Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS DI RS TK III DR.


REKSODIWIRYO PADANG
TAHUN 2024

PROPOSAL STUDI KASUS

ADE GUNAWAN
NIM. 21001

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I /BUKIT BARISAN


PADANG
TAHUN 2024
LEMBARAN PERSETUJUAN

Proposal Studi Kasus yang berjudul’’Asuhan Keperawatan Pada pasien

Dengan Diabetes Melitus Di RS TK III Reksodiwiryo Padang Tahun 2024”

ini telah diperiksa,disetujui dan siap dipertahankan di hadapan tim penguji

Proposal Studi Kasus Akademi Keperawatan Kesdam 1/Bukit Barisan Padang.

Padang ......2024

Pembimbing

Ns.Ade Rahman, M.Kep


NIDN : 1010088903

Mengetahui

Direktur Akademi Keperawatan


Kesdam 1 Bukit Barisan Padang

Ns. Hj. Yul Afni, S.Kep, M.Mkes


Letnan Kolonel Ckm (K) NRP. 2920033730870
PERNYATAAN PENGUJI

Proposal Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada pasien

dengan Vertigo Di RS.TK III Dr.Reksodiwiryo Padang Tahun 2023” ini telah

diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji

proposal Studi Kasus Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Padang.

Tim Penguji

Padang ....... 2024

Pembimbing

Ns.Ade Rahman, M.Kep


NIDN : 1010088903

Penguji 1,

Ns. Shanti Dafris, M.Kep


NIDN : 1006018802

Penguji II,

Ns. Mona Ariestia, M.Kep


NIDN : 102704850
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

karunia-nya, sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Studi Kasus

dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada pasien Dibetes Melitus di RS TK. III

dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2024”. Penulis banyak mendapatkan bimbingan,

saran serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka untuk itu pada

kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat.

1. Ibu Letnan Kolonel Ckm (K) Ns. Hj. Yul Afni, S.Kep, M. MKes, selaku

Direktur Akademi Keperawatan Kesdam I/ BB Padang yang telah bersedia

memberikan izin kepada peneliti dalam pembuatan Studi Kasus ini.

2. Ibu Ns,Ade Rahman, M.Kep selaku pembimbing yang telah mengarahkan,

membimbing dan memberikan masukan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal Studi Kasus ini.

3. Ibu Ns. Shanti Dafris,M.Kep selaku penguji I dan Ibu Ns Mona

Ariestia,M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan koreksi,

masukan dan saran dalam penyempurnaan proposal Studi Kasus.

4. Bapak/ Ibu Dosen dan Staf Pengajar Akper Kesdam I/ BB Padang yang

telah memberikan berbagai ilmu selama perkuliahan.

5. Teristimewa untuk ibuku yang tercinta yang memberikan kasih sayang,

dorongan, motivasi dan do’a untuk menyelesaikan proposal Studi Kasus

ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam

penulisan Proposal Studi Kasus ini,karena keterbatasan ilmu dan

kemampuan yang dimiliki.Untuk itu kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Proposal Studi Kasus ini agar

dapat bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

PERNYATAAN PENGUJI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR BAGAN

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1Tujuan Umum

1.3.2 Tujuan Khusus

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.2 Manfaat Praktis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

2.1.2 Anatomi Fisiologi

2.1.3 Etiologi

2.1.4 Klasifikasi

2.1.5 Tanda dan Gejala


2.1.6 Patofisiologi

2.1.7 WOC Diabetes Mellitus

2.1.8 Manifestasi Klinis

2.1.9 Komplikasi

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

2.1.11 Penatalaksanaan

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.2.1 Pengkajian

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

2.2.4 Implementasi Keperawatan

2.2.5 Evaluasi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Studi Kasus

3.2 Subyek Studi Kasus

3.3 Fokus Studi

3.4 Defenisi Operasional

3.5 Tempat dan Waktu

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

3.6.2 Wawancara

3.6.3 Dokumentasi

3.7 Analisa Data

3.7.1 Pengumpulan Data


3.7.2 Reduksi Data

3.7.3 Penyajian Data

3.7.4 Verifikasi Data

3.8 Etika Studi Kasus

3.8.1 Informent Consent

3.8.2 Anatomity

3.8.3 Confidentiality

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan

metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia .Diabetes melitus

pada dasarnya disebabkan oleh organ pankreas di dalam tubuh tidak

mampu lagi memproduksi insulin sehingga konsentrasi gula darah dalam

pembuluh darah mengalami peningkatan.1Diabetes melitus (DM)

didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis

dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein

sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Diabetes Mellitus merupakan

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau keduanya.

Pada Diabetes Mellitus organ yang diserang adalah pancreas

tepatnya pada pulau-pulau Langerhans,dimana pankreas ini termasuk

organ asesoris dalam sistem pencernaan. Pankreas berfungsi untuk

mengatur metabolisme glukosa dan hormone di dalam tubuh. Pada

penderita Diabetes Mellitus pankreas tidak mampu mengasilkan insulin

yang cukup untuk kebutuhan tubuh, sehingga kadar gula darah tidak

terkontrol dalam tubuh. Hal ini yang menyebabklan penderita Diabetes

1
Asha Rizky Amanda, Atiek Murharyati. Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus
Mellitus memnbutuhkan terapi insulin untuk menstabilkan kadar

glukosa dalam tubuh.2

Berdasarkan jenis Diabetes Mellitus dibedakan menjadi 2, yaitu

Diabetes Tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yang mana

pada Diabetes Militus tipe 1 ini sel beta pada pancreas telah dihancurkan

oleh proses auto imun sehingga insulin tidak dapat diproduksi kembali.

Biasanya Diabetes Mellitus .Tipe 1 ini terjadi pada anak-anak dan remaja.

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah jenis yang paling sering dijumpai.

Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun.Penyakit Diabetes Mellitus ini

terjadi karna tubuh tidak memproduksi hormone insulin yang mencukupi

atau karna insulin tidak dapat digunakan dengan baik (resistensi insulin).

Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan jumlah pembentukan insulin,

namun terkadang pada saat tertentu produksi insulin tersebut mengalami

peningkatan yang mempengaruhi pada pembentukan kekebalan tubuh.3

Penyakit diabetes mellitus adalah penyakit dengan penderita

terbanyak karna setiap tahunnya mengalami peningkatan.Berdasarkan data

World Health Organization (WHO) pada tahun 2023 juga menyebutkan

bahwa sekitar 150 juta orang didunia telah menderita Diabetes

Mellitus.4Penderita yang semakin meningkat jumlahnya setiap tahun

sebagian besar berasal dari negara berkembang. Sedangkan berdasarkan

data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi DM global pada

2
Yuni Astuti, Dea Juvenia Pelaksanaan Edukasi Tentang Perawatan Kaki untuk Mencegah
Terjadinya Ulkus pada Kaki Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Akademi Keperawatan
Sumber Waras Vol.2 No 1 Tahun (2020)
3
Manurung, Nixson.(2018) Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta :
NuhaMedika
4
Saputri, Setiani, & Dewanti,2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.9 No.2, Mei (2021)
tahun 2023 sebanyak 10,5% (537 juta orang dewasa) pada umur 20-79

tahun atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes diseluruh dunia. Di

Indonesia penyakit DM prevelansi cukup tinggi.Dimana seiring

bertambahnya jumlah penduduk, pertambahan usia, meningkatnya gaya

hidup tidak sehat, pola makan tidak sehat.5Berdasarkan laporan terakhir

data profil kesehatan Sumatra Barat tahun 2023 didapatkan jumlah

penderita Diabetes Mellitus di Sumatera Barat yaitu sebanyak 36.038

kasus, dengan jumlah penderita Diabetes mellitus di kota Padang 8831

kasus.

