R DENGAN MULTIPLE
SKLEROSIS DI RUANGAN CVCU RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
PRESEPTOR KLINIK :
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan
Preseptor Klinik Program Studi Profesi NERS Universitas Pahlawan Tuanku
Tambusai
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada kelompok penyusun, kelompok dapat
menyelesaikan usulan laporan seminar dengan kasus “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ny. R dengan Multiple Sklerosis di Ruangan CVCU Rsud Arifin Achmad
Pekanbaru ”
Kelompok 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit kronis akibat serangan autoimun pada
substansia alba yang berpotensi melumpuhkan otak dan sumsum tulang belakang
(Oh et al., 2018). Autoimun terjadi saat sel imun tubuh kehilangan self tolerance
yang pada kasus ini menyerang sistem saraf pusat. Autoimun pada MS dimediasi
oleh pegaktifan sel T serta kontribusi yang signifikan dari sel B dan sel dari sistem
imun bawaan. Sistem imun menyerang selubung pelindung (mielin) yang
menutupi serabut saraf dan menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan
seluruh tubuh (Yamout dan Alroughani, 2018).
4
Relapsing Remitting MS, dan Progressive Relapsing MS. Subtipe ini digunakan
untuk kepentingan prognosis dan pemilihan terapi (Kamińska et al., 2017).
Terapi yang digunakan saat ini hanya terbatas pada terapi modifikasi penyakit
(disease modifying therapy) meliputi imunomodulator, imunosupresan, dan obat
untuk mengatasi gejala simptomatik saja (Claflin et al., 2019). Sementara terapi
kausatif yang menghasilkan remisi dihentikan (Cotsapas et al., 2018). Pengobatan
kausatif sangat diperlukan untuk mencegah progresivitas penyakit dan
kelumpuhan sehingga pasien dengan MS mendapatkan kualitas hidup yang layak
(Ghasemi et al., 2017).
Salah satu terapi yang tengah dikembangkan untuk menjadi solusi MS adalah
terapi berbasis sel. Jenis sel punca yang dapat diberikan pada pasien MS adalah sel
punca hematopoietik dan mesenkimal. Sel punca mesenkimal digunakan untuk
memperbaiki kerusakan saraf pada pasien MS namun tidak dapat menghilangkan
sel autoimun penyebab MS (Gugliandolo et al., 2020). Sedangkan sel punca
hematopoietik sebagai galur utama pembentukan sel imun mampu menggantikan
sel dengan sifat autoimun menjadi sel T normal. Selain itu, terdapat potensi sel
punca hematopoietik berpindah galur membentuk sel saraf (Grinenko et al., 2018).
Hal ini secara langsung memperbaiki kerusakan saraf dan memberikan perbaikan
signifikan pada pasien MS. Sehingga terapi berbasis sel punca hematopoietik
menjadi pilihan terbaik pengobatan kausatif pada MS (Cuascut dan Hutton, 2019).
5
punca hematopoietik autoloous juga mudah didapatkan dan memiliki resiko yang
sangat kecil untuk terjadinya penolakan karena sel diambil dari tubuh pasien
sendiri (Snowden et al., 2018)(Gavriilaki et al., 2019).
Penelitian telah mencapai uji klinis fase II dengan hasil yang cukup baik
(Gavriilaki et al., 2019). Akan tetapi, efikasi terapi ini dalam memberikan remisi
jangka panjang pada pasien MS serta keamanan terapi yang meliputi efek samping
dan risiko kematian belum diketahui secara mendalam. Selain itu, ketidakpastian
pilihan rejimen pengkondisian dan indikasi pasien yang mempengaruhi hasil
AHSCT perlu diteliti lebih lanjut. Systematic review ini akan membahas secara
menyeluruh dan komprehensif tentang efikasi dan keamanan AHSCT pada pasien
MS berlandaskan jurnal terbaru yang terbit 10 tahun terakhir.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana “Asuhan Keperawatan Ny. R
dengan Multiple Sklerosis di Ruangan CVCU Rsud Arifin Achmad Pekanbaru?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Ny. R dengan Multiple Sklerosis
di Ruangan CVCU Rsud Arifin Achmad Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
6
D. Manfaat
1. Pelayanan Kesehatan
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi
2. Etiologi
8
genetik
kelainan pada usus pokok lipitbnyelin
racun yang berada dalam CSS
infeksi virus SSP
Ada faktor pemicu dan dapat mempeburuk ( Eksaserbasi) multifel skrosis yaitu:
kehamilan
infeksi disertakan demam
stres dan emosian
3. Patofisiologi
9
komplemen, juga molekul-molekul yang memediasi apoptosis. Sitokin
proinÀamasi juga akan menstimulasi mikroglia dan astrosit sehingga
permeabilitas sawar darah otak menjadi semakin meningkat. Molekul
kemotaksis yang memfasilitasi masuknya sel T, antibodi, dan juga makrofag
juga ikut terstimulasi. Kaskade imun akan berakibat pada edema, demielinisasi,
juga kematian akson.Pada demielinisasi kronik, mikroglia akan teraktivasi yang
mengakibatkan terbentuknya stress oksidatif. Hal ini akan memicu kerusakan
mitokondria akson dan oligodendrosit. Selain itu aktivasi mikroglia juga akan
mempengaruhi transpor glutamat pada astrosit yang akan berakibat pada
eksitotoksisitas neuronal dan oligodendrosit Akumulasi lesi yang terjadi pada
progresif MS berhubungan dengan degenerasi retrograd dan anterograd dari
akson yang mengalami demielinisasi. Hal ini terjadi akibat eksitabilitas akson
yang abnormal dan amplifkasi dari aktivasi mikroglia.
4. Manifikasi klinis
Gangguan penglihatan ,meliputi penurunan tajam penglihatan pada
mata disertai nyeri pada gangguan pada 1 mata disertai nyeri pada
pergerakan mata,penglihatan ganda, (diplopia) gerakan mata tidak
terkontrol
Gangguan keseimbangan dan koordinasi,meliputi hilangnya
keseimbangan tubuh,tremor,ketidak seimbangan berjalan ,
(ataxia)gangguan koordinasi,kelemahan anggota gerak
Ganggua tunus otot
Gangguan sensorit meliputi perasaan baal,seperti ditusuk-tusuk
jarum ,kebas,terasa sperti terbakar
Keletihan berlebihan
Gangguan berkemih dan defekasi
10
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian
a.identitas
Pada umunya terjadi pada orang(orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus
tinggi,terutama pada dewasa muda
b.keluhan utama
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier
yangmengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita
penyakit tersebut, yaitu kira(kira >(* kali lebih sering pada keluarga dekat
F. Pengkajan psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi
klienterhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
danmasyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari(harinya, baik
dalamkeluarga ataupun dalam masyarakat. %danya perubahan hubungan dan peran
karena klienmengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada
pola persepsi dankonsep diri, didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan,mudah marah dantidak kooperatif.perubahan yang terpenting pada klien
dengan penyakit mutiple sclerosisadalah adanya gangguan afek, berupa euforia.
eluhan lain yang melibatkan gangguanserebral dapat berupa hilangnya daya ingat
dan dimensia.
g.Pemeriksaan Fisik
11
Keadaan umum
Klien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda(tanda vital, meliputi bradikardi,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan berhubungan dengan bercak
lesi di medulaspinalis
Breathing
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
padasistem pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita
mutiplesclerosis dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami
gangguan fungsi pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup
hal(hal sebagai berikut)
a. Inspeksi umum didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaanotot bantu napas.
b. Palpasi taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c.Perkusi adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada
kliendengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurunyang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas
Blood)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
padasistem kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas
biasanya klienmengalami hipotensi postural.
Brain
Pengkajian brain merupakan pengkajian fokus atau lebih
lengkapdibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. 6nspeksi umum
didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
Bladder
Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis
menimbulkangangguan pengaturan spingtersehingga timbul keraguan,
frekuensi dan urgensiyang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung
kemih yang spatis.selalinitu juga timbul retensi dan inkontinensia.
Bowel
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurangkarena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif.
Penurunanaktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
Bone
12
Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan
untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan
anggotagerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat
anggotagerak.merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu
berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolan yang
kurang sekali.lien dapat mengeluh tungkainya seakan(akan meloncat
secara spontan terutamaapabila ia sedang berada di tempat tidur.keadaan
spatis yang lebih berat disertaidengan spasme otot yang nyeri.
B. Diagnosa keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan, paresis, dan spasisitas
2. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan, dampak titah baring
lama dan kelemahan spactic
3. Perubahan pola eliminasi urin b/d kelumpuhan saraf perkemihan
13