RENCANA PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK TANGGAL 1-6 MARET 2021
NAMA :
ERA WINDIANA
202002040023
1 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan pengkajian fokus pada pasien Wawancara dan 1-6 Maret Mampu melakukan pengkajian
melakukan pengkajian terhadap dengan hemiparese observasi 2021 pada pasien hemiparese
pasien dengan hemiparese
2 Diharapkan mahasiswa mampu Menentukan masalah keperawatan dan Studi pustaka 1-6 Maret Mampu menyusun dan
menentukan prioritas diagnosa menentukan prioritas diagnosa dan diskusi 2021 memprioritaskan diagnosa
keperawatan yang muncul pada keperawatan keperawatan
pasien dengan hemiparese
3 Diharpkan mahasiswa mampu Menyusun intervensi keperawatan pada Studi pustaka 1-6 Maret Mampu menyusun rencana
merencanakan tindakan pasien hemiparese dan diskusi 2021 tindakan
keperawatan pada pasien dengan
hemiparese
4 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan implementasi keperawatan Aplikasi 1-6 Maret Mmpu mengaplikasikan rencana
menerapkan atau pada pasien dengan hemiparese tindakan dan 2021 tindakan
mengaplikasikan tindakan studi pustaka
keperawatan yang telah
direncanakan pada pasien
hemiparese
5 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan evaluasi terhadap Observasi dan 1-6 Maret Mampu melakukan evaluasi
mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan harian pasien dengan studi pustaka 2021 perkembangan harian
perkembangan harian keadaan hemiparese
pasien dengan hemiparese
6 Diharapkan mahasiswa Melakukan penyuluhan kesehatan Ceramah dan 1-6 Maret Mampu melakukan penyuluhan
manyampaikan penyuluhan tanya jawab 2021 kesehatan
kesehatan dengan tema tertentu
pada pasien dan keluarga
hemiparese
7 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan tindakan terapi bermain pada Aplikasi 1-6 Maret Mampu melakukan terapi
menerapkan terapi bermain pasien tindakan terapi 2021 bermain
terhadap kelompok anak yang bermain
ada di ruangan
8 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan belajar pakar Wawancara dan 1-6 Maret Mampu melakukan belajar
belajar pakar dengan narasumber diskusi 2021 pakar
yang kompeten dalam
penanganan dan penyusunan
asuhan keperawatan pada pasien
dengan hemiparese
Praktikan
( ) Era Windiana
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN HEMIPARASE DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG
Disusun oleh :
Mia Noviana
(18.0537.N)
Disusun oleh :
Era Windiana
202002040023
A. Definisi
B. Etiologi
Jika terdapat kelumpyuhan pada tangan dan kaki pada sisi yang sama, dan jika
tanda UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di korda spinalis
servikal atau otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom servical dapat menjadi bukti
lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa adalah infark cerebral atau
perdarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemik transien sebelumnya, dan progresi
menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada orang dengan hipertensi atau usia lanjut
merupakan indikasi telah terjadi stroke. Jika tidak terdapat gejala-gejala cerebral, dapat
diduga terjadi myelitis transversus dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini
berprogresif secara lambat (beberapa hari) dan lebih sering menyerang keempat tungkai.
Begitu pula dengan sklerosis multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda
kortikospinal bilateral daripada hemipelgia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau minggu, dapat
dicurigai lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau dewasa. Selain tumor,
kemungkinan lain termasuk malformasi arterivenosus, abses otak, atau infeksi lainnya.
Kelainan otak biasanya mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi
merupakan penyebab hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya
merujuk pada lesi serebral daripada lesi dileher dengan CT atau MRI.
D. Patofisiologi
1. Trombus
Timbunan/ kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh darah akan
mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan menyebabkan arterosklerosis
pembuluh darah sehingga akan mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke
otak bila dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya
infark dab terjadi kematian jaringan otak.
2. Emboli
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang akan mengikuti
aliran darah hingga sampai pada otak dan akan menempel pada pembuluh darah di otak.
Bila terjadi pada pembuluh darah kecil akan menimbulkan sumbatan, gejala muncul
tergantung dari daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
3. Hemoragi Intraserebral
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan aliran darah
sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
4. Hemoragi Subarakhnoid
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga terjadi edema serebri
yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di hipoksia lalu iskemik dan bila
terjadi lama maka akan infark dan akhirnya kematian jaringan.
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke darah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, tergantung
bagian otak mana yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain sebagai berikut:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar beberapa menit beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau
tanpa pengubatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa
muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala lebih dari 24 jam dan ini disebu reversible ischemic neurologic defisit (RIND).
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
d. Sudah menetap/permanen
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution.
F. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang otak tidak adekuat
b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam cairan ekternal
terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke intra sel yang
mengakibatkan terjadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung : irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di otak
G. Gangguan yang muncul
a. Defisit neurologis
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setegan lapang penglihan)
Tidak menyadari orag/ objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan
salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kehilangan penglihatan perifer.
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek
3) Diplopia : penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
2) Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
3) Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
4) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata
5) Disfagia
Kesulitan dalam menelan
c. Defisit sensori
1) Afasia ekspresif
Ketidakmampuan menggunakan simbol bicara
2) Afasia reseptif
Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
3) Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
d. Defisit kognitif
1) Kehilangan memori jangka pendek dan jangka panjang
2) Penurnan lapang perhatian
3) Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4) Alasan abstrak buruk
5) Perubahan penilaian
e. Defisit emosional
1) Kehilangan kontrol diri
2) Labilitas emosional
3) Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
4) Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
5) Perasaan isolasi
H. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obtruksi arteri.
3. Pungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan
4. MRI : menunjukkan daerah mengalami nfark, hemoragik
5. EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X kepala :menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
I. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
2. Anti koagulan : mencegah memberatknya trombosit dan embolisasi
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a) Airway.
Adanya sumbatan/ obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukansekret akibat
kelemahan reflek batuk.
b) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan/ atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi.
c) Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjai pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian sekunder.
a) Aktivitas dan istirahat
i. Data subjektif
- Kesulitan dalam beraktivitas: kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
ii. Data obyektif
- Penurunan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot (flaksid atau spatic), paralysis (hemiplegia),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
b) Sirkulasi
i. Data subjektif
- Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung,
endokarditis bilateral), polisitemia.
ii. Data oobjekif
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c) Integritas ego
i. Data subjektif
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
ii. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat kesedihan, kegembiraan
iii. Kesulitan berekspresi
d) Eliminasi
i. Data subjektif
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus
(ileus paralitik)
e) Makan/minum
i. Data objektif
- Napsu makan berkurang
- Nausea/ vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
ii. Data objektif
-problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
f) Sensori neural
i. Data subjektif
- pusing/syncope (sebelum CVA/ sementara selama TIA)
- nyeri kepala: pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid
- kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh atau
mati.
- sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral (sisi yang sama)
- gangguan rasa pengecapan dan penciuman
ii. data objektif
- Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan
tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
- Ektremitas : kelemahan/paralysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,
gangguan tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral)
- Wajah : paralysis/parase(ipsilateral)
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa) kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata kata, reseptif/kesulitan berkata
katakomperhensif, global/kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi danukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsilateral.
g) Nyeri/kenyamanan
-Ds: sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
-Do: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah,ketegangan otot/ fasial
h) Respirasi
Ds: perokok (faktor resiko)
i) Keamanan
- Data subjektif
motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kesadaran terhadap bagian tbuh yang sakit
tidak mampu mnenganali objek, warna,kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
Gangguanberespon terhadap panas, dan dingin/ gangguan regulasi suhu
tubuh
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j) Nteraksi sosial
-DS : problem berbicara
B. Diagnosa keperawatan
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit
okulasi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
2. hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas dan cedera otak
3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis
C. Intervensi
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit
okulasi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
- monitor ttv
- kaji tingkat kesadaran
- atur posisi semifowler
- kaji dan monitor adanya PTIK
- berikan terapi oksigen
- monitor hemodinamik
- kolaborasi pemberian obat
2. hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas dan cedera otak
- kaji kekuatan otot
- ajarkan pasien dalam latihan ROM
- awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien
- bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
- pantau pemasangan alat traksi
- atur posisi klien dalam semifowler
3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis
- Kaji kemampuan menggunakan alat bantu
- Kaji membran mukosa dan kebersihan tubuh
- Pantau adanya perubahan fungsi
- Pantau tingkat kekuatan terhadap aktivtas
- Bantu klien dalam kebersihan : seka, mengganti pempers
- Pasang NGT
- Berikan diit sonde
- Bantu klien dalam mengganti pakaian
DAFTAR PUSTAKA
Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing. 7th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Irawati, dkk. (2016). Efektifitas Latihan Range Of Motion Cylindrical Grip Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten
Tangerang. JKFT, Edisi Nomor 2, Januari 2016.
Potter, P.A, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4.Volume. EGC. Jakarta
PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN
DIIT TKTP PADA POST OPERASI DEBRIDEMENT
Disusun Oleh :
ERA WINDIANA
NIM. 202002040023
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan klien
mengetahui tentang diit TKTP
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan klien mampu:
a. Mengetahui tentang pengertian dari diit TKTP
b. Mengetahui tujuan diit TKTP
c. Mengetahui manfaat diit TKTP
d. Mengetahui makanan yang dianjutkan
C. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan ini adalah klien yang belum mengetahui tentang diit TKTP
dalam proses penyembuhan luka pada pasien pasca bedah.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Klien dan keluarga yang belum mengetahui atau yang mempunyai pengetahuan kurang
terkait diit TKTP
B. Analisis Kasus
Luka didefinisikankeadaan hilang atau terputusnya kontunuitas jaringan. Luka atau
hilangnya dan rusaknya sebagian jaringan tubuh adalah hal yang umum dan banyak dialami
dalam kehidupan sehari hari.Luka bisa disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan atau gigitan hewan. Terganggunya proses penyembuhan
lukapasca bedah disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat akan menyebabkan luka
mengalami stress selama masa penyembuhan, gangguan sirkulasi dan perubahan
metabolisme yang dapat meningkatkan resiko terlambatnya penyembuhan luka (potter dan
perry, 2006).Gangguan nutrisi (nutritional disorder) terutama kurangnya asupan protein
pada pasien pasca bedah merupakan masalah yang sangat sering muncul, baik pasien yang
dijumpai dirumah sakit maupun yang menjalani rawat jalan.Diet tinggi protein pada pasien
post operasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.
D. Jenis Media
Ceramah dan tanya jawab
diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan
Ceramah Memperhatikan
1. Pengertian diit TKTP
2. Tujuan diit TKTP
3. Manfaat diit TKTP
4. Makanan yang dianjurkan
5. Contoh menu diit TKTP
Demonstrasi
Fasilitator menyampaikan demonstrasi
mengenai kompres hangat Memperhatikan
3. 5 menit Evaluasi
Memberikan kesempatan untuk Bertanya dan mendengar
bertanya jawaban
Meminta audience menjelaskan Menjelaskan materi
tentang materi kompres hangat
4. 3 menit Terminasi
Mengucapkan terima kasih 1.
atas Memperhatikan
perhatian yang diberikan 2. Menjawab salam
Mengucapkan salam
G. Waktu Pelaksanaan
Tanggal : Kamis, 4 Maret 2021
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
J. Pengorganisasian
Pendidikan kesehatan ini akan dilaksanakan oleh Era Windiana
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Klien mengikuti penyuluhan sampai selesai
b. Persiapan media yang akan digunakan
c. Persiapan tempat yang akan digunakan
d. Kontrak waktu
e. Persiapan SAP
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan.
c. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Penyuluh
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran dengan baik
c. Dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh audience
4. Evaluasi Waktu
a. Penyuluhan berjalan sesuai waktu yang telah ditentukan
5. Evaluasi Hasil
Dari beberapa pertanyaan diberikan kepada klien dengan rentang nilai:
Baik jika standar nilai >70%-100%, bisa menjawab semua pertanyaan
Cukup jika standar nilai >50%-70%, bisa menjawab empat pertanyaan
Kurang jika standar nilai <50%, bisa menjawab tiga atau <3 pertanyaan
BAB IV
PENUTUP
Pendidikan kesehatan diperlukan pada klien setelah pasca pembedahan yang belum
mengetahui makanan yang berperan dalam proses penyembuhan pasca pembedahan atau
proses penyembuhan luka. Diharapkan dapat menambah pengetahuan atau informasi serta
dapat menerapkan apa yang sudah diberikan pada saat penyuluhan. Setelah diberikan
pendidikan kesehatan secara efektif, klien bisa mengetahui mempraktekkan atau menerapkan
diit TKTP secara mandri.
DIIT TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN (DIIT TKTP)
oleh :
ERA WINDIANA
NIM :202002040023
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
APA ITU DIIT TKTP?
Diet tinggi kalori tinggi protein adalah diet yang mengandung kalori dan
protein diatas kebutuhan normal.
Diberikan dalam bentuk makanan bisa ditambah bahan makanan
sumber protein tinggi seperti susu, telur, daging.
Tujuan pemberian diit TKTP
1. Memberikan kemampuan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori
dan protein
2. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
3. Mempercepat proses penyembuhan luka
Manfaat Protein
1. Sebagai zat pembangun dan untuk pertumbuhan
2. Pemeliharaan dan pengganti jaringan yang rusak
3. Sebagai zat pengatur, mengatur proses-proses pembakaran energi
atau metabolisme
4. Sebagai cara kerja pertahanan atau mempertahankan tubuh dari
serangan infeksi
Makanan yang dianjurka
Sumber protein hewani
Misalnya : telur, susu, keju, ayam kampung, dan ikan
Sumber protein nabati
Misalnya : tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, dan kacang
merah.
Contoh menu makanan diit TKTP
Pagi : nasi, daging ayam, telur ceplok, sayuran dan buah pisang. Menu
tambahan bubur kacang hijau
Siang : nasi, telur rebus, tempe goreng, sayur asem,dan buah pepaya.
Menu tambahan susu.
Pengaturan makanan
Disusun oleh :
Faridoh Hasanah
202002040004
Tujuan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Sumber Hasil yang diharapkan Waktu pencapaian
Pembelajaran
Tujuan umum setelah Untuk mencapai tujuan 1. Smelster, Suzanne Dalam PBL, saya akan Untuk mencapai tujuan
menyelesaikan praktik tersebut maka strategi C. 2001. menunjukkan kemampuan tersebut maka saya
belajar klinik (PBL) di pembelajaran yang saya Keperawatan dalam mengelola klien yang merencanakan waktu sebagai
RS saya mampu lakukan adalah : Medikal Bedah, mengalami Tumor Intra berikut :
melakukan asuhan 1. Melaksanakan studi Edisi 8, Vol. 2. Abdomen melalui : Hari 1
keperawatan pada klien pustaka Jakarta : EGC. 1. Membuat laporan 1. Menyampaikan LP
dengan Tumor Intra 2. Mempelajari catatan pendahuluan dengan Tumor Intra Abdomen
Abdomen medis dan 2. Ganong, F. William. Tumor Intra Abdomen 2. Mencari pasien yang
Tujuan Khusus keperawatan klien 1998.Buku Ajar 2. Mempresentasikan diharapkan
Saya akan: 3. Melakukan asuhan Fisiologi laporan pendahuluan 3. Melakukan pengkajian
1. Melakukan asuhan keperawatan pada Kedokteran Edisi dengan Tumor Intra
keperawatan pada klien Tumor Intra 17. Jakarta : EGC. Abdomen kepada Hari 2
klien Tumor Intra Abdomen dengan bimbingan dari
1. Melakukan pemeriksaan
Abdomen bimbingan dari 3. Carpenito, Lynda perseptor/clinical
fisik pda klien
2. Melakukan evaluasi perseptor/clinical Juall. 1995. instruktur
2. Menyusun asuhan
asuhan keperawatan instuktur Diagnosa 3. Membuat laporan
keperawatan
pada klien Tumor 4. Mempelajari sesuai keperawatan kasus dengan Tumor
3. Mengkaji nyeri secara
Intra Abdomen target khusus dengan Aplikasi pada Intra Abdomen
komprehensif
3. Melakukan analisa bimbingan Praktek Klinik Edisi 4. Mempresentasikan
4. Mengobservasi terhadap
kasus asuhan pembimbing klinik. 6. Jakarta : EGC. laporan kasus Tumor
keperawatan pada 4. Marrilyn, E. Intra Abdomen perkembangan sehari-hari
klien Tumor Intra Doengus. 1999. kepada pembimbing klien.
Abdomen Rencana Asuhan klinik dan akademik Hari 3
4. Melakukan Keperawatan 5. Melakukan 1. Mengobservasi terhadap
kesimpulan asuhan Pedoman Untuk kompetensi klinik, perkembangan klien.
keperawatan pada Perencanaan meliputi : 2. Bimbingan laporan asuhan
klien Tumor Intra dan a. Melakukan keperawatan dengan
Abdomen Pendokumentasian pengkajian Tumor pembimbing klinik
Perawatan Pasien, Intra Abdomen 3. Mengkaji nyeri secara
Edisi 3. Jakarta : b. Melakukan komprehensif
EGC. pemeriksaam fisik 4. Mengajarkan tekhnik
pada klien Tumor relaksasi napas dalam
Intra Abdomen
c. Melakukan asuhan Hari 4
keperawatan pada 1. Menyusun asuhan
klien Tumor Intra keperawatan
Abdomen 2. Melakukan ujian
d. Melakukan distraksi pada klien
evaluasi asuhan didampingi dengan
keperawatan pada pembimbing klinik
klien Tumor Intra 3. Memberikan pendidikan
Abdomen kesehatan pada keluarga
e. Melakukan analisa klien didampingi dengan
kasus pada klien pembimbing klinik
Tumor Intra 4. Mengobservasi terhadap
Abdomen perkambangan klien
f. Melakukan sehari-hari.
kesimpulan pada Hari 5
klien Tumor Intra 1. Menyusun resume
Abdomen keperawatan
2. Mengobservasi terhadap
perkembangan klien
sehari-hari.
Hari 6
1. Melakukan diskusi
dengan pembimbing
klinik
2. Melakukan terapi
bermain
3. Melakukan evaluasi
tindakan keperawatan
yang telah di lakukan
Disusun Oleh :
Faridoh Hasanah (202002040004)
I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan keluarga klien
mampu menjelaskan tentang nutrisi pada anak.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi pada anak
selama 20 menit , diharapkan keluarga klien dapat :
a. Me njelaskan pengertian nutrisi
b. Menjelaskan tentang manfaat kebutuhan nutrisi pada anak
c. Menjelaskan tentang pengertian sembelit
d. Menjelaskan tentang makanan yang boleh dikonsumsi
Keterangan:
1 = pasien
3
1 2 = penyuluh
3 3 = keluarga
VI. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian nutrisi
2. Sebutkan manfaat kebutuhan nutrisi pada anak
3. jelaskan pengertian sembelit
4. Sebutkan makanan yang boleh dikonsumsi
MATERI
KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK
A. Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang mengandung gizi, sedangkan nutrisi yang
cukup adalah makanan yang mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan gizi
tubuh seseorang.
B. Manfaat
1. Memberikan tenaga yang di perlukan tubuh untuk aktifitas
2. Memberikan kandungan gizi / nutrisi yang dibutuhkan pleh sel
3. Membentuk persediaan zat-zat makanan dalam tubuh
C. Pengertian sembelit
1. Memberikan zat gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan
2 Mendidik kebiasaan yang baik dalam hal makan
3. Menyukai dan menentukan makanan yang dibutuhkan
1. Mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung serat, baik dalam bentuk
potongan atau dibuat jus, seperti apel, pir, brokoli atau bayam.
2. Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang polong, buncis atau lobak.
3. Mengonsumsi tomat dan jagung.
4. Mengonsumsi roti dari gandum atau terigu.
5. Mengonsumsi sereal atau cracker, terutama yang mengandung sayuran.
E. Makanan yang sebaiknya dihindari
1. Menghindari susu sapi, karenanya banyak anak yang mengalami susah BAB
saat berpindah dari ASI ke susu sapi.
2. Menghindari makanan atau minuman yang berbahan dasar susu, seperti
yoghurt, keju atau es krim.
3. Menghindari konsumsi buah pisang.
4. Menghindari konsumsi wortel.
5. Menghndari makanan yang mengandung lemak dan kadar gula tinggi
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR INTRA ABDOMEN DIRUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG
Disusun oleh:
Mengkonsumsi sereal
TERIMA KASIH
KONTRAK BELAJAR
CEDERA KEPALA RINGAN
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG
Disusun Oleh :
202002040011
Hari V
Mengumpul
kan laporan
Hari VI Mampu
Terapi melakukan
bermain terapi
bermain
Disusun oleh:
(202002040011)
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Cedera Kepala
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative,
tetapi disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik. Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neorologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa
karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar jaringan otak. (B.Batticaca,
2008).
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala,tengkorak
dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yangserius diantara
penyakit neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan
jalan raya (Smeltzer & Bare 2001).
Cidera kepala ringan adalah fungsi neurology atau menurunya kesadaran
tanpa menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma
kepala dengan GCS:15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh
pusing dan nyeri kepala, hematoma dan, laserasi dan abrasi (Masjoer, 2000),
cedera kepala ringan adalah kepala tertutup yang ditandai hilangnya kesadaran
sementara (Corwin, 2000).
2. Penyebab Cedera Kepala
Cedera kepala disebabkan oleh:
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Jatuh
c. Trauma benda tumpul
d. Kecelakaan kerja
e. Kecelakaan rumah tangga
f. Kecelakaan olahraga
g. Trauma tembak dan pecahan bom (Ginsberg, 2007)
8. Penatalaksaan Keperawatan
Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya memikili
tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder
serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu
penyembuhan sel-sel otak yang sakit. Untuk penatalaksanaan penderita cedera
kepala, Adveanced Cedera Life Support (2004) telah menepatkan standar yang
disesuaikan dengan tingkat keparahan cedera yaitu ringan, sedang dan berat.
Penatalaksanaan penderita cerdera kepala meliputi survei primer dan survei
sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara
lain : A (airway), B (breathing), C (circulation), D (disability), dan E
(exposure/environmental control) yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi.
Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei
primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak skunder dan menjaga
homeostasis otak. Kelancaran jalan napas (airway) merupakan hal pertama yang
harus diperhatikan. Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan
besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita
yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya
pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan
napas harus melindungi vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak
boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal
ini, kita dapat melakukan chin lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan
napas yang keluar melalui hidung. Bila ada sumbatan maka dapat dihilangkan
dengan cara membersihkan dengan jari atau suction jika tersedia. Untuk menjaga
patensi jalan napas selanjutnya dilakukan pemasangan pipa orofaring. Bila
hembusan napas tidak adekuat, perlu bantuan napas. Bantuan napas dari mulut ke
mulut akan sangat bermanfaat (breathing). Apabila tersedia, O2 dapat diberikan
dalam jumlah yang memadai. Pada penderita dengan cedera kepala berat atau jika
penguasaan jalan napas belum dapat memberikan oksigenasi yang adekuat, bila
memungkinkan sebaiknya dilakukan intubasi endotrakheal.
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat
kesadaran dan denyut nadi (circulation). Tindakan lain yang dapat dilakukan
adalah mencari ada tidaknya perdarahan eksternal, menilai warna serta temperatur
kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi perifer yang teratur, penuh, dan
lambat biasanya menunjukkan status sirkulasi yang relatif normovolemik. Pada
penderita dengan cedera kepala, tekanan darah sistolik sebaiknya dipertahankan di
atas 100 mmHg untuk mempertahankan perfusi ke otak yang adekuat. Denyut
nadi dapat digunakan secara kasar untuk memperkirakan tekanan sistolik. Bila
denyut arteri radialis dapat teraba maka tekanan sistolik lebih dari 90 mmHg. Bila
denyut arteri femoralis yang dapat teraba maka tekanan sistolik lebih dari 70
mmHg. Sedangkan bila denyut nadi hanya teraba pada arteri karotis maka tekanan
sistolik hanya berkisar 50 mmHg. Bila ada perdarahan eksterna, segera hentikan
dengan penekanan pada luka.
Setelah survei primer, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu resusitasi.
Cairan resusitasi yang dipakai adalah Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, sebaiknya
dengan dua jalur intra vena. Pemberian cairan jangan ragu-ragu, karena cedera
sekunder akibat hipotensi lebih berbahaya terhadap cedera otak dibandingkan
keadaan udem otak akibat pemberian cairan yang berlebihan. Posisi tidur yang
baik adalah kepala dalam posisi datar, cegah head down (kepala lebih rendah dari
leher) karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan
tekanan intracranial.
Pada penderita cedera kepala berat cedera otak sekunder sangat
menentukan keluaran penderita. Survei sekunder dapat dilakukan apabila keadaan
penderita sudah stabil yang berupa pemeriksaan keseluruhan fisik penderita.
Pemeriksaan neurologis pada penderita cedera kepala meliputi respos buka mata,
respon motorik, respon verbal, refleks cahaya pupil, gerakan bola mata (doll’s eye
phonomenome, refleks okulosefalik), test kalori dengan suhu dingin (refleks okulo
vestibuler) dan refleks kornea.
Tidak semua penderita cedera kepala harus dirawat di rumah sakit.
Indikasi perawatan di rumah sakit antara lain;
a. Fasilitas CT scan tidak ada,
b. Hasil CT scan abnormal,
c. Semua cedera tembus,
d. Riwayat hilangnya kesadaran,
e. Kesadaran menurun,
f. Sakit kepala sedang-berat,
g. Intoksikasi alkohol/obat-obatan,
h. Kebocoran liquor (rhinorea-otorea),
i. Cedera penyerta yang bermakna,
j. GCS < 15.
Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan untuk
memberikan suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal yang dilakukan
dalam terapi ini dapat berupa pemberian cairan intravena, hiperventilasi,
pemberian manitol, steroid, furosemid, barbitirat dan antikonvulsan.
Indikasi pembedahan pada penderita cedera kepala bila hematom
intrakranial >30 ml, midline shift >5 mm, fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur
tengkorak depres dengan kedalaman >1 cm.
Penatalaksanaan Khusus: Cedera kepala ringan: pasien dengan cedera kepala ini
umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT
Scan bila memenuhi kriteria berikut:
1) Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya
berjalan) dalam batas normal
2) Foto servikal jelas normal
3) Ada orang yang bertanggung-jawab untuk mengamati pasien selama 24
jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian gawat
darurat jika timbul gejala perburukan
4) EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya patologis
5) Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur)
6) BAER (Brain Auditori Evoker Respon) menentukan fungsi korteks dan
batang otak
Kriteria perawatan di rumah sakit:
1) Adanya darah intracranial atau fraktur yang tampak pada CT Scan
2) Konfusi, agitasi atau kesadaran menurun
3) Adanya tanda atau gejala neurologia fokal
4) Adanya penyakit medis komorbid yang nyata
5) Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di
rumah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi:
a. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,
sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
b. Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi.
Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan
parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi
lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia)
c. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya
gangguan otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia
seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada
ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi
gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :
1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
2) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia.
3) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
4) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
5) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
6) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah
satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
d. Bladder
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
e. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah
(mungkin proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan
menelan (disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.
f. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada
kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula
terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang
terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan
refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya edema
serebri
b. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekresi dan
sumbatan jalan napas
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas yang lama
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif dan
penurunan kekuatan/tahanan.
e. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka pembedahan dan tindakan
invasif
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kerusakan perfusi NIC : Circulatory care
jaringan serebral - Monitor vital sign Mengetahui adanya
NOC Outcome :
- Monitor status resiko peningkatan
- Perfusi jaringan
neurologi TIK
cerebral
- Monitor status Peningkatan aliran
- Balance cairan
hemodinamik vena dari kepala
- Posisikan kepela menyebabkan
Client Outcome :
klien head Up 30º penurunan TIK
- Vital sign
- Kolaborasi Mengurangi edema
membaik
pemberian manitol cerebri
- Fungsi motorik
sesuai order
sensorik membaik
Disusun oleh :
Retno Dwi Wahyuningrum
202002040011
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan
dampak pada fungsi otak. cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang
minimal karena ditandai dengan hilangnya kesadaran dalam waktu singkat
maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.
B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan klien dan keluarga klien mampu memahami tentang
cedera kepala ringan dan cara pencegahan
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien diharapkan
mampu:
1) Menjelaskan pengertian cedara kepala ringan
2) Menyebutkan penyebab cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan gejala cedara kepala ringan
4) Menyebutkan komplikasi cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan cedera kepala ringan
6) Menyebutkan cara mengobati cedera kepala ringan
C. STRATEGI INTERVENSI
Strategi intervensi yang dilakukanadalah dengan menggunakan Promosi
Kesehatan tentang “Cedera Kepala Ringan dan Cara Pencegahan” yang dilakukan pada
keluarga dan pasien yang menderita cedera kepala ringan.
D. IMPLEMENTASI
1. Tindakan : Pendidikan kesehatan mengenai cedera kepala ringan dan
cara pencegahan
2. Metode : Ceramah dan diskusi
3. Media/alat : Leaflet, Dan power point
4. Tempat : Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
5. Waktu : Kamis, 04 Maret 2021
6. Sasaran : Klien dan Keluarga
7. Pelaksana :Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan (Retno Dwi Wahyuningrum)
8. Stretegi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
No Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 5
1. Mahasiwa memberikan 1. Menjawab salam menit
salam 2. Mendengarkan dan
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa menjelaskan
tentang topik penyuluhan
4. Mahasiwa membuat
kontrak
5. Mahasiwamenjelaskan
tujuan penyuluhan
2 Pelaksanaan 20
1) Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan menit
cedara kepala ringan memperhatikan.
2) Menyebutkan penyebab
cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan
gejala cedara kepala ringan
4) Menyebutkan komplikasi
cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan
cedera kepala ringan
6) Menyebutkan cara
mengobati cedera kepala
ringan
3 Penutup 5
1. Mahasiswa 1. Menjawab menit
menyimpulkan materi pertanyaan
2. Mahasiswa mengadakan 2. Mendengarkan dan
evaluasi tentang memperhatikan
Pengertian, penyebab, 3. Menjawab salam
tanda dan gejala,
komplikasi, pencegahan,
dan pengobatan cedera
kepala ringan
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa memberikan
salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian cedera kepala ringan ?
b. Jelaskan penyebab cedera kepala ringan ?
c. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
d. Jelaskan komplikasi cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan pencegaha cedera kepala ringan ?
f. Jelaskan pengobatan cedera kepala ringan ?
Lampiran Materi
F. MATERI
1. Pengertian
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan dampak pada fungsi otak.
cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang minimal karena ditandai dengan hilangnya
kesadaran dalam waktu singkat maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.
2. Penyebab
a. Benda jatuh
b. Kecelakaan di jalan raya
c. Kecelakaan olahraga
d. Benda yang menghantam kepala
a. Gejala Fisik
1) Pingsan selama beberapa menit
2) Merasa linglung atau bingung
3) Sakit kepala
4) Mual atau muntah
5) Lelah atau mengantuk
6) Kejang-kejang
b. Gejala Indra
1) Gangguan indra, misalnya penglihatan buram, telinga berdenging, mulut terasa buruk
atau perubahan pada kemampuan untuk mencium
2) Sensitivitas terhadap cahaya atau suara
4. Komplikasi
a. Vertigo post traumatic
Kepala berputar-putar dan sangat pusing
b. Sindrom pasca cedera kepala
Kesulitan berpikir
c. Efek kumulatif atau penumpukan dari kecelakaan sebelumnya
Apabila seseorang mengalami cedera kepala akan menderita kerusakan otak jangka
panjang
6. Pengobatan
a. Istirhat total
Tubuh akan cepat melakukan perbaikan pada sel-sel otak yang terdampak apabila anda
tidur yang cukup setiap malam
b. Konsumsi obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat mengurangi rasa sakit, seperti
acetaminophen (Thylenol)
c. Berhenti berolahraga untuk sementara
Dalam periode ini cara terbaik menghindari aktivitas atau berpikir dan banyak
beristirahat. Tunggu hingga tubuh anda benar-benar pulih
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan
dampak pada fungsi otak.
c. Sakit kepala
f. Kejang-kejang
LANJUTAN..
2. Gejala indra
2. Konsumsi obat-obatan
Disusun oleh:
B. Tujuan
Setelah dilakukan terapi bermain, diharapkan:
1. Anak merasa senang karena kebutuhannya terpenuhi
2. Rasa percaya anak pada perawat meningkat
3. Anak merasa tidak bosan atau jenuh selama proses hospitalisasi
4. Meningkatkan perkembangan sensorik motorik yang diperoleh melalui
stimulasi.
C. Sasaran
Sasaran dalam terapi bermain ini adalah Anak usia 3-6 tahun
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Karakteristik sasaran dalam terapi ini adalah anak yang dirawat di
rumah sakit, berusia 3-6 tahun, sudah kooperatif, dan kondisi anak sudah
memungkinkan untuk diajak bermain.
B. Analisa Kasus
Anak yang dirawat dirumah sakit mengalami hospitalisasi, itu
menjadikan sebuah stressor baik bagi anak maupun keluarga. Meskipun hal
ini merupakan keadaan fisiologis, namun anak dan keluarga harus mampu
mengatasi dan beradaptasi dengan kondisi tersebut agar tidak terjadi krisis
pada diri anak maupun keluarga. Anak usia pra sekolah biasanya menerima
keadaan masuk rumah sakit dengan sedikit ketakutan. Untuk itu perawat perlu
memberikan terapi bermain untuk mengatasi masalah hospitalisasi yang
terjadi.
A. Deskripsi Permainan
Permainan ini menggunakan jenis permainan stimulasi yaitu stimulasi
visual dan gerak motorik halus serta motorik kasar.
B. Tujuan Permainan
1. Menstimulasi atau merangsang kecerdasan otak
2. Merangsang daya imajinasi anak.
3. Mengembangkan kepercayaan diri anak.
4. Mengurangi kejenuhan dan kecemasan anak dalam proses hospitalisasi.
5. Anak merasa senang.
D. Jenis Permainan
Mewarnai gambar
E. Alat Bermain
1. Buku bergambar
2. Pensil warna
F. Proses Bermain
1. Fase orientasi :
a. Mengucapakan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Meminta persetujuan pada orang orang tua dan anak
e. Kontrak waktu
2. Fase kerja :
a. Menjelaskan aturan permainan
b. Meminta ibu untuk selalu mendampingi anaknya
c. Menunjukkan alat/mainan yang akan digunakan
d. Memulai permainan dengan cara mewarnai gambar yang sudah
disediakan
e. Memberi reinforcement atas keberhasilan anak
3. Fase terminasi :
a. Merapikan alat
b. Berpamitan
c. Mengucapkan salam
G. Waktu Pelaksanaan
Hari : Minggu, 07 Maret 2021
Waktu : Jam 09.00 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
K. Sisttem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan.
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan.
c. Perawat siap memimpin permainan.
2. Evaluasi proses
a. Anak bersikap kooperatif.
b. Keluarga mendukung jalannya permainan.
c. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Terjalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat.
b. Anak merasa terhibur dengan permainan yang dilakukan.
c. Anak mengembangkan kemampuan.
BAB IV
PELAKSANAAN TERPI BERMAIN
A. Kontrak Awal
Kontrak awal dengan keluarga pasien yaitu pada klien dan ibu klien
dilakukan pada hari Sabtu, 06 Maret 2021 pukul 10.00 WIB. Kontrak yang
dilakukan secara lisan meliputi waktu pelaksanaan kegiatan, materi kegiatan
dan persiapan lainnya yaitu keikutsertaan keluarga dalam terapi bermain.
Kontrak juga dilakukan dengan pembimbing Ruang untuk mendapatkan
persetujuan dan bimbingan selama pelaksanaan terapi bermain.
B. Tahap Orientasi
Waktu pelaksanaan kegiatan terapi bermain sesuai dengan
waktu/kontrak yang telah disepakati. Persiapan yang dilakukan yaitu
menyiapkan tempat kegiatan yaitu di ruang bermain RSUD Tugurejo,
Semarang. Ibu, klien dan mahasiswa duduk di ruang bermain. Mahasiswa
mengawali dengan memperkenalkan diri kembali pada keluarga, mengulang
kontrak yang telah disepakati hari sebelumnya yaitu 30 menit sebelumnya.
Tahap orientasi dilakukan selama 5 menit yang meliputi mengucapkan salam,
perkenalan, menjelaskan tujuan, meminta persetujuan, dan mengingatkan
kontrak yang sudah disepakati.
C. Tahap Kerja
Mahasiswa tahap kerja dengan menjelaskan aturan permainan yang
akan dilakukan dan meminta ibu mendampingi anaknya. Berikutnya petugas
kesehatan memberikan alat/mainan yang akan digunakan yaitu buku
bergambar. Selanjutnya petugas kesehatan memulai terapi bermain bersama
klien yang didampingi ibu. Selama tahap kerja klien juga dilibatkan dalam
komunikasi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti klien
sehingga menunjukkan penerimaan terhadap penjelasan dari mahasiswa.
Klien diminta menyusun lingkaran dan memasukan ke dalam tiangnya dari
yang terbesar sampai terkecil. Klien kooperatif diajak bermain bersama.
Selama permainan petugas kesehatan memberikan reinforcement/pujian
setiap klien mau dan berhasil melakukan permainan. Fase kerja berlangsung ±
30 menit, sesuia dengan rencana yang ditetapkan.
D. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi petugas kesehatan mengakhiri kegiatan terapi
bermain dengan menyampaikan terima kasih atas partisipasinya dalam
pelaksanaan terapi bermain dan menutup dengan salam. Kegiatan pendidikan
kesehatan dan terapi bermain selesai pukul 10.00 WIB.
E. Evaluasi
Klien mampu mewarnai buku gambar yang telah disediakan perawat
dengan benar sesuai contoh gambar dan warna.
BAB V
PENUTUP
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
Disusun Oleh:
PRATIWI INDRIANI
202002040021
NIM : 202002040021
Disusun Oleh:
PRATIWI INDRIANI
202002040021
B. Etiologi
C. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanaan
Pengobatan
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang cara pengobatan
penyakit tuberkulosis adalah sebagai berikut:
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati
juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi
terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-
3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisan, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide, Amoksisilin +
asam klavulanat, derivat Rifampisin/INH, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. 1
G. Komplikasi
H. Pengkajian Fokus
2. Integritas ego
3. Makanan/cairan
5. Pernafasan
6. Keamanan
Gejala: adanya kondisi penekanan imun
7. Interaksi Sosial
8. Pemeriksaan penunjang
- Kultur sputum
- Foto thorax
I. Fokus Intervensi
c. Intervensi
c. Intervensi
c. Intervensi
J. Pathways
K. Daftar Pustaka
Disusun Oleh:
PRATIWI INDRIANI
202002040021
C. Strategi Intervensi
Strategi intervensi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Promosi
Kesehatan tentang “Kejang Demam” yang dilakukan pada keluarga pasien.
D. Implementasi
1. Tindakan : Pendidikan kesehatan mengenai kejang
demam pada anak
2. Metode : Ceramah dan diskusi
3. Media/alat : Leaflet, Dan power point
4. Tempat : Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
5. Waktu : Kamis, 04 Maret 2021
6. Sasaran : Klien dan Keluarga
7. Pelaksana : Pratiwi Indriani
8. Stretegi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
No Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 5 menit
1. Mahasiwa 1. Menjawab salam
memberikan salam 2. Mendengarkan dan
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa
menjelaskan tentang
topik penyuluhan
4. Mahasiwa membuat
kontrak
5. Mahasiwa
menjelaskan tujuan
penyuluhan
2 Pelaksanaan 20 menit
1) Menjelaskan Mendengarkan dan
pengertian kejang memperhatikan.
demam
2) Menyebutkan
penyebab kejang
demam
3) Menyebutkan tipe
kejang demam
4) Menyebutkan
perawatan pada
anak kejang demam
5) Menjelaskan
pencegahan kejang
saat anak demam
3 Penutup 5 menit
1. Mahasiswa 1. Menjawab pertanyaan
menyimpulkan 2. Mendengarkan dan
materi memperhatikan
2. Mahasiswa 3. Menjawab salam
mengadakan
evaluasi tentang
pengertian kejang
demam, tipe kejang
demam, prnyrbab,
perawatan pada
anak kejang demam,
pencegahan kejang
saat anak demam.
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa
memberikan salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan
peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara
lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian kejang demam ?
b. Jelaskan tipe kejang demam ?
c. Jelaskan penyebab kejang demam ?
d. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan perawatan pada anak kejang demam ?
f. Jelaskan pencegahan kejang pada anak demam ?
Lampiran Materi
F. MATERI
1. Pengertian
Kejang Demam adalah bagkitan kejang pada anak, yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu >38oC) yang bukan disebabkan adanya kelainan di otak.
2. Tipe Kejang Demam
Kejang Demam Sederhana
Ditandai dengan:
- Kejang tidak lebih dari 15 menit
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam
- Kejang tidak lebih dari 4x da lam setahun
Kejang Demam Kompleks
Ditandai dengan :
- Kejang lebih dari 15 menit
- Kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam
ANAK DEMAM
PRATIWI INDRIANI
202002040021
bantu menurunkan suhu tubuh anak
KEJANG DEMAM???
PENYEBAB
KEJANG DEMAM
Disusun Oleh :
Yuni Andriyani (202002040010)
Disusun Oleh :
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai
semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran
mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba
histolytica, Trichuris trichiura, danEnterobius vermikularis (Mansjoer, A.
2011).
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-
30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks .(Smeltzer,2012).
3. Manifetasi Klinik
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan.
c. Nyeri tekan lepas dijumpai.
d. Terdapat konstipasi atau diare.
e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter.
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung
pelvis.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur
appendiks. (Elizabeth, 2012).
4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif
akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks
hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2015) .
5. Patways
Pembatasan
masukan nutrisi
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive
protein (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang
meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut
yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas
dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan
kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut
bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu
mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk
memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan
pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita
yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa
pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum
operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses
appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.
Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium.
Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan
perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi
disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.(Smeltzer, 2012).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
1) Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri
perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan
masalah. kesehatan klien sekarang.
3) Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
4) Kebiasaan eliminasi.
5) Aktivitas/istirahat : Malaise.
6) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
7) Demam lebih dari 38oC.
8) Data psikologis klien nampak gelisah.
9) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan..
10) Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat
(Huda, 2015).
b. Pemeriksaanfisik (head to toe)
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan
atau tidak ada bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc.
Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas
dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan/posisi duduk tegak.
6) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi (Huda, 2015).
2. Diagnosa keperawatan utama
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan
makanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan) (Herdman, 2015).
3. Intervensi dan rasionalisasi
Meliputi intervensi mandiri perawat dan kolaborasi.
No. Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Rasional
keperawatan KriteriaHasil
1 Nyeri Setelah a. Kaji skala nyeri a. Berguna dalam
berhubungan dilakukan lokasi, pengawasan dan
dengan agen asuhan karakteristik dan keefesien obat,
injuri fisik keperawatan, laporkan kemajuan
(luka insisi diharapkan perubahan nyeri penyembuhan,perub
post operasi nyeri dengan tepat. ahan dan
appenditomi). berkurang b. Monitor tanda- karakteristik nyeri.
dengan kriteria tanda vital b. Deteksi dini
hasil: c. Pertahankan terhadap
- Melaporkan istirahat dengan perkembangan
nyeri posisi semi kesehatan pasien.
berkurang powler. c. Menghilangkan
- Klien d. Ajarkan klien tegangan abdomen
tampak ambulasi dini. yang bertambah
rileks e. Kolaborasi tim dengan posisi
- Dapat tidur dokter dalam terlentang.
dengan pemberian d. Meningkatkan
tepat analgetika. kormolisasi fungsi
- Tanda- organ.
tanda vital e. Menghilangkan
dalam batas nyeri.
normal
Disusun oleh :
Yuni Andriyani
202002040010
2 Pelaksanaan 20 menit
a. Menjelaskan Mendengarkan dan
pengertian apendisitis. memperhatikan.
b. Menyebutkan
penyebab apendisitis.
c. Menyebutkan tanda
dan gejala apendisitis.
d. Menyebutkan
komplikasi apendisitis.
e. Menyebutkan
penanganan
apendisitis.
f. Menjelaskan
pencegahan
apendisitis.
g. Menyebutkan makanan
yang harus dihindari
bagi pasien apendisitis.
h. Menyebutkan makanan
yang baik bagi pasien
apendisitis.
3 Penutup 5 menit
1. Mahasiswa 1. Menjawab pertanyaan
menyimpulkan 2. Mendengarkan dan
materi memperhatikan
2. Mahasiswa 3. Menjawab salam
mengadakan
evaluasi tentang
pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala, komplikasi,
penanganan,
pencegahan,
makanan yang harus
dihindari, dan
makanan yang baik
bagi apendisitis.
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa
memberikan salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta
(pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Menjelaskan pengertian apendisitis.
b. Menyebutkan penyebab apendisitis.
c. Menyebutkan tanda dan gejala apendisitis.
d. Menyebutkan komplikasi apendisitis.
e. Menyebutkan penanganan apendisitis.
f. Menjelaskan pencegahan apendisitis.
g. Menyebutkan makanan yang harus dihindari bagi pasien apendisitis.
h. Menyebutkan makanan yang baik bagi pasien apendisitis.
F. Lampiran Materi
1. Pengertian
Usus buntu adalah penyakit yang disebabkan karena adanya peradangan atau
infeksi pada usus buntu yang dapat mengakibatkan adanya pemanahan. Bila bertambah
parah usus buntu bisa pecah.
2. Penyebab
Adanya sumbatan pada saluran usus buntu yang dapat disebabkan oleh infeksi,
tinja (kotoran) yang keras-keras di dalam perut dan adanya benjolan di dalam usus buntu.
3. Tanda dan gejala
a. Sakit perut
b. Badan terasa panas
c. Mual, muntah
d. Diare
4. Komplikasi
Apabila tidak segera ditangani atau tidak segera diperiksakan ke petugas kesehatan maka
akan menimbulkan pecahnya usus buntu sehingga infeksi akan meluas pada bagian perut.
5. Penanganan
a. Pengobatan
Dapat menggunakan obat-obat antibiotik.
b. Tindakan pembedahan (operasi)
6. Pencegahan
Mengonsumsi makanan yang berserat yaitu seperti buah-buahan (pepaya, pisang,
alpukat, dll).
7. Makanan yang harus dihindari
a. Buah dan sayuran berserat tinggi
b. Beberapa buah dan sayur mengandung jenis serat yang sulit dicerna oleh usus,
terlebih saat kondisinya masih meradang. Buah-buahan dan sayuran memiliki
kandungan serat yang tinggi seperti buah pir, apel, atau buah yang masih ada
kulitnya dan mentah, sebaiknya dihindari. Selain itu, sayuran seperti kembang kol,
brokoli, kacang-kacangan, dan jagung, baiknya juga tidak dikonsumsi.
c. Makanan berlemak
Makanan berlemak, seperti mentega, margarin, saus krim, dan makanan yang
digoreng dapat menyebabkan diare.
8. Makanan yang baik untuk usus buntu
a. Probiotik
Contoh Tempe
b. Prebiotik
Contoh Pisang, yoghurt, bawang putih, bawang bombay, bawang merah
c. Makanan berprotein
Contoh daging tanpa lemak, dada ayam, kacang kedelai, telur, serta tempe dan tahu.
d. Makanan rendah serah
Pisang, blewah, dan melonbayam, labu, terong, kentang tanpa kulit, kacang hijau,
asparagus, buah bit, wortel, dan labu kuning (tanpa biji).
Radang Usus Buntu
(Appendisitis)
Oleh,
Yuni Andriyani (202002040010)
Disusun oleh:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu :
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
C. Sasaran
Anak yang dirawat di ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang usia todler
(1-3 tahun).
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Anak yang dirawat di ruang melati yang berusia berusia 1-3 tahun,
sudah kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan untuk diajak
bermain. Pada usia 1-3 tahun, anak sudah bisa menyalurkan emosi atau
perasaan anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik
halus dan kasar, mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna, melatih kerjasama mata dan tangan,
melatih daya imajinansi, kemampuan membedakan permukaan dan warna
benda.
B. Analisa Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak
merasa takut jika didekati oleh perawat. Dampak hospitalisasi pada masa
prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis
perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa
cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak
cukup terlindungi dan merasa tidak aman.
Dampak hospitalisasi yang terjadi pada anak adalah klien terlihat
cemas, kadang menangis jika akan dilakukan suatu tindakan. Anak kadang
merasa ketakutan. Akan tetapi, dengan dukungan keluarga dan petugas
kesehatan, sedikit demi sedikit mampu mengatasi masalah dengan tanda,
mau berkomunikasi dengan petugas kesehatan dan dapat berkooperatif
ketika dilakukan suatu tindakan keperawatan pada anak.
A. Deskripsi Permainan
Terapi bermain yang dilakukan adalah untuk mengasah aspek
psikomotor baik motorik kasar maupun motorik halus, aspek kognitif dan
juga mengembangkan aspek sosial.
B. Tujuan Permainan
1. Melatih aspek psikomotor, aspek kognitif dan aspek sosial
2. Melatih anak untuk bersosialisasi dengan perawat.
E. Alat bermain
Bola
F. Proses Bermain
1. Pembukaan : 5 menit
a. Perkenalan perawat dan peserta program bermain
b. Menjelaskan teknik/ cara bermain
2. Pelaksanaan : 10 menit
a. Mahasiswa memberikan mainan berupa bola
b. Minta anak mengambil bola
c. Lalu minta anak melempar bola tersebut
d. Beri reinforcement positif
e. Memberikan kesempatan pada pembimbing untuk memberikan
saran dan kritik
3. Penutup
Mengucapkan salam penutup dan terimakasih
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Minggu, 07 Maret 2021
2. Jam : 08.00-08.30 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
J. Pengorganisasian
Leader, Fasilitator, dan Observer : Pangestika
Perawat bertindak sebagi leader minta orang tua sebagai pendamping.
Keterangan:
B C
A: Perawat
B: Klien
A
C: Ibu / Ayah
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan
c. Perawat siap memimpin permainan
2. Evaluasi proses
1. Anak bersikap kooperatif
2. Keluarga mendukung jalannya permainan
3. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Terjalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat
b. Anak mearasa terhibur dengan permainan yang dilakukan
c. Anak menmgembangkan kemampuan
BAB V
PENUTUP
Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034
Hari 6
Melakukan evaluasi seluruh tindakan
keperawatan yang telah di lakukan
5. memenuhi
5. Kolaborasikan
dengan dokter kebutuhan
pemberian terapi cairan klien
cairan dan
elektrolit
6. memenuhi
6. Kolaborasikan kebutuhan
dengan tim gizi cairan klien
dalam pemberian
cairan rendah
sodium 1. menentukan
2 Defisit nutrisi
1. Kaji sejauhmana keadekuatan
berhubungan keadekuatan
1. Tidak ada nutrisi klien
dengan intake nutrisi klien
penurunan BB 2. Mengontrol
menurun
2. Mual (-) 2. Observasi intake intake output
output makanan
3. Muntah (-) klien
klien
3. Mencukupi
3. Berikan makanan kebutuhan
sedikit tapi sering
nutrisi klien
5. Anjurkan 5. Meningkatkan
kebersihan oral nafsu makan
sebelum makan
6. Memenuhi
6. Kolaborasikan
dengan ahli gizi kebutuhan
terkait diit yang klien sesuai
dibutuhkan klien
diit
I. Pathways
Distensi berlebihan, itritasi, respon kimiawi
oleh emetik (bahan yang menyebabkan muntah/ipekak)
hipoksia dan nyeri pada lambung atau duodenum
distensi lambung
muntah
Disusun oleh:
Zalin Kartika Rani
( 202002040034 )
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal akibat peningkatan pusat pengatur
suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1; merupakan respons fisiologis.
Dikatakan demam adalah apabila suhu tubuh ≥38 C (Cariso & Kurnia, 2020).
Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah
keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh, dapat berupa virus, bakteri, parasit,
maupun jamur. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus (Setiawati,
2009). Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (overhating),
dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun
(Lubis, 2009). Demam umumnya tidak berbahaya namun demam tinggi dapat
membahayakan anak. Dampak negatif dari demam yang dapat membahayakan anak antara
lain dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan neurologis, dan kejang demam/ febrile
convulsions. Demam harus ditangani dengan benar agar terjadinya dampak negatif
menjadi minimal (Arisandi, 2012).
Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa 95% ibu merasa khawatir bila
anaknya demam. Sebanyak 10-15% anak yang dibawa ke dokter adalah karena demam
(Soedibyo, 2006).
Menurunkan atau mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian antipiretik
(farmakologik) (Sumarmo, 2010). Selain penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu
tubuh dapat dilakukan secara fisik (non farmakologik) yaitu kompres hangat.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang kompres hangat terhadap
demam diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang cara
kompres hangat dan mempraktekannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai kompres kepada pasien selama
30 menit diharapkan keluarga mampu :
a. Menyampaikan pengkajian yang sudah dilakukan
b. Penyampaian masalah keperawatan yang ditemukan
c. Melakukan validasi tindakan yang sudah dilakukan
d. Menyampaikan masalah keperawatan yang belum teratasi
e. Menyampaikan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.
C. Sasaran
Keluarga dengan pasien demam
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik sasaran
Pasien dengan demam di ruang Melati RSUD Tugurejo menjalani menjalani rawat
inap selama 3 hari dengan keluhan demam.
B. Analisis kasus
Pasien mengalami demam dari hari selasa 2 maret 2021. Ibu pasien mengatakan kulit
anak terasa hangat dan suhu 38⁰C
C. Prinsip belajar
Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien mengenai kompres hangat sehingga dapat
mengurangi demam pada anak.
B. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran adalah untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien
mengenai kompres hangat terhadap demam sehingga diharapkan demam pasien tidak
menurun dan suhu tubuh pasien dalam rentang normal.
D. Jenis media
1. Leaflet
2. Lembar balik
G. Waktu pelaksanaan
1. Tanggal: : Kamis, 4 Maret 2021
2. Waktu : 15. 00 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
J. Pengorganisasian
Penyaji : Mahasiswa
Sasaran : keluarga pasien di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
K. Sistem evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan kepada pasien
dan keluarga pasien serta meminta keluarga pasien untuk memperaktikan kompres hangat.
BAB IV
PENUTUP
Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi yang mampu manangani suhu tubuh
anak yang mengalami febris. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan meransang area preoptik
mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah
perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010).
Penanganan demam pada anak
Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034
• Termometer digital
Penanganan demam pada anak₂
• Gunakan pakaian
yang menyerap
keringat
• Termometer
• Handuk pengering
Teknik kompres hangat