Berdasarkan hasil penelitian Rudi,A&Kwureh, H.N. (2017) yang

menyatakan ada hubungan antara usia dan kadar gula darah dimana kadar

gula darah pada orang dewasa selalu dikaitkan dengan aktivitas fisik yang

terbatas dengan alasan orang dewasa memiliki kesibukan kerja, pola

makan tidak teratur, kurang istirahat, stress, jarang berolahraga yang

mengakibatkan terjadinya diabetes mellitus.6

Hubungan antara kadar glukosa darah sewaktu dan kualitas hidup

pasien Diabtes Mellitus menunjukkan pola negative, artinya semakin

tinggi kadar gula darah sewaktu, maka kualitas hidup pasien Diabetes

Mellitus semakin rendah.Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suciana et al (2019) ada hubungan antara penatalaksanaan

pengendalian DM dengan kualitas hidup pasien. Hal yang sama juga

6
Irwansyah, Ilham Syarief Kasim.2020 Faktosr Risiko Kasus Diabetes Mellitus Tipe 2 Jurnal
IlmiahKesehatan Sandi Husada Volume 9, Nomor 1, Juni (2020).
diungkapkan Khairani et al (2018) bahwa semakin lama seseorang

menderita Diabetes Mellitus maka akan menurunkan kualitas hidupnya.7

Berdasarkan hasil penelitian Sonta Imelda Hasil penelitian

menemukan bahwa, faktor yang paling mempengaruhi terjadinya diabetes

Miliatus yaitu faktor kurangnya aktivitas dan juga adanya riwayat

keturunan dan pola makan yang tidak sehat.8

Pada penderita Diabetes Mellitus, hormone insulin yang ada

didalam tubuh mengalami abnormalitas beberapa penyebabnya antara lain

sel-sel tubuh dan jaringan tidak memanfaatkan glukosa dari darah sehingga

menghasilkan peningkatan glukosa dalam darah. Kondisi tersebut

diperburuk oleh peningkatan produksi glukosa oleh hati yaitu

glikogeriolisis dan gluconeogenesisyang terjadi secara terus menerus

karena tidak adanya hormone insulin maka masalah keperawatan yang

akan muncul adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah. Pada pasien

Diabetes Mellitus terdapat penurunan berat badan,akibat dari menurunnya

nafsu makan. Maka masalah keperawatan yang muncul adalah resiko

deficit nutrisi. Pada pasien Diabetes Mellitus biasanya terdapat adanya

gangguan pada aktivitas fisiknya seperti adanya ketidakcukupan energy

untuk melakukan aktivitas sehari hari. Maka masalah keperawatan yang

muncul adalah resiko intoleransi aktivitas.

Dari sudut pandang patofisiologi diatas masalah keperawatan yang

mungkin muncul pada pasien dengan Diabetes Mellitus yaitu


7
Sonta Imelda, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diabetes Mellitus di Puskesmas
Harapan Raya. Journal of Scienth Research and Development. Vol 2. Tahun (2018).
8
Sonta Imelda, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diabetes Mellitus di Puskesmas
Harapan Raya. Journal of Scienth Research and Development. Vol 2. Tahun (2018).
ketidakstabilan kadar glukosa darah, resiko integritas kulit/jaringan, resiko

deficit nutrisi,resiko intoleransi aktivitas. Jika tidak segera ditangani akan

muncul komplikasi seperti penyakit hiperglikemia, katoasdosis diabetic,

hipoglikemia, kerontokan rambut, hipertensi, gangguan jantung, neuropati,

nefropati, renopati, katrarak, glaucoma, gangguan hati, gangguan kulit dan

koma diabetikum.

Dari uraian diatas peran tenaga medis sangat di perlukan dalam

proses penyembuhan pasien Diabetes Mellitus (DM) untuk meminimalisir

resiko yanag akan berdampak pada kegawatdaruratan pasien, dalam hal

ini terutama perawat sebagai care giver (pemberi asuhan keperawatan

secara komprehensif). Dimulai dengan melakukan pengkajian keperawatan

yang akan menjadi tolak ukur dalam pemberian asuhan keperawatan pada

pasien DM, kecepatan dan ketepatan perawat dalam menegakkan

diagnose,menentukan rencana tindakan dan melakukan tindakan

(implementasi) asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus. Selain itu perawat juga berperan dalam Memberikan edukasi

yang bertujuan untuk mencegah dan meningkatkan Kewaspadaan pasien

agar terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus sampaikepada evaluasi

akhir.9

Berdasarkan latar belakang diatas, di dapatkan bahwa Diabetes

Mellitus merupakan salah satu penyakit yang sering di temukan di

masyarakat dan termasuk kedalam kasus yang berbahaya. Maka penulis

tertarik untuk Menyusun Studi Kasus Dengan Judul “Asuhan Keperawatan


9
Lelisma, Nofda (2019) Penerapan Intervensi Latihan Senam Kaki dengan Diabetes Mellitus (DM)
Tipe II di wilayah Kerja Puskesmas Kumpulan
pada Paien dengan Diabetes Mellitus (DM) di RS TK III Dr.Reksodiwiryo

PadangTahun 2024.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) Di RS TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang Tahun 2024”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Secara umum penelitian studi kasus ini bertujuan agar peneliti

mampu menyusun “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Diabetes Mellitus Di RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun

2024”.

1.3.2 Tujuan Khusus


1 Mampu Melakukan Pengkajian “Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Diabetes Mellitus Di RS TK III

Dr.Reksodiwiryo Padang 2024”

2 Mampu Menegakkan Diagnosis “Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Diabetes Mellitus Di RS TK III

Dr.Reksodiwiryo Padang 2024”

3 Mampu Menentukan Intervensi “Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Diabetes Mellitus Di RS TK III

Dr.Reksodiwiryo Padang 2024”


4 Mampu Melakukan Implementasi “ Asuhan Keperawatan

Pasien dengan Diabetes Mellitus Di RS TK III

Dr.Reksodiwiryo Padang 2024”

5 Mampu Melakukan Evaluasi “Asuhan keperawatan pada

Pasien dengan Diabetes Mellitus Di RS TK III

Dr.Reksodiwiryo Padang 2024”

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran

perawat dalam upaya memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien

Dengan Diabetes Mellitus (DM) Di RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.

b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti

Sebagai pengembagan diri dan kemampuan peneliti dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam memberikan

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Mellitus ( DM ) Di

RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang

2. Bagi Institusi

Pendidikan Akper Kesdam I/BB Padang Untuk menambah bahan

bacaan pustaka serta menambah ilmu pengetahuan mengenai Asuhan

Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) Di RST TK III


Dr. Reksodiwiryo Padang dalam proses pembelajaran dan juga sebagai

pedoman penyusunan Studi Kasus yang akan datang.

3. Bagi Rumah Sakit TK III Dr.Reksodiwiryo Padang

Studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi

kepada pihak Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo Padang untuk tenaga

kesehatan terutama perawat dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) Di RS TK III Dr. Reksodiwiryo

Padang.

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Hasil Studi Kasus ini diharapkan dapat dijadikan data dasar bagi

penulis selanjutnya untuk dapat meneliti masalah kesehatan mengenai

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) Di

RST TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyeakit

Pada Sub BAB penulis akan menjelaskan tentang konsep dasar

penyakit Diabetes Melitus yang meliputi pengertian diabetes melitus,

anatomi dan fisiologi pankreas, etiologi penyakit,klasifikasi diabetes

melitus, patofisiologi penyakit, WOC, manifestasi klinis, komplikasi yang

akan terjadi, pemeriksaan diagnostik serta penatalaksanaan yang akan

dilakukan pada Diabetes Melitus.

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit gagguan

metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia. Diabetes

melitus pada dasarnya disebabkan oleh organ pankreas di dalam

tubuh tidak mampu lagi memproduksi insulin sehingga konsentrasi

gula darah dalam pembuluh darah mengalami peningkatan .

Pada penderita diabetes mellitus, pancreas tidak mampu

memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-

sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi

energi hiperglikemia kronik pada diabetes dapat menyebabkan

kerusakan jangka panjang, disfungsi, beberapa organ tubuh

terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.10

10
Sumiyati, Umami, and, Marlina Sirmatama (2021).Buku Pengelolaan Asuahan Keperawatan di
Komunitas Dengan Diabetes Melitus, Kolestrol dan Asam Urat.
2.1.2 Anatomi Fisiologi Pankreas

A. Anatomi Pankreas

Pada penyakit Diabetes Melitus organ yang diserang adalah

pankreas adapun anatomi pankreas dan fisiologi pankreas sebagai

berikut :11

Gambar 2.1 anatomi pancreas12

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang

memiliki fungsi utama yaitu untuk menghasilkan enzim

pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.13

Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang

lambung dalam abdomen, panjangnya kira-kira 20-25 cm, tebal

kurang lebih 2,5 cm dan beratnya 80 gram, terbentang dari atas

sampai kelengkungan besar dari abdomen dan dihubungkan oleh

saluran ke duodenum. Struktur organ ini lunak dan berlobus,

terususun atas :

11
Buku Asuhan Keperawatn Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatam Stroke. Cetakan
pertama, Januari 2021
12
Sumber: psychologymania
13
1. Kepala pancreas, merupakan bagian yang paling lebar,

terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan didalam

lekukan duodenumyang praktis melingkarinya.

2. Badan pancreas, merupakan bagian utama pada organ

ini, letaknya di belakang lambung dan di depan

vertebratalumbalis pertama

3. Ekor pancreas, bagian runcing disebelah kiri dan

berdekatan menyentuh limpa.14

Kelenjer pancreas tersusun atas dua jaringan utama yaitu

Asini yang merupakan penyusun terbanyak (80%) dari volume

pancreas, jaringan ini menghasilkan getah pencernaan dan pulau-

pulau langerhans (sekitar 1 juta pulau) yang dihasilkan hormon.

Pulau Langerhans merupakan kumpulan sel terbentuk ovoid dan

terbesar di seluruh pancreas tetapi lebih banyak pada ekor (kauda).

Kelenjer pancreas mempunyai hubungan ke depan dari

kanan ke kiri: kolon transversum dan perlekatan mesocolon

transversum, bursa omentalis dan ester sedangkan ke bagian

belakang dari kanan ke kiri ductus choleduchus,vena portae

hepatis dan vena lienalis, vena cava inferior, aorta pangkal arteri

mesenterica superior, muskulus spoas majir glandulasuprarenalis.

Pankeras mempunyai dua saluran utama yang menyalurkan sekresi

ke dalam duodenum yaitu :

1. Ductus wrisungi atau ductus pankreastikus, ductus ini

dimulai dari ekor/cauda pancreas dan berjalan sepanjang


14
Manurung, Nixson.(2018) Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : CV, Trans Info Media
kelenjer, menerima banyak cabang dari perjalanannya.

Ductus ini yang bersatu dengan ductus koledukus,

kemudian masuk kedalam duodenum melalui spinter oddi.

2. Duktus sarotini atau pankreatikus asesori, ductus ini

bermuara sedikit di atas ductus pankreatikus pada

duodenum.

B. Fisiologi pancreas

Fungsi pancreas Kalenjer pancreas mempunyai fungsi

utama yaitu fungsi eksokrin dan fungsi endokrin.

a) Fungsi eksokrin

Kelenjer pancreas hampir 99% terdiri dari sel asini yang

merupakan penghasil kelenjar pancreas yang menghasilkan

1200-1500ml cairan. Cairan pancreas jernih dan tidak

berwarna, mengandung air, beberapa garam, sodium

bikarbonat dan enzim-enzim. pH cairan pancreas alkali (Ph:

7.1-8.2) karenamengandung sodium bikarbonat. Keadaan

pH ini akan menghambat gerak pepsin dari lambung dan

menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim-enzim

usus halus.

Enzim-enzim pada pancreas dihasilkan oleh sel-sel

asinar, fungsinya membantu pemecahan protein,

karbohidrat dan lemak. Enzim-enzim yang berperan dalam

pencernaan protein atau preolitik diantaranya tripsin,

kimotripsin dan karboksipeptidae. Enzim-enzim ini di


produksi di dalam sel-sel pancreas dalam bentuk tidak aktif

yaitu tripsinogen, kimotripsinogen dan pokarboksipeptidae.

Setelah di sekresi kedalam saluran pencernaan, zat tersebut

diaktifkan, tripsinogen di aktifkan oleh enzim untuk pencernaan

enterokinase diaktifkan oleh tripsin menjadi kemotripsin,

demikian juga terjadi padaprokarbonksipeptidase.

Pengaturan produksi dari cairan pankreas dilakukan oleh

pengaturan saraf dan pengaturan hormonal. Pengaturan

sarafterjadi bila adanya stimulus dari fase sefalik dan sekresi

lambung terjadi maka impuls parasimpatis secara serentak

dihantarkan sepanjang nervus vagus ke pankreas dan

mengakibatkan produksi cairan pankreas. Sedangkan pengaturan

hormonal terjadi akibat stimulasi hormon sekretin dan

kolesistokonin yang menyebabkan peningkatan sekresi enzim.

b) Fungsi endokrin

Kelenjer endokrin dalam pancreas adalah pulau langerhans yang

menghasilkan hormon. Hormon merupakan zat organik yang

mempunyai sifat khusus untuk pengaturan fisiologis terhadap

kelangsungan hidup suatu organ atau sistem. Sel-sel pulau

langerhans tersususn atas sel Alfa yang menghasilakn hormon

glukagon, sel-sel beta yang menghasilkan insulin, sel delta yang

menghasilkan somastostatinn atau growh hormon- inhibiting

hormon (GH-IH) hormon (GH-IH) dan sel F yangmenghasilkan

polipeptida pankreatik.

1) Hormon glucagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai

lurusyang mengandung residu asam amino. Sasaran utama

glukagon adalah hati dari nutrisi lainnya seperti asam

amino, gliserol dan asam laktat menjadi glukosa. Sekresi

glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula darah

melalui sistem feedback negatif. Ketika gula darah

menurun maka akan merangsang sel-sel alfa untuk

mensekresi glukagon juga disebabkan karena hormone

somastostatin. Secara umum fungsi glukagon adalah

merombak glikogen menjadi glukosa, mensintesis glukosa

dari asam lemak dan asam amino serta pembebasan glukosa

ke darah oleh sel-sel hati. 2) Hormon Insulin

Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau Langerhans

pada pancreas, merupakan hormon peptida yang tersusun

oleh dua rantai asam amino yaitu rantai A dan rantai B

yang dihubungkan melalui jembatan disulfida. Insulin

diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika

makanandicerna. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi

40-50.

Insulin berfungsi memfasilitasi dan mempromosikan

transport glukosa melalui membrane plasma sel dalam

jaringan tertentu/targetnya seperti otot dan adiposa. Tidak

adanya insulin maka glukosa tidak dapat menembus sel.

Glukosa sendiri digunakan untuk kebutuhan energi dan


sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen. Insulin juga

berfungsi untuk mendorong glukosamasuk ke dalam sel

lemak jaringan adipose untuk di jadikan gliserol. Gliserol

bersama asam lemak membentuk trigliserida, suatu bentuk

lemak yang disimpan. Insulin juga berperan dalam

menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan

konversi asam amino atau asam lemak menjadi glukosa.

Peningkatan kadar insulin mempunyai afek pada penurunan

kadar glukosa darah (hipoglikemia) (normal kadar gula 70-

110mg/dL). Jika kadar insulin menurun menyebabkan

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) seperti yang

terjadi pada diabetes mellitus.

a) Transport dan metabolism glukosa untuk energy

b) Menstimulus penyimpanan glukosa dalam hati dan

ototdalam bentuk glikogen

c) Memberiperingatan pada hati untuk berhenti

memecahkan glukogen menjadi glikogen

d) Membantu penyimpanan lemak dalam jaringan adipose

e) Mempercepat transport asam amino ke dalam sel

f) Insulin juga bekerja untuk menghambat pemecahan

cadangan glukosa, protein dan lemak.

Sekresi insulin di control oleh mekanisme kimia,

hormonal dan persarafan, produksi insulin meningkat oleh

adanya peningkatan kadar gula darah, asam amino (seperti


aginin dan lysisne), serum lemak bebas. Peningkatan

hormonhormon gastrointestinal juga memicu peningkatan

insulin, disamping adanya stimulus saraf simpatik.

Sedangkan yang menghambat produksi insulin adalah

rendahnya kadar gula darah (hipoglikemia), keadaan kadar

gula yang tinggi yang sudah ada, stimulasi saraf simpatis

dan prostaglansin.

3) Somastostatinatau growh hormon-inhibiting hormone

(GHIH) Somastostatin diproduksi oleh sel delta, yang

merupakan hormon yang penting dalam metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein (keseimbangan pencernaan).

Hormon ini juga diproduksi oleh hypothalamus. Produksi

somastostatin menghambat produksi hormon pertumbuhan,

sekresi gastrin dalam lambung serta menghambat produksi

hormon-hormon yang dihasilkan oleh pankreas seperti

glukagon dan insulin sehingga mencegah terjadinya

kelebihan sekresi insulin. Sekresi somastostatin dari pulau

langerhans meningkat oleh glukosa, asam amino tertentu.

4) Poli pankreatik

Hormon ini dihasilkan sel F, mempunyai efek

penghambat kontraksi kandung empedu, pengaturan

enzimenzim pankreas dan berpengaruh terhadap laju

absorbsi nutrienoleh saluran cerna.

2.1.3 Etiologi
Sesuai dengan klarifikasi maka penyebabnya pun pada setiap jenis

dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan beberapa penyebab dari

penyakit diabetes mellitus :

a. Diabetes Mellitus tipe I ( IDDM )

1. Faktor Genetik

Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes mellitus tipe I

itu sendiri, tetapi mewarisi sesuatu predisposisi atau kecenderungan

genetik ke arah terjadinya diabetes mellitus tipe I. Kecenderungan genetik

ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

2. Faktor Imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respon abnormal dimana

antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan

asing.

3. Faktor Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi selbeta.

b. Diabetes Mellitus tipe II ( NIDDM )

Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes mellitus tipe II masih belum diketahui. Faktor

genetik mempunyai peranan dalam prosses terjadinya resistensiinsulin.

1. Faktor risiko

a) Usia
Sekitar 90% dari kasus diabetes mellitus yang didapati adalah diabetes

mellitus tipe II. Pada awalnya, tipe II uncul seiring dengan bertambahnya usia

dimana keadaan fisik mulai menurun

b) Obesitas

Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang

menyebabkan diabetes tipe II. Hal ini jelas dikarenakan persediaan cadangan

glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolestrol dalam

darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah kesuluruh

tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan

dengan perbaikan dalam sensivitas imsulin dan pemulihan toleransi glukosa.

c) Riwayat Keluarga

Jika orang tua menderita Diabetes Mellitus tipe II, rasio Diabetes Mellitus

dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer

diabetes tipe II. 20

c. Diabetes Mellitus Gestasional

Pada Diabetes Mellitus dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami

oleh si Ibu.

1) Ibu tersebut memang telah menderita diabetes mellitus sejak sebelum hamil.

2) Ibu mengalami/menderita diabetes mellitus saat hamil. Pada saat seorang

wanita hamil, ada beberapa hormone yang mengalami peningkatan jumlah.

Misalnya, hormone kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL).

Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormone-hormon tersebut mempunyai

pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa).

3) Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya


4) Kelainan genetik dalam sel beta

5) Kelainan genetik pada kerja insulin sindrom resistensi insulinberat dan

akantosis negrikans.

6) Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali

7) Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta.

8) Infeksi

2.1.4 Klasifikasi

Berdasarkan dari kelas klinis (klasifikasi diabetes melitus dibagi menjadi

empat yaitu, DM tipe 1, hasil dari kehancuran sel β pankreas,biasanya

menyebabkan defisiensi insulin yang absolut, DM tipe 2, hasil dari gangguan

sekresi insulin yang progresif yang menjadi latar belakang terjadinya resistensi

insulin, Diabetes tipe spesifik lain, misalnya gangguan genetik pada fungsi sel β,

gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic

fibrosis), dan yang dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan

HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ), dan gestational diabetes mellitus

(Rahmasari, 2019). Adapun klasifikasi diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes melitus yang terjadi akibat kerusakan atau destruksi sel beta di

pankreas. Kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi

secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan

idiopatik.

b. Diabetes Mellitus Tipe2


Penyebab diabetes melitus tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi

insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal

sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi didalam tubuh. Defisiensi insulin

juga dapat terjadi secara relatif pada penderita diabetes melitus tipe 2 dan sangkan

mungkin terjadi defisiensi insulin absolut.

c. Diabetes Mellitus Tipe lain

Penyebab diabetes melitus tipe lain adalah bervariasi. Diabetes melitus tipe

ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja

insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia,

infeksi, kelainan imunologi, dan sindrom genetik lainnya yang berkaitan dengan

diabetes mellitus.

d. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes melitus yang terjadi setelah diagnosis pada trimester kedua atau

ketiga pada masa kehamilan, yang dimana sebelum masa kehamilan tidak

didapatkan diabetes mellitus.

2.1.5 Tanda dan Gejala

Perkeni (2021) membagi alur diagnosis Diabetes Melitus menjadi dua

bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas Diabetes Melitus.

a. Gejala khas Diabetes Melitus terdiri dari trias diabetik yaitu :

1. Poliuria (banyak kencing)

peningkatan pengeluaran urine terjadi apabila peningkatan glukosa

melebihi nilai ambang ginjal untuk reabsorpsi glukosa, maka akan terjadi
glukossuria. Hal ini menyebabkan diuresis osmotic yangsecara klinis

bermanifestasi sebagai poliuria.

2. Polidipsi (banyak minum)

peningkatan rasa haus terjadi karena tingginya kadar glukosa darah yang

menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh 19 Maria Insana.(2021) Buku

Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dan Asuhan Keperawatan Stroke. 23

tubuh. Hal ini terjadi karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi

melewati poripori membran sel. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme

protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan

glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada pasien diabetes kronis juga

berperan menyebabkan kelelahan.

3. Polifagia (banyak makan)

peningkatan rasa lapar terjadi karena penurunan aktivitas kenyang di

hipotalamus. Glukosa sebagai hasil metabolisme karbohidrat tidak dapat masuk ke

dalam sel, sehingga menyebabkan terjadinya kelaparan sel. Gejala khas Diabetes

Melitus lainnya yaitu ditandai dengan berat badan menurun tanpa sebab yang

jelas.

b. Gejala tidak khas

Diabetes Melitus diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh,

gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus (wanita).

2.1.6 Patofisiologi

Adapun patofisiologi Diabetes Melitus terbagi menjadi 2 yaitu :

a. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe I


Pada diabetes tipe 1, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun, sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia

puasa terjadi karena produksi glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati.

Meskipun glukosa dalam makanan tetap berada di dalam darah dan

menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah makan), glukosa tidak

dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup

tinggi, ginjal tidak akan dapat menyerap kembali semua glukosa yang

telah di saring. Oleh karena itu, ginjal tidak dapat menyerap semua

glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul dalam urine (kencing manis).

Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah ini akan disertai

dengan eksreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini disebut

diuresis osmotic. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan

peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus (polidipsi).19 Diabetes

Melitus Tipe 1 juga dapat terjadinya karena adanya virus seperti

cocksakie, rubella, citomegalo virus, herpes.

b. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II

Pada Diabetes Melitus 2 terjadi karena adanya kombinasi antara

tidak normalnya produksi insulin serta resistensi insulin pada pankreas

tetap memproduksi insulin namun terkadang pada saat tertentu produksi

insulin tersebut mengalami peningkatan yang mempengaruhi pada

pembentukan kekebalan tubuh berefek pada terjadinya kekurangan

insulin yang relative adapun faktor resiko utama utama DM Tipe 2

adalah obesitas. Merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan

banyak faktor kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin pada otot
dan hati merupakan efek utama yang terjadi. Selanjutnya terjadi

defisiensi incretin, lipolysis meningkat, hiperglukagonemua, resistensi

insulin di otak, peningkatan absorbsi glukosa di renal yang juga dapat

menjadi akibat dari perkembangan penyakit. Dari tanda dan gejala yang

ditimbulkan pada penderita Diabetes Melitus Tipe 1 dan Diabetes

Melitus Tipe 2 dapat mengakibatkan masalah keperawatan yang beresiko

jika tidak diatasi dengan tepat. Adapun resiko yang dapat terjadi resiko

ketidakstabilan kadar glukosa darah dikarenakan gagalnya pankreas

dalam mengontrol produksi insulin yang diakibatkan karena gangguan

autoimun yang mengakibatkan kelainan atau gangguan metabolisme

sehingga terjadinya hiperglikemia, pada faktor selanjutnya resiko yang

dapat muncul pada penderita dengan Diabetes Melitus yaitu resiko syok

dikarenakan adanya keadaan hiperglikemik, hipoglikemia atau

ketoasidosis diabetes. Selanjutnya pada pasien Diabetes Melitus bisa

mengalami resiko infeksi diakibatkan dari adanya luka yang sukar atau

sulit untuk sembuh pada bagian kaki karena adanya tekanan berulang

pada kaki dan disertai dengan adanya neuropati perifer.


2.1.7 Kerangka Konsep / WOC

DM Tipe 1 Etiologi (Genetik DM Tipe 1 Etiologi (Usia,


Imunologi, Lingkungan) Obesitas,Riwayat Keluarga)

Distruksi Sel Beta dipulau Pengeluaran Insulin Berlebihan


Pangkreas akibat proses autoimun.
Kegagalan relative sel beta.
ResistensI Insulin Kerusakan Pangkreas

Diabetes Melitus

Transpor Glukosa ke sel menurun

Metabolisme Glukosa di Mitokondria Adenosin Triposat


menurun

Peningkatan Glukosa dalam darah Tubuh menjadi lemah

MK :Resiko Intoleransi
Kerusakan Vaskuler Hiperglekemia Aktivitas

MK : Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah
Neuropati Perifer Ginjal tidak dapat
Menyerap Glukosa
MK : Resiko
Gangguan
Integritas
Glukosa di urine meningkat dan disertai
Kulit/Jaringan MK : Resiko Syok
Pengeluaran cairan berlebihan

ULKUS BAK meningkat

MK : Resiko Infeksi
2.1.8 Manifestasi Klinis

Seseorang yang menderita DM dapat memiliki gejala antara lain poliuria

(sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa

lapar), serta penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain hal-

hal tersebut, gejala penderita DM lain adalah keluhkan lemah badan dan

kurangnya energi, kesemutan di tangan atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi

bakteri atau jamur, penyembuhan luka yang lama, dan mata kabur. Namun, pada

beberapa kasus, penderita DM tidak menunjukkan adanya gejala.

Menifestasi Klinis Diabetes Mellitus tergantung pada tingkat hiperglikemia

yang dialami oleh pasien. Seseorang yang menderita DM dapat memiliki gejala

antara lain:

a. Poliurinia

Poliurinia merupakan gejala berupa sering buang air kecil, terutama pada

Malam hari. Urine yang keluar lebih banyak dari pada orang normal.

b. Polidipsia
Polidipsia adalah meningkatnya jumlah air yang diminum karena sering

merasa haus.Haus yang dirasakan tersebut merupakan akibat dari ginjal yang

menarik air dari sel sehingga terjadi dehidrasi sel.

c. Poliphagia

Poliphagia adalah sering merasa lapar, akibat kurangnya jumlah insulin atau

terganggunya fungsi insulin maka glukosa yang 22 Febrinasari,dkk.(2020). Jurnal

Bioteknologi dan Biosains Indonesia.Hubungan Pengetahuan dan Tindakan

Pelaksanaan Diet Dngan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus 28

dihasilkan dari metabolisme makanan tidak dapat di serap oleh sel

tubuh.Akibatnya , penderita Diabetes Militus akan merasa lemas, lelah, dan

mengantuk. Trias poli ini terjadi akibat kehilangan cairan berlebihan yang

berhubungan dengan dieresis osmotic.Pasien juga mengalami poliphagia akibat

dari kondisi metabolic yang diinduksi oleh adanya defensiesi insulin serta

pemecahan lemak dan protein.

d. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan pada diabetes disebabkan oleh sel yang kekurangan

cairan tubuh dan tidak menerima energi sehingga ukuran sel akan mengecil. Oleh

karena sel tidak mendapatkan energi, simpanan lemak dan protein tubuhlah yang

digunakan sebagai energi.

e. Penglihatan kabur

Pada penderita diabetes, banyak terjadi gangguan pembuluh darah. Salah

satunya pembuluh darah pada mata akan menebal sehingga penglihatan menjadi

kurang jelas hingga dapat menyebabkan kebutaan.

f. Kesemutan pada ekstremitas bawah


Kesemutan mulai dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan

tulang-tulang phalangs disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah akibat dari

tingginya gula darah sehingga bagian tubuh yang mengalami kesemutan tersebut

kurang mendapatkan suplai darah.

2.1.9 Komplikasi

Diabetes Mellitus perlu diwaspadai karena aka nada masalah

komplikasi pada hamper seluruh bagian tubuh kita. Dari mata hingga kaki

tidak luput dari serangan penyakit gula darah ini. Adapunkomplikasi yang

ditimbulkan menurut (syahdarajat,2019):

a. Hiperglikemia

Masalah utama masalah hiperglikemia pada penyandang DM adalah dermatitis

kontak alergi (peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpapar dengan bahan

allergen melalui proses hipersensivitas tipe lambat) dan hyperosmolar

hyperglycemic state (kadar gula darah yang terlalu tinggi naik secara ekstrem

hingga 600 mg/dL. Dua maslah lain yakni fenomena fajar dan fenomena somogy.

Fenomena fajar adalah suatu kenaikan glukosa darah antara jam 4 pagi dan jam 8

pagi yang bukan merupakan respons terhadap hypoglikemia. Kondisi ini terjadi

pada penyandang DM tipe 1 dan 2. Penyebab pastinya tidak diketahui tetapi

percaya terkait dengan peningkatan hormone pertumbuhan pada malam hari, yang

menurunkan perifer glukosa. Fenomena somogyi adalah kombinasi hipoglikemia

selama malam hari dengan kenaikan glukosa darah di pagi hari terhadap kadar

hiperglikemia.

b. Katoasdosis Diabetik
Terjadi bila terdapat kekurangan insulin dan peningkatan hormone kortisol.

Produksi glukosa meningkat, pemakaian glukosa perifer berkurangan, mobilisasi

lemak.

c. Hipoglikemia

Kadar glukosa darah rendah umumnya terjadi pada penyandang DM tipe 1

terkadang terjadi pada DM tipe 2. Kondisi ini sering kali disebut syok insulin,

reaksi insulin, atau penurunan. Hipoglikemia disebabkan oleh ketidaksesuaian

antara asupan insulin (kesalahan dosis insulin), aktifitas fisik, dan kurang

tersedianya kabohidrat (melewatkan makan).

d. Kerontokan Rambut

Penderita diabetes yang tidak dapat mengontrol penyakitnya dengan baik

banyak yang mengalami kerontokan, sehingga lamalamaan menjadi tipis. Jika

diberi perawatan dengan pemberian vitamin E, vitamin C, mineral, dan obat

penguat rambut, makan dalam waktu 2-3 bulam rambut rontok berkurang dan

rambut menjadi lebih sehat.

e. Masalah Gigi dan Gusi

Penderita diabetes rawan mengalami gangguan kesehatan mulut. Periondatium

atau jaringan yang mengikat gigi pada rahang menjadi mudah rusak pada

penderita diabetes.

f. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah mencapai lebih dari 140/90

mmHg. Tekanan darah dikaitkan normal apabila sistolitnya kurang dari 120

mmHg dan diastoliknya kurang dari 80 mmHg.

g. Gangguan Jantung
Gangguan jantung dialami penderita diabetes karena adanya masalah pada

metabolisme tubuh. Pada beberapa penderita diabetes, gula darah tidak mampu

masuk ke sel menjadi energi. Jika demikian, tubuh pun memberikan respon

dengan memecah simpanan lemak secara besarbesaran untuk menjadi energi.

Produksi lemak ini memancing terbentuk nya plak-plak pada pembulu darah yang

dapat memicu terjadinya infrak jantung.

h. Neuropati

Komplikasi neuropati atau kerusakan saraf merupakan komplikasi yang

paling sering dialami penderita diabetes. Kadar gliukosa darah yang terus menerus

tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak dinding pembuluih darah dan

kapiler yang menuju saraf.

i. Nefropati

Penderita yang mengalami diabetes dalam jangka waktu lama akan

berisiko ,engalami nefropati atau kerusakan ginjal. Gula darah yang tinggi akan

mempersulit ginjal untuk menyaring darah dan mengeluarkan sisa-sisa zat yang

tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat sisa tidak dapat keluar dari tubuh dapat

menggagu fungsi-fungsi organ yang lain. Akibarnya, kerusakan pada ginjal, juga

protein yang sebenarnya dipertahankan dalam tubuh justru keluar bersama urin.

j. Renopati

Diabetik gangguan mata yang disebabkan karena adanya Kerusakan pada retina

mata. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan kerusakan pada pembulu darah

retina. Gejala retinopati diabetic ini jarang disadari. Karena dianggap hanya

gangguan mata yang biasanya muncul pada usia tua. Padahal renopati, diabetic

vang 32 dapat mumberikan dampak yang besar yaitu kebutaan.


k. Katarak

Katarak biasanya dialami olch lansia yang sudah berusia diatas 60 tahun

namun pada penderita diabetes katarak biasa terjadi tebih dini. Katarak ini

ditandai dengan adanya selaput tipis yang menutupi lensa mata. Cara menangani

katarak pada penderita diabetes sama seperti dengan penderita katarak tampa

diabetes, yaitu dengan menjalankan operasi katarak.

l. Glaukoma

Komplikasi diabetes yang lainnya glukoma. Glukoma disebabkan oleh

meningkatnya tekanan cairan pada bola mata sehingga terjadi kerusakan.

Pandangan akan berkurang dan akhirnya menjadi buta.

m. Gangguan Hati

Gangguan hati sering ditemukan pada penderita diabetes.Gangguan hati yang

dialami bermacam-macam seperti: perlemakan hari, sianoasis hati, hepatitis B,

hepatitis C. Yang paling sering dialami adalah perlemakan hati, terutama pada

penderita diabetes melitus tipe 2 yang gemuk.

n. Gangguan Kulit

Penderita diabetes menahun terkadang mengalami gangguan kulit.Komplikasi

ini biasanya disebut diabetes dermopathy.

o. Koma Lakto Asidosis


Yang diartikan sebagai keadaan tubuh dengan asam laktat yang tidak dapat

diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya, kadar asam laktat dalam darah meningkat

dan seseorang bisa mengalami koma.

2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes Glukosa Darah Kapiler

Cara screening ini cepat dan murah, caranya yakni dengan menusuk ujung

jari untuk mengambil tidakk lebih dari setetesdarah kapiler. Tes ini juga disebut

gula darah stick. Bisa dipakai untuk meriksa glukosa darah puasa, 2 jam sesudah

makan, maupun yang sewaktu atau acak. Pada stick yang dipakai, sudah ada

bahan kimia yang di tetesi darah akan bereaksi dan dalam 1-2 menit sudah

memberi hasil.

2. Tes Gula Darah Vena

Biasanya dilakukan oleh laboratorium dengan mengambil darah dari pembuluh

darah vena di lengan bagian dalam untuk menilai kadar gula darah setelah puasa

minimal 8 jam dan gula darah 2 jam sesudah makan.

3. Tes Toleransi Glukosa

Pada tes ini, merupakan tes yang paling teliti. Setelah 10 jam puasa, lalu

minum glukosa 75 gr (kira-kira 2-3 kali lebih manis dari soft drink). Untuk anak-

anak, dosis glukosa adalah 1,75 gr/kg berat badan. Glukosa dilarutkan kedalam air

250 cc (satu gelas),dan diminum dalam waktu 5 menit. 2 jam kemudian diperiksa

gula darahnya

4. Tes Glukosa Urine

Glukosa yang menimbun dalam darah akan keluar melalui urine dan

terdeteksi pada tes urine. Adanya gula dalam urine adalah indikasi bahwa
andaterkena diabetes. Namun, tes urine ini dapat dipakai untuk memastikan

sesuatudiagnosis diabetes. Sebab, selain pada gula darah itu sendiri, kadar gula

dalam urine tergantung pada jumlah urine, pengaruh obat-obatan, serta fungsi

ginjal.

5. Tes HbAlc

Bila anda sudah terkena diabetes, dokter pasti akan menganjurkan

pemeriksaan HbA1c darah setiap 2-3 bulan. HbA1c adalah glycated hemoglobin,

atau dinamakan juga glycohemoglobin. Sering disebut dengan singkatan A1c. tes

ini memberikan gambaran tentang keadaan gula darah dalam 2-3 bulan terakhir.

HbA1c normal adalah dibawah 5,6%. Apabila golongan darah diatas 5,7-6,4%,

tergolong prediabetes. HbA1c diatas 6,5% dipastikan terdiagnosis diabetes.

2.1.11 Penatalaksanaan

Menurut PERKENI 2015 dalam (Varena, 2019), komponen dalam

penatalaksan DM yaitu:

a. Penatalaksanaan keperawatan

1. Diet Syarat diet hendaknya dapat :

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita 24 Tandra.H.(2017). Segala

Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta : PT.Gramedia

Pustaka Umum.

b) Mengarahkan pada berat badan normal

c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

d) Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM , adalah :


a) Jumlah sesuai kebutuhan

b) Jadwal diet ketat

c) Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman

3 J yaitu: Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah, Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya, Jenis makanan yang manis

harus dihindari. Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita

DM adalah :

1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah

makan, berarti pula 40 mengurangi insulin resisten pada penderita dengan

kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas

insulin dengan reseptornya

2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dansore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen

4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, makaolahraga akan dirangsang

pembentukan glikogen baru

6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaranasam lemak menjadi lebih baik

2. Edukasi / penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan

pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter,

mencari artikel mengenai diabetes


3. Pemberian obat-obatan

Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara

(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus

diberikanobat obatan. Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin,

bertujuan untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan

melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.

4. Melakukan perawatan luka

Melakukan tindakan perawatan menganti balutan, membersihkan luka pada

luka kotor. Dengan tujuan untuk mencegah infeksi dan membantu

penyembuhanluka. 5. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda

vital 6. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi

hiperhidrasi 7. Mengelola pemberian obat sesuai program

b. Penatalaksanaan medis

1) Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda

dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk

terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik.

Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan

diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobataninsulin pada

pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari

faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah

bagi penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan

dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed
atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin. Lama kerja insulin

beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien

(Varena, 2019).

Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan

secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin

kerjasedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk

mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien

untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis

insulin regular (R) dan insulin kerja sedang. Idealnya insulin digunakan sesuai

dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan

basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan.

Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan

kenyamanan penderita selama 38 terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis

(Varena, 2019). 2) Obat antidiabetik oral

a. Sulfonilurea

Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua yaitu

glipiziddan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-binding

dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikianjuga resiko

hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.

Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit

gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang

lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien

diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera iniselain merangsang pelepasan


insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efekekstrapankreatik

(Varena, 2019).

b. Golongan biguanid metformin

Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan

tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia

karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut

usia harus memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serumkretinin yang rendah

disebakan karena massa otot yang rendah pada orangtua (Varena, 2019).

c. Penghambatan alfa glukosidase/acarbose

Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suaru enzim

pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat

kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan

peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan

golongan obat yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut

usia yang mengalami diabetes ringan. Efek samping gastrointestinal dapat

membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit.

Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi

masalah klinis, (Varena,2019).

d. Thiazolidinediones

Thiazolidinediones Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan

dapatmeningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor.

Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak

menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal


jantung. Thiazolidinediones adalah obat dan pencatatan pada empat model adaptif

tersebut akan memberikan gambaran yang relative, (Varena, 2019).

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tehapan masing-masing model adaptasi secara sistemik

dan holistic. Pelaksanaan pengkajian keadaan pasien kepada tim kesehatan

lainnya. Kemudian perawat mengumpulkan datatentang stimulus fokal,

kontekstual, dan residual yang sesuai pengkajian pasien meliputi :

a. Identitas Diri Pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat,

status perkawinan, no MR, ruang rawat, tanggal masuk, diagnosa medik, cara

masuk RS, sumber informasi, keluarga terdekat, yang dapat dihubungi,

pendidikan, dan pekerjaan.

b. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang biasanya yang dominan adalah munculnya

sering buang air kecil (poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan polifagia),

sebelumnya penderita memiliki berat badan yang berlebih, kaki merasa sering

kesemutan, pandangan kabur, jika terdapat luka sulit sembuh, terjadinya

penurunan berat badan yang tanpadisengaja, biasanya badan pasien merasa lemas

dan lelah, biasanyapasien mudah terkena infeksi.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya Diabetes Melitus dahulunya mempunyai penyakit Diabetes Melitus

yang dahulu baik yang sudah diketahui ataupun yang belum diketahui, biasanya

pasien dengan Diabetes Melitus memiliki pola makan yang salah atau tidak sehat

saat sebelum sakit, yaitu memakan makanan yang tinggi glukosa, adanya riwayat

obesitas, dan jarangnya pasien berolahraga.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya Diabetes Melitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap Diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak

dapat menghasilkan insulin dengan baik dan disampaikan pada keturunan

berikutnya.

c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : keadaan umum lemah/lemas, kesadaran composmentis,

pasien terpasang infus RL 20 tpm, pasien bedrest.

2) Tanda – tanda Vital

a) Suhu : Biasanya suhu pasien dalam batas normal (36,4– 37,4℃).

b) Frekuensi nadi : Biasanya nadi pasien dalam batasnormal (60 – 100x/menit).

c) Frekuensi nafas : Biasanya pernafasan pasien normal 42 (16 – 24x/menit).

d) Tekanan darah : Biasanya tekanan darah pasien mengalami peningkatan diatas

batas normal sistolik (120/80 mmHg)

e) Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran pasien composmentis (sadar

sepenuhnya).

f) GCS : Biasanya GCS pasien berada dalam rentang 14 –15(composmentis).

3) Pemeriksaan Head To Toe

a) Rambut dan Hygiene Kepala


Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus warna rambut normal, bau

rambut, keadaan rambut (rontok, pecah-pecah, subur), kulit kepala (kotor, berbau,

ketombe, lesi bersih).

b) Mata

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus ditemukan konjungtiva anemis,

penglihatan kabur, sklera tidak ikterik, pupil tampak bereaksi dengan cahaya,

biasanya bola mata tampak simetris kiri dan kanan.

c) Hidung

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus tidak terpasang alat bantu

pernapasan, tidak terdapat peradangan pada hidung, tidak ada pembengkakan

polip.

d) Telinga

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus simetris kiri dan kanan dan tidak

ada keluhan.

e) Mulut dan Tenggorokan

Biasa pada pasien dengan Diabetes Melitus rongga mulut (peradangan, berbau,

kelainan, normal), tidak tampak adanya caries pada gigi, mukosa bibir kering,

tidak tampak adanya bercak putih di lidah, tidak tampak ada pembesaran tonsil,

fungsi pengecap pada lidah normal, kemampuan berbicara, dan kemampuan

menelan.

f) Integumen (Kulit)

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus jika ada bekas luka maka tampak

kemerahan pada kulit sekitar luka.

g) Leher
Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus tidak ada kekakuan pada leher,

tidak tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.

h) Thorax / Dada

(1) Dada

Inspeksi : Biasanya bentuk dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris

kiri dan kanan, tidak menggunakkan otot bantu pernafasan, pernafasan tampak

normal 16 – 24x/i.

Palpasi : Biasanya teraba fremitus sama kiridan kanan.

Perkusi : Biasanya terdengar sonor

Auskultasi : Biasanya terdengar normalvaskuler.

(2) Kardiovaskular

Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Biasanya ictus cordis teraba normal. Ictus cordis dapat teraba pada

ruang interkostal kiri V. nada normal dan teratur.

Perkusi : Biasanya batas jantung jelas dan bunyi jantung pekak.

Auskultasi : Biasanya tidak ada kelainan, arteri karotis (gunakan bagaian

diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung), suara

terdengar bunyi jantung I/SI (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub).

i) Abdomen

Inspeksi : biasanya tidak tampak adanya benjolan, biasanya perut tidak tampak

buncit, biasanya tidak terdapat jaringan parut.

Palpasi : biasanya tidak ada terdapat nyeri tekan, biasanya tidak teraba

pembesaran hati dan hepar.

Perkusi : biasanya saat ditekuk menghasilkanbunyi timpani.


Auskultasi : biasanya bising ususdalam batas normal (5 – 35x/menit)

j) Genito Urinaria

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus tidak ada gangguan pada genito

urinaria, kateter terpasang / tidak,kebersihan genito urinaria.

k) Ekstermitas

a.ekstermitas atas

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus ekstermitassimetris kiri dan kanan,

b.ekstermitas bawah

adanya nyeri / tidak, mengalami kelemahan, penurunan aktivitas.

l) Sistem persyarafan Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus terjadi

gangguan pada persyarafan akibat komplikasi seperti gejala kebas, terasa seperti

kesemutan, rasa perih saat disentuh, dll.

4) Aktivitas Sehari – hari

a) Poli Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK) : Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus BAK

nya lebih dari batas normal (4 – 8x/hari), biasanya pasien sering mengalami BAK

pada malam hari. Buang Air Besar (BAB) : Biasanya pada pasien dengan

Diabetes Melitus BAB tidakbegitu terganggu.

b) Pola Tidur dan Istirahat

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus pola tidur dan istirahatnya

terganggu karena sering terbangun pada malam hari karna sering BAK.

c) Nutrisi

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus mengalami hilang nafsu makan

atau bertambahnya nafsu makan (polipagi), mual/muntah, tidak mengikuti diet :


peningkatan masuk glukosa/karbohidrat. Penurunan berat badan yang lebih dari

periode beberapa hari / minggu, haus (polidipsi), pada orang dewasa, konsumsi air

putih yang disarankan yaitu sekitar 8 gelas berukuran 230 ml per hari atau total

2L.

d) Personal Hygiene

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus personal hygiene tidak begitu

terganggu. Normal mandi 2 – 3x/hari, gosok gigi 2 – 3x/hari, cuci rambut 1 –

2x/minggu.

5) Riwayat Psikososial

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus riwayat psikososial baik, tidak ada

gangguan keadaan emosi baik, hubungan sosial dankeluarga baik.

6) Riwayat Spiritual

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus spiritual nya agak terganggu

karena penyakit yang di deritanya.

7) Riwayat Seksualitas

Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus tidak ada gangguanpada riwayat

seksualitasnya kecuali pada pasien pria.

8) Data Penunjang

Dalam menentukan adanya Diabetes Melitus, tes urin tunggal tidak boleh

dilakukan namun perlu ditambah dengan tes gula darah, dapat dikatakan diabetes

ketika adanya gejala dan peningkatan kadar gula darah.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan (SDKI)

a. D.0027 Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d kadar glukosa dalam

darah/urin tinggi.
b. D.0032 Risiko Defisit Nutrisi d.d berat badan menurun.

c. D.0023 Hipovolemia d.d mengeluh haus dan membrane mukosa kering.

d. D.0060 Risiko Intoleransi Aktivitas d.d merasa lemah.

e. D.0139 Risiko Gangguan integritas kulit d.d kekurangan/ kelebihan cairan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan (SIKI)

No Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SLKI)

1. D.0027 Luaran : 03022 Manajemen

Ketidakstabilan Kestabilan kadar glukosa Hiperglikemia.

kadar glukosa darah Observasi

darah Ekspektasi: Meningkat a. Identifikasi

b.d resistensi Kriteria Hasil: kemungkinan penyebab

insulin d.d kadar a. Kesadaran hiperglikemia

glukosa dalam meningkat b. Identifikasi situasi

darah/urin tinggi. b. Pusing menurun yang menyebabkan

c. Lelah/lesu kebutuhan insulin

menurun meningkat (mis.

d. Keluhan lapar penyakit kambuhan)

menurun c. Monitor kadar


e. Gemetar menurun glukosa

f. Berkeringat darah,jika perlu

menurun d. Monitor tanda dan

g. Mulut kering gejala hiperglikemia

menurun (mis.poliuria,

h. Rasa haus polydipsia, polifagia,

menurun kelemahan, malaise,

i. Perilaku aneh pandangan kabur, sakit

menurun kepala)

j. Kesulitan bicara e. Monitor keton urin,

menurun kadar analisa

k. Kadar glukosa gas darah ,elektrolit,

dalam darah tekanan darah

membaik ortostatik dan frekuensi

l. Kadar glukosa nadi.

dalam urine Terapeutik

membaik a. Berikan asupan

m. Palpitasi membaik cairan oral

n. Perilaku membaik b. Konsultasikan

o. Jumlah urine dengan medis jika

membaik tanda dan gejala

hiperglikemia tetap

ada ataumemburuk

c. Fasilitasi
ambulasi jika ada

hipotensi ortostatik

Edukasi

a.Anjurkan

menghindari

olahraga saat kadar

glukosa darah lebih

dari 250 mg/dL

b. Anjurkan monitor

kadar glukosa darah

secara mandiri

c. Anjurkan

kepatuhan terhadap

diet dan olahraga

d.Ajarkan indikasi dan

Pentingnya pengujian

keton urine,jika perlu

e. Ajarkan pengelolaan

diabetes(mis.

pengunaan in sulin,

obat oral, monitor

asupan cairan,

penggantian

karbohidrat,dan
bantuan professional

kesehatan)

Kolaborasi

a. Kolaborasi

pemberian

insulin,jika perlu

b.Kolaborasi pemberian

cairan IV,jika perlu

c. Kolaborasi

pemberian

kalium,jika perlu

2. D.0032. Risiko L. 03030 Status Edukasi Diet.

Defisit Nutrisi d.d Nutrisi Definisi Observasi

berat badan Keadekuatan asupan a. Identifikasi

menurun minimal nutrisi untuk memenuhi kemampuan pasien

10% di bawah kebutuhan dan Keluarga

rentang metabolisme. menerima informasi

Ekspektasi: Membaik b. Identifikasi tingkat

Kriteria Hasil: pengetahuan saat ini

a. Porsi makanan yang c. Identifikasi kebiasaan

dihabiskan makan saat ini dan

meningkat. masalalu

b. Kekuatan d. Identifikasi presepsi


otot pengunyah pasien dan

meningkat keluargatentang diet

c. Kekuatan otot yang akan

menelan meningkat diprogramkan

d. Serum albumin e. Identifikasi

meningkat keterbatasan fnansial

e. Verbalisasi untuk

keinginan untuk menyediakan makanan

meningkatkan Terapeutik

nutrisi meningkat a. Persiapkan materi,

f. Pengetahuan mediadan alat peraga

tentang pilihan b. Jadwalkan waktu

makanan yang sehat meningkat yang tepat ntuk

g. Pengetahuan memberikan

tentang pilihan pendidikan kesehatan

minumanyang sehat c. Berikan kesempatan

meningkat keluarga dan pasien

h. Bising usus bertanya

membaik Edukasi

i. Berat badan a. Jelaskan tujuan

membaik kepatuhan diet

j. Nafsu makan terhadap kesehatan

membaik b.Informasikan

makanan
yang boleh dan yang

dilarang

c. Anjurkan megganti

makanan sesuai dengan

diet yang

diprogramkan

d. Anjurkan melakukan

olahraga sesuai

toleransi

Kolaborasi

a. Rujuk ke ahli gizi

dan

sertakan keluarga, jika

perlu

2.2.4 implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan .Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis

yang tepat,intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan

untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien.Proses implementasi

akan memastikan asuhan keperawatan yang efisien,aman,dan efektif.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima atau fase terakhir proses keperawatan.Evaluasi

adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari

evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,dilanjutkan

atau diubah. Evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah

mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat untuk

segera memodifikasi intervensi .Evaluasi berlanjut untuk mencapai tujuan

kesehatan atau selesai mendapatkan asuhan keperawatan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan desain atau rancangan studi kasus.Studi

kasus adalah penelitian yang menguraikan penjelasan secara menyeluruh

mengenai aspek seorang individu ,suatu kelompok,suatu organisasi sehingga

pada penelitian tersebut penulis harus mengelola sebanyak mungkin data

mengenai subjek yang diteliti.Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan


masalah keperawatan pada pasien dengan Diabtes Melitus Tipe II di RST TK

III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2024.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini adalah Tn. K.

Dimana pasien yang dimaksud untuk menjadi subyek studi kasus ini adalah

pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di RS Tk III Dr. Reksodiwiryo

Padang

Tahun 2023. Kriteria subyek studi kasus ini adalah :

a. Pada pasien dengan diagnosis Diabetes Melitus

b. Pasien yang bersedia menjadi responden

c. Pasien yang mau diwawancarai

d. Kesadaran pasien composmentis kooperatif

3.3 Fokus Studi

Fokus studi dari penelitian ini adalah penerapan Asuhan

Keperawatan untuk menghindari resiko Kegawatdaruratan pada Tn. K dengan

Diabetes Mellitus Tipe II di RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2024

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari Studi Kasus ini digunakan untuk memudahkan

pemahaman dalam berbagai variable penelitian Studi Kasus ini yaitu :

1. Asuhan Keperawatan, yang dimaksud asuhan keperawatan pada studi kasus

penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada Diabetes Mellitus(DM) Tipe

II yaitu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk

memenuhi kebutuhan dasar pasien, meningkatkan dan mempertahankan


kesejahteraan pada pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) di RS. Tk

IIIReksodiwiryo Padang Tahun 2024.

2. Pengkajian, disini akan dikumpulkan informasi baik itu berupa

keluhan,hasil pemeriksan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang pada Tn. K

dengan Diabetes Mellitus (DM) Tipe II Di Ruang Rasuna Said di RS TK III

Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2024.

3. Diagnosis Keperawatan, merupakan masalah keperawatan yang muncul

yang di analisa dari hasil pengkajian pasien dengan Diabetes Mellitus(DM)

Tipe II di Ruang Rasuna Said di RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun

2024. Masalah keperawatan yang ditemukan bisa actual,resiko atau maupun

promosi kesehatan.

4. Intervensi, merupakan tindakan yang direncanakan untuk menyelesaikan

atau mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus

(DM) Tipe II di Ruang Rasuna Said di RS Tk III Dr. Reksodiwiryo Padang

Tahun 2024. Salah satu komponen intervensi keperawatan adalah tindakan

yang terdiri atas : observasi,terapeutik, kolaborasi dan edukasi.

5. Implementasi, merupakan pelaksanaan dari tindakan yang telah di

rencanakan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan

Diabetes Mellitus (DM) Tipe II Di Ruang Rasuna Said di RS Tk III Dr.

Reksodiwiryo Padang Tahun 2024.

6. Evaluasi, merupakan tindakan untuk mengevaluasi apakah tindakan yang

telah dilaksanakan berhasil untuk mengatasi masalah keperawatan pasien

dengan Diabetes Mellitus(DM) Tipe II Di Ruang Rasuna Said di RS Tk III

Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2024


3.5 Tempat dan Waktu

Waktu dan tempat penelitian merupakan rencana tentang waktu

dan

tempat yang akan dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan

penelitian.Penulisan Studi Kasus ini telah dilaksnakan di Ruang Rasuna Said

di RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang. Lama waktu penelitian ini

sejak tanggal 17 Mei -19 Mei 2023.

3.6 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :

3.6.1 Wawancara

Meliputi data yang menyangkut semua aspek diri pasien seperti identitas

pasien.riwayayat kesehatan sekarang,riwayat Kesehatan.sebelumnya, riwayat

kesehatan keluarga, keadaan psikososial, aktivitas sehari-hari,aspek

sosial, dan spiritual.

3.6.2 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan dan perawatan pasien.

Pemeriksaan fisik dilaksanakan untuk memperoleh data obyektif. Meliputi 4

teknik yaitu IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

a. Inspeksi : pemeriksaan dengan cara melihat hal-hal yang tidak normal yang

diperiksa mulai dari Head To Toe pada pasien. dengan Diabetes Mellitus Tipe

II

b. Palpasi : pemeriksaan dengan teknik palpasi atau meraba dilakukan untuk

mengetahui adanya hal yang tidak normal pada Tn. K dengan Diabetes
Mellitus Tipe II

c. Perkusi : perkusi atau mengetuk dilakukan untuk mengevaluasi di beberapa

bagian tubuh Tn. K untuk mengetahui apakah ada hasil yang tidak normal

atau terganggu.

d. Auskultasi : auskultasi dilakukan untuk menentukan suara nafas

tambahanpada paru, bunyi jantung, dan bising usus pada pasien dengan

Diabetes Mellitus Tipe II.

3.6.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan suatu kejadian yang sudah lalu. Dalam

studi dokumentasi penulis biasanya melakukan pelusuran data historis objek

penulis sejauh mana yang berjalan telah terdokumentasi dengan baik. Studi

dokumentasi ini didapatkan dari Rekam Medis pasien hasil laboratorium,

hasil pemeriksaan diagnostik, dapat dilihat pada Rekam Medis pasien.

3.7 Analisa Data

Analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk

mengkaitkan data klien serta menghubungkan data tersebut dengan konsep

teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan

dalam menentukan masalah keperawatan pasien. Dalam analisis data

perawat juga menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk memeriksa

setiap potong informasi dan menentukan relevansinya terhadap masalah

kesehatan klien dan hubungannya dengan potongan informasi lain.

Keterampilan berpikir kritis untuk mempertimbangkan pertanyaan lain yang

mungkin penting atau mengembangkan gambaran visual mengenai apa yang

klien katakan kepeda perawat.


a) Memvalidasi data dan Observasi

Salah satu cara untuk memvalidasi observasi adalah memeriksanya

dengan klien. Dengan meneliti data sesuai dengan observasi yang

dilakukan. Di tahap ini divalidasi data yang ada secara akurat,

dilakukan analisa data saat bersama pasien dan keluarga dengan

mengajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarga secara reflektif

mengenai kejelasan interprestasi data.

b) Mengenali Pola atau Pengelompokan

Beberapa data tampak serupa atau memiliki pola atau hubungan

dan diidentifikasi sebagai gejala. Gejala ini dapat digolongkan dalam

kelompok untuk dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya ditentukan

informasi yang relavan dengan bantuan pengelompokan data yang

telah dilakukan, sehingga dapat dengan mudah menganalisis data yang

telah dikelompokkan.

Dalam pengelompokan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-

sosial dan spiritual. Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional

berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu

yang sehat maupun yang sakit yang mengalami gangguan baik fisik,

Psikis, maupun social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang

optimal.

c) Membuat kesimpulan

Menganalisis data informasi penting dilakukan untuk

memasukkan baik data dan informasi ketika mendokumentasikan


pengkajian sehingga informasi tidak dapat divalidasi oleh orang lain

jika data asli tidak tersedia. Terdapat empat kesimpulan yang mungkin

terjadi yaitu;

1. Klien tidak mengalami masalah

Tidak diperlukan asuhan keperawatan lanjutan: dengan

menguatkan kebiasaan kesehatan klien dan merekomendasikan

aktivitas yang dapat meningkatkan kesehatan lainnya

2. Klien mungkin mengalami masalah

Pada kesimpulan ini perlu untuk mengumpulkan lebih banyak

informasi mengenai malasah yang dialami klien

1. Klien beresiko mengalami maslah.

Temuan ini mengindikasikan diagnosis keperawatan aktual.

Sehingga perlu dilanjutkan ke proses keperawtan dengan

merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi.

2. Klien mengalami masalah kritis.

Klen memiliki diagnosis keperawatan atau diagnosis medis.

Masalah menjadi diagnosis keperawatan jika berada dalam wilayah

keperawatan, perawat dapat menanganinnya tanpa konsultasi

terlebih dahulu. Tapi jika memerlukan terapi medis, perawat perlu

mengidentifikasi masalah kaloboratif. Perawat harus berkonsultasi

dengan dokter dan berkerja sama untuk menyelesaikan masalah.

3.8 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari penyusunan proposal sebagai berikut :

3.8.1 Informed Consent (Persetujuan menjadi pasien)


Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan pasien penelitian

dengan memberikan lembaran persetujuan. Peniliti telah melakukan ini,

dibuktikan dengan pastisipan menandatangani lembaran persetujuan.

3.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

hasil penelitian yang akan disajikan Masalah ini merupakan masalah etika

dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah lainnya. Kerahasiaan dijamin mengenai semua informasi yang

telah dikumpulkanoleh peneliti. Hanya beberapa hal tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai