Disusun Oleh :
Yuli Marina Sinaga
2017042426
AsKomp Level 1B
Hermina Hospital Grup
Medan 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulisan panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimphkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyesaikan makalah yang berjudul “
Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. S dengan STROKE diruang Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Hermina Medan ”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu
syarat yang harus ditempuh dalam menyelesaikan Assesmen Kompetensi level 1b
di Rumah Sakit Hermina Medan
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan, bantuan dan
saran dari berbagai pihak. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini dikarenakan pengetahuan dan pengalaman penulis masih
sangat terbatas. Sehingga mengalami kesulitan pembuatan Asuhan keperawatan
dengan masalah Infark Miokard Akut. Walaupun demikian, penulis berusaha
semkasimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dan penulis bersyukur
makalah ini dapat terselesaikan makalah ini dan penulis bersyukur makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusuan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terimakasih sebesar – besar kepada :
1. Dr. Nine Mei, MARS selaku Direktur RS Hermina Medan
2. Sr. Lismawati, AMK selaku Manager Keperawatan RS Hermina Medan
3. dr. Daniel selaku Kepala Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Medan
4. Sr. Friska, AMK selaku kepala Ruangan Instalasi Gawat Darurat RS Hermina
Medan
5. Keluarga pasien yang bersedia meluangkan waktu dan membantu dalam
menyelesaikan makalah ini
6. Kedua Keluarga yang telah memberikan semangat dan dorongan baik moril
maupun materil serta doa kepada penulis
7. Kepada teman – teman perawat Instalasi Gawat Darurat yang telah membantu
dalam proses penyelesaikan makalah ini
8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga berguna untuk
perbaikan pada masa yang akan datang. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang di
akibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare
2013). Stroke non hemoragik adalah stroke yang di sebabkan karena
penyumbatan pembuluh darah di otak oleh thrombosis maupun emboli sehingga
suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau
jaringan otak yang disuplai (Wijaya & Putri 2013).
Menurut American Heart Association (AHA), pada tahun 2014 prevalensi stroke
mencapai angka 43 juta pasien di dunia. Stroke adalah penyebab kematian ke-3
di Amerika dengan angka penderita sebanyak 972.000 pasien/tahun dan pasien
yang meninggal sebanyak 149.000 jiwa. Hampir setengah dari pasien stroke
yang selamat mengalami kecacatan dari yang ringan sampai berat.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian pada pasien Tn. S Stroke Hemoragik
b. Menentukan masalah keperawatan pada pasien Tn. S Stroke Hemoragik
c. Merencakan asuhan keperawatan pada pasien Tn. S Stroke Hemoragik
d. Melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada pasien Tn. S Stroke Hemoragik
e. Melaksanakan evaluasi pada pasien dengan Stroke Hemoragik
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang ada pada teori dan praktek
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi /
alternatif pemecahan masalah yang terjadi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. MEDIS
1. Defenisi
Stroke atau penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak
baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis
dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Wijaya
& Putri 2013).
Stroke adalah suatu penyakit deficit neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darahh otak yang terajdi secar mendadak dan menimbulkan gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare
2013).
Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak sehingga
menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan
fungsi saraf (Haryono,2014).
Gambar 2.2
Anatomi Otak
b. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
1) Nervus olvaktorius, saraf pembau yang keluar dari otak dibawa
oleh dahi, membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga
hidung ke otak.
2) Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan
penglihatan ke otak.
3) Nervus okulomotoris, bersifat motoris, mensarafi otot-otot
orbital (otot pengerak bola mata), menghantarkan serabut-
serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan otot
iris
4) Nervus troklearis, bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital.
Saraf pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat
saraf penggerak mata
5) Nervus trigeminus, bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini
mempunyai tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar
tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar. Sarafnya yaitu:
a) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi
kulit kepala bagian depan kelopak mata atas,
selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
b) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi
atas, bibir atas, palatum, batang hidung, ronga
hidung dan sinus maksilaris.
c) Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan
motoris) mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-
serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit
daerah temporal dan dagu.
6) Nervus abdusen, sifatnya motoris, mensarafi otot-otot
orbital.
Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata.
7) Nervus fasialis, sifatnya majemuk (sensori dan motorik) serabut-
serabut motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir
ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf
otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya
sebagai mimik wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
8) Nervus Vestibulokoklearis, sifatnya sensori, mensarafi alat
pendengar, membawa rangsangan dari pendengaran dan dari
telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar.
9) Nervus glosofaringeus, sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa
rangsangan cita rasa ke otak.
10) Nervus vagus, sifatnya majemuk (sensoris dan motoris)
mengandung saraf-saraf motorik, sensorik dan para simpatis
faring, laring, paru- paru, esofagus, gaster intestinum minor,
kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen. fungsinya sebagai
saraf perasa.
11) Nervus asesorius, saraf ini mensarafi muskulus
sternokleidomastoid dan muskulus trapezium, fungsinya sebagai
saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus, saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya
sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum
penyambung
3. Etiologi
Penyebab stroke dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Trombosis serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral yang adalah penyebbab
paling umum dari stroke (Smeltzer & Bare 2013).Thrombosis
ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah
dibuktikan oleh ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan
kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis
(Wijaya & Putri 2013).
b. Emboli serebri
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab
utama stroke. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu
thrombus dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi
sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung.
c. Hemoragi
Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (hemoragi ekstra dural
atau epidural) di bawah durameter (hemoragi subdural), di ruang
sub arachnoid (hemoragik subarachnoid atau dalam susbstansial
otak (Wijaya & Putri 2013).
Adapun Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik yaitu:
1) Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma
(endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh
darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin
karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika
intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan
bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa
mengecilnya pembuluh darah.
2) Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
3) Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita.
4) Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan
stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit
lumen pembuluh darah ke otak.
5) Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat
parah dan menahun.
4. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare, (2013) stroke menyebabkan berbagai
deficit neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak
berfungsi akibat terganggunya aliran darah ke tempat tersebut,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala tersebut antara lain :
a. Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala
e. Kehilangan komunikasi
f. Gangguan persepsi
6. Penatalaksanaan
Fase Akut:
b. Program fisiotherapi
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut:
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carespiratori
ratean lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan
posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya
perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
8. Komplikasi
Menurut (Smeltzer & Bare 2013) komplikasi stroke meliputi hipoksia,
penurunan aliran darah serebral, embolisme serebral dan dekubitus.
B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Wiyaja & Putri 2013 anamnesa pada stroke meliputi identitas
klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua 40 -70 tahun
(Smeltzer & Bare 2013). Jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
b. Nyeri kepala yang sangat hebat menjalar ke leher dan wajah
c. Adanya gangguan neurologis
d. Mual dan muntah
Pemeriksaan Fisik
a. Penurunan kesadaran
b. Gejala FAST (Face, Arms drive, Speech, dan Three of signs) merupakan
gejala awal stroke yang harus diwaspadai, yaitu :
1) F = Face (wajah)
Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris. Sebelah sudut mulut
tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak
mendatar.
2) A = Arms Drive (gerakan lengan)
Pada kelumpuhan lengan ringan/ tidak disadari, maka lengan yang lumpuh
tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi). Pada kelumpuhan yang
berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa diangkat lagi bahkan
sampai tidak bisa digerakkan sama sekali.
3) S = Speech (bicara)
Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak dapat berkata-kata
(gagu) atau dapat bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang lain
sehingga komunikasi verbal tidak nyambung.
4) T = Three of signs (ketiga tanda diatas)
Ada ketiga-tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan, dan bicara. Ada
tambahan gejala/ tanda lain stroke, yaitu :
a) Orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan kesadaran atau
pingsan.
b) Pusing berputar.
c) Rasa baal atau kesemutan separuh badan.
d) Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada satu atau dua mata.
