya sumbatan/ obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukansekret akibat
kelemahan reflek batuk.
b) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan/ atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi.
c) Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjai pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian sekunder.
a) Aktivitas dan istirahat
i. Data subjektif
- Kesulitan dalam beraktivitas: kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
ii. Data obyektif
- Penurunan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot (flaksid atau spatic), paralysis (hemiplegia),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
b) Sirkulasi
i. Data subjektif
- Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung,
endokarditis bilateral), polisitemia.
ii. Data oobjekif
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c) Integritas ego
i. Data subjektif
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
ii. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat kesedihan, kegembiraan
iii. Kesulitan berekspresi
d) Eliminasi
i. Data subjektif
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus
(ileus paralitik)
e) Makan/minum
i. Data objektif
- Napsu makan berkurang
- Nausea/ vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
ii. Data objektif
-problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
f) Sensori neural
i. Data subjektif
- pusing/syncope (sebelum CVA/ sementara selama TIA)
- nyeri kepala: pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid
- kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh atau
mati.
- sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral (sisi yang sama)
- gangguan rasa pengecapan dan penciuman
ii. data objektif
- Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan
tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
- Ektremitas : kelemahan/paralysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,
gangguan tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral)
- Wajah : paralysis/parase(ipsilateral)
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa) kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata kata, reseptif/kesulitan berkata
katakomperhensif, global/kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi danukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsilateral.
g) Nyeri/kenyamanan
-Ds: sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
-Do: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah,ketegangan otot/ fasial
h) Respirasi
Ds: perokok (faktor resiko)
i) Keamanan
- Data subjektif
 motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
 perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kesadaran terhadap bagian tbuh yang sakit
 tidak mampu mnenganali objek, warna,kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
 Gangguanberespon terhadap panas, dan dingin/ gangguan regulasi suhu
tubuh
 Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j) Nteraksi sosial
-DS : problem berbicara

B. Diagnosa keperawatan
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit
okulasi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
2. hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas dan cedera otak
3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis

C. Intervensi
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit
okulasi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
- monitor ttv
- kaji tingkat kesadaran
- atur posisi semifowler
- kaji dan monitor adanya PTIK
- berikan terapi oksigen
- monitor hemodinamik
- kolaborasi pemberian obat
2. hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas dan cedera otak
- kaji kekuatan otot
- ajarkan pasien dalam latihan ROM
- awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien
- bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
- pantau pemasangan alat traksi
- atur posisi klien dalam semifowler
3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis
- Kaji kemampuan menggunakan alat bantu
- Kaji membran mukosa dan kebersihan tubuh
- Pantau adanya perubahan fungsi
- Pantau tingkat kekuatan terhadap aktivtas
- Bantu klien dalam kebersihan : seka, mengganti pempers
- Pasang NGT
- Berikan diit sonde
- Bantu klien dalam mengganti pakaian
DAFTAR PUSTAKA

Heidy. (2017). Hemiparesis : Gejala, Penyebab, Pengobatan. Copyright © 2017 Mediskus.


https://mediskus.com/hemiparesis

Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing. 7th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Irawati, dkk. (2016). Efektifitas Latihan Range Of Motion Cylindrical Grip Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten
Tangerang. JKFT, Edisi Nomor 2, Januari 2016.

Potter, P.A, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4.Volume. EGC. Jakarta
PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN
DIIT TKTP PADA POST OPERASI DEBRIDEMENT

Disusun Oleh :
ERA WINDIANA
NIM. 202002040023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka didefinisikankeadaan hilang atau terputusnya kontunuitas jaringan. Luka atau
hilangnya dan rusaknya sebagian jaringan tubuh adalah hal yang umum dan banyak dialami
dalam kehidupan sehari hari.Luka bisa disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan atau gigitan hewan.
Klafisikasi luka menurut (potter dan perry, 2006) yaitu (1) luka tertutup adalah luka
tanpa robekan pada kulit: bagian tubuh yang terpukul benda tumpul, keseleo, daya deselerasi
ke arah tubuh(robekan pada organ dalam terbuka adalah melibatkan robekan pada kulit atau
membran mukosa: trauma benda tajam atau tumpul(insisi bedah, pungsi vena, luka tembak).
Terganggunya proses penyembuhan lukapasca bedah disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat akan menyebabkan luka mengalami stress selama masa penyembuhan,
gangguan sirkulasi dan perubahan metabolisme yang dapat meningkatkan resiko
terlambatnya penyembuhan luka (potter dan perry, 2006).Gangguan nutrisi (nutritional
disorder) terutama kurangnya asupan protein pada pasien pasca bedah merupakan masalah
yang sangat sering muncul, baik pasien yang dijumpai dirumah sakit maupun yang
menjalani rawat jalan.Diet tinggi protein pada pasien post operasi merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan klien
mengetahui tentang diit TKTP
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan klien mampu:
a. Mengetahui tentang pengertian dari diit TKTP
b. Mengetahui tujuan diit TKTP
c. Mengetahui manfaat diit TKTP
d. Mengetahui makanan yang dianjutkan
C. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan ini adalah klien yang belum mengetahui tentang diit TKTP
dalam proses penyembuhan luka pada pasien pasca bedah.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Klien dan keluarga yang belum mengetahui atau yang mempunyai pengetahuan kurang
terkait diit TKTP
B. Analisis Kasus
Luka didefinisikankeadaan hilang atau terputusnya kontunuitas jaringan. Luka atau
hilangnya dan rusaknya sebagian jaringan tubuh adalah hal yang umum dan banyak dialami
dalam kehidupan sehari hari.Luka bisa disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan atau gigitan hewan. Terganggunya proses penyembuhan
lukapasca bedah disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat akan menyebabkan luka
mengalami stress selama masa penyembuhan, gangguan sirkulasi dan perubahan
metabolisme yang dapat meningkatkan resiko terlambatnya penyembuhan luka (potter dan
perry, 2006).Gangguan nutrisi (nutritional disorder) terutama kurangnya asupan protein
pada pasien pasca bedah merupakan masalah yang sangat sering muncul, baik pasien yang
dijumpai dirumah sakit maupun yang menjalani rawat jalan.Diet tinggi protein pada pasien
post operasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.

C. Prinsip Belajar Menurut Teori (sesuai karakteristik sasaran)


Prinsip belajar dari pendidikan kesehatan ini adalah untuk menambah pengetahuan klien
terkait diit TKTP yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka sehingga di harapkan
pasien pasca bedah dapat mengetahui nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam proses
penyembuhan luka.

D. Karakteristik Media Belajar Menurut Teori (sesuai karakteristik sasaran)


1. Sesuai dengan materi pendidikan kesehatan yang diberikan
2. Menarik
3. Mudah dipahami oleh audience atau sasaran
4. Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
5. Tidak melelahkan/menghemat energi
6. Sesuai dengan karakteristik sasaran (tingkat pendidikan dan budaya)
7. Dapat dilakukan secara mandiri oleh audience
BAB III
METODOLOGI PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Deskriptif Media Belajar (sesuai karakteristik sasaran)
Media yang digunakan mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani program
profesi ners adalah berupa leaflet dan lembar balik. Adapun informasi yang dicantumkan
dalam media tersebut meliputi pengertian,tujuan, manfaat, makanan yang dianjurkan,
contoh menu makanan.
B. Tujuan Belajar
Meningkatkan pengetahuan klien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan
mengenai diit TKTP pasien pasca bedah.

C. Ketrampilan yang Diperlukan


Ketrampilan yang diperlukan dalam pendidikan kesehatan ini adalah ketrampilan
dalam berkomunikasi terutama saat menyampaikan informasi kepada sasaran, sehingga
mudah diterima dan dimengerti oleh sasaran dan ketrampilan dalam mendemonstrasikan
dengan baik sehingga tidak salah persepsi oleh audience.

D. Jenis Media
Ceramah dan tanya jawab

E. Alat yang Digunakan


a. Leaflet
b. Materi pengajaran (Proposal Penkes)
c. Lembar balik
F. Proses Pendidikan Kesehatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan sasaran
1. 3 Menit Pembukaan
 Salam pembuka 1. Menjawab salam
 Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Memperhatikan

 Menyebutkan materi yang 4.


akan Memperhatikan

diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan
Ceramah Memperhatikan
1. Pengertian diit TKTP
2. Tujuan diit TKTP
3. Manfaat diit TKTP
4. Makanan yang dianjurkan
5. Contoh menu diit TKTP
Demonstrasi
Fasilitator menyampaikan demonstrasi
mengenai kompres hangat Memperhatikan
3. 5 menit Evaluasi
 Memberikan kesempatan untuk Bertanya dan mendengar
bertanya jawaban
 Meminta audience menjelaskan Menjelaskan materi
tentang materi kompres hangat

4. 3 menit Terminasi
 Mengucapkan terima kasih 1.
atas Memperhatikan
perhatian yang diberikan 2. Menjawab salam
 Mengucapkan salam
G. Waktu Pelaksanaan
Tanggal : Kamis, 4 Maret 2021
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai


1. Tingkat pendidikan klien
2. Penggunaan bahasa yang kurang sesuai
3. Budaya yang dipercaya klien

I. Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan


1. Menjelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan
2. Waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan tidak terlalu lama
3. Menggunakan media yang menarik
4. Melibatkan peran serta dari audience

J. Pengorganisasian
Pendidikan kesehatan ini akan dilaksanakan oleh Era Windiana
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Klien mengikuti penyuluhan sampai selesai
b. Persiapan media yang akan digunakan
c. Persiapan tempat yang akan digunakan
d. Kontrak waktu
e. Persiapan SAP
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan.
c. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Penyuluh
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran dengan baik
c. Dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh audience
4. Evaluasi Waktu
a. Penyuluhan berjalan sesuai waktu yang telah ditentukan
5. Evaluasi Hasil
Dari beberapa pertanyaan diberikan kepada klien dengan rentang nilai:
Baik jika standar nilai >70%-100%, bisa menjawab semua pertanyaan
Cukup jika standar nilai >50%-70%, bisa menjawab empat pertanyaan
Kurang jika standar nilai <50%, bisa menjawab tiga atau <3 pertanyaan
BAB IV
PENUTUP

Pendidikan kesehatan diperlukan pada klien setelah pasca pembedahan yang belum
mengetahui makanan yang berperan dalam proses penyembuhan pasca pembedahan atau
proses penyembuhan luka. Diharapkan dapat menambah pengetahuan atau informasi serta
dapat menerapkan apa yang sudah diberikan pada saat penyuluhan. Setelah diberikan
pendidikan kesehatan secara efektif, klien bisa mengetahui mempraktekkan atau menerapkan
diit TKTP secara mandri.
DIIT TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN (DIIT TKTP)

oleh :
ERA WINDIANA
NIM :202002040023
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
APA ITU DIIT TKTP?
Diet tinggi kalori tinggi protein adalah diet yang mengandung kalori dan
protein diatas kebutuhan normal.
Diberikan dalam bentuk makanan bisa ditambah bahan makanan
sumber protein tinggi seperti susu, telur, daging.
Tujuan pemberian diit TKTP
1. Memberikan kemampuan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori
dan protein
2. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
3. Mempercepat proses penyembuhan luka
Manfaat Protein
1. Sebagai zat pembangun dan untuk pertumbuhan
2. Pemeliharaan dan pengganti jaringan yang rusak
3. Sebagai zat pengatur, mengatur proses-proses pembakaran energi
atau metabolisme
4. Sebagai cara kerja pertahanan atau mempertahankan tubuh dari
serangan infeksi
Makanan yang dianjurka
Sumber protein hewani
Misalnya : telur, susu, keju, ayam kampung, dan ikan
Sumber protein nabati
Misalnya : tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, dan kacang
merah.
Contoh menu makanan diit TKTP
Pagi : nasi, daging ayam, telur ceplok, sayuran dan buah pisang. Menu
tambahan bubur kacang hijau

Siang : nasi, telur rebus, tempe goreng, sayur asem,dan buah pepaya.
Menu tambahan susu.

Malam : nasi, ikan, tahu, tumis sayuran da buah jeruk.


TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT
DIET TINGGI KALORI DAN TINGGI APA ITU DIET ?? Manfaat Protein
PROTEIN
1. Sebagai zat pembangun dan untuk
pertumbuhan

2. Pemeliharaan dan pengganti


jaringan yang rusak
Diet tinggi kalori tinggi protein adalah diet 3. Sebagai zat pengatur, mengatur
yang mengandung kalori dan protein diatas proses-proses pembakaran energi
kebutuhan normal. atau metabolisme
Diberikan dalam bentuk makanan bisa 4. Sebagai cara kerja pertahanan atau
ditambah bahan makanan sumber protein mempertahankan tubuh dari
tinggi seperti susu, telur, daging. serangan infeksi

Pengaturan makanan

Di susun oleh TUJUAN DIBERIKAN DIET ?? Bahan makanan yang dianjurkan

Era Windiana 1. Memberikan kemampuan cukup 1. Sumber karbohidrat : nasi, roti


untuk memenuhi kebutuhan kalori putih, mie makaroni, lontong, bihun,
202002040023 dan protein jagung.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2. Sumber protein : telur, ayam,
2. Mencegah dan mengurangi
FAKULTAS ILMU KESEHATAN daging, ikan, susu, cumi, udang,
UNIVERSITAS kerusakan jaringan tubuh
kepiting yang sesuai dengan anjuran
MUHAMMADIYAHPEKAJANGAN
3. Mempercepat proses penyembuhan dokter
PEKALONGAN
2021 luka 3. Buah-buahan : pisang, pepaya,
alpukat, strawberry, apel, anggur,
jeruk manis, dalam jumlah yang
sesuai dengan anjuran yang telah 1. Sumber protein nabati Siang : nasi, telur rebus, tempe
diberikan 2. Misalnya : tahu, tempe, kacang goreng, sayur asem,dan buah
4. Sayur-sayuran: mentimun, terong, hijau, kacang tanah, kedelai, dan pepaya. Menu tambahan susu.
tauge, kacang panjang, kol, selada, kacang merah.
wortel, dalam jumlah sesuai Malam : nasi, ikan, tahu, tumis
anjuran. sayuran da buah jeruk.

Makanan yang dianjurka

Sumber protein hewani

Misalnya : telur, susu, keju, ayam kampung,


Contoh menu makanan diit
SEMOGA BERMANFAAT
dan ikan
TKTP
Pagi : nasi, daging ayam, telur
ceplok, sayuran dan buah pisang.
Menu tambahan bubur kacang hijau
KONTRAK BELAJAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR INTRA ABDOMEN

DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh :

Faridoh Hasanah

202002040004

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
KONTRAK BELAJAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR INTRA ABDOMEN

Nama Mahasiswa : Faridoh Hasanah


NIM : 202002040004
Hari/tanggal : Senin, 1 Maret 2021

Tujuan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Sumber Hasil yang diharapkan Waktu pencapaian
Pembelajaran
Tujuan umum setelah Untuk mencapai tujuan 1. Smelster, Suzanne Dalam PBL, saya akan Untuk mencapai tujuan
menyelesaikan praktik tersebut maka strategi C. 2001. menunjukkan kemampuan tersebut maka saya
belajar klinik (PBL) di pembelajaran yang saya Keperawatan dalam mengelola klien yang merencanakan waktu sebagai
RS saya mampu lakukan adalah : Medikal Bedah, mengalami Tumor Intra berikut :
melakukan asuhan 1. Melaksanakan studi Edisi 8, Vol. 2. Abdomen melalui : Hari 1
keperawatan pada klien pustaka Jakarta : EGC. 1. Membuat laporan 1. Menyampaikan LP
dengan Tumor Intra 2. Mempelajari catatan pendahuluan dengan Tumor Intra Abdomen
Abdomen medis dan 2. Ganong, F. William. Tumor Intra Abdomen 2. Mencari pasien yang
Tujuan Khusus keperawatan klien 1998.Buku Ajar 2. Mempresentasikan diharapkan
Saya akan: 3. Melakukan asuhan Fisiologi laporan pendahuluan 3. Melakukan pengkajian
1. Melakukan asuhan keperawatan pada Kedokteran Edisi dengan Tumor Intra
keperawatan pada klien Tumor Intra 17. Jakarta : EGC. Abdomen kepada Hari 2
klien Tumor Intra Abdomen dengan bimbingan dari
1. Melakukan pemeriksaan
Abdomen bimbingan dari 3. Carpenito, Lynda perseptor/clinical
fisik pda klien
2. Melakukan evaluasi perseptor/clinical Juall. 1995. instruktur
2. Menyusun asuhan
asuhan keperawatan instuktur Diagnosa 3. Membuat laporan
keperawatan
pada klien Tumor 4. Mempelajari sesuai keperawatan kasus dengan Tumor
3. Mengkaji nyeri secara
Intra Abdomen target khusus dengan Aplikasi pada Intra Abdomen
komprehensif
3. Melakukan analisa bimbingan Praktek Klinik Edisi 4. Mempresentasikan
4. Mengobservasi terhadap
kasus asuhan pembimbing klinik. 6. Jakarta : EGC. laporan kasus Tumor
keperawatan pada 4. Marrilyn, E. Intra Abdomen perkembangan sehari-hari
klien Tumor Intra Doengus. 1999. kepada pembimbing klien.
Abdomen Rencana Asuhan klinik dan akademik Hari 3
4. Melakukan Keperawatan 5. Melakukan 1. Mengobservasi terhadap
kesimpulan asuhan Pedoman Untuk kompetensi klinik, perkembangan klien.
keperawatan pada Perencanaan meliputi : 2. Bimbingan laporan asuhan
klien Tumor Intra dan a. Melakukan keperawatan dengan
Abdomen Pendokumentasian pengkajian Tumor pembimbing klinik
Perawatan Pasien, Intra Abdomen 3. Mengkaji nyeri secara
Edisi 3. Jakarta : b. Melakukan komprehensif
EGC. pemeriksaam fisik 4. Mengajarkan tekhnik
pada klien Tumor relaksasi napas dalam
Intra Abdomen
c. Melakukan asuhan Hari 4
keperawatan pada 1. Menyusun asuhan
klien Tumor Intra keperawatan
Abdomen 2. Melakukan ujian
d. Melakukan distraksi pada klien
evaluasi asuhan didampingi dengan
keperawatan pada pembimbing klinik
klien Tumor Intra 3. Memberikan pendidikan
Abdomen kesehatan pada keluarga
e. Melakukan analisa klien didampingi dengan
kasus pada klien pembimbing klinik
Tumor Intra 4. Mengobservasi terhadap
Abdomen perkambangan klien
f. Melakukan sehari-hari.
kesimpulan pada Hari 5
klien Tumor Intra 1. Menyusun resume
Abdomen keperawatan
2. Mengobservasi terhadap
perkembangan klien
sehari-hari.
Hari 6
1. Melakukan diskusi
dengan pembimbing
klinik
2. Melakukan terapi
bermain
3. Melakukan evaluasi
tindakan keperawatan
yang telah di lakukan

Pembimbing Klinik Mahasiswa

( Na’im Munawaroh, S.Kep, Ners) (Faridoh Hasanah)


LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN
NUTRISI PADA ANAK

Disusun Oleh :
Faridoh Hasanah (202002040004)

PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
SATUAN ACARA PENGAJARAN

Pokok Bahasan : Nutrisi Pada Anak


Sasaran : Keluarga An. Y
Waktu : Kamis, 4 Maret 2021 (20 menit)
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan keluarga klien
mampu menjelaskan tentang nutrisi pada anak.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi pada anak
selama 20 menit , diharapkan keluarga klien dapat :
a. Me njelaskan pengertian nutrisi
b. Menjelaskan tentang manfaat kebutuhan nutrisi pada anak
c. Menjelaskan tentang pengertian sembelit
d. Menjelaskan tentang makanan yang boleh dikonsumsi

II. Metode Pelaksanaan


a. Ceramah.
b. Tanya jawab.

III. Strategi Pelaksanaan


Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan pada :
1. Tanggal: : Kamis, 4 Maret 2021
2. Waktu : 10.00- 10.30 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
No TAHAP WAKTU KEGIATAN PENKES KEGIATAN AUDIEN
1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam - Menjawab salam
 Memperkenalkan diri - Mendengarkan
 Menjelaskan maksud dan tujuan - Tahu dan mengerti
 Kontrak waktu - Menyepakati kontrak
waktu
2. Pelaksanaan 10 menit  Menjelaskan materi kentang : - Mendengarkan dan
1. Pengertian nutrisi Memperhatikan.
2. Manfaat kebutuhan nutrisi
pada anak
3. pengertian sembelit
4. makanan yang boleh
dikonsumsi

 Memberikan audien kesempatan


untuk bertanya
- bertanya dan mampu
menjawab pertanyaan.
3. Penutup 5 menit  Memberikan pertanyaan - Menjawab
 Membuat kesimpulan - Mendengarkan
 Menutup dengan salam - Menjawab salam

IV. Media dan Alat


a. Leaflet.
b. Lembar balik.
V. Setting Tempat

Keterangan:
1 = pasien
3
1 2 = penyuluh
3 3 = keluarga

VI. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian nutrisi
2. Sebutkan manfaat kebutuhan nutrisi pada anak
3. jelaskan pengertian sembelit
4. Sebutkan makanan yang boleh dikonsumsi

VII. Kriteria evaluasi


A. Evaluasi Struktur
1. SAP dan materi sudah disiapkan dan di konsulkan.
2. Media sudah dipersiapkan.
3. Waktu dan tempat sudah dipersiapkan.
B. Evaluasi Proses
1. Penyajian sesuai waktu.
2. Audien aktif.
3. Media digunakan semua.
C. Evaluasi Hasil
1. 75% audien mengerti dan menjelaskan pengertian nutrisi anak
2. 75% audien mampu menyebutkan manfaat nutrisi
3. 75% audien mampu menyebutkan jenis makanan yang dapat dikonsumsi
DAFTAR PUSTAKA

Hendrotomo dan Muhardi. 2006. Pemeberian Nutrisi Parenteral pada Penderita


Gangguan Pencernaan (http//.www. google. Com). Jakarta : FK-UI

Markum AH, Monintja HE, Boetjang RF. Prematuritas dan retardasi


pertumbuhan (Dalam: penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1).
Jakarta :BIKA FKUI

Aimu, Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya : Salemba Medika.

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Ed 2. Jakarta : EKG


Lampiran materi

MATERI
KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK

A. Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang mengandung gizi, sedangkan nutrisi yang
cukup adalah makanan yang mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan gizi
tubuh seseorang.

B. Manfaat
1. Memberikan tenaga yang di perlukan tubuh untuk aktifitas
2. Memberikan kandungan gizi / nutrisi yang dibutuhkan pleh sel
3. Membentuk persediaan zat-zat makanan dalam tubuh

C. Pengertian sembelit
1. Memberikan zat gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan
2 Mendidik kebiasaan yang baik dalam hal makan
3. Menyukai dan menentukan makanan yang dibutuhkan

D. Makanan yang boleh dikonsumsi

1. Mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung serat, baik dalam bentuk
potongan atau dibuat jus, seperti apel, pir, brokoli atau bayam.
2. Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang polong, buncis atau lobak.
3. Mengonsumsi tomat dan jagung.
4. Mengonsumsi roti dari gandum atau terigu.
5. Mengonsumsi sereal atau cracker, terutama yang mengandung sayuran.
E. Makanan yang sebaiknya dihindari
1. Menghindari susu sapi, karenanya banyak anak yang mengalami susah BAB
saat berpindah dari ASI ke susu sapi.
2. Menghindari makanan atau minuman yang berbahan dasar susu, seperti
yoghurt, keju atau es krim.
3. Menghindari konsumsi buah pisang.
4. Menghindari konsumsi wortel.
5. Menghndari makanan yang mengandung lemak dan kadar gula tinggi
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR INTRA ABDOMEN DIRUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG

Disusun oleh:

Faridoh Hasanah (202002040004)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
NUTRISI
PADA
ANAK
APA PENGERTIAN NUTRISI?
Nutrisi adalah makanan yang mengandung gizi,
sedangkan nutrisi yang cukup adalah makanan
yang mengandung gizi yang cukup untuk
kebutuhan gizi tubuh seseorang.
APA SAJA MANFAAT NUTRISI?
• Memberikan tenaga yang di perlukan tubuh
untuk aktifitas
• Memberikan kandungan gizi / nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel
• Membentuk persediaan zat-zat makanan
dalam tubuh
MAKANAN PELANCAR BAB
• Konstipasi atau sembelit memiliki beragam
penyebab, tapi secara garis besar adalah hasil
dari pergerakan makanan yang lambat melalui
sistem pencernaan. Kondisi ini mungkin terjadi
karena dehidrasi atau kurang minum, pola
makan yang buruk, pengaruh obat-obatan,
termasuk penyakit yang memengaruhi sistem
saraf dan kesehatan mental (stres).
MAKANAN APA SAJAKAH YANG
SEBAIKNYA DIKONSUMSI?
• Mengonsumsi sayur dan buah yang
mengandung serat, baik dalam bentuk
potongan atau dibuat jus, seperti apel, pir,
brokoli atau bayam
Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang
polong, buncis atau lobak.
Mengkonsumsi tomat dan jagung
Mengkonsumsi roti dari gandum atau terigu

Mengkonsumsi sereal
TERIMA KASIH
KONTRAK BELAJAR
CEDERA KEPALA RINGAN
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :

RETNO DWI WAHYUNINGRUM

202002040011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN 2021
KONTRAK BELAJAR
STASE ANAK DI RUANG MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Nama : Retno Dwi Wahyuningrum


NIM : 202002040011
Tempat Praktik : Melati
Mata ajar : Stase anak

No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keterangan

Setelah menjalankan Mahasiswa mampu Wawancara Waktu yang saya Mampu


praktek melakukan: dan tetapkan untuk melakukan
pembelajaran klinik 1. Pengkajian observasi mencapai tujuan pengkajian
di ruang MELATI ( a. Melakukan anamnesa tersebut adalah :
RSUD Tugurejo : Keadaan umum, Hari I :
Semarang, Pada umumnya pasien  Observasi
diharapkan saya dengan Cedera ruangan dan
mampu : Kepala Ringan dalam pasien
1. Melakukan keadaan lemah, sesak  Mengumpul
pengkajian nafas, nyeri. kan kontrak
terhadap klien b. Pemeriksaan Fisik : belajar dan
dengan Cedera pada pasien Cedera LP pasien
Kepala Ringan Kepala Ringan. dengan
(CDR) c. Pemeriksaan gangguan
2. Melakukan Penunjang Cedera
pemeriksaan 3. Penetapan diagnosa Kepala
fisik terhadap keperawatan Ringan
klien dengan a. Nyeri akut  Melakukan
gangguan berhubungan dengan pengkajian
Cedera Kepala agen cedera fisik. pasien
Ringan (CDR) b. Ketidakefektifan pola
3. Melakukan napas berhubungan
asuhan dengan depresi Hari II :
keperawatan sistem saraf pusat  Melakukan
pada pasien c. Resiko pengkajian
dengan ketidakefektifan kembali
gangguan perfusi jaringan pasien
Cedera Kepala cerebral berhubungan dengan
Ringan (CDR) dengan cedera kepala gangguan
4. Penetapan intervensi Cedera
keperawatan pada pasien Kepala
Cedera Kepala Ringan Ringan
a. Nyeri akut  Melakukan
- Kaji nyeri secara pemeriksaan
komprehensif fisik pasien
- Berikan posisi dengan
senyaman mungkin Cedera
- Ajarkan terapi murotal Kepala
- Kolaborasikan dengan Ringan
dokter dalam
pemberian obat Hari III :
b. Ketidakefektifan pola Studi  Melakukan Mampu
napas publikasi asuhan menyusun
- Kaji RR dan pantau tindakan keperawatan dan
status oksigen dan studi pasien memprioritas
- Berikan oksigen pustaka dengan kan diagnosa
- Ajarkan pasien untuk Cedera keperawata
memposisikan semi Kepala
fowler Ringan
- Kolaborasikan dengan Observasi,  Melakukan
dokter dalam studi evaluasi Mampu
pemberian obat pustaka dan terhadap menyusun
c. Resiko wawancara intervensi rencana
ketidakefektifan perfusi dan evaluasi tindakan
jaringan cerebral yang telah
- Kaji perubahan pasien Observasi, dilakukan Mampu
dalam merespon studi pada pasien melakukan
stimulus pustaka dan dengan rencana
- Berikan posisi wawancara Cedera tindakan
senyaman mungkin Kepala
- Ajarkan pasien untuk Ringan Mampu
membatasi gerakan melakukan
kepala evaluasi
- Kolaborasikan dengan tindakan
dokter dalam
pemberian obat  Hari IV: Mampu
Melakukan
a. melakukan
Penkes
b. dan penkes dan
Terapi terapi
murotal murotal

 Hari V
Mengumpul
kan laporan

 Hari VI Mampu
Terapi melakukan
bermain terapi
bermain

Semarang, 01 Maret 2021

Mahasiswa Clinical Instruktur

Retno Dwi Wahyuningrum Naim Munawaroh


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM


NEUROLOGI: CEDERA KEPALA RINGAN (CKR) DI RUANG
MELATI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:

Retno Dwi Wahyuningrum

(202002040011)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM NEUROLOGI : CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Cedera Kepala
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative,
tetapi disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik. Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neorologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa
karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar jaringan otak. (B.Batticaca,
2008).
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala,tengkorak
dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yangserius diantara
penyakit neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan
jalan raya (Smeltzer & Bare 2001).
Cidera kepala ringan adalah fungsi neurology atau menurunya kesadaran
tanpa menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma
kepala dengan GCS:15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh
pusing dan nyeri kepala, hematoma dan, laserasi dan abrasi (Masjoer, 2000),
cedera kepala ringan adalah kepala tertutup yang ditandai hilangnya kesadaran
sementara (Corwin, 2000).
2. Penyebab Cedera Kepala
Cedera kepala disebabkan oleh:
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Jatuh
c. Trauma benda tumpul
d. Kecelakaan kerja
e. Kecelakaan rumah tangga
f. Kecelakaan olahraga
g. Trauma tembak dan pecahan bom (Ginsberg, 2007)

3. Klasifikasi Cedera Kepala


Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai aspek yang secara deskripsi
dapat dikelompokkan berdasar mekanisme, morfologi, dan beratnya cedera
kepala. (IKABI, 2004).
a. Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dikelompokkan menjadi
dua yaitu
1) cedera kepala tumpul.
Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu
lintas, jatuh/pukulan benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi
akselerasi 7 dan decelerasi yang menyebabkan otak bergerak didalam
rongga kranial dan melakukan kontak pada protuberas tulang
tengkorak.
2) Cedera tembus
Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak atau tusukan. (IKABI,
2004)
b. Berdasarkan morfologi cedera kepala
Cedera kepala menurut (Tandian, 2011). Dapat terjadi diarea tulang
tengkorak yang meliputi :
1) Laserasi kulit kepala
Laserasi kulit kepala sering didapatkan pada pasien cedera kepala.
Kulit kepala/scalp terdiri dari lima lapisan (dengan akronim SCALP)
yaitu skin, connective tissue dan perikranii. Diantara galea aponeurosis
dan periosteum terdapat jaringan ikat longgar yang memungkinkan
kulit bergerak terhadap tulang. Pada fraktur tulang kepala, sering
terjadi robekan pada lapisan ini. Lapisan ini banyak mengandung
pembuluh darah dan jaringan ikat longgar, maka perlukaan yang terjadi
dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup banyak.
c. Fraktur tulang kepala
Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi menjadi:
1) Fraktur linier
Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau
stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang
kepala. Fraktur lenier dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja
pada tulang kepala cukup besar tetapi tidak menyebabkan tulang
kepala bending dan tidak terdapat fragmen fraktur yang masuk
kedalam rongga intrakranial.
2) Fraktur diastasis
Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulamg
tengkorak yang mengababkan pelebaran sutura-sutura tulang 8 kepala.
Jenis fraktur ini sering terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura
belum menyatu dengan erat. Fraktur diastasis pada usia dewasa sering
terjadi pada sutura lambdoid dan dapat mengakibatkan terjadinya
hematum epidural.
3) Fraktur kominutif
Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih
dari satu fragmen dalam satu area fraktur.
4) Fraktur impresi
Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga
besar yang langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang
kecal. Fraktur impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan
penekanan atau laserasi pada duremater dan jaringan otak, fraktur
impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula eksterna segmen yang
impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang sehat.
5) Fraktur basis kranii
Fraktur basis kranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar
tulang tengkorak, fraktur ini seringkali diertai dengan robekan pada
durameter yang merekat erat pada dasar tengkorak. Fraktur basis kranii
berdasarkan letak anatomi di bagi menjadi fraktur fossa anterior,
fraktur fossa media dan fraktur fossa posterior. Secara anatomi ada
perbedaan struktur di daerah basis kranii dan tulang kalfaria.
Durameter daerah basis krani lebih tipis dibandingkan daerah kalfaria
dan durameter daerah basis melekat lebih erat pada tulang
dibandingkan daerah kalfaria. Sehingga bila terjadi fraktur daerah basis
dapat menyebabkan robekan durameter. Hal ini dapat menyebabkan
kebocoran cairan cerebrospinal yang menimbulkan resiko terjadinya
infeksi selaput otak (meningitis).
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan rhinorrhea dan raccon eyes
sign (fraktur basis kranii fossa anterior), atau ottorhea dan batle’s sign
(fraktur basis kranii fossa media). Kondisi ini juga 9 dapat
menyebabkan lesi saraf kranial yang paling sering terjadi adalah
gangguan saraf penciuman (N,olfactorius). Saraf wajah (N.facialis) dan
saraf pendengaran (N.vestibulokokhlearis). Penanganan dari fraktur
basis kranii meliputi pencegahan peningkatan tekanan intrakranial
yang mendadak misalnya dengan mencegah batuk, mengejan, dan
makanan yang tidak menyebabkan sembelit. Jaga kebersihan sekitar
lubang hidung dan telinga, jika perlu dilakukan tampon steril
(konsultasi ahli THT) pada tanda bloody/ otorrhea/otoliquorrhea. Pada
penderita dengan tanda-tanda bloody/otorrhea/otoliquorrhea penderita
tidur dengan posisi terlentang dan kepala miring ke posisi yang sehat.
d. Cedera kepala di area intrakranial
Menurut (Tobing, 2011) yang diklasifikasikan menjadi cedera otak fokal
dan cedera otak difus Cedera otak fokal yang meliputi :
1) Perdarahan epidural atau epidural hematoma (EDH) Epidural
hematom (EDH) adalah adanya darah di ruang epidural yitu ruang
potensial antara tabula interna tulangtengkorak dan durameter.
Epidural hematom dapat menimbulkan penurunan kesadaran
adanya interval lusid selama beberapa jam dan kemudian terjadi
defisit neorologis berupa hemiparesis kontralateral dan gelatasi
pupil itsilateral. Gejala lain yang ditimbulkan antara lain sakit
kepala, muntah, kejang dan hemiparesis.
2) Perdarahan subdural akut atau subdural hematom (SDH) akut.
Perdarahan subdural akut adalah terkumpulnya darah di ruang
subdural yang terjadi akut (6-3 hari). Perdarahan ini terjadi akibat
robeknya vena-vena kecil dipermukaan korteks cerebri. Perdarahan
subdural biasanya menutupi seluruh hemisfir otak. Biasanya
kerusakan otak dibawahnya lebih berat dan 10 prognosisnya jauh
lebih buruk dibanding pada perdarahan epidural.
3) Perdarahan subdural kronik atau SDH kronik
Subdural hematom kronik adalah terkumpulnya darah diruang
subdural lebih dari 3 minggu setelah trauma. Subdural hematom
kronik diawali dari SDH akut dengan jumlah darah yang sedikit.
Darah di ruang subdural akan memicu terjadinya inflamasi
sehingga akan terbentuk bekuan darah atau clot yang bersifat
tamponade. Dalam beberapa hari akan terjadi infasi fibroblast ke
dalam clot dan membentuk noumembran pada lapisan dalam
(korteks) dan lapisan luar (durameter). Pembentukan neomembran
tersebut akan di ikuti dengan pembentukan kapiler baru dan terjadi
fibrinolitik sehingga terjadi proses degradasi atau likoefaksi bekuan
darah sehingga terakumulasinya cairan hipertonis yang dilapisi
membran semi permeabel. Jika keadaan ini terjadi maka akan
menarik likuor diluar membran masuk kedalam membran sehingga
cairan subdural bertambah banyak. Gejala klinis yang dapat
ditimbulkan oleh SDH kronis antara lain sakit kepala, bingung,
kesulitan berbahasa dan gejala yang menyerupai TIA (transient
ischemic attack).disamping itu dapat terjadi defisit neorologi yang
berfariasi seperti kelemahan otorik dan kejang.
4) Perdarahan intra cerebral atau intracerebral hematom (ICH)
Intra cerebral hematom adalah area perdarahan yang homogen dan
konfluen yang terdapat didalam parenkim otak. Intra cerebral
hematom bukan disebabkan oleh benturan antara parenkim otak
dengan tulang tengkorak, tetapi disebabkan oleh gaya akselerasi
dan deselerasi akibat trauma yang menyebabkan pecahnya
pembuluh darah yang terletak lebih dalam, yaitu di parenkim otak
atau pembuluh darah kortikal dan subkortikal. Gejala klinis yang
ditimbulkan oleh ICH antara lain adanya 11 penurunan kesadaran.
Derajat penurunan kesadarannya dipengaruhi oleh mekanisme dan
energi dari trauma yang dialami.
5) Perdarahan subarahnoit traumatika (SAH)
Perdarahan subarahnoit diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
kortikal baik arteri maupun vena dalam jumlah tertentu akibat
trauma dapat memasuki ruang subarahnoit dan disebut sebagai
perdarahan subarahnoit (PSA). Luasnya PSA menggambarkan
luasnya kerusakan pembuluh darah, juga menggambarkan burukna
prognosa. PSA yang luas akan memicu terjadinya vasospasme
pembuluh darah dan menyebabkan iskemia akut luas dengan
manifestasi edema cerebri.
e. Klasifikasi cedera kepala berdasarkan beratnya
Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera, menurut (Mansjoer, 2000)
dapat diklasifikasikan penilaiannya berdasarkan skor GCS dan
dikelompokkan menjadi:
Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14 – 15
1) Pasien sadar, menuruti perintah tapi disorientasi.
2) Tidak ada kehilangan kesadaran
3) Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
4) Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
5) Pasien dapat menderita laserasi, hematoma kulit kepala
f. Cedera kepala sedang dengan nilai GCS 9 – 13
Pasien bisa atau tidak bisa menuruti perintah, namun tidak memberi respon
yang sesuai dengan pernyataan yang di berikan
1) Amnesia paska trauma
2) Muntah
3) Tanda kemungkinan fraktur cranium (tanda Battle, mata rabun,
hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebro spinal)
4) Kejang
g. Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8.
1) Penurunan kesadaran sacara progresif
2) Tanda neorologis fokal
3) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari cidera kepala adalah:
a. Nyeri yang menetap atau setempat.
b. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
c. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah
terlihat di bawah konjungtiva, memar diatas mastoid (tanda battle),
otoreaserebro spiral ( cairan cerebros piral keluar daritelinga ),
minoreaserebrospiral (les keluar dari hidung).
d. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
e. Penurunan kesadaran.
f. Pusing / berkunang-kunang.Absorbsi cepat les dan penurunan volume
intravaskuler
g. Peningkatan TIK
h. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis ekstremita.
i. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan

5. Patofisiologi Cedera Kepala


Menurut Tarwoto (2007 : 127) adanya cedera kepala dapat mengakibatkan
kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada paremkim otak, kerusakan pembuluh
darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis
tripospat,perubahan permeabilitas faskuler. Patofisiologi cedera kepala dapat di
golongkan menjadi 2 yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder.
Cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang dapat terjadi
secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak.
Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut, yaitu terjadi
segera saat benturan terjadi. Kerusakan primer ini dapat bersifat ( fokal ) local,
maupun difus. Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada bagian
tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relative tidak terganggu. Kerusakan
difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa disfungsi menyeluruh dari otak dan
umumnya bersifat makroskopis.
Cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer, misalnya
akibat hipoksemia, iskemia dan perdarahan.Perdarahan cerebral menimbulkan
hematoma, misalnya Epidoral Hematom yaitu adanya darah di ruang Epidural
diantara periosteum tengkorak dengan durameter,subdural hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan sub arakhnoit dan intra
cerebal hematom adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral.
6. Pathways
7. Penatalaksanaan
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka
mudah dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda
asing dan miminimalkan masuknya infeksi sebelumlaserasi ditutup.
a. Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan
muntahan;lepaskan gigi palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn
badan dgnmemasang collar cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir.
Jikacedera orofasial mengganggu jalan nafas,maka pasien harus diintubasi.
b. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak.
Jikatidak beri O2 melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki
danatasi cedera dada berat spt pneumotoraks
tensif,hemopneumotoraks.Pasang oksimeter nadi untuk menjaga saturasi
O2minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan
terancan/memperoleh O2 ygadekuat ( Pa O2 >95% dan Pa CO2<40%
mmHg serta saturasi O2 >95%)atau muntah maka pasien harus diintubasi
serta diventilasi oleh ahlianestesi.
c. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan
semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera
intraabdomen/dada.Ukur dan catat frekuensidenyut jantung dan tekanan
darah pasang EKG.Pasang jalur intravena yg besar.Berikan larutan
koloidsedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema.
d. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan
harusdiobati mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-
lahan dandpt diulangi 2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan
fenitoin15mg/kgBB.
e. Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB6.Pada semua pasien dengan
cedera kepala dan/atau leher,lakukan fototulang belakang servikal (
proyeksi A-P,lateral dan odontoid ),kolar servikal baru dilepas setelah
dipastikan bahwa seluruh keservikal C1-C7normal7.Pada semua pasien dg
cedera kepala sedang dan berat :- Pasang infus dgn larutan normal salin (
Nacl 0,9% ) atau RL cairanisotonis lebih efektif mengganti volume
intravaskular daripada cairanhipotonis dan larutan ini tdk menambah
edema cerebri- Lakukan pemeriksaan : Ht, periksa darah perifer lengkap,
trombosit, kimia darah. Lakukan CT scanPasien dgn CKR, CKS, CKB
harusn dievaluasi adanya :1.Hematoma epidural2.Darah dalam sub
arachnoid dan intraventrikel3.Kontusio dan perdarahan jaringan
otak 4.Edema cerebri5.Pergeseran garis tengah6.Fraktur kranium8.Pada
pasien yg koma ( skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-tanda
herniasilakukan : Elevasi kepala 30, Hiperventilasi, Berikan manitol 20%
1gr/kgBB intravena dlm 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6
jam kemudian yaitu sebesar ¼ dosis semulasetiap 6 jam sampai maksimal
48 jam I- Pasang kateter foley-Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi
opoerasi (hematom epidural besar,hematom sub dural,cedera kepala
terbuka,fraktur impresi >1 diplo).

8. Penatalaksaan Keperawatan
Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya memikili
tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder
serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu
penyembuhan sel-sel otak yang sakit. Untuk penatalaksanaan penderita cedera
kepala, Adveanced Cedera Life Support (2004) telah menepatkan standar yang
disesuaikan dengan tingkat keparahan cedera yaitu ringan, sedang dan berat.
Penatalaksanaan penderita cerdera kepala meliputi survei primer dan survei
sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara
lain : A (airway), B (breathing), C (circulation), D (disability), dan E
(exposure/environmental control) yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi.
Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei
primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak skunder dan menjaga
homeostasis otak. Kelancaran jalan napas (airway) merupakan hal pertama yang
harus diperhatikan. Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan
besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita
yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya
pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan
napas harus melindungi vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak
boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal
ini, kita dapat melakukan chin lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan
napas yang keluar melalui hidung. Bila ada sumbatan maka dapat dihilangkan
dengan cara membersihkan dengan jari atau suction jika tersedia. Untuk menjaga
patensi jalan napas selanjutnya dilakukan pemasangan pipa orofaring. Bila
hembusan napas tidak adekuat, perlu bantuan napas. Bantuan napas dari mulut ke
mulut akan sangat bermanfaat (breathing). Apabila tersedia, O2 dapat diberikan
dalam jumlah yang memadai. Pada penderita dengan cedera kepala berat atau jika
penguasaan jalan napas belum dapat memberikan oksigenasi yang adekuat, bila
memungkinkan sebaiknya dilakukan intubasi endotrakheal.
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat
kesadaran dan denyut nadi (circulation). Tindakan lain yang dapat dilakukan
adalah mencari ada tidaknya perdarahan eksternal, menilai warna serta temperatur
kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi perifer yang teratur, penuh, dan
lambat biasanya menunjukkan status sirkulasi yang relatif normovolemik. Pada
penderita dengan cedera kepala, tekanan darah sistolik sebaiknya dipertahankan di
atas 100 mmHg untuk mempertahankan perfusi ke otak yang adekuat. Denyut
nadi dapat digunakan secara kasar untuk memperkirakan tekanan sistolik. Bila
denyut arteri radialis dapat teraba maka tekanan sistolik lebih dari 90 mmHg. Bila
denyut arteri femoralis yang dapat teraba maka tekanan sistolik lebih dari 70
mmHg. Sedangkan bila denyut nadi hanya teraba pada arteri karotis maka tekanan
sistolik hanya berkisar 50 mmHg. Bila ada perdarahan eksterna, segera hentikan
dengan penekanan pada luka.
Setelah survei primer, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu resusitasi.
Cairan resusitasi yang dipakai adalah Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, sebaiknya
dengan dua jalur intra vena. Pemberian cairan jangan ragu-ragu, karena cedera
sekunder akibat hipotensi lebih berbahaya terhadap cedera otak dibandingkan
keadaan udem otak akibat pemberian cairan yang berlebihan. Posisi tidur yang
baik adalah kepala dalam posisi datar, cegah head down (kepala lebih rendah dari
leher) karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan
tekanan intracranial.
Pada penderita cedera kepala berat cedera otak sekunder sangat
menentukan keluaran penderita. Survei sekunder dapat dilakukan apabila keadaan
penderita sudah stabil yang berupa pemeriksaan keseluruhan fisik penderita.
Pemeriksaan neurologis pada penderita cedera kepala meliputi respos buka mata,
respon motorik, respon verbal, refleks cahaya pupil, gerakan bola mata (doll’s eye
phonomenome, refleks okulosefalik), test kalori dengan suhu dingin (refleks okulo
vestibuler) dan refleks kornea.
Tidak semua penderita cedera kepala harus dirawat di rumah sakit.
Indikasi perawatan di rumah sakit antara lain;
a. Fasilitas CT scan tidak ada,
b. Hasil CT scan abnormal,
c. Semua cedera tembus,
d. Riwayat hilangnya kesadaran,
e. Kesadaran menurun,
f. Sakit kepala sedang-berat,
g. Intoksikasi alkohol/obat-obatan,
h. Kebocoran liquor (rhinorea-otorea),
i. Cedera penyerta yang bermakna,
j. GCS < 15.
Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan untuk
memberikan suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal yang dilakukan
dalam terapi ini dapat berupa pemberian cairan intravena, hiperventilasi,
pemberian manitol, steroid, furosemid, barbitirat dan antikonvulsan.
Indikasi pembedahan pada penderita cedera kepala bila hematom
intrakranial >30 ml, midline shift >5 mm, fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur
tengkorak depres dengan kedalaman >1 cm.
Penatalaksanaan Khusus: Cedera kepala ringan: pasien dengan cedera kepala ini
umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT
Scan bila memenuhi kriteria berikut:
1) Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya
berjalan) dalam batas normal
2) Foto servikal jelas normal
3) Ada orang yang bertanggung-jawab untuk mengamati pasien selama 24
jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian gawat
darurat jika timbul gejala perburukan
4) EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya patologis
5) Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur)
6) BAER (Brain Auditori Evoker Respon) menentukan fungsi korteks dan
batang otak
Kriteria perawatan di rumah sakit:
1) Adanya darah intracranial atau fraktur yang tampak pada CT Scan
2) Konfusi, agitasi atau kesadaran menurun
3) Adanya tanda atau gejala neurologia fokal
4) Adanya penyakit medis komorbid yang nyata
5) Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di
rumah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi:
a. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,
sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
b. Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi.
Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan
parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi
lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia)
c. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya
gangguan otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia
seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada
ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi
gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :
1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
2) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia.
3) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
4) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
5) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
6) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah
satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
d. Bladder
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
e. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah
(mungkin proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan
menelan (disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.
f. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada
kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula
terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang
terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan
refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya edema
serebri
b. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekresi dan
sumbatan jalan napas
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas yang lama
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif dan
penurunan kekuatan/tahanan.
e. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka pembedahan dan tindakan
invasif
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kerusakan perfusi NIC : Circulatory care
jaringan serebral - Monitor vital sign Mengetahui adanya
NOC Outcome :
- Monitor status resiko peningkatan
- Perfusi jaringan
neurologi TIK
cerebral
- Monitor status Peningkatan aliran
- Balance cairan
hemodinamik vena dari kepala
- Posisikan kepela menyebabkan
Client Outcome :
klien head Up 30º penurunan TIK
- Vital sign
- Kolaborasi Mengurangi edema
membaik
pemberian manitol cerebri
- Fungsi motorik
sesuai order
sensorik membaik

Ketidakefektifan NOC Outcome : NIC : Manajemen jalan Mengetahui


jalan nafas - Status respirasi : napas kepastian dan
pertukaran gas - Monitor status kepatenan
- Status respirasi : respirasi dan kebersihan jalan
kepatenan jalan oksigenasi nafas
nafas - Bersihkan jalan
- Status respirasi : napas
ventilasi - Auskultasi suara
- Kontrol aspirasi pernapasan
- Berikan oksigen
sesuai program
Client Outcome : NIC : Suctioning air way Membebaskan
- Jalan napas paten - Observasi sekret jalan napas
- Sekret dapat yang keluar terhadap akumulasi
dikeluarkan - Auskultasi sebelum sekret guna
- Suara napas bersih dan sesudah terpenuhinya
melakukan suction kebutuhan
- Gunakan peralatan oksigenasi klien
steril pada saat
melakukan suction
- Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang
tindakan suction
Kerusakan NOC Outcome : NIC : Perawatan luka
integritas kulit  Integritas jaringan dan pertahanan kulit
- Observasi lokasi Mengetahui
Client Outcome : terjadinya seberapa luas
 Integritas kulit utuh - kerusakan integritas kerusakan
kulit integritas kulit
- Kaji faktor resiko klien
kerusakan integritas
kulit
- Lakukan perawatan
luka
- Monitor status
nutrisi Mencegah
- Atur posisi klien terjadinya
tiap 1 jam sekali penekanan pada
- Pertahankan area dekubibus
kebersihan alat
tenun
Intolerasi NOC Outcome : NIC : Terapi latihan Dengan latihan
aktivitas  Pergerakan sendi aktif (pergerakan sendi) pergerakan akan
 Tingkat mobilisasi - Observasi KU klien mencegah

 Perawatan ADLs - Tentukan terjadinya


ketebatasan gerak kontraktur otot

Client Outcome : klien

- Peningkatan - Lakukan ROM

kemampuan dan sesuai kemampuan


kekuatan otot - Kolaborasi dengan
dalam bergerak terapis dalam
- Peningkatan melaksanakan
aktivitas fisik latihan

NIC : Terapi latihan


(kontrol otot)
- Evaluasi fungsi
sensori Meminimalkan
- Tingkatkan terjadinya
aktivitas motorik kerusakan
sesuai kemampuan mobilitas fisik
- Gunakan sentuhan
guna
meminimalkan
spasme otot
Resiko terjadi NOC Outcome : NIC : Kontrol infeksi Meminimalkan
infeksi  Status imunologi - Pertahankan invasi
 Kontrol infeksi kebersihan mikroorganisme

 Kontrol resiko lingkungan penyebab infeksi


-  Batasi kedalam tubuh
Client Outcome : pengunjung

 Bebas dari tanda-tanda - Anjurkan dan

infeksi ajarkan pada

 Angka leukosit dalam keluarga untuk cuci

batas normal tangan sebelum dan


sesudah kontak
 Vital sign dalam batas
dengan klien
normal
- Gunakan teknik
septik dan aseptik Mencegah
dalam perawatan terjadinya infeksi
klien lanjutan
- Pertahankan intake
nutrisi yang
adekuat
- Kaji adanya tanda-
tanda infeksi
- Monitor vital sign
- Kelola terapi
antibiotika

NIC : Pencegahan infeksi


- Monitor vital sign
- Monitor tanda-
tanda infeksi Memberikan
- Monitor hasil perlindungan pada
laboratorium klien tehadap
- Manajemen paparan
lingkungan mikroorganisme
- Manajemen penyebab infeksi
pengobatan Memastikan
pengobatan yang
diberikan sesuai
program
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.2005.Rencana Asuhan Keperawatan ed-3. Jakarta : EGC


Hudak dan Gallo. 2002. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC dalam
http://samoke2012.wordpress.com/2012/11/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
cidera-kepala-nanda-noc-nic/
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marjory Gordon, dkk, 2015, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,
NANDA
Muttaqin, Arif.2014..Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem
persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8. Jakarta :
EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CEDERA KEPALA RINGAN DAN CARA PENCEGAHAN

Disusun oleh :
Retno Dwi Wahyuningrum
202002040011

PROGAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
TAHUN 2021
A. Latar Belakang
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(acceleasi – decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serata
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tingkat pencegahan (Muttaqin, 2009)

Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan
dampak pada fungsi otak. cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang
minimal karena ditandai dengan hilangnya kesadaran dalam waktu singkat
maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.

B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan klien dan keluarga klien mampu memahami tentang
cedera kepala ringan dan cara pencegahan
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien diharapkan
mampu:
1) Menjelaskan pengertian cedara kepala ringan
2) Menyebutkan penyebab cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan gejala cedara kepala ringan
4) Menyebutkan komplikasi cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan cedera kepala ringan
6) Menyebutkan cara mengobati cedera kepala ringan
C. STRATEGI INTERVENSI
Strategi intervensi yang dilakukanadalah dengan menggunakan Promosi
Kesehatan tentang “Cedera Kepala Ringan dan Cara Pencegahan” yang dilakukan pada
keluarga dan pasien yang menderita cedera kepala ringan.

D. IMPLEMENTASI
1. Tindakan : Pendidikan kesehatan mengenai cedera kepala ringan dan
cara pencegahan
2. Metode : Ceramah dan diskusi
3. Media/alat : Leaflet, Dan power point
4. Tempat : Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
5. Waktu : Kamis, 04 Maret 2021
6. Sasaran : Klien dan Keluarga
7. Pelaksana :Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan (Retno Dwi Wahyuningrum)
8. Stretegi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
No Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 5
1. Mahasiwa memberikan 1. Menjawab salam menit
salam 2. Mendengarkan dan
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa menjelaskan
tentang topik penyuluhan
4. Mahasiwa membuat
kontrak
5. Mahasiwamenjelaskan
tujuan penyuluhan

2 Pelaksanaan 20
1) Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan menit
cedara kepala ringan memperhatikan.
2) Menyebutkan penyebab
cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan
gejala cedara kepala ringan
4) Menyebutkan komplikasi
cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan
cedera kepala ringan
6) Menyebutkan cara
mengobati cedera kepala
ringan

3 Penutup 5
1. Mahasiswa 1. Menjawab menit
menyimpulkan materi pertanyaan
2. Mahasiswa mengadakan 2. Mendengarkan dan
evaluasi tentang memperhatikan
Pengertian, penyebab, 3. Menjawab salam
tanda dan gejala,
komplikasi, pencegahan,
dan pengobatan cedera
kepala ringan
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa memberikan
salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian cedera kepala ringan ?
b. Jelaskan penyebab cedera kepala ringan ?
c. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
d. Jelaskan komplikasi cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan pencegaha cedera kepala ringan ?
f. Jelaskan pengobatan cedera kepala ringan ?
Lampiran Materi

F. MATERI
1. Pengertian
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan dampak pada fungsi otak.
cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang minimal karena ditandai dengan hilangnya
kesadaran dalam waktu singkat maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.

2. Penyebab
a. Benda jatuh
b. Kecelakaan di jalan raya
c. Kecelakaan olahraga
d. Benda yang menghantam kepala

3. Tanda dan gejala

a. Gejala Fisik
1) Pingsan selama beberapa menit
2) Merasa linglung atau bingung
3) Sakit kepala
4) Mual atau muntah
5) Lelah atau mengantuk
6) Kejang-kejang
b. Gejala Indra
1) Gangguan indra, misalnya penglihatan buram, telinga berdenging, mulut terasa buruk
atau perubahan pada kemampuan untuk mencium
2) Sensitivitas terhadap cahaya atau suara
4. Komplikasi
a. Vertigo post traumatic
Kepala berputar-putar dan sangat pusing
b. Sindrom pasca cedera kepala
Kesulitan berpikir
c. Efek kumulatif atau penumpukan dari kecelakaan sebelumnya
Apabila seseorang mengalami cedera kepala akan menderita kerusakan otak jangka
panjang

5. Pencegahan cedera kepala ringan


a. Menggunakan alat pelindung diri saat melakukan aktivitas atau olahraga yang beresiko
terjadi benturan
b. Memakai sabuk pengaman saat mengendarai mobil dan mengenakan helm saat
mengendarai motor
c. Memastikan keamanan dirumah, seperti membuat pegangan tangan ditangga dan
memasang alas antiselip agar lantai kamar mandi tidak licin
d. Berolahraga secara teratur untuk melatih keseimbangan dan memperkuat otot kaki

6. Pengobatan
a. Istirhat total
Tubuh akan cepat melakukan perbaikan pada sel-sel otak yang terdampak apabila anda
tidur yang cukup setiap malam
b. Konsumsi obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat mengurangi rasa sakit, seperti
acetaminophen (Thylenol)
c. Berhenti berolahraga untuk sementara
Dalam periode ini cara terbaik menghindari aktivitas atau berpikir dan banyak
beristirahat. Tunggu hingga tubuh anda benar-benar pulih

d. Pola makan dan olahraga


Memperbaiki pola makan dan olahraga dapat membantu menjaga massa dan kepadatan
tulang. Tulang yang lebih kuat tidak akan mudah mengalami kerusakan saat cedera
terjadi. Tinggi kalori dan tinggi protein
CEDERA KEPALA RINGAN DAN CARA
PENCEGAHAN

Retno Dwi Wahyuningrum


202002040011
PENGERTIAN

Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan
dampak pada fungsi otak.

cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang minimal


karena ditandai dengan hilangnya kesadaran dalam waktu singkat
maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.
PENYEBAB
1. Benda jatuh
2. Kecelakaan di jalan raya
3. Kecelakaan olahraga
4. Benda yang menghantam kepala
TANDA DAN GEJALA
1. Gejala fisik

a. Pingsan selama beberapa menit

b. Merasa linglung atau bingung

c. Sakit kepala

d. Mual atau muntah

e. Lelah atau mengantuk

f. Kejang-kejang
LANJUTAN..
2. Gejala indra

a. Gangguan indra, misalnya penglihatan


buram, telinga berdenging, mulut
terasa buruk atau perubahan pada
kemampuan untuk mencium

b. Sensitivitas terhadap cahaya atau suara


KOMPLIKASI
1. Vertigo post traumatik
Kepala berputar-putar dan sangat pusing
2. Sindrom pasca cedera kepala
Kesulitan berpikir
3. Efek kumulatif atau penumpukan dari
kecelakaan sebelumnya
Apabila seseorang mengalami cedera kepala
akan menderita kerusakan otak jangka
panjang
PENCEGAHAN CEDERA KEPALA
RINGAN
1. Menggunakan alat pelindung diri saat melakukan
aktivitas atau olahraga yang beresiko terjadi
benturan
2. Memakai sabuk pengaman saat mengendarai
mobil dan mengenakan helm saat mengendarai
motor
3. Memastikan keamanan dirumah, seperti
membuat pegangan tangan ditangga dan
memasang alas antiselip agar lantai kamar mandi
tidak licin
LANJUTAN…

4. Berolahraga secara teratur untuk melatih keseimbangan


dan memperkuat otot kaki
CARA MENGOBATI CEDERA KEPALA RINGAN
(dirumah)
1. Istirhat total

Tubuh akan cepat melakukan perbaikan pada sel-sel otak yang


terdampak apabila anda tidur yang cukup setiap malam

2. Konsumsi obat-obatan

Dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat mengurangi


rasa sakit, seperti acetaminophen (Thylenol)

3. Berhenti berolahraga untuk sementara

Dalam periode ini cara terbaik menghindari aktivitas atau berpikir


dan banyak beristirahat. Tunggu hingga tubuh anda benar-benar
pulih
4. Pola makan dan olahraga
Memperbaiki pola makan dan olahraga dapat membantu
menjaga massa dan kepadatan tulang. Tulang yang lebih
kuat tidak akan mudah mengalami kerusakan saat cedera
terjadi. Tinggi kalori dan tinggi protein
CEDERA KEPALA RINGAN DAN A. PENGERTIAN
CARA PENCEGAHAN C. TANDA DAN GEJALA
1. Gejala fisik
a. Pingsan selama beberapa
menit

Cedera atau trauma pada


kepala dan otak yang dapat
memberikan dampak pada
fungsi otak. b. Merasa linglung atau bingung
c. Sakit kepala
B. PENYEBAB d. Mual atau muntah
1. Benda jatuh
2. Kecelakaan di jalan raya
3. Kecelakaan olahraga
4. Benda yang menghantam e. Lelah atau mengantuk
Oleh, kepala f. Kejang-kejang
2. Gejala indra
Retno Dwi Wahyuningrum
a. Gangguan indra, misalnya
202002040011 penglihatan buram, telinga
berdenging, mulut terasa
buruk atau perubahan pada
PROGRAM STUDI PROFESI NERS kemampuan untuk mencium
FAKULTAS ILMU KESEHATAN b. Sensitivitas terhadap cahaya
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN atau suara
2021
D. KOMPLIKASI E. PENCEGAHAN F. PENGOBATAN
1. Vertigo post traumatic 1. Menggunakan alat pelindung 1. Istirhat total
Kepala berputar-putar dan diri saat melakukan aktivitas
sangat pusing
atau olahraga
2. Memakai sabuk pengaman saat
mengendarai mobil dan 2. Konsumsi obat-obatan
mengenakan helm saat 3. Berhenti berolahraga untuk
mengendarai motor sementara
2. Sindrom pasca cedera kepala
Kesulitan berpikir

4. Pola makan dan olahraga

3. Memastikan keamanan dirumah


3. Efek kumulatif atau
penumpukan dari kecelakaan
sebelumnya
Apabila seseorang mengalami
cedera kepala akan menderita
kerusakan otak jangka panjang
4. Berolahraga secara teratur untuk
melatih keseimbangan dan
memperkuat otot kaki
PROPOSAL TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
PADA USIA 3-6 TAHUN DI RUANG MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:

1. Era Windiana (202002040023)


2. Faridoh Hasanah (202002040004)
3. Retno Dwi Wahyuningrum (202002040011)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wong (2009) menyatakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain
juga merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
social, serta bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata atau berkomunikasi, belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan,
mengenal waktu, mengenal suara, serta jarak.
Fungsi dari bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik dimana keduanya merupakan komponen terpenting untuk
perkembangan fungsi otor misalnya alat permainan yang digunakan bayi yang
mengembangkan kemampuan sensorik motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan
aktivitas motorik baik kasar maupun halus. Perkembangan intelektual,
perkembangan sosial, perkembangan kreatifitas, perkembangan kesadaran
diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi.
Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit.
Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap
ada (Katinawati, 2011). Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang
natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi
terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini
(Suryanti, 2011). Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau
pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain
(Tedjasaputra, 2007).
Kesehatan itu sendiri. Perasaannya seperti takut, cemas, tegang, nyeri
dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak.
Anak yang dirawat memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan
tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam
perawatan. .media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak
merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan
relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral
dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Pramono, 2012).

B. Tujuan
Setelah dilakukan terapi bermain, diharapkan:
1. Anak merasa senang karena kebutuhannya terpenuhi
2. Rasa percaya anak pada perawat meningkat
3. Anak merasa tidak bosan atau jenuh selama proses hospitalisasi
4. Meningkatkan perkembangan sensorik motorik yang diperoleh melalui
stimulasi.

C. Sasaran
Sasaran dalam terapi bermain ini adalah Anak usia 3-6 tahun
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Karakteristik sasaran dalam terapi ini adalah anak yang dirawat di
rumah sakit, berusia 3-6 tahun, sudah kooperatif, dan kondisi anak sudah
memungkinkan untuk diajak bermain.

B. Analisa Kasus
Anak yang dirawat dirumah sakit mengalami hospitalisasi, itu
menjadikan sebuah stressor baik bagi anak maupun keluarga. Meskipun hal
ini merupakan keadaan fisiologis, namun anak dan keluarga harus mampu
mengatasi dan beradaptasi dengan kondisi tersebut agar tidak terjadi krisis
pada diri anak maupun keluarga. Anak usia pra sekolah biasanya menerima
keadaan masuk rumah sakit dengan sedikit ketakutan. Untuk itu perawat perlu
memberikan terapi bermain untuk mengatasi masalah hospitalisasi yang
terjadi.

C. Prinsip Bermain Menurut Teori


1. Energy untuk bermain yang cukup, sehingga saat bermain anak tidak cepat
merasakan lelah dan kurang energi.
2. Waktu yang cukup untuk anak bermain
3. Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak
4. Ruang untuk bermain yang bisa dimana saja
5. Teman bermain dalam permainan
6. Alat permainan aman.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi Permainan
Permainan ini menggunakan jenis permainan stimulasi yaitu stimulasi
visual dan gerak motorik halus serta motorik kasar.

B. Tujuan Permainan
1. Menstimulasi atau merangsang kecerdasan otak
2. Merangsang daya imajinasi anak.
3. Mengembangkan kepercayaan diri anak.
4. Mengurangi kejenuhan dan kecemasan anak dalam proses hospitalisasi.
5. Anak merasa senang.

C. Keterampilan yang Diperlukan


1. Perawat mampu berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
anak dan orang tua.
2. Perawat menguasai jenis bermainan yang akan dilakukan.
3. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
anak.

D. Jenis Permainan
Mewarnai gambar

E. Alat Bermain
1. Buku bergambar
2. Pensil warna

F. Proses Bermain
1. Fase orientasi :
a. Mengucapakan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Meminta persetujuan pada orang orang tua dan anak
e. Kontrak waktu
2. Fase kerja :
a. Menjelaskan aturan permainan
b. Meminta ibu untuk selalu mendampingi anaknya
c. Menunjukkan alat/mainan yang akan digunakan
d. Memulai permainan dengan cara mewarnai gambar yang sudah
disediakan
e. Memberi reinforcement atas keberhasilan anak
3. Fase terminasi :
a. Merapikan alat
b. Berpamitan
c. Mengucapkan salam

G. Waktu Pelaksanaan
Hari : Minggu, 07 Maret 2021
Waktu : Jam 09.00 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

H. Hal-Hal yang Perlu Diwaspadai


1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan.
2. Anak rewel.

I. Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan


Mengajak/melibatkan ibu dalam permainan
J. Pengorganisasian
Perawat bertindak sebagi leader minta orang tua sebagai pendamping.
Keterangan:
B C
A : Perawat
A B : Klien
C : Ibu

K. Sisttem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan.
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan.
c. Perawat siap memimpin permainan.
2. Evaluasi proses
a. Anak bersikap kooperatif.
b. Keluarga mendukung jalannya permainan.
c. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Terjalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat.
b. Anak merasa terhibur dengan permainan yang dilakukan.
c. Anak mengembangkan kemampuan.
BAB IV
PELAKSANAAN TERPI BERMAIN

A. Kontrak Awal
Kontrak awal dengan keluarga pasien yaitu pada klien dan ibu klien
dilakukan pada hari Sabtu, 06 Maret 2021 pukul 10.00 WIB. Kontrak yang
dilakukan secara lisan meliputi waktu pelaksanaan kegiatan, materi kegiatan
dan persiapan lainnya yaitu keikutsertaan keluarga dalam terapi bermain.
Kontrak juga dilakukan dengan pembimbing Ruang untuk mendapatkan
persetujuan dan bimbingan selama pelaksanaan terapi bermain.

B. Tahap Orientasi
Waktu pelaksanaan kegiatan terapi bermain sesuai dengan
waktu/kontrak yang telah disepakati. Persiapan yang dilakukan yaitu
menyiapkan tempat kegiatan yaitu di ruang bermain RSUD Tugurejo,
Semarang. Ibu, klien dan mahasiswa duduk di ruang bermain. Mahasiswa
mengawali dengan memperkenalkan diri kembali pada keluarga, mengulang
kontrak yang telah disepakati hari sebelumnya yaitu 30 menit sebelumnya.
Tahap orientasi dilakukan selama 5 menit yang meliputi mengucapkan salam,
perkenalan, menjelaskan tujuan, meminta persetujuan, dan mengingatkan
kontrak yang sudah disepakati.

C. Tahap Kerja
Mahasiswa tahap kerja dengan menjelaskan aturan permainan yang
akan dilakukan dan meminta ibu mendampingi anaknya. Berikutnya petugas
kesehatan memberikan alat/mainan yang akan digunakan yaitu buku
bergambar. Selanjutnya petugas kesehatan memulai terapi bermain bersama
klien yang didampingi ibu. Selama tahap kerja klien juga dilibatkan dalam
komunikasi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti klien
sehingga menunjukkan penerimaan terhadap penjelasan dari mahasiswa.
Klien diminta menyusun lingkaran dan memasukan ke dalam tiangnya dari
yang terbesar sampai terkecil. Klien kooperatif diajak bermain bersama.
Selama permainan petugas kesehatan memberikan reinforcement/pujian
setiap klien mau dan berhasil melakukan permainan. Fase kerja berlangsung ±
30 menit, sesuia dengan rencana yang ditetapkan.

D. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi petugas kesehatan mengakhiri kegiatan terapi
bermain dengan menyampaikan terima kasih atas partisipasinya dalam
pelaksanaan terapi bermain dan menutup dengan salam. Kegiatan pendidikan
kesehatan dan terapi bermain selesai pukul 10.00 WIB.

E. Evaluasi
Klien mampu mewarnai buku gambar yang telah disediakan perawat
dengan benar sesuai contoh gambar dan warna.
BAB V
PENUTUP

Pada saat anak dirumah sakit dapat mengakibatkan berhentinya


perkembangan normal pada anak dan menimbulkan masalah-masalah baru yang
berhubungan dengan ketakutan dan kecemasan, sehingga perlu dikembangkan
adanya terapi bermain selama anak dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan
kedekatan dengan perawat dengan anak, mengurangi kecemasan dan ketakutan
anak terhadap proses perawatan dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC

Pusdisnakes. 2010. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta :


Depkes RI

Soertjaningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC


Lampiran Gambar
KONTRAK BELAJAR

Disusun Oleh:
PRATIWI INDRIANI

202002040021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
NAMA MAHASISWA : Pratiwi Indriani

NIM : 202002040021

TEMPAT PRAKTIK : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

MATA AJAR : Keperawatan Anak

No. Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keterangan


1. Tujuan Umum: 1. Melakukan Wawancara Hari
Setelah pengkajian dengan pertama
menyelesaikan a. Kaji identitas keluarga
praktek klinik klien, riwayat pasien
diruang melati kesehatan
selama 6 hari, saya meliputi
mampu keluhan
melaksanakan utama: batuk
Asuhan Keperawatan produktif atau
dengan klien TB tidak
Paru produktif,
nafas pendek,
Tujuan Khusus: riwayat
1. Menyusun tuberculosis
kontrak terpajan pada
belajar individu
tentang terinfeksi Hari kedua
asuhan b. Riwayat
keperawatan penyakit
TB Paru sekarang
2. Menyusun c. Riwayat
laporan penyakit
pendahuluan dahulu
dan laporan d. Riwayat
kasus tentang kesehatan
asuhan keluarga
keperawatan e. Riwayat
TB Paru kesehatan
3. Mampu lingkungan
mengkaji f. Imunisasi
klien dengan g. System
masalah TB pernafasan:
Paru batuk
4. Mampu produktif dan
melakukan batuk non
pendidikan produktif, ada
kesehatan sputum/secret,
mengenai TB pernapasan
Paru cuping hidung,
ronkhi
h. System
kardiovaskuler
: takhikardi,
brakhikardi
i. System
pencernaan:
anak malas
makan atau
minum,
muntah, berat
badan
menurun,
lemas
j. Sistem saraf:
demam,
kejang, sakit
kepala yang
ditandai
dengan
menangis terus
k. Muskuloskelet
al: tonus otot
menurun,
lemah secara
umum
2. Merumuskan Analisa dan Hari ketiga
diagnosa reading
Keperawatan textbook
a. Menganalisa
data
menginterprest
asi data hasil
pengkajian
b. Menetapkan
diagnosis
keperawatan
3. Memberikan
tindakan pada
pasien yang
mengalami Tb
paru
4. Mengkaji ulang
data yang
diperoleh dari
keluarga
5. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
TB Paru
6. Edukasi agar
tidak putus obat
7. Mengumpulkan Hari
laporan kasus keempat
yang telah dibuat
kepada CI
ruangan
8. Melanjutkan
intervensi
selanjutnya
9. Mengkaji ulang
data yang
diperoleh dari
keluarga

10. Memberikan Hari kelima


tindakan pada
pasien yang
mengalami Tb
paru
11. Mengkaji ulang
data yang
diperoleh dari
keluarga

12. Meminta evaluasi Hari


kepada keenam
pembimbing
klinik terkait
laporan kasus
yang telah dibuat
13. Mengevaluasi
dari tindakan
yang diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIGNOSA MEDIS
TB PARU DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh:
PRATIWI INDRIANI

202002040021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan


Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir
seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran
pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi
paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang
terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price dalam Amin & Hardhi, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan
melalui percikan dahak (droplet) dari penderita tuberkulosis kepada
individu yang rentan. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis
menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ lain seperti pleura,
selaput otak, kulit, kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital,
dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Price,
2001 dalam Nixson Manurung, 2016)
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis yang merupakan
salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar
basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari
ghon. (Hood Alsagaff, 1995 dalam Andra & Yessie, 2013)

B. Etiologi

Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman


berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Sifat kuman:
1) Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol)
disebut bakteri tahan asam (BTA).
2) Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
3) Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
4) Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag karena makrofag banyak mengandung lipid.
5) Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. (Nixson Manurung, 2016)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosa. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar
matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam Mycobacteria
Tuberculosis yaitu tipe Human dan tipe Bovin. Basil tipe Human bisa
berada dibercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari
penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. (Wim de Jong dalam Amin & Hardhi, 2015)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat
bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain,
dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun. (Patrick
Davey dalam Amin & Hardhi, 2015)

C. Patofisiologi

Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang patofisiologi dari


penyakit TB adalah sebagai berikut:
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhilasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya
dibagian bawah lobus atas atau dibagian atas lobus bawah) basil
tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri
tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis
kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
dan sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk
jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada
orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan
trakeobronkial.
Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau
basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dengan menjadi tempat
peradagan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar
limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ-
organ tubuh.

D. Tanda Gejala/Manifestasi Klinis

Menurut Mary DiGiulio, dkk (2014) tanda dan gejala dari


tuberkulosis yaitu:
1) Berat badan turun dan anoreksia
2) Berkeringat dingin
3) Demam, mungkin golongan yang rendah karena infeksi
4) Batuk produktif dengan dahak tak berwarna, bercak darah
5) Napas pendek karena perubahan paru-paru
6) Lesu dan lelah karena aktivitas paru-paru terganggu

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Arif Muttaqin (2013) pemeriksaan diagnostik pada TB


paru adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu
lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum
pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan
Rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus
mengenai TB paru awal kecuali lokasi di lobus bawah dan biasanya
ada disekitar hilus. Kerakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah
bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi
yang tidak jelas.
b. Pemeriksaan CT Scan
Dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita
parenkimal, klasifikasi nodul, dan adenopati, perubahan kelengkungan
berkas bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan emfisema
perisikatriksial.
c. Radiologis TB Paru Milier
TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan
TB paru milier subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah
infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah
secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang
berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT.
Pada beberapa klien, didapatkan bentuk berupa granul-granul halus
atau nodul-nodul sangat kecil yang menyebar secara difus dikedua
lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-
nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-masing berupa
garis-garis tajam.
d. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi)
10mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi
tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.

F. Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkolosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,


mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Mikrobakteri merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan
kuman lain kerena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul
resistensi bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja
lebih aktifterhadap kuman yang cepat membelah dibandingkan dengan
kuman yang lambatmembelah. sifat lambat membelah yang dimiliki
mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan
lambat dibandingkan antibakteri lain.

Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, rifampisin,


streptomisin, etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): kanamisin,
amikasin, kuinolon.

 Pengobatan
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang cara pengobatan
penyakit tuberkulosis adalah sebagai berikut:
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati
juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi
terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-
3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisan, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide, Amoksisilin +
asam klavulanat, derivat Rifampisin/INH, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. 1

Obat Anti TB serta cara kerja potensi dan dosisnya


Rekomendasi dosis
Obat Anti TB (mg/kg BB)
Aksi Potensi
Esensial Per Perminggu
hari 3x 2x
Isoniazid Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifamphisin Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol Bakteriostatik rendah 15 30 45

G. Komplikasi

TB paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan


komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, usus.

2. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering


terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:

a. Hemoptisis massif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik

b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus

c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis


(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru

d. Pneumotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang


pecah
e. penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya.

H. Pengkajian Fokus

1. Aktivitas atau Istirahat

Gejala: kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas pendek


karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau
berkeringat.

Tanda: takikardia, takipnea/dyspnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak


(tahap lanjut)

2. Integritas ego

Gejala: adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan


tidak berdaya/tidak ada harapan

Tanda: menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas ketakutan,


mudah tersinggung

3. Makanan/cairan

Gejala: kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna penurunan berat


badan

Tanda: turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/lemak


subkutan

4. Nyeri atau kenyamana

Gejala: nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda: brhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah

5. Pernafasan

Gejala: batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat


tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi

Tanda: peningkatan frekuensi pernapasan

6. Keamanan
Gejala: adanya kondisi penekanan imun

Tanda: demam rendah atau sedikit panas akut

7. Interaksi Sosial

Gejala: perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan


bisa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran

8. Pemeriksaan penunjang

- Kultur sputum

- Tes kulit (mantoux, potongan vollmer)

- Foto thorax

- Biopsi jarum pada jaringan paru

I. Fokus Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental,


kelemahan upaya batuk buruk.

a. Tujuan: bersihan jalan nafas efektif

b. KH: pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan


mengeluarkan secret tanpa bantuan

c. Intervensi

1) Kaji fungsi pernapasan

2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk


efektif, catat karakter, jumlah sputum

3) Berikan klien posisi semi fowler tinggi

4) Bersihkan secret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai


keperluan

5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml/hari


kecuali kontra indikasi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan uapay batuk

a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas


kembali normal

b. KH: dyspnea berkurang, frekuensi, irama, kedalaman, dan


pernafasan normal

c. Intervensi

1) Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot


aksesoris, catat setiap perubahan

2) Kaji kualitas sputum

3) Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (semi


fowler)

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan efek paru

a. Tujuan: tidak ada tanda-tanda dyspnea

b. KH: melaporkan tidak adanya penurunan dyspnea,


menunjukkan perbaikan ventilasi O2jaringan adekuat dengan
AGP dalam rentang normal, bebas dari gejala, distress
pernapasan

c. Intervensi

1) Kaji dyspnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya


bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya
ekspansi dinding dada dan kelemahan

2) Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan


pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku

3) Tunjukkan /dorong bernafas dengan bibir selama endikasi,


khususnya untuk pasien dengan fibrosisatau kerusakan
parenkim

4) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas


pasien sesuai keperluan
5) Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan
pemberian oksigen.

J. Pathways
K. Daftar Pustaka

A.Sylvia., M.Lorraine. (2015). Patofisiologi Edisi 6 Vol 2 Knsep Klinis


Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Andra.S., Yessie. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah.


Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberculosis. Depkes R1: Jakarta

Nixson,M. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory.


Jakarta: Salemba.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEJANG DEMAM

Disusun Oleh:
PRATIWI INDRIANI

202002040021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. Latar Belakang

Kejang demam atau febrile convulsion merupakan jenis gangguan


syaraf paling umum yang sering dijumpai pada anak-anak dan penyakit ini
biasanyaterjadi pada usia 3 bulan sampai 5 tahun karena pada usia ini otak
anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan dan
memiliki insiden puncak penyakit pada usia 18 bulan serta dikatakan
hilang apabila anak berusia 6 tahun (Ngastiyah, 2014). International
League Against Epilepsy (ILAE) (1993,dalam Pellock, 2014) mengatakan
bahwa kejang demam dapat terjadi pada anak yang mengalami bangkitan
kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh rektal diatas 38°C dan penyakit
ini tidak disebabkan oleh infeksi sistem syaraf pusat tanpa memiliki kejang
neonatus sebelumya dan tidak memenuhi kriteria kejang gejala akut
lainnya. Kejang demam dapat berupa kejang tonik atau tonik/klonik dan
seringkali bermula fokal kemudian menjadi kejang umum serta kejang
demam ini banyak dijumpai pada anak laki-laki dari pada anak perempuan
(Short, 2007)
Candra (2009), mengatakan bahwa anak yang mengalami kejang
demam dapat meningkatkan risiko kerusakan pada otak, mempunyai
riwayat keluarga dengan kejang demam, keterlambatan perkembangan dan
memunculkan gejala epilepsi. Orang tua anak sebaiknya harus mengetahui
informasi tentang penanganan yang diberikan pada anak yang mengalami
kejang demam. Sebab apabila orang tua memiliki sikap yang minim dan
tidak segera membawa anak mereka ke petugas kesehatan, maka akan
mengakibatkan anak tersebut mengalami dampak dan diatas salah satunya
kerusakan otak dan kematian.
B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan klien dan keluarga klien mampu
memahami tentang kejang demam pada anak
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien
diharapkan mampu:
1) Menjelaskan pengertian kejang demam
2) Menyebutkan penyebab kejang demam
3) Menyebutkan tipe kejang demam
4) Menyebutkan perawatan pada anak kejang demam
5) Menjelaskan pencegahan kejang saat anak demam

C. Strategi Intervensi
Strategi intervensi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Promosi
Kesehatan tentang “Kejang Demam” yang dilakukan pada keluarga pasien.

D. Implementasi
1. Tindakan : Pendidikan kesehatan mengenai kejang
demam pada anak
2. Metode : Ceramah dan diskusi
3. Media/alat : Leaflet, Dan power point
4. Tempat : Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
5. Waktu : Kamis, 04 Maret 2021
6. Sasaran : Klien dan Keluarga
7. Pelaksana : Pratiwi Indriani
8. Stretegi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
No Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 5 menit
1. Mahasiwa 1. Menjawab salam
memberikan salam 2. Mendengarkan dan
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa
menjelaskan tentang
topik penyuluhan
4. Mahasiwa membuat
kontrak
5. Mahasiwa
menjelaskan tujuan
penyuluhan

2 Pelaksanaan 20 menit
1) Menjelaskan Mendengarkan dan
pengertian kejang memperhatikan.
demam
2) Menyebutkan
penyebab kejang
demam
3) Menyebutkan tipe
kejang demam
4) Menyebutkan
perawatan pada
anak kejang demam
5) Menjelaskan
pencegahan kejang
saat anak demam

3 Penutup 5 menit
1. Mahasiswa 1. Menjawab pertanyaan
menyimpulkan 2. Mendengarkan dan
materi memperhatikan
2. Mahasiswa 3. Menjawab salam
mengadakan
evaluasi tentang
pengertian kejang
demam, tipe kejang
demam, prnyrbab,
perawatan pada
anak kejang demam,
pencegahan kejang
saat anak demam.
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa
memberikan salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan
peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara
lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian kejang demam ?
b. Jelaskan tipe kejang demam ?
c. Jelaskan penyebab kejang demam ?
d. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan perawatan pada anak kejang demam ?
f. Jelaskan pencegahan kejang pada anak demam ?
Lampiran Materi

F. MATERI
1. Pengertian
Kejang Demam adalah bagkitan kejang pada anak, yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu >38oC) yang bukan disebabkan adanya kelainan di otak.
2. Tipe Kejang Demam
 Kejang Demam Sederhana
Ditandai dengan:
- Kejang tidak lebih dari 15 menit
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam
- Kejang tidak lebih dari 4x da lam setahun
 Kejang Demam Kompleks
Ditandai dengan :
- Kejang lebih dari 15 menit
- Kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

3. Penyebab Kejang Demam


- Hingga kini belum diketahui secara pasti. Demam sering disebabkan
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, diare yang disebabkan oleh
bakteri, dan infeksi saluran kencing.
- Kejang tidak selalu timbul pada suhu tinggi, kadang-kadang demam yang
tidak begitu tinggi juga dapat menyebabkan kejang

4. Perawatan Pada Anak Kejang Demam


- Baringkan anak pada tempat yang aman dan datar
- Longgarkan pakaian anak sekitar kepala dan leher
- Cegah jangan sampai lidah tergigit dan menutupi jalan napas
- Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak
- Kenakan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
- Jangan berikan minum saat anak kejang
- Segera miringkan posisi anak setelah kejang berhenti

5. Pencegahan Kejang Saat Anak Demam


- Segera berikan obat penurun panas saat anak demam
- Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak untuk membantu menurunkan
suhu tubuh anak
KEJANG DEMAM
pada ANAK
APA ITU KEJANG DEMAM???
• KEJANG DEMAM adalah bagkitan kejang pada anak,
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu >38oC)
yang bukan disebabkan adanya kelainan di otak.
• TIPE KEJANG DEMAM
• KEJANG DEMAM SEDERHANA
• KEJANG DEMAM KOMPLEKS
PENYEBAB KEJANG DEMAM
• Hingga kini belum diketahui secara pasti. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
diare yang disebabkan oleh bakteri, dan infeksi saluran
kencing.
• Kejang tidak selalu timbul pada suhu tinggi, kadang-
kadang demam yang tidak begitu tinggi juga dapat
menyebabkan kejang
KEJANG DEMAM SEDERHANA
Ditandai dengan :
• Kejang tidak lebih dari 15 menit
• Kejang tidak berulang dalam 24 jam
• Kejang tidak lebih dari 4x da lam setahun
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
Ditandai dengan :
• Kejang lebih dari 15 menit
• Kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam
PERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM
• Baringkan anak pada tempat yang aman dan datar
• Longgarkan pakaian anak sekitar kepala dan leher
• Cegah jangan sampai lidah tergigit dan menutupi
jalannapas
• Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak

• Kenakan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat


• Jangan berikan minum saat anak kejang
• Segera miringkan posisi anak setelah kejang berhenti
PENCEGAHAN KEJANG SAAT ANAK DEMAM
• Segera berikan obat penurun panas saat
anak demam
• Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak
untuk membantu menurunkan suhu tubuh
anak
PERAWATAN PADA ANAK
KEJANG DEMAM

ANAK DEMAM

PRATIWI INDRIANI
202002040021
bantu menurunkan suhu tubuh anak

SEGERA BAWA ANAK KE PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


DOKTER/ RS JIKA ANAK PROFESI NERS
KEJANG TIDAK KUNJUNG FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BERHENTI!! PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
APA ITU KEJANG DEMAM SEDERHANA

KEJANG DEMAM???

PENYEBAB
KEJANG DEMAM

TIPE KEJANG DEMAM


KEJANG DEMAM SEDERHANA
KEJANG DEMAM KOMPLEKS

KEJANG DEMAM KOMPLEKS


i
KONTRAK BELAJAR
APENDISITIS
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :
Yuni Andriyani (202002040010)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
KONTRAK BELAJAR
STASE ANAK DI RUANG MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Nama : Yuni Andriyani


NIM : 202002040010
Tempat Praktik : Melati
Mata ajar : Stase keperawatan anak

No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keterangan

Setelah menjalankan Mahasiswa mampu Wawancara Waktu yang saya


praktek melakukan: dan tetapkan untuk
pembelajaran klinik 1. Pengkajian observasi mencapai tujuan
di ruang Melati a. Melakukan anamnesa tersebut adalah :
RSUD Tugurejo : Keadaan umum, Hari I :
Semarang, Pada umumnya pasien  Observasi
diharapkan saya dengan Apendisitis ruangan dan
mampu : dalam keadaan lemah, pasien
1. Melakukan mengeluh pada nyeri  Mengumpul
pengkajian bagian bawah. kan kontrak
terhadap klien b. Pemeriksaan Fisik : belajar dan
dengan pada pasien LP pasien
Apendisitis Apendisitis. dengan
2. Melakukan c. Pemeriksaan Apendisitis
pemeriksaan Penunjang  Melakukan Mampu
fisik terhadap Apendisitis pengkajian melakukan
klien dengan 3. Penetapan diagnosa pada pasien pengkajian
gangguan keperawatan Apendisitis
Apendisitis a. Nyeri akut Hari II :
3. Melakukan berhubungan dengan  Melakukan
asuhan agen cedera biologis. pengkajian
keperawatan b. Resiko defisit nutrisi kembali
pada pasien berhubungan dengan pasien
dengan ketidakmampuan dengan
gangguan mengabsorbsi Apendisitis
Apendisitis nutrien.  Melakukan
4. Penetapan intervensi pemeriksaan
keperawatan pada pasien fisik pasien
Apendisitis dengan
a. Nyeri akut Apendisitis
- Kaji nyeri secara Hari III :
komprehensif  Melakukan Mampu
- Berikan posisi asuhan menyusun
senyaman mungkin keperawatan dan
- Ajarkan pasien pasien memprioritas
teknik dengan kan diagnosa
nonfarmakologi Apendisitis keperawatan
(teknik distraksi)  Melakukan
- Kolaborasikan evaluasi Mampu
dengan dokter terhadap menyusun
dalam pemberian intervensi rencana
obat analgetik Studi dan evaluasi tindakan
b. Resiko defisit nutrisi publikasi yang telah
- Identifikasi status tindakan dilakukan Mampu
nutrisi dan studi pada pasien melakukan
- Anjurkan pasien pustaka dengan evaluasi
makan makanan Apendisitis tindakan
rendah serat  Hari IV:
- Ajarkan diet yang Melakukan Mampu
diprogramkan Observasi, Penkes dan melakukan
- Kolaborasikan studi memberikan penkes.
dengan ahli gizi pustaka dan kompres
untuk menentukan wawancara hangat pada
jumlah kalori dan pasien
jenis nutrien yang Apendisitis
dibutuhkan Observasi,  Hari V
studi Melakukan
a. Mampu
pustaka dan terapib. melakukan
wawancara bermain terapi
 Hari VI bermain.
Mengumpul
kan laporan

Semarang, 01 Maret 2021

Mahasiswa Clinical Instruktur

Yuni Andriyani Pangestika


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : APENDISITIS DI
RUANG MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :

Yuni Andriyani (202002040010)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


PEKALONGAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : APENDISITIS

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai
semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran
mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba
histolytica, Trichuris trichiura, danEnterobius vermikularis (Mansjoer, A.
2011).
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-
30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks .(Smeltzer,2012).
3. Manifetasi Klinik
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan.
c. Nyeri tekan lepas dijumpai.
d. Terdapat konstipasi atau diare.
e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter.
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung
pelvis.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur
appendiks. (Elizabeth, 2012).
4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif
akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks
hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2015) .
5. Patways

Pembatasan
masukan nutrisi

Nutrisi Kurang dari


kebutuhan tubuh

6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive
protein (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang
meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut
yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas
dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan
kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut
bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu
mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk
memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan
pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita
yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa
pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum
operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses
appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.
Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium.
Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan
perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi
disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.(Smeltzer, 2012).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
1) Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri
perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan
masalah. kesehatan klien sekarang.
3) Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
4) Kebiasaan eliminasi.
5) Aktivitas/istirahat : Malaise.
6) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
7) Demam lebih dari 38oC.
8) Data psikologis klien nampak gelisah.
9) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan..
10) Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat
(Huda, 2015).
b. Pemeriksaanfisik (head to toe)
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan
atau tidak ada bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc.
Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas
dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan/posisi duduk tegak.
6) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi (Huda, 2015).
2. Diagnosa keperawatan utama
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
makanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan) (Herdman, 2015).
3. Intervensi dan rasionalisasi
Meliputi intervensi mandiri perawat dan kolaborasi.
No. Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Rasional
keperawatan KriteriaHasil
1 Nyeri Setelah a. Kaji skala nyeri a. Berguna dalam
berhubungan dilakukan lokasi, pengawasan dan
dengan agen asuhan karakteristik dan keefesien obat,
injuri fisik keperawatan, laporkan kemajuan
(luka insisi diharapkan perubahan nyeri penyembuhan,perub
post operasi nyeri dengan tepat. ahan dan
appenditomi). berkurang b. Monitor tanda- karakteristik nyeri.
dengan kriteria tanda vital b. Deteksi dini
hasil: c. Pertahankan terhadap
- Melaporkan istirahat dengan perkembangan
nyeri posisi semi kesehatan pasien.
berkurang powler. c. Menghilangkan
- Klien d. Ajarkan klien tegangan abdomen
tampak ambulasi dini. yang bertambah
rileks e. Kolaborasi tim dengan posisi
- Dapat tidur dokter dalam terlentang.
dengan pemberian d. Meningkatkan
tepat analgetika. kormolisasi fungsi
- Tanda- organ.
tanda vital e. Menghilangkan
dalam batas nyeri.
normal

2 Nutrisi Setelah a. Kaji tingkat a. Untuk menentukan


kurang dari dilakukan kebutuhan nutrisi tindakan selanjutnya
kebutuhan asuhan klien b. Nutrisi pasca Op
tubuh keperawatan b. Beri sejumlah agar terpenuhi
berhubungan diharapkan lecil minuman c. Makanan yang
dengan masalah jernih bila merangsang asam
pembatasan keperawatan pemasukan oral lambung akan
makanan nutrisi kurang dimulai menyebabkan mual
dari kebutuhan c. Edukasi klien dan muntah pada
tubuh dapat agar menghindai klien
teratasi dengan makanan yang d. Agar kebutuhan
Kriteria hasil: merangsang lamb nutrisi klien dapat
- Klien tidak ung terpenuhi dengan
merasa d. Kolaborasi ahli baik
lemah gizi tentang
- Mukasa pemenuhan
bibir kebutuhan gizi
tampak klien.
basah
- Kebutuhan
nutrisi klien
dapat
terpenuhi

3 Resiko Setelah a. Kaji adanya a. Mengetahui adanya


infeksi dilakukan tanda-tanda infeksi
berhubungan asuhan infeksi pada area b. Dugaan adanya
keperawatan insisi infeksi/terjadinya
dengan
diharapkan b. Monitor tanda- sepsis, abses,
tindakan
infeksi dapat tanda vital. peritonitis
invasif (insisi diatasi dengan Perhatikan c. Mencegah meluas
post kriteria hasil: demam, dan membatasi
pembedahan). - Klien bebas menggigil, penyebaran
dari tanda- berkeringat, organisme infektif /
tanda infeksi perubahan kontaminasi silang.
- Menunjukkan mental d. Terapi ditunjukkan
kemampuan c. Pertahankan pada bakteri
untuk teknik aseptik anaerob dan hasil
mencegah ketat pada aerob gra negatif.
timbulnya perawatan luka
infeksi : Nilai insisi / terbuka.
leukosit (4,5- d. Kolaborasi tim
11ribu/ul) medis dalam
pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. 2012. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.


Herdman , Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan :
Definisi Klasifikasi 2015-2017. Jakarta EGC
Huda, Nur Arif Amin.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis Dan Nanda Nic – Noc Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction Jogja
Mansjoer, A. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all. 2013. Nursing Interventions Classification
(NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer C. Suzanne. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta :
EGC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
APENDISITIS

Disusun oleh :
Yuni Andriyani
202002040010

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.Sebagai penyakit yang
paling sering memerlukan tindakan bedah kedaruratan, apendisitis merupakan
keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis
yang disebut pula umbai cacing atau lebih dikenal dengan nama usus buntu,
merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada sekum. Apendisitis dapat
terjadi pada segala usia dan megenai laki – laki serta perempuan sama banyak. Akan
tetapi pada usia antara pubertas dan 25 tahun, prevalensi apendisitis lebih tinggi pada
laki – laki. Sejak terdapat kemajuan dalam terapi antibiotik, insidensi dan angka
kematian karena apendisitis mengalami penurunan. Apabila tidak ditangani dengan
benar, penyakit ini hampir selalu berkibat fatal (Kowalak, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan pasien dan keluarga mampu memahami tentang
apendisitis
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga diharapkan
mampu:
1) Menjelaskan pengertian apendisitis.
2) Menyebutkan penyebab apendisitis.
3) Menyebutkan tanda dan gejala apendisitis.
4) Menyebutkan komplikasi apendisitis.
5) Menyebutkan penanganan apendisitis.
6) Menjelaskan pencegahan apendisitis.
7) Menyebutkan makanan yang harus dihindari bagi pasien apendisitis.
8) Menyebutkan makanan yang baik bagi pasien apendisitis.
C. Strategi Intervensi
Strategi intervensi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Promosi
Kesehatan tentang “Radang Usus Buntu (Apendisitis)” yang dilakukan pada keluarga
dan pasien yang menderita apendisitis.
D. Implementasi
1. Tindakan : Pendidikan kesehatan mengenai apendisitis
2. Metode : Ceramah dan diskusi
3. Media/alat : Leaflet dan lembar balik
4. Tempat : Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
5. Waktu : Kamis, 04 Maret 2021
6. Sasaran : Pasien dan Keluarga
7. Pelaksana : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan (Yuni Andriyani)
8. Strategi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
No Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 5 menit
1. Mahasiwa 1. Menjawab salam
memberikan salam 2. Mendengarkan dan
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa
menjelaskan tentang
topik penyuluhan
4. Mahasiwa membuat
kontrak
5. Mahasiwa
menjelaskan tujuan
penyuluhan

2 Pelaksanaan 20 menit
a. Menjelaskan Mendengarkan dan
pengertian apendisitis. memperhatikan.
b. Menyebutkan
penyebab apendisitis.
c. Menyebutkan tanda
dan gejala apendisitis.
d. Menyebutkan
komplikasi apendisitis.
e. Menyebutkan
penanganan
apendisitis.
f. Menjelaskan
pencegahan
apendisitis.
g. Menyebutkan makanan
yang harus dihindari
bagi pasien apendisitis.
h. Menyebutkan makanan
yang baik bagi pasien
apendisitis.

3 Penutup 5 menit
1. Mahasiswa 1. Menjawab pertanyaan
menyimpulkan 2. Mendengarkan dan
materi memperhatikan
2. Mahasiswa 3. Menjawab salam
mengadakan
evaluasi tentang
pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala, komplikasi,
penanganan,
pencegahan,
makanan yang harus
dihindari, dan
makanan yang baik
bagi apendisitis.
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa
memberikan salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta
(pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Menjelaskan pengertian apendisitis.
b. Menyebutkan penyebab apendisitis.
c. Menyebutkan tanda dan gejala apendisitis.
d. Menyebutkan komplikasi apendisitis.
e. Menyebutkan penanganan apendisitis.
f. Menjelaskan pencegahan apendisitis.
g. Menyebutkan makanan yang harus dihindari bagi pasien apendisitis.
h. Menyebutkan makanan yang baik bagi pasien apendisitis.
F. Lampiran Materi
1. Pengertian
Usus buntu adalah penyakit yang disebabkan karena adanya peradangan atau
infeksi pada usus buntu yang dapat mengakibatkan adanya pemanahan. Bila bertambah
parah usus buntu bisa pecah.
2. Penyebab
Adanya sumbatan pada saluran usus buntu yang dapat disebabkan oleh infeksi,
tinja (kotoran) yang keras-keras di dalam perut dan adanya benjolan di dalam usus buntu.
3. Tanda dan gejala
a. Sakit perut
b. Badan terasa panas
c. Mual, muntah
d. Diare
4. Komplikasi
Apabila tidak segera ditangani atau tidak segera diperiksakan ke petugas kesehatan maka
akan menimbulkan pecahnya usus buntu sehingga infeksi akan meluas pada bagian perut.
5. Penanganan
a. Pengobatan
Dapat menggunakan obat-obat antibiotik.
b. Tindakan pembedahan (operasi)
6. Pencegahan
Mengonsumsi makanan yang berserat yaitu seperti buah-buahan (pepaya, pisang,
alpukat, dll).
7. Makanan yang harus dihindari
a. Buah dan sayuran berserat tinggi
b. Beberapa buah dan sayur mengandung jenis serat yang sulit dicerna oleh usus,
terlebih saat kondisinya masih meradang. Buah-buahan dan sayuran memiliki
kandungan serat yang tinggi seperti buah pir, apel, atau buah yang masih ada
kulitnya dan mentah, sebaiknya dihindari. Selain itu, sayuran seperti kembang kol,
brokoli, kacang-kacangan, dan jagung, baiknya juga tidak dikonsumsi.
c. Makanan berlemak
Makanan berlemak, seperti mentega, margarin, saus krim, dan makanan yang
digoreng dapat menyebabkan diare.
8. Makanan yang baik untuk usus buntu
a. Probiotik
Contoh Tempe
b. Prebiotik
Contoh Pisang, yoghurt, bawang putih, bawang bombay, bawang merah
c. Makanan berprotein
Contoh daging tanpa lemak, dada ayam, kacang kedelai, telur, serta tempe dan tahu.
d. Makanan rendah serah
Pisang, blewah, dan melonbayam, labu, terong, kentang tanpa kulit, kacang hijau,
asparagus, buah bit, wortel, dan labu kuning (tanpa biji).
Radang Usus Buntu
(Appendisitis)

Oleh,
Yuni Andriyani (202002040010)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
PENGERTIAN
Usus buntu adalah
penyakit yang
disebabkan karena
adanya peradangan
atau infeksi pada usus
buntu yang dapat
mengakibatkan adanya
pemanahan. Bila
bertambah parah usus
buntu bisa pecah.
PENYEBAB
Adanya sumbatan
pada saluran usus
buntu yang dapat
disebabkan oleh
infeksi, tinja (kotoran)
yang keras-keras di
dalam perut dan
adanya benjolan di
dalam usus buntu.
TANDA DAN GEJALA
KOMPLIKASI
Apabila tidak segera ditangani atau tidak
segera diperiksakan ke petugas kesehatan maka
akan menimbulkan pecahnya usus buntu
sehingga infeksi akan meluas pada bagian perut.
PENANGANAN
• Pengobatan
Dapat menggunakan obat-obat antibiotik.
• Tindakan pembedahan (operasi)
PENCEGAHAN
Mengonsumsi
makanan yang berserat
yaitu seperti buah-
buahan (pepaya,
pisang, alpukat, dll).
MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI

• Buah dan sayuran


berserat tinggi
• Makanan berlemak
• Makanan dan
Minuman Lainnya
MAKANAN YANG BAIK UNTUK USUS
BUNTU
• Probiotik
• Prebiotik
• Makanan berprotein
• Makanan rendah
serah
C. Tanda dan Gejala
Radang Usus Buntu A. Pengertian
Usus buntu adalah penyakit 1. Sakit perut
(Appendisitis) yang disebabkan karena adanya 2. Badan terasa panas
peradangan atau infeksi pada 3. Mual, muntah
usus buntu yang dapat 4. Diare
mengakibatkan adanya
pemanahan. Bila bertambah
parah usus buntu bisa pecah.
B. Penyebab
Adanya sumbatan pada
saluran usus buntu yang dapat
disebabkan oleh infeksi, tinja
(kotoran) yang keras-keras di
dalam perut dan adanya benjolan
di dalam usus buntu.
Oleh,

Yuni Andriyani (202002040010) D. Komplikasi


Apabila tidak segera ditangani
atau tidak segera diperiksakan
ke petugas kesehatan maka akan
PROGRAM STUDI PROFESI NERS menimbulkan pecahnya usus
FAKULTAS ILMU KESEHATAN buntu sehingga infeksi akan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
meluas pada bagian perut
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
E. Penanganan G. Makanan yang Harus 3. Makanan dan Minuman
1. Pengobatan Dihindari Lainnya
Dapat menggunakan obat- 1. Buah dan sayuran berserat Makanan serba pedas,
obat antibiotik. tinggi minuman berupa alkohol,
Beberapa buah dan sayur minuman berkafein, dan
mengandung jenis serat soda. Minuman-minuman ini
yang sulit dicerna oleh dapat memicu kekambuhan
usus, terlebih saat gejala, atau memperparah
kondisinya masih meradang. kondisi
2. Tindakan pembedahan Buah-buahan dan sayuran H. Makanan yang Baik Untuk
(operasi) memiliki kandungan serat Usus Buntu
yang tinggi seperti buah 1. Probiotik
pir, apel, atau buah yang Cth. Tempe
masih ada kulitnya dan 2. Prebiotik
Cth. Pisang, yoghurt,
mentah, sebaiknya
bawang putih, bawang
dihindari. Selain itu,
bombay, bawang merah
sayuran seperti kembang 3. Makanan berprotein
F. Pencegahan
kol, brokoli, kacang- Cth. daging tanpa lemak,
Mengonsumsi makanan
kacangan, dan jagung, dada ayam, kacang kedelai,
yang berserat yaitu seperti telur, serta tempe dan
baiknya juga tidak
buah-buahan (pepaya, pisang, tahu.
dikonsumsi.
alpukat, dll). 4. Makanan rendah serah
2. Makanan berlemak
pisang, blewah, dan
Makanan berlemak, seperti
melonbayam, labu, terong,
mentega, margarin, saus kentang tanpa kulit, kacang
krim, dan makanan yang hijau, asparagus, buah bit,
digoreng dapat wortel, dan labu kuning
menyebabkan diare. (tanpa biji).
PROPOSAL TERAPI BERMAIN
USIA TODLER (1-3 TAHUN) MELEMPAR BOLA
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:

1. Pratiwi Indriyani (202002040021)


2. YuniAndriyani (202002040010)
3. Zalin Kartika Rani (202002040034)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


PEKALONGAN

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat
di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif
terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2011).
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain
anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
Ruangan yang digunakan adalah di ruangan terapi bermain RSUD
Tugurejo Semarang. Terapi bermain ini bertujuan untuk mempraktekkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif
dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam
kemampuan keterampilan kognitif dan afektif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu :
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

C. Sasaran
Anak yang dirawat di ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang usia todler
(1-3 tahun).
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Anak yang dirawat di ruang melati yang berusia berusia 1-3 tahun,
sudah kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan untuk diajak
bermain. Pada usia 1-3 tahun, anak sudah bisa menyalurkan emosi atau
perasaan anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik
halus dan kasar, mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna, melatih kerjasama mata dan tangan,
melatih daya imajinansi, kemampuan membedakan permukaan dan warna
benda.

B. Analisa Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak
merasa takut jika didekati oleh perawat. Dampak hospitalisasi pada masa
prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis
perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa
cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak
cukup terlindungi dan merasa tidak aman.
Dampak hospitalisasi yang terjadi pada anak adalah klien terlihat
cemas, kadang menangis jika akan dilakukan suatu tindakan. Anak kadang
merasa ketakutan. Akan tetapi, dengan dukungan keluarga dan petugas
kesehatan, sedikit demi sedikit mampu mengatasi masalah dengan tanda,
mau berkomunikasi dengan petugas kesehatan dan dapat berkooperatif
ketika dilakukan suatu tindakan keperawatan pada anak.

C. Prinsip Bermain Menurut Teori


1.Definisi terapi bermain
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan
anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan
menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain (Soetjiningsih, 2012).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang
merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk
menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan
operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan
pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam
melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk
mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak selanjutnya (Nursalam, 2015).
2. Fungsi terapi bermain
a. Merangsang perkembangan psikomotor baik motorik halus
maupun kasar
b. Merangsang perkembangan kognitif dan kemampuan berbahasa
c. Merangsang imajinasi serta sudah kooperatif untuk diajak bermain
d. Merangsang perkembangan sosial
e. Sebagai terapi
3. kriteria alat yang digunakan
a. Alat yang digunakan aman
b. Alat yang digunakan untuk terapi bermain sesuai dengan
perkembangan, jenis kelamin, status kesehatan anak dan usia anak
(Ngastiyah, 2016: 22)
4. Klasifikasi permainan
a. Solitary play
1) Usia pra sekolah/usia sekolah
2) Permainan belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima
orang lain.
b. Parallel play
1) Dilakukan oleh 1 kelompok usia sekolah
2) Tidak ada interaksi dan saling tergantung
c. Associate play
1) Permainan kelompok
2) Usia pra sekolah - usia sekolah
d. Terapeutik play
1) Pedoman bagi tenaga kesehatan
2) Mengurangi tingkat stress
3) Bermain dengan alat-alat medic dapat menurunkan kecemasan
dan untuk pengajaran perawat sendiri
4) Pengajaran bermain dengan pengawasan (Suriadi & Yuliani,
2015:9-10).
5. Keuntungan terapi bermain
Menurut Suherman (2011), fungsi bermain diantaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan
bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya,
terutama mengenai warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan
membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih
diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan
membantu anak untuk mengembangkan hubungan social damn
belajar memecahkan masalah dari hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya
dalam mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya
dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok
yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.

D. Karakteristik Permainan Menurut Teori


1. Fokus bermain pada keterampilan gerakan kasar seperti berjalan
2. Mulai dengan keterampilan gerakan halus
3. Mulai dengan eksplorasi rumah
4. Aktif dan ingin tahu
5. Mulai dengan terapi bermain
(Suriadi & Yuliani, 2016:11)
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi Permainan
Terapi bermain yang dilakukan adalah untuk mengasah aspek
psikomotor baik motorik kasar maupun motorik halus, aspek kognitif dan
juga mengembangkan aspek sosial.

B. Tujuan Permainan
1. Melatih aspek psikomotor, aspek kognitif dan aspek sosial
2. Melatih anak untuk bersosialisasi dengan perawat.

C. Keterampilan Yang Diperlukan


Keterempilan dalam permainan dapat meningkatkan imajinasi anak
sampai setiap aspek kehidupannya.dalam permainan ini di minta untuk
mencerikakan hal-hal yang ingin di berikan kepada anak yang bersifat
mendidik dari aspek moral sampai sosial anak didik, sehingga peran orang
tua akan sangat dibutuhkan pada nilai-nilai positif yang di berikan pada
anak, cara bermain story teling ini pun dengan suara intonasi yang naik
turun dalam bercerita dan bahasa non verbal yang lebih aktif sehingga
anak dapat mespon.
1. Aspek psikomotor
a. Perkembangan keterampilan gerakan halus dan kasar
b. Anak mampu bermain dengan menggunaka bola
2. Aspek kognitif
Tanggap terhadap perintah yang diberikan oleh perawat dan ibu
kepada klien
3. Asfek sosial
Klien dapat bekerjasama dengan perawat.
D. Jenis Permainan
Melempar bola untuk menstimulasi perkembangan mototrik kasar dan
halus.

E. Alat bermain
Bola

F. Proses Bermain
1. Pembukaan : 5 menit
a. Perkenalan perawat dan peserta program bermain
b. Menjelaskan teknik/ cara bermain
2. Pelaksanaan : 10 menit
a. Mahasiswa memberikan mainan berupa bola
b. Minta anak mengambil bola
c. Lalu minta anak melempar bola tersebut
d. Beri reinforcement positif
e. Memberikan kesempatan pada pembimbing untuk memberikan
saran dan kritik
3. Penutup
Mengucapkan salam penutup dan terimakasih

G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Minggu, 07 Maret 2021
2. Jam : 08.00-08.30 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai


1. Tidak banyak mengeluarkan tenaga
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
4. Melibatkan orang tua dan keluarga
5. Ada tidaknya resiko permainan
6. Anak tidak boleh dipaksa dalam program bermain ini
7. Bila anak kelelahan bermain harus dihentikan
8. Permainan berfokus untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar,
halus, dan aspek sosial.

I. Antisipasi untuk meminimalkan Hambatan


1. Membatasi waktu bermain.
2. Permainan bervariasi / tidak monoton.
3. Jadwal bermain disesuaikan tidak pada waktu terapi.
4. Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua.
5. Melibatkan perawat / petugas ruangan dan orang tua.
6. Konsultasi dengan pembimbing.

J. Pengorganisasian
Leader, Fasilitator, dan Observer : Pangestika
Perawat bertindak sebagi leader minta orang tua sebagai pendamping.
Keterangan:
B C
A: Perawat
B: Klien
A
C: Ibu / Ayah
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan
c. Perawat siap memimpin permainan
2. Evaluasi proses
1. Anak bersikap kooperatif
2. Keluarga mendukung jalannya permainan
3. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Terjalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat
b. Anak mearasa terhibur dengan permainan yang dilakukan
c. Anak menmgembangkan kemampuan
BAB V
PENUTUP

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang


mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
Salah satunya adalah permainan melempar bola. Permainan ini dapat
mengenalkan warna pada anak-anak.
KONTRAK BELAJAR STASE KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
KONTRAK BELAJAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAKAN: VOMITUS LOW INTAKE
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Nama Mahasiswa : Zalin Kartika Rani


NIM : 202002040034
Hari/ Tanggal : Senin/ 13 Januari 2020
Ruang : Melati
Minggu : Ke 1

Tujuan Strategi Sumber Pembelajaran Hasil Yang Diharapkan Waktu Pencapaian


Pembelajaran Pembelajaran
Tujuan Umum : Untuk mencapai 1. Dongoes, E.Marlyn Dalam praktik belajar klinik, saya Untuk mencapai tujuan tersebut maka
Setelah tujuan tersebut maka ,dkk. 2010. .Rencana akan menunjukkan kemampuan saya merencanakan waktu sebagai
menyelesaikan strategi Asuhan Keperawatan, dalam mengelola klien yang berikut :
praktik belajar klinik pembelajaran yang Pedoman nutuk mengalami dhf melalui : Hari 1
di ruang melati saya lakukan adalah Perawatan Dan 1. Membuat laporan pendahuluan 1. Menyusun kontrak belajar
RSUD Tugurejo : Pendokumentasian dengan vomitus low intake 2. Membuat Laporan Pendahuluan
Semarang, saya 1. Melaksanakan Perawatan 2. Mempresentasikan laporan 3. Melakukan pengkajian pada klien
mampu melakukan studi pustaka Pasien.Jakarta : EGC. pendahuluan dengan dhf kepada 4. Menganalisa data dan membuat
asuhan keperawatan 2. Mempelajari 2. Huda Amin, Hardhi bimbingan dari rencana asuhan keperawatan
pada klien dengan catatan medis dan Kusuma. 2015. Aplikasi perseptor/clinical instruktur pada klien
gangguan sistem keperawatan Asuhan Keperawatan 3. Membuat laporan kasus dengan 5. Mempelajari cara kerja alat-alat
pencernakan: klien Berdasarkan Diagnosa vomitus low intake modern
Vomitus low intake 3. Melakukan Medis & NANDA NIC – 4. Mempresentasikan laporan Hari 2
Tujuan Khusus asuhan NOC. Jilid I. kasus vomitus low intake 1. Menonitor kondisi dan keluhan
1. Melakukan keperawatan pada Yogyakarta : kepada pembimbing klinik dan yang dirasakan klien
asuhan klien dengan Mediaction akademik 2. Melakukan tindakan asuhan
keperawatan vomitus low 3. Nanda NIC- 5. Melakukan kompetensi klinik, keperawatan pada klien
pada klien intake dengan NOC.2012.Aplikasi meliputi : 3. Mengevaluasi kondisi tindakan
vomitus low bimbingan dari Asuhan Keperawatan a. Melakukan pengkajian keperawatan
intake. perseptor/clinical Berdasarkan Diagnosa vomitus low intake Hari 3
2. Melakukan instuktur MedisEdisi Revisi Jilid b. Melakukan pemeriksaam
1. Memonitor kondisi klien dan
evaluasi asuhan 4. Mempelajari 2. Jakarta: ECG fisik pada klien vomitus low
keluhan yang dirasakan klien
keperawatan sesuai target 4. Aru, Sudoyo W. 2009. intake
2. Melakukan tindakan keperawatan
pada klien khusus dengan c. Melakukan asuhan
pada klien sesuai dengan rencana
vomitus low bimbingan Buku Ajar Ilmu keperawatan pada klien tindakan yang telah dibuat
intake. pembimbing vomitus low intake 3. Melakukan evaluasi tindakan
3. Melakukan klinik. Penyakit Dalam Jilid II d. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
analisa kasus keperawatan pada klien Hari 4
asuhan Edisi V. Jakarta : vomitus low intake
keperawatan e. Melakukan analisa kasus 1. Memonitor kondisi klien dan
pada klien Interna Publishing pada klien vomitus low keluhan yang dirasakan klien
vomitus low intake 2. Melakukan tindakan keperawatan
intake 5. http://repository.ump.ac f. Melakukan kesimpulan pada pada klien sesuai dengan rencana
4. Melakukan klien vomitus low intake . tindakan yang telah dibuat
kesimpulan .id/1078/3/FAJAR%20 3. Melakukan evaluasi tindakan
asuhan keperawatan
keperawatan SIDIK%20PURNOMO Hari 5
pada klien
vomitus low %20AJI%20BAB%20II 1. Memonitor kondisi klienn dan
intake keluhan yang dirasakan klien
.pdf 2. Melakukan tindakan keperawatan
pada klien sesuai dengan rencana
tindakan yang telah dibuat
3. Melakukan evaluasi tindakan
keperawatan

Hari 6
Melakukan evaluasi seluruh tindakan
keperawatan yang telah di lakukan

Pembimbing Klinik, Mahasiswa,

(.............................................) (Zalin Kartika Rani)


LAPORAN PENDAHULUAN VOMITUS
PADA ANAK DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Dosen Pengampu : Aida Rusmariana, S. Kep. Ns.MAN

ZALIN KARTIKA RANI


NIM : 202002040034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. Definisi
Vomitus (mual) adalah suatu refleks kompleks diperantarai oleh pusat
muntah di medulla Oblongata otak. Muntah adalah keluarnya kembali sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai
dengan kontraksi lambung dan abdomen.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut
dengan bantuan kontraksi otot-otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi,
ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan
kembali ke mlut akibat gerakan peristaltik esophagus, ruminasi adalah
pengeluaran makanan secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan
kembali.sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung ke dalam
esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter
esophagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial
atau pengosongan isi lambung yang lambat. Mual atau muntah yang terus
menerus akan menyebabkan dehidrasi, imbalans elektrolit.
B. Etiologi
Muntah adalah gejala bermacam penyakit, maka evaluasi diagnosisnya
muntah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor
lokasi stimulus, umur, dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik
kongenital, genetik dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada periode
neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab muntah
lebih sering terjadi dengan meningkatnya umur. Intoleransi makanan, perilaku
menolak makanan dengan atau tanpa muntah sering merupakan gejala dari
penyakit jantug, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor
Penyebab muntah bisa karena :
1. Penyakit infeksiatau radang di saluran pencernaan atau di pusat
keseimbangan
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan
metabolisme karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya) kelainan
metabolisme asam amonia/ asam organik ( misalnya gangguan siklus urea
dan fenilketonuria)
3. Gangguan pada sistem syaraf (neurologik) bisa karena gangguan pada
struktur (misal hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan
ensefalitis), maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh
asidosis dan hasil sampingmetabolisme lainnya)
4. Masalah sensitifitas
5. Keracunan makanan atau toksin di saluran pencernaan
6. Konsisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak yang sedng mencari
perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan
dengan jari telunjuknya. Penyakit gastroenteriris akut merupakan penyebab
muntah yang paling sering terjadi pada anak-anak. Pada konsdisi ini, .
biasanya terjadi bersa-sam dengan diare dan rasa sakit pada perut. Pada
umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen. Virus utama penyebab
muntah adalah rotavirus, sementara bekteri patogen mencakup Salmonella,
Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli.
C. Patofisiologi
Impuls-impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls-impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul
sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang
sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabkan
muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan
yang melibatkan berbagai aktivitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi menjadi 3 fase berbeda, yaitu:
1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat
rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh
retching atau muntah
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada
dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya
diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini,
pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut
terbuka.
D. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala vomiting atau muntah antara lain :
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kua pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya
infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik
berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati
g. Amilase serum biasa akan meningkat karena kadarnya tetap meninggi
selama beberapa hari setelah serangan akut
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gasroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua
pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga membutuhkan
pemeiksaan barium meal.
3. Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi
b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini
tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdoen, biasanya dibawah diafragma
menandakan adanya perforasi
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut
air. Dilakukan bila curigai adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstruksi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengoreksi
keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut
dengan muntah, obat rehidrasioral biasanya sudah cukup untuk mengatasi
dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstruksi intestinal penatalaksanaan awalnya
adalah engan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang
nasogastictube yang dhubungkan dengan intermitten suction. Pada keadaan ini
memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal
yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosi (HPS),
apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus dan peningkatan tekanan intrakranial.
Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif,
misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca
operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis dan gangguan motilitas
saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut
1. Antagonis dopamin
tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan
padamuntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh
obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0,1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per
hari. Pasca operasi 0,25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis
maksimal pada bayi 0,75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah
jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi
distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik. Domperidon adalah obat
pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karena dapat dikatakan lebih
aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro
merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
2. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam
golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling
kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk
mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler.
Dosisnya oral: 1-1,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM : 5
mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
3. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah
yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi
antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan,
radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun
dengan dosis 0,4-0,6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 4 dosis dengan dosis
maksimal berat badan < 20 kg
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan
adalah 0,6 mikrogram/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis
maksimal 0,3 mg per dosis.
5. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah ondansentron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagoniskan reseptor 5-HT yang terdapat pada
CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.
Ordansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis
mengatasi muntah akibat kemoterapi 4-18 tahun : 0,15 mg/kgBB IV 30 menit
sebelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama
diberikan kemudian setiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis
pascaoperasi: 2-12 yr<40>40 kg: 4 mg IV;>12 yr: dosis dewasa 8 mg PO/kali
G. Pengkajian Fokus
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang dibutuhkan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual,
muntah
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita pasien)
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukossa mulut kering, kelopak mata
cekung, produksi urin berkurang)
c. Tanda-tanda shock
d. Penurunan berat badan
4. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake menurun
H. Fokus Intervensi
N Diagnosa Rasional
Kriteria hasil Intervensi
o
1 Defisit volume 1. Observasi tanda- 1. mengetahui
Devisit cairan dan tanda vital
cairan dan perubahan
elektrolit teratasi
elektrolit dengan kriteria: tanda-tanda
berhubungan vital dari pasien
1. Tanda-tanda
dengan dehidrasi (-)
kehilangan 2. Mukosa mulut 2. Observasi tanda- 2. mengetahui
dan bibir lembab tanda dehidrasi
cairan aktif tanda-tanda
3. Balance cairan
dehidrasi
seimbang
3. Observasi intake 3. mengetahui
dan output cairan intake dan
output cairan
4. Berikan dan 4. memenuhi
anjurkan keluarga cairan yang
untuk
dibutuhkan
memberikan
minum yang klien
banyak (1500-
2000 cc/hari)

5. memenuhi
5. Kolaborasikan
dengan dokter kebutuhan
pemberian terapi cairan klien
cairan dan
elektrolit

6. memenuhi
6. Kolaborasikan kebutuhan
dengan tim gizi cairan klien
dalam pemberian
cairan rendah
sodium 1. menentukan
2 Defisit nutrisi
1. Kaji sejauhmana keadekuatan
berhubungan keadekuatan
1. Tidak ada nutrisi klien
dengan intake nutrisi klien
penurunan BB 2. Mengontrol
menurun
2. Mual (-) 2. Observasi intake intake output
output makanan
3. Muntah (-) klien
klien

3. Mencukupi
3. Berikan makanan kebutuhan
sedikit tapi sering
nutrisi klien

4. Anjurkan makan 4. Meningkatkan


makanan selagi nafsu makan
hangat
klien

5. Anjurkan 5. Meningkatkan
kebersihan oral nafsu makan
sebelum makan
6. Memenuhi
6. Kolaborasikan
dengan ahli gizi kebutuhan
terkait diit yang klien sesuai
dibutuhkan klien
diit
I. Pathways
Distensi berlebihan, itritasi, respon kimiawi
oleh emetik (bahan yang menyebabkan muntah/ipekak)
hipoksia dan nyeri pada lambung atau duodenum

impuls-impuls aferen dicetuskan obat pencetus muntah (opomorfin,


levodopa,digitalis, toksin bakteri)

berjalan melalui nervus vagus dan simpatis


merangsang CTZ
peningkatan TIK merangsang pusat muntah dimedula oblongata Cemoreseptor Trigger Zone
(tekanan intrakranial)
otot-otot abdomen dan difragma berkontraksi perubahan gerak yang cepat

mencetuskan gerakan peristaltik terbalik

visi usus mengalir balik kedalam lambung

distensi lambung

lambung mendorong diaframa kearah kavum thorak

tekanan intratorakal meningkat

memaksa spingter esophagus bagian atas membuka,


glotis menutup dan palatum mole menyekat nasofaring

tekanan memaksa isi lambung melewati spingter untuk


disemburkan keluar melalui mulut
Defisit nutrisi

muntah

Defisit volume cairan


dan elektrolit
J. Daftar Pustaka
Rahmatisa, D, Rasman, M, Saleh, S, C. (2019). ‘Komplikasi Mual Muntah
Pascaoperasi Bedah Saraf’, Jurnal Nasional Indonesia 8 (1) : 72‒82
PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN
KOMPRES HANGAT PADA PASIEN DEMAM
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:
Zalin Kartika Rani
( 202002040034 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal akibat peningkatan pusat pengatur
suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1; merupakan respons fisiologis.
Dikatakan demam adalah apabila suhu tubuh ≥38 C (Cariso & Kurnia, 2020).
Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah
keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh, dapat berupa virus, bakteri, parasit,
maupun jamur. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus (Setiawati,
2009). Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (overhating),
dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun
(Lubis, 2009). Demam umumnya tidak berbahaya namun demam tinggi dapat
membahayakan anak. Dampak negatif dari demam yang dapat membahayakan anak antara
lain dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan neurologis, dan kejang demam/ febrile
convulsions. Demam harus ditangani dengan benar agar terjadinya dampak negatif
menjadi minimal (Arisandi, 2012).
Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa 95% ibu merasa khawatir bila
anaknya demam. Sebanyak 10-15% anak yang dibawa ke dokter adalah karena demam
(Soedibyo, 2006).
Menurunkan atau mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian antipiretik
(farmakologik) (Sumarmo, 2010). Selain penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu
tubuh dapat dilakukan secara fisik (non farmakologik) yaitu kompres hangat.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang kompres hangat terhadap
demam diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang cara
kompres hangat dan mempraktekannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai kompres kepada pasien selama
30 menit diharapkan keluarga mampu :
a. Menyampaikan pengkajian yang sudah dilakukan
b. Penyampaian masalah keperawatan yang ditemukan
c. Melakukan validasi tindakan yang sudah dilakukan
d. Menyampaikan masalah keperawatan yang belum teratasi
e. Menyampaikan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.

C. Sasaran
Keluarga dengan pasien demam
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran
Pasien dengan demam di ruang Melati RSUD Tugurejo menjalani menjalani rawat
inap selama 3 hari dengan keluhan demam.

B. Analisis kasus
Pasien mengalami demam dari hari selasa 2 maret 2021. Ibu pasien mengatakan kulit
anak terasa hangat dan suhu 38⁰C

C. Prinsip belajar
Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien mengenai kompres hangat sehingga dapat
mengurangi demam pada anak.

D. Karakteristik media belajar


Karakteristik media pembelajaran pada pendidikan kesehatan ini adalah menggunakan
lembar baik, leaflet dan demonstrasi.
BAB III
METODOLOGI PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Deskripsi media belajar


Metode pembelajaran yang akan dilakukan adalah dengan metode praktik dan tanya
jawab, penyaji akan menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media leaflet,
lembar balik dan demonstrasi

B. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran adalah untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien
mengenai kompres hangat terhadap demam sehingga diharapkan demam pasien tidak
menurun dan suhu tubuh pasien dalam rentang normal.

C. Ketrampilan yang diperlukan


Ketrampilan yang diperlukan dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
pasien adalah dengan penguasaan dan pemahaman teori mengenai materi pembelajaran
dan ketrampilan dalam menyampaikan menjelaskan dan mempraktikan langkah –langkah
kompres hangat pada keluarga pasien.

D. Jenis media
1. Leaflet
2. Lembar balik

E. Alat yang digunakan


1. Perlak alas
2. Baskom
3. Waslap
4. Handuk
5. Handscoon
F. Proses pendidikan kesehatan

No TAHAP WAKTU KEGIATAN PENKES KEGIATAN AUDIEN


1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam - Menjawab salam
 Memperkenalkan diri - Mendengarkan
 Menjelaskan maksud dan tujuan - Tahu dan mengerti
 Kontrak waktu - Menyepakati kontrak
waktu
2. Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan materi tentang : - Audien
1. Pengertian demam Mendengarkan dan
2. Alat pengukur suhu tubuh Memperhatikan.
3. Daerah pengukuran suhu - Audien bertanya dan
4. Penanganan demam pada mampu menjawab
anak pertanyaan.
5. Terapi kompres hangat
6. Manfaat kompres hangat
7. Alat dan bahan untuk
kompres hangat
8. Teknik kompres hangat
 Memberikan audien kesempatan
untuk bertanya
3. Penutup 5 menit  Memberikan pertanyaan - Menjawab
 Membuat kesimpulan - Mendengarkan
 Menutup dengan salam - Menjawab salam

G. Waktu pelaksanaan
1. Tanggal: : Kamis, 4 Maret 2021
2. Waktu : 15. 00 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

H. Hal yang perlu diwaspadai


1. Kesalahan dalam melakukan langkah - langkahnya
2. Sasaran tidak kooperatif dan tidak komunikatif
3. Kesulitan sasaran dalam memahami materi yang disampaikan

I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan


1. Menyiapkan media yang menarik
2. Menyiapkan dan memahami serta menguasai langkah – langkah pijat kaki
3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran dalam menyampaikan materi
4. Memberikan kesempatan pada sasaran untuk bertanya

J. Pengorganisasian
Penyaji : Mahasiswa
Sasaran : keluarga pasien di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang

K. Sistem evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan kepada pasien
dan keluarga pasien serta meminta keluarga pasien untuk memperaktikan kompres hangat.
BAB IV
PENUTUP

Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi yang mampu manangani suhu tubuh
anak yang mengalami febris. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan meransang area preoptik
mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah
perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010).
Penanganan demam pada anak

Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
Demam
• Kondisi dimana suhu tubuh diatas normal
yaitu >38 ⁰C
Alat pengukur suhu
• Termometer air raksa

• Termometer digital
Penanganan demam pada anak₂
• Gunakan pakaian
yang menyerap
keringat

• Berikan obat penurun


panas

• Cek suhu tiap 4 jam

• Bila panas tidak turun


rujuk ke pelayanan
kesehatan terdekat
Kompres hangat
• Tindakan menggunakan waslap/handuk kecil
yang telah di celupkan pada air hangat yang
ditempelkan pada bagian tertentu.
• Rekomendasi terutama anak dengan risiko
kejang demam
Manfaat kompres hangat
• Memberikan rasa nyaman

• Menurunkan suhu tubuh

• Merilekskan otot tubuh

• Mengurangi rasa nyeri

• Memperlancar aliran darah


Alat dan bahan
• Baskom mandi

• Waslap 2-4 waslap jika ada

• Air hangat suhu 32-35⁰C


(terasa hangat)

• Termometer

• Handuk pengering
Teknik kompres hangat

• Siapkan alat dan bahan yang akan


digunakan
• Cuci tangan
• Ukur suhu
• Pertahankan selimut mandi di atas tubuh
yang tidak dikompres
• Siapkan air kompres hangat yang akan
digunakan dan sesuaikan suhunya
Teknik kompres hangat
• Celupkan waslap pada baskom yang berisi air
hangat peras kemudian letakkan pada bagian
lipat paha dan ketiak selama 10-15 menit
• Ganti air bila sudah tidak hangat lagi
• setelah selesai keringkan tubuh anak dan
pakaikan pakaian dan selimut yang menyerap
keringat
• Menurunkan suhu tubuh
APA ITU KOMPRES
HANGAT ?
KOMPRES HANGAT

• Merilekskan otot tubuh


Kompres hangat adalah tindakan
menggunakan waslap/handuk kecil • Mengurangi rasa nyeri
yang telah di celupkan pada air hangat
• Memperlancar aliran darah
yang ditempelkan pada bagian
tertentu.

APA SIH MANFAAT


Oleh:
KOMPRES???
Zalin Kartika Rani
202002040034 HANGAT???
 Memberikan rasa nyaman
ALAT DAN BAHAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
 Ukur suhu

 Pertahankan selimut mandi di


atas tubuh yang tidak dikompres
 Siapkan air kompres hangat
yang akan digunakan dan
sesuaikan suhunya

Teknik kompres hangat  Celupkan waslap pada baskom


yang berisi air hangat peras
kemudian letakkan pada bagian
 Siapkan alat dan bahan yang
dahi, lipat paha dan ketiak sel
akan digunakan
ama 10-15 menit
 Cuci tangan  Ganti air bila sudah tidak hangat
lagi
 setelah selesai keringkan tubuh
anak dan pakaikan pakaian dan
selimut yang menyerap keringat

Anda mungkin juga menyukai