3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Intervensi Utama : Latihan Batuk dan Managemen Jalan Nafas
Observasi :
1) Identifikasi pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) dan bunyi
nafas (mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
2) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3) Identifikasi kemampuan batuk
4) Monitor tanda dan gejala adanya infeksi saluran nafas
Terapeutik :
1) Pertahankan kepatenen jalan nafas
2) Atur posisi semi-fowler atau fowler
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan lendir, jika perlu
6) Berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi : Pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
d. Risiko cedera
Intervensi Utama : Pencegahan Cedera
Observasi :
1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
2) Monitor keadaan umum dan kesadaran pasien
Terapeutik :
1) Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat di gunakan
2) Pastikan roda tempat tidur dalam kondisi terkunci
3) Diskusikan dengan keluarga yang dapat mendampingi pasien
4) Diskusikan tentang alat bantu mobilisasi yang sesuai
5) Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
e. Gangguan menelan
Intervensi Utama : Pencegahan Aspirasi
Observasi :
1) Monitor tingkat kesadaran, batuk dan kemampuan menelan
2) Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) dan
bunyi nafas (mis.gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
3) Periksa residu gaster sebelum memberikan asupan oral
Terapeutik :
1) Posisikan semi fowler sebelum memberikan asupan oral
2) Pertahankan posisi semi fowler selama pasien tidak sadar
3) Pertahankan kepatenan jalan nafas
4) Berikan makanan dengan ukuran kecil dan lunak
5) Pasang NGT, bila perlu
6) Hindari memberi makanan melalui NGT bila residu banyak
i. Gangguan memori
Intervensi Utama : Orientasi Realita dan Latih Memori
Observasi :
1) Monitor perubahan orientasi, kognitif dan perilaku
2) Identifikasi masalah memori yang dialami
3) Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
Terapeutik :
1) Orientasikan orang, tempat dan waktu
2) Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
3) Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali di
ucapkan, jika perlu
4) Hadirkan realita (mis.beri penjelasan alternatif, hindari perdebatan
bila pasien salah mengingat memori)
5) Koreksi kesalahan orientasi
6) Fasilitasi mengingatkembali pengalaman masa lalu, jika perlu
Kolaborasi : rujuk ke terapi akupasi, jika perlu
j. Konfusi akut
Intervensi Utama : Managemen Demensia
Observasi :
1) Identifikasi Riwayat fisik, psikologis dan kebiasaan
2) Identifikasi pola aktivitas (mis.tidur, minum, obat, eliminasi, asupan
oral,perawatan diri)
Terapeutik :
1) Sediakan lingkungan yang aman, nyaman dan rendah stimulus
2) Orientasikan waktu, tempat dan orang
3) Libatkan keluarga dalam merencanakan, menyediakan dan
mengevaluasi perawatan
4) Libatkan kegiatan dengan keluarga seuai dengan kognitif
k. Konfusi kronis
Intervensi Utama : Managemen Demensia
Observasi :
1) Identifikasi riwayat fisik, psikologis dan kebiasaan
2) Identifikasi pola aktivitas (mis.tidur, minum, obat, eliminasi, asupan
oral,perawatan diri)
Terapeutik :
1) Sediakan lingkungan yang aman, nyaman dan rendah stimulus
2) Orientasikan waktu, tempat dan orang
3) Libatkan keluarga dalam merencanakan, menyediakan dan
mengevaluasi perawatan
4) Libatkan kegiatan dengan keluarga seuai dengan kognitif
m. Inkontinensia fekal
Intervensi Utama : Perawatan Inkontinensil Fekal
Observasi :
1) Monitor peristaltic usus secara teratur
2) Identifikasi penyebab inkontinensial fekal baik fisik maupun
psikologis (mis.gangguan saraf motoric bagian bawah, penurunan
tonus otot, dll)
3) Identifikasi perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi feses
4) Monitor kondisi kulit perianal
Terapeutik :
1) Bersihkan daerah perianal dngan sabun dan air
2) Jaga kebersihan tempat tidur dan pakaian
3) Laksanakan program Latihan usus (bowel training), jika perlu
4) Berikan celana pelindung/ popok/ pampers sesuai kebutuhan
Kolaborasi : pemberian obat diare, bila perlu
q. Ansietas
Intervensi Utama : Reduksi Anxietas dan Terapi Relaksasi
Observasi :
1) Identifikasi tingkat anxietas pasien
2) Identifikasi faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi anxietas
3) Identifikasi kemampuan keluarga mengatasi anxietas
Terapeutik :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan kurangi kebisingan
2) Pahami situasi yang membuat anxietas
3) Libatkan keluarga untuk mengalihkan ansietas melalui hal - hal atauu
kegiatan yang di sukai pasien
r. Gangguan Citra Tubuh
Intervensi Utama : Promosi Citra Tubuh
Observasi :
1) Identifikasi perubahan fisik (terutama pergerakan)
2) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Terapeutik :
1) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
2) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh
(hemiparese dan hemiplegi)
Data subyektif
Keluhan utama : Penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang : Penurunan kesadaran sejak hari jumat dialami
secara tiba tiba , awalnya pasien mengeluh mengantuk
tetapi setelah itu tidak bisa dibangunkan. Sesak nafas
ada, riw bicara pelo
Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi ( tidak terkontrol )
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat penggunaan obat SMRS : Amlodipin
Data obyektif
Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 103 x/I, suhu : 37,3 , RR : 28 x/i
BB : 70 Kg, GCS : E : 2 M : 4 V : 2 , SpO2 : 88 %
Keadaan umum : Buruk kesadaran : Sopor
Resiko jatuh : tinggi
Nilai Nyeri :Tidak Ada,
Masalah keperawatan:
Perfusi serebral tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Cara masuk : ❑ Jalan tanpa bantuan √ Dengan tempat tidur ❑ Dengan kursi
roda ❑ Dengan strethcer
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Sakit Berat
2. Kesadaran : Sopor
3. GCS : 9 ( E 2 M 3 V4)
4. Tanda Vital : TD :140/103 mmHg, Suhu : 36,8°C, Nadi : 91 x/mnt,
Pernafasan : 24 x/mnt
5. Antropometri : Berat badan 70 kg , TB : tidak terukur, LD : tidak terukur,
LP : tidak terukur
6. Pengkajian Persistem :
Pengkajian Hasil Pemeriksaan
Persistem
Sistem Susunan saraf Kepala :TAK
pusat Ubun – ubun : Datar
Wajah :TAK
Leher :TAK
Kejang : Tidak
Sensorik : Tidak
Motorik : Tidak ada kelainan
Sistem Penglihatan TAK
Sistem Pendengaran TAK
Sistem Penciuman TAK
Sistem Pernafasan Pola napas : Tachipneu
Retraksi : Tidak
NCH : Tidak
Jenis pernafasan : NRM 10 lpm
Irama napas :Teratur
Terpasang WSD : Tidak
Kesulitan bernapas : Ya , Tachipneu
Batuk dan sekresi : Ada
Warna sputum : Putih
Suara napas : Ronchi
Perkusi : Sonor
Sistem Warna kulit : Normal
Kardiovaskuler Clubbing finger : Tidak
Nyeri dada : Tidak ada
Denyut nadi : Teratur
Sirkulasi : Akral dingin
Pulsasi : Kuat
CRT : < 2 detik
Bunyi jantung : Normal
Sistem Pencernaan TAK
Sistem Genital TAK
Urinaria
Sistem Reproduksi Laki-laki
Sirkumsisi : Ya
Gangguan prostat : Tidak
Sistem Integumen Turgor : Elastis
Warna : TAK
Integritas : Utuh
Pasien penurunan kesadaran
Sistem Pergerakan sendi : Terbatas
Muskuloskletal Kekuatan otot : Lemah
Nyeri sendi : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Parese : Tidak ada
Postur tubuh : Normal
9. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : Irama sinus
b. Thorax PA : Pneumonia dan cardiomegaly
c. CT Scan : perdarahan intracerebral pada daerah pons
d. Laboratorium :
C. Perencanaan
D. Implementasi
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini penulis mengacu kepada pengkajian yang terdapat
dalam laporan kasus. Pengkajian kasus dilakukan berdasarkan konsep bio-psiko-
sosial-spiritual sebagai dasar merumuskan diagnosa keperawatan. Sebagai dasar
dalam merumuskan diagnosa keperawatan dalam rencana berdasarkan masalah
yang dihadapi klien dan keluarga. Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 April
2022, adapun dalam melakukan pengkajian penulis mendapatkan data melalui
wawancara, observasi pasien dan keluarga, catatan keperawatan dan rekam
medis, serta petugas kesehatan lainnya.
Manifestasi stroke adalah Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala,
Dysphagia, Kehilangan komunikasi, Gangguan persepsi, Perubahan kemampuan
kognitif dan efek psikologis, Disfungsi Kandung Kemih. Sedangkan pada kasus
TN S yang ditemukan penurunan kesadaran , sesak nafas. Data pengkajian dari
teori dan kasus tidak ada kesenjangan yang terjadi.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori
hanya ada 20 diagnosa keperawatan .
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan kasus Tn. S yaitu 3
diagnosa : perfusi serebral tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko
aspirasi
Untuk diagnosa yang diangkat oleh penulis adalah diagnosa yang mengarah ke
bagian primer yaitu berdasarkan kebutuhan kegawatdaruratan
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses
keperawatan dimana disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada pada pasien
dan menentukan tujuan dalam melakukan rencana keperawatan dan kriteria apa
saja yang harus dapat diukur dan diterima sesuai dengan rasional. Dalam tahap ini
penulis telah membuat beberapa perencanaan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah keperawatan pada Tn.S yang mengalami Stroke
dengan tujuan, kriteria hasil dan menetapkan perencanaan sesuai dengan prioritas
diagnosa keperawatan. Pada tindak perencanaan keperawatan ini tidak mengalami
perbedaan antara kasus yang ditemukan dengan teori. Faktor pendukung dalam
pembuatan perencanaan keperawatan ini adalah dengan tersedianya kerjasama
dan informasi yang cukup dari pihak pasien, keluarga pasien, perawat ruangan,
dokter, maupun penunjang medis yang lain.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan dimana
perawat melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Tindakan
keperawatan dilakukan pada tanggal 16 April 2022 adalah sebagai berikut pada
diagnosa Pada tahap pelaksaaan tindakan keperawatan penulis dapat
melaksanakan rencana keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
ditetapkan sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan
pasien.Dalam melakukan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara temuan
kasus dengan teori.Penulis juga tidak menemukan kesulitan dalam pelaksanaan
tindak keperawatan karena penulis bekerja sama dengan perawat ruangan IGD
yang melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Faktor pendukung yang penulis dapatkan selama
melakukan tindakan keperawatan adalah sikap keluarga yang kooperatif serta
berpartisipasi aktif,. Faktor penghambat yang penulis temukan antara lain pada
saat implementasi hari ketiga pasien meninggal karena terjadi perubahan kondisi.
Alternatif yang dapat penulis lakukan yaitu melihat catatan keperawatan selama
24 jam .
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai seluruh hasil implementasi yang telah dilaksanakan berdasarkan
tujuan dan kriteria hasil. Penulis melakukan evaluasi pada tanggal 16 April 2022.
Berdasarkan perkembangan dari 3 diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien
setelah dilakukan tindakan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil sesuai
dengan SOAP.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.Stroke
Haemoragic adalah stroke yang diakibatkan karena pembuluh darah pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam
suatu daerah di otak dan merusaknya.
Pada teori disebutkan ada dua puluh diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien dengan STROKE, namun pada pasien penulis hanya menegakkan tiga
diagnosa keperawatan, hal ini dikarenakan penulis menemukan data sesuai dengan
pengkajian yang ada. Tidak terdapat kese njangan diagnosa keperawatan antara
teori dengan kasus.
B. SARAN
Semoga apa yang penulis sajikan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
sebagai masukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik bagi
pasien. Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
sehingga penulis berharap agar makalah ini menjadi motivasi bagi teman-teman
untuk membuat makalah yang lebih baik sehingga menambah wawasan bagi
semua. Penulis juga berharap agar aplikasi perawatan pasien dengan STROKE
dapat di laksanakan sesuai dengan tata laksana dